Anda di halaman 1dari 19

BANK KONVENSIONAL , BANK SYARIAH, DAN BAITUL MAAL WAT

TAMWIL
Dosen Pengampu: Adika Fajar Putra TBA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

Loise Pepayosa Br Ginting 202101066


Efrianti Purba 202101067
Rania Putri Gultom 202101077
Muhammad Luthfi Zhahir B1C120155
Shoufil Fadilah 21901081271

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini yang
berjudul “Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat Tamwil.

Tugas Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan
Syariah yang diberikan oleh Dosen pengampu Perbankan Syariah Prodi D-III
Keuangan, FEB, Universitas Sumatera Utara yang kami hormati Bapak Adika
Fajar Putra TBA. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Adika Fajar Putra TBA selaku Dosen pengampu mata kuliah
Perbankan Syariah yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan
informasi dalam proses penyelesaian makalah ini;
2. Orangtua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan
dalam menyelesaikan makalah ini; dan
3. Beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Kami juga menyadari tugas Makalah ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tugas ini. Demikian yang dapat kami sampaikan dan semoga dapat bermanfaat
kepada para pembaca.

Medan, 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Analisis.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Bank Konvensional, Bank Syariah, Dan Baitul Maal Wat
Tamwil................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Bank Konvesional ................................................................. 3
2.1.2 Pengertian Bank Syariah Dan Baitul Maal Wat Tamwil ....................... 3
2.2 Mekanisme Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat
Tamwil................................................................................................................. 4
2.3 Tujuan Bank Konvensional Dan Bank Syariah (Baitul Maal Wat Tamwil) . 6
2.3.1 Tujuan Bank Konvensional .................................................................... 6
2.3.2 Tujuan Bank Syariah .............................................................................. 7
2.3.3 Tujuan Baitul Maal Wat T (BMT) .......................................................... 8
2.4 Dampak Bank Konvensional, Bank Syariah, dan BMT ................................ 8
2.4.1 Dampak Bank Konvensional .................................................................. 8
2.4.2 Dampak Bank Syariah .......................................................................... 10
2.4.3 Dampak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ........................................... 12
2.5 Perbedaan Bank Syariah dan Baitul Maal Wat Tamwil .............................. 13
2.5.1 Persamaan dan Perbedaan BMT dan Bank Syariah.............................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting di
dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara keuangan. Bank dalam pasal
1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau pinjaman dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank,
yaitu bank konvensional dan bank syariah (Abustan, 2009). Perkembangan
perbankkan syariah ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun
1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri
secara total menjadi bank syariah (Saiful Munir, 2012).

Pada Akhir tahun 1999, setelah dikeluarkannya UU tentang perbankan pada


tahun 1998 maka muncullah bank-bank umum syariah dan bank umum
konvensional yang membuka unit usaha syariah. Kehadiran bank syariah
ditengah-tengah perbankan konvensional menawarkan sistem perbankan alternatif
bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin memperoleh layanan jasa
perbankan tanpa harus melanggar larangan riba (Tambunan, 2009).
Perkembangan bank umum syariah dan bank konvensional yang membuka cabang
syariah juga didukung dengan tetap bertahannya bank syariah pada saat perbankan
nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998. Ini dikarenakan system
bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah saat itu menyebabkan bank relatif
mempertahankan kinerjanya dan tidak jatuh karena tingkat suku bunga simpanan
yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank konvensional.

Secara umum, pengertian bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut entitas bank Islam selain istilah bank Islam itu
sendiri, yakni bank tanpa bunga (interest-free bank), bank tanpa riba (lariba bank),
dan bank syariah (Shari’a Bank). Indonesia sendiri secara teknis yuridis,
penyebutan bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah” atau yang
secara lengkap disebut “bank berdasarkan prinsip syariah”.

Dalam pasal 1 undang-undang No. 21 tahun 2008, disebut bahwa bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya

1
dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak. Bank terdiri atas dua jenis
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menjalankan usahanya secara konvensional yang terdiri atas bank konvensional
dan bank perkreditan rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank umum
syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Prinsip syariah
adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang dimiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal
Wat Tamwil?
2. Apa saja mekanisme dari Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul
Maal Wat Tamwil?
3. Apa saja tujuan adanya Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul
Maal Wat Tamwil?
4. Bagaimana dampak dari Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul
Maal Wat Tamwil?
5. Sebutkan perbedaan yang ada pada Bank Syariah dan Baitul Maal Wat
Tamwil?

1.3 Tujuan Analisis


Adapun tujuan dari Makalah yang berjudul “Bank Konvensional, Bank Syariah,
dan Baitul Maal Wat Tamwil” ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syariah.
2. Untuk mengetahui apa itu Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul
Maal Wat Tamwil.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dari Bank Konvensional, Bank Syariah, dan
Baitul Maal Wat Tamwil.
4. Untuk memahami apa saja dampak yang dapat ditimbulkan dari Bank
Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat Tamwil.
5. Untuk menambah pengetahuan mengenai perbedaan dari Bank
Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat Tamwil.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bank Konvensional, Bank Syariah, Dan Baitul Maal


Wat Tamwil
2.1.1 Pengertian Bank Konvesional
Bank Konvensional adalah bank yang kegiatan usahanya dilakukan secara
konvensional, dengan memberi jasa dalam lalu lintas pembayaran. Praktik
perbankan konvensional sebenarnya sudah ada sejak zaman Babilonia, Yunani,
dan Romawi. Dikutip dari jurnal Hukum Perbankan dalam Sistem Operasional
Bank Konvensional (2017) karangan Moh Ali Wafa, lembaga perbankan pertama
kali terbentuk di Yunani pada 560 SM. Setelah itu muncul pula bank di Romawi
yang operasinya lebih luas, seperti tukar menukar mata uang, menerima deposito,
dan memberi kredit, serta mentransfer modal. Kemudian di Indonesia, pada 10
Oktober 1827 terbentuklah De Javanese Bank NV. Bank ini dinasionalisasi oleh
pemerintah Indonesia pada 6 Desember 1951 menjadi bank sentral, berdasarkan
UU Nomor 13 Tahun 1968.

Saat itu, praktik perbankan sangat membantu lalu lintas perdagangan.


Awalnya praktik perbankan terbatas pada aktivitas tukar-menukar uang. Lambat
laun, praktik tersebut berkembang menjadi usaha penerimaan tabungan, penitipan
maupun peminjaman uang dengan memungut bunga. Transaksi dan perjanjian
dari bank konvensional adalah dibuat dengan dasar hukum-hukum yang positif
yang berlaku di Indonesia. Hukum yang digunakan adalah hukum perdata dan
hukum pidana. Memiliki julukan bank bebas nilai, bank konvensional adalah bisa
menjalankan peranannya dalam perekonomian Indonesia sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip bank konvensional adalah segala kegiatan usaha yang bisa


mendatangkan keuntungan dan tidak melanggar hukum yang berlaku secara
umum. Dimisalkan, usaha yang dianggap tidak halal tapi bila diakui hukum
positif di Indonesia, bank konvensional akan tetap memberikan pinjaman dana.

2.1.2 Pengertian Bank Syariah Dan Baitul Maal Wat Tamwil


Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan Bank Syariah adalah lembaga
keuangan yang menjadikan sistem ekonomi syariah sebagai acuan dalam
menjalankan usahanya. Namun ada perbedaan besar diantara keduanya. Bank
Syariah telah berbentuk Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut PT dan
memiliki dasar hukum yang jelas di dalam Undang-undang Perbankan Syariah.
Sedangkan BMT masih belum termasuk di dalam aturan resmi perbankan syariah
namun tetap mendapat dukungan penuh Pemerintah. Untuk saat ini BMT masih
bernaung di bawah hukum Undang-undang Perkoperasian.

3
Namun dalam penerapannya, BMT lebih dituju oleh para umat muslim
yang merasa bank syariah belum sepenuhnya menerapkan hukum syariah
dikarenakan bank syariah tetap saja berhutang dengan bunga kepada Indonesia.
Selain fungsinya sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa berfungsi sebagai
lembaga ekonomi. Hal ini dikarenakan salah satu tugas yang dilakukan BMT
adalah melakukan penghimpunan dana dari anggotanya serta juga menyalurkan
dana tersebut ke para masyarakat yang menjadi anggota BMT. BMT juga bisa
melakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, perdagangan industri, dan juga
pertanian.

BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki posisi yang


unik. Dikatakan Unik, karena secara legal BMT merupakan lembaga mikro
dengan badan hukum koperasi. Meski begitu sistem operasional dari BMT pada
dasarnya menganut sistem yang sama dengan bank syariah, yaitu konsep bagi
hasil. Baitul Maal dalam bahasa Indonesia berarti rumah harta. Karena berfungsi
sebagai rumah harta maka BMT berhak untuk melakukan pengelolaan atas dana
zakat, infak, dan juga sedekah. Hal ini yang menjadi keunggulan dari BMT,
karena bisa memberikan pinjaman kepada kalangan masyarakat di bawah,
terutama level menengah ke bawah yang tidak memiliki persyaratan jaminan yang
cukup bila berhubungan dengan bank syariah. BMT juga memiliki konsep
pinjaman kebajikan atau dana qardh yang diambil dari dana-dana ZIS yang
dikelola oleh BMT.

Dalam konsep lain, selain sebagai Baitul Maal atau rumah harta, BMT
juga berfungsi sebagai Baitut Tamwil yang artinya adalah rumah pembiayaan.
Dalam hal ini, pembiayaan yang dilakukan oleh BMT tentunya dengan konsep
syariah, yaitu berbasis bagi hasil. Selain konsep bagi hasil, BMT juga
menyediakan pembiayaan dengan akad lain, seperti murabahah dan salam serta
ijarah. Tentunya dengan kesadaran bahwa nasabah yang berhubungan dengan
BMT merupakan nasabah yang rata-rata berasal dari kalangan ekonomi mikro.

2.2 Mekanisme Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal


Wat Tamwil
Persamaan kata mekanisme ialah metode, operasi, prosedur, proses,
sistem, dan teknik. Berdasarkan sistemnya, perbankan dibagi menjadi dua, yaitu
perbankan konvensional dan syariah. Perbedaan bank syariah dan bank
konvensional bisa dilihat dari definisinya.

Perbankan konvensional adalah segala aktivitas perputaran uang yang


mengacu pada kesepakatan internasional dan nasional, serta berlandaskan hukum
formil negara. Sementara itu, perbankan syariah adalah aktivitas perbankan
dengan berlandaskan pada hukum-hukum muamalah agama Islam. Sumber hukum
perbankan syariah mengacu pada dua pedoman besar umat Muslim, yaitu Al-

4
Qur’an dan Hadits. Berikut mekanisme perbedaan Bank konvensional vs bank
syariah :

1. Sistem Operasional
Sistem operasional juga menjadi perbandingan bank syariah dan
bank konvensional. Pada bank konvensional, sistem operasionalnya
memberlakukan penerapan suku bunga dan perjanjian secara umum
berdasarkan aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah bank banyak
dilakukan berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga. Sementara itu,
Bank Syariah tidak menerapkan bunga dalam transaksinya. Menurut
syariat Islam, bunga masuk dalam kategori riba. Sehingga sistem
operasional bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah.
Kesepakatan antara nasabah dan pihak bank berdasarkan pembagian
keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli. BMT dalam kegiatan
operasionalnya dapat memberikan pinjaman berupa modal kepada nasabah
dan juga nasabah tersebut dapat pula melakukan investasi berupa tabungan
dan deposito yang harus dilihat dari Standar Operasional Prosedurnya
(SOP).
2. Proses pengelolaan Dana
Karena Bank Syariah menerapkan prinsip Islam, maka
berpengaruh juga terhadap kebijakan pengelolaan dana. Sehingga
perbedaan bank syariah dan bank konvensional selanjutnya yaitu proses
pengelolaan dana. Pada bank konvensional, pengelolaan dana dapat
dilakukan dalam seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan
Undang-Undang. Sementara, uang nasabah dalam bank syariah dan BMT
harus dipergunakan sesuai aturan Islam. Bank syariah harus mengelola
dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam. Akibatnya,
uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha
bertentangan dengan nilai Islam, seperti perusahaan rokok, narkoba, dan
sebagainya.
3. Sistem Bunga
Perbedaan perbankan syariah dan konvensional paling menonjol
terlihat dari penerapan sistem bunga. Bank umum menggunakan suku
bunga sebagai acuan dasar dan keuntungan. Sementara, bank syariah dan
BMT tidak menggunakan sistem bunga, tetapi imbal hasil atau nisbah.
Bagi hasil diperoleh dari pembagian keuntungan antara bank dan nasabah.
4. Pembagian keuntungan
Keuntungan perbankan merupakan perbedaan bank syariah dan
konvensional. Pada bank syariah, keuntungan bank diperoleh dari hasil
jual beli, sewa-menyewa, dan kemitraan dengan nasabah. Tetapi bank
konvensional mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang dibebankan
pada nasabah, sedangkan BMT dalam mendapatkan keuntungan terbagi

5
menjadi 2, yakni sebagai mudharib. Mereka menyalurkan modal dari
nasabah (shahibul maal) kepada masyarakat yang membutuhkan dana
melalui berbagai produk pembiayaan dan atas dasar prinsip bagi hasil
BMT sebagai mudharib dari penabung harus membagikan keuntungan
yang diperolehnya dari penabung.
5. Pengelolaan Denda
Perbandingan bank syariah dan bank konvensional adalah
pengelolaan denda. Ketika Anda terlambat melakukan pembayaran dalam
bank konvensional, terdapat denda yang dibebankan kepada nasabah.
Bahkan besaran bunga bisa semakin meningkat, bila nasabah tidak
membayar hingga batas waktu ditetapkan. Sementara itu, bank syariah dan
BMT tidak memiliki aturan beban denda bagi nasabah saat terlambat atau
tidak bisa membayar. Sebagai gantinya, bank akan melakukan
perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun beberapa bank syariah
ada yang menetapkan denda pada kasus tertentu, tetapi uang denda dari
nasabah tidak dinikmati oleh pihak bank melainkan dianggarkan sebagai
dana sosial.

2.3 Tujuan Bank Konvensional Dan Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat
Tamwil
2.3.1 Tujuan Bank Konvensional
Adapun tujuan dari Bank Konvensional, yakni :
1. Menghimpun Dana
Fungsi bank konvensional adalah menghimpun dana dari
masyarakat. Peran ini dilakukan dengan membuka berbagai produk
simpanan seperti tabungan, giro, deposito, atau bentuk simpanan
lain, bank. Penyediaan berbagai produk tersebut, diharapkan
masyarakat memiliki tempat penyimpanan uang yang lebih aman
dan terpercaya.
2. Menyalurkan Dana
Fungsi bank konvensional adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat. Setelah melakukan kegiatan menghimpun dana, bank
kemudian akan menyalurkan dana ini kepada pihak yang
membutuhkan. Penyaluran dana kepada masyarakat ini dilakukan
dengan menggunakan sistem kredit atau pinjaman. Setiap bank
memiliki berbagai jenis-jenis kredit dan pinjaman yang berbeda-
beda.
3. Penyedia Layanan
Fungsi bank konvensional adalah menyediakan layanan dan
jasa. Saat ini, bank tidak hanya berfungsi sebagai tempat
menyimpan uang saja. Bank menyediakan layanan jasa bank

6
lainnya. Apalagi dengan adanya jual beli online yang saat ini
banyak diminati sebagian masyarakat.
4. Tempat Investasi
Fungsi bank konvensional adalah sebagai sarana investasi
untuk masyarakat. Bagi masyarakat yang ingin menyimpan uang
dan sekaligus ingin mendapat keuntungan dari hasil penyimpanan
uang tersebut, bisa menggunakan bank umum sebagai tempat
mereka berinvestasi. Dalam berinvestasi, bank umum biasanya
menawarkan jasa reksa dana. Namun, bank-bank saat ini juga telah
memiliki produk investasi lain yang ditawarkan. Contohnya seperti
derivatif, emas, mata uang asing, saham dan lain-lain.
5. Tempat Penyimpanan
Fungsi bank konvensional adalah sebagai tempat
penyimpanan barang berharga. Selain uang, bank juga menawarkan
jasa untuk menyimpan barang-barang berharga. Masyarakat dapat
mempercayakan penyimpanan barang-barang berharga miliknya.
Mulai dari perhiasan, emas, surat-surat berharga dan barang
berharga lainnya kepada bank. Bank juga dapat menyewakan safe
deposit box.
6. Melancarkan Transaksi Internasional
Fungsi bank konvensional adalah melancarkan transaksi
Internasional. Faktor jarak dan kebijakan moneter di antara dua
negara yang berbeda, tentu akan menyulitkan para pelaku ekonomi
dalam melakukan transaksi internasional. Namun, dengan
kehadiran bank umum, faktor-faktor yang mempersulit tersebut
dapat diatasi. Bank umum akan memudahkan para pelaku ekonomi
untuk menyelesaikan transaksi Internasional dengan lebih mudah,
cepat dan murah.
7. Penyedia Jasa
Seiring waktu, pelayanan bank menjadi semakin beragam.
Selain untuk tempat menabung, bank juga membuka layanan jasa
transfer uang agar masyarakat dapat dengan mudah melakukan
transaksi pembayaran dan pembelian jarak jauh.

2.3.2 Tujuan Bank Syariah


Adapun tujuan dari Bank Syariah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengupayakan konsep keadilan dalam sektor
ekonomi
Melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh bank
syariah, harapannya agar meratakan pendapatan antara pemilik
modal dengan pihak yang membutuhkan dana. Dengan demikian,
kesenjangan yang terjadi tidak akan terlalu besar

7
2. Untuk menghindari persaingan tidak sehat antara lembaga
keuangan
Selain hal ini, tujuan berdirinya bank syariah diharapkan
dapat menanggulangi kemandirian lembaga keuangan dari
pengaruh gejolak moneter dalam dan luar negeri
3. Untuk meningkatkan transaksi yang sesuai syariat Islam
Dengan menyediakan pilihan produk dan layanan keuangan
syariah yang lebih beragam, secara langsung juga meningkatkan
minat masyarakat untuk menggunakan perbankan syariah. Dengan
demikian, transaksi akan terhindar dari riba ataupun unsur
penipuan lain.
4. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat
Dengan adanya produk pembiayaan bersistem syariah,
maka beban pembayaran bagi nasabah yang membutuhkan kucuran
dana akan lebih mudah. Pasalnya, tidak ada sistem bunga yang
akan terus bertambah tak terkira apabila terjadi keterlambatan
dalam membayar dengan qardhul hasan serta produk pinjaman
lainnya.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter
Dengan tidak menerapkan sistem bunga, harapannya bank
syariah dapat menekan laju inflasi serta negative-spread yang
dihasilkan oleh penerapan sistem bunga tersebut.

2.3.3 Tujuan Baitul Maal Wat T (BMT)


Mughni (2005) menjelaskan di dalam menjalankan operasinya, BMT
memiliki tujuan dan peranan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, membolisasi, mengorganisir, mendorong, dan
mengembangkan potensi ekonomi mikro dan daerah kerjanya.
2. Menggalang dan memobilisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan.
3. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara
kaya dan miskin untuk dana-dana sosial dan pengembangan
usaha produktif.

2.4 Dampak Bank Konvensional, Bank Syariah, dan BMT


2.4.1 Dampak Bank Konvensional
Adapun dampak Keuntungan Bank konvensional, antara lain :
1. Nasabah terbiasa dengan metode bunga dibandingkan
metode bagi hasil
Benar atau tidaknya kembali pada Anda, tapi begitulah
kenyataannya. Tidak beragama Islam atau agama yang lain,
masyarakat Indonesia lebih mengenal dan terbiasa sistem bunga

8
dari pada sistem bagi hasil, walaupun dalam Islam sungguh
diharamkan sistem bunga itu sendiri. Dari keterangan tersebut
Nasabah lebih memilih metode bunga yang telah dikenal rakyat
kita ini.
2. Bank konvensional lebih beragam
Alasan kedua dari kelebihan dan kekurangan bank
konvensional ini yaitu tentang bank konvensional lebih beragam.
Kenapa kami bisa bilang begitu? Karena benar adanya bahwa di
bank konvensional yang mana menerapkan sistem bunga ini lebih
kreatif dalam menciptakan produk-produk. Kita ambil sebagai
contoh yaitu bunga berbunga pada saat menabung di bank
konvensional. Berbeda ceritanya dengan bank syariah yang mana
menerapkan sistem bagi hasil.
3. Metode bunga telah lama dikenal masyarakat
Karena begitu banyaknya yang memakai bank
konvensional dan begitu lamanya masyarakat yang sudah
mengetahui akan bank konvensional, maka bank konvensional juga
semakin dikenal masyarakat luas. Dari situlah, sistem bunga yang
dikenal masyakat mulai membekas di benak masyarakat. Oleh
karena itu, bank konvensional lebih mudah menarik nasabah
penyimpan dana sehingga lebih mudah mendapatkan modal.

Adapun dampak Kekurangan bank konvensional., antara lain :


1. Sistem bunga haram dalam Islam
Entah siapa yang pertama kali memberlakukan system
bunga ini, tetapi sampai hari ini sangat dikenal masyarakat luas.
Dalam pandangan Islam sendiri, system bunga pada bank itu tidak
boleh dilakukan alias diharamkan. Mengapa? Karena dari system
bunga, maka perekonomian akan terombang-ambing adanya.
2. Bunga yang begitu besar
Bunga yang ada di bank konvensional begitu besarnya
kadang membuat orang berfikir dua kali untuk membuka tabungan
atau rekening di bank konvensional tersebut. Setiap bulan pasti
berkurang uang yang ada di rekening bank konvensional dengan
persentase bunga yang cukup. Maka dari itu, di point nomor dua
ini yaitu bunga begitu besar sangat cocok untuk kekurangan bank
konvensional.
3. Kredit bermasalah
Karena prosedur pemberian kredit tidak potensi dan
penampakan pemberian kredit pada grup sendiri dan kalangan
tertentu dan Praktik curang seperti bank dalam bank dan transaksi
fiktif.

9
2.4.2 Dampak Bank Syariah
Adapun dampak keuntungan dalam bank syariah :
1. Akad Sesuai Dengan Syariat Islam
Nasabah maupun calon nasabah lembaga keuangan syariah
yang ingin menghindari transaksi yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam maka tidak perlu khawatir karena di dalam kegiatan transaksi
lembaga keuangan syariah terdapat 2 akad yang ditawarkan. Pada
dasarnya, kedua akad tersebut sudah sesuai dengan syariat Islam
yang berlaku yaitu (1) Akad mudharabah yang artinya nasabah
memberikan izin kepada bank untuk mengelola aset lancar nya di
industri yang menjamin kehalalan. (2) Akad wadiah yaitu nasabah
hanya menyimpan uang saja. Pihak bank tidak boleh menggunakan
uang atau mengelola uang di suatu industri apa pun.
2. Mempunyai Produk yang Tidak Tersedia di Bank
Konvensional
Bagi anda yang ingin menabung dengan tujuan untuk
beribadah haji dan umrah bisa menggunakan jasa perbankan
syariah sebagai wadah untuk menyimpan dana. Selain itu, terdapat
juga produk lainnya yang hanya ada di perbankan syariah seperti
tabungan qurban, wakaf, dan deposito syariah untuk investasi.
3. Tidak Ada Bunga, Bagi Hasil Dijauhi dari Riba
Perbankan syariah tidak menerapkan adanya sistem bunga
nasabah seperti di bank konvensional melainkan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil yang dimaksud yaitu membagi keuntungan bersih
dari usaha atau investasi yang sudah dijalankan. Besarnya
keuntungan untuk pihak bank dan nasabah merupakan hasil
musyawarah pihak bank dan nasabah pada saat dilakukannya akad.

Adapun dampak kekurangan bank syariah, antara lain :


1. Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
Pelayanan dalam perbankan syariah yang dilaksanakan
secara profesional harus diikuti dengan sumber daya manusia yang
mempunyai latar belakang pengetahuan akan perbankan syariah.
Saat ini, wadah pendidikan berbasis syariah masih terbilang minim.
Beberapa di antaranya yaitu Institut Pertanian Bogor, Universitas
Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya,
Universitas Padjajaran, Universitas Diponegoro, dan Universitas
Pendidikan Indonesia (Gustani, 2018). Minimnya jumlah akademi
perbankan syariah membuat ekonomi konvensional lebih
diprioritaskan. Hal ini berdampak diabaikannya nilai-nilai yang
terdapat pada perbankan syariah dan ekonomi islam. Salah satu
upaya yang dapat dijalankan dalam rangka meningkatkan sumber

10
daya manusia dalam perbankan syariah yaitu dengan cara
mengembangkan sistem pendidikan yang bisa memberikan
pengajaran hardskill maupun softskill sehingga menghasilkan
lulusan yang mengerti dan paham mengenai perbankan syariah
yang diharapkan dapat meningkatkan integritas bank syariah di
kalangan masyarakat yaitu nasabah dan calon nasabah.
2. Literasi Keuangan Syariah yang Masih Minim
Literasi keuangan syariah per tahun 2019 berdasarkan data
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai angka 8,93%. Angka
ini jauh berbeda dengan literasi keuangan nasional yang mencapai
38,03%. Selain itu, inklusi keuangan syariah juga baru mencapai
angka 9,1%. Sedangkan, tingkat inklusi bank konvensional berada
di angka 76,19%. Peran dari para influencer muda sangat
diharapkan guna mendorong kaum milenial untuk melirik
perbankan syariah sehingga diharapkan bisa memberikan
pengetahuan mengenai lembaga keuangan berbasis syariah kepada
para pengikutnya. Dengan cara ini, generasi muda akan lebih
mudah dalam mempelajari dan memahami perbankan syariah
sehingga generasi muda bisa bertransaksi pada sektor perbankan
berbasis syariah.
3. Lembaga Keuangan Syariah Masih Sulit Berkompetisi dari
Segi Pricing
Sebuah industri yang bergerak dalam bidang jasa sangatlah
penting menganalisis bentuk pasar. Bentuk pasar ini akan
menentukan perilaku yang diambil oleh konsumen (dalam hal ini
nasabah dan calon nasabah) sehingga dapat mempengaruhi
penetapan harga, keputusan investasi, penggunaan faktor produksi,
dan perilaku manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Selanjutnya, penyedia jasa perbankan akan bersaing untuk
memberikan pricing terbaik kepada penggunanya. Menurut Kasri
(2010), persaingan perbankan syariah di Indonesia berbentuk
monopolistik dan contestable tidak sempurna. Selain itu,
perbankan syariah juga mempunyai ruang lingkup terbatas seperti
basis konsumen yang lebih sedikit dan produk yang terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut, perbankan syariah perlu memiliki inovasi
berkelanjutan agar bisa menarik minat pihak ketiga untuk
menempatkan dana seperti sosialisasi, pemasaran, dan pencitraan
yang lebih aktif sehingga basis kegiatan perekonomian syariah
menjadi lebih luas dan tingkat risiko bisa dikurangi. Sebaliknya,
tingkat pengembalian atau rate of return bisa ditingkatkan.

11
2.4.3 Dampak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Adapun dampak keuntungan dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), antara lain :
1. Dalam operasionalnya BMT berhaluan syari’ah sebagai syarat pokok
pelaksanaan BMT dalam masyarakat Islam dan sistem ini mendapat
respon bukan hanya masyarakat Islam tapi juga dari masyarakat non-
muslim.
2. Sistem bagi hasil yang di terapkan sehingga peluang untuk merugikan
para pengusaha kecil, hampir tidak ada bahkan jarak antara pengusaha
kecil dan BMT terdapat hubungan kemitraan.
3. Hubungan pemodal dan pengusaha yang saing asah , asih, asuh sesuai
dengan prinsip bagi hasil, maka hubungan antara BMT sebagai
pemodal dan pegusaha kecil, tidaklah hanya terbatas sebagai hubungan
antara banker dan nasabah. Dalam sistem syari’ah sebenarnya bukan
hanya bagi hasil, akan tetapi juga rugi yakni bila pengusaha untung
maka BMT nya untung jika pengusaha rugi BMT ikut menanggung.
4. Kegiatan menabung indikator keberhasilan seiring dengan rencana
pengusaha kecil dalam menggunakan keuntungan usahanya. Pengelola
BMT mengarahkan pengusaha kecil untuk menabung dan untuk
menampung kegiatan menabung ini BMT sudah menyediakan berbagi
jenis tabungan sesuai dengan kebutuhan anggotanya, yang pada
gilirannya kegiatan menabung ini bisa di pakai sebagai indikator yang
terjadi dalam masyarakat.
5. Pengembangan usaha kecil bertumpu pada pengetahuan dan
keterampilan masyarakat setempat. Pengembanan usaha oleh
pengusaha kecil dilakukann oleh masyarakat sebagai pemilik dan
manager usahanya. Dengan demikian, maka BMT secara sistematis
telah mendistribusikan pengetahuan dan keterampilan kemitraan
semacam ini sangat diperlukan mengingat persaingan global semakin
besar.

Adapun dampak kerugian dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), antara lain :
1. Sumber daya manusia yang kurang memadai kebanyakan berkolerasi
dari tingkat pendidikan dan pengetahuan. BMT dituntut meningkatkan
sumber daya melalui pendidikan formal ataupun non formal, oleh
karena kerja sama dengan lembaga pendidikan yang mempunyai
relevansi dengan hal ini tidak dapat diabaikan, misalnya kerja sama
BMT dengan lembaga-lembaga pendidikan atau bisnis Islami.
2. Strategi pemasaran yang hanya berorientasi di daerah local berdampak
pada lemahnya upaya BMT untuk mensosialisasikan produk-produk
BMT diluar masyarakat dimana BMT itu berada. Guna
mengembangkan BMT, maka upaya-upaya meningkatkan teknik

12
pemasaran perlu dilakukan, guna memperkenalkan eksistensi BMT
ditengah-tengah masyarakat.
3. Kurangnya Sosialisasi BMT Perlu disadari bersama bahwa sosialisasi
BMT sangat kurang, sehingga masyarakat sering mempunyai persepsi
yang keliru mengenai BMT Ada Sebagian masyarakat dengan ekstrem
mensejajarkan BMT sama dengan posisi "rentenir-rentenir" yang
banyak beroperasi di pasar. hal inilah yang menjadi kendala bagi
BMT untuk dapat berkembang dengan baik. Pengelola memang perlu
bekerja keras dalam menjelaskan BMT kepada para calon nasabahnya
karena sebagian besar masyarakat masih awam dengan sistem bagi
hasil.

2.5 Perbedaan Bank Syariah dan Baitul Maal Wat Tamwil


Bank syariah memiliki peranan yang sangat penting khususnya bagi BMT,
yaitu berupa sebagai penyaluran dana dengan cara memberikan pembiayaan, atau
pun sebagai sarana tempat penyimpanan dana atau penghimpun dana, ini buktikan
bahwa perkembangan BMT sangatlah berpengaruh terhadap peranan perbankan
syariah. BMT khususnya di kota medan didalam perkembangannya sangatlah
lamban masalah yang sangat utama dalam perkenbangannya adalah masalah dana
yang akan digunakannya, didalam BMT sangat penting juga bagi
mensejahterahkn masyarakat didalam menyalurkan dananya. Di lihat dari fungsi
perbankan syariah yang mengharamkan riba, BMT sangat membutuhkan dana
dari perbankan syariah dan berkerja sama dalam mengembangkan BMT.

Perkembangan BMT di kota medan sangatlah lamban, hanya beberapa


BMT yang dapat bertahan dan berkembang maju ataupun sukses didalam bisnis.
Perbankan syariah sangat sekali dibutuhkan perannya dalam mengembangkan
mikro, diliat fungsi BMT yang sangat berperan dalam menyalurkan bantuan
berupa dana dan mensejahterahkan untuk masyarakat, khususnya masyarakat yang
kurang mampu atau pendapatan yang relative rendah, khususnya kota Medan yang
di lapangan terjadi, adalah modal salah satu factor utama, jadi mengembangkan
BMT akan membuat masyarakat kota Medan sejahtera dan jauh dari kemiskinan.
Maka disinilah dibutuhakan peran perbankan syariah guna untuk memajukan dan
mengembangkan BMT.

2.5.1 Persamaan dan Perbedaan BMT dan Bank Syariah


Menjawab pertanyaan kedua Anda, dikarenakan BPRS merupakan
salah satu jenis dari bank syariah, maka kami di sini akan membahas
persamaan dan perbedaan BMT dengan bank syariah.

Persamaan BMT dan Bank Syariah antara lain:


1. Merupakan lembaga keuangan syariah.

13
2. Menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan usahanya yaitu
prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
3. Merupakan lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan
zakat, infak, sedekah.
Sedangkan perbedaan BMT dan Bank Syariah antara lain:
No Keterangan BMT Bank Syariah

1 Dasar Hukum UU 1/2013 jo. UU 25/1992 atau UU PT UU 21/2008

2 Bentuk Badan Dapat berbentuk koperasi atau perseroan Perseroan terbatas


Hukum terbatas

3 Jenis Lembaga Lembaga Keuangan Mikro Lembaga Keuangan Bank

4 Sasaran Bisnis Masyarakat muslim kelas menengah ke Masyarakat muslim secara


bawah dan UMKM umum

5 Batasan Wajib bertransformasi menjadi bank Tidak ada batasan wilayah,


Wilayah Usaha apabila kegiatan usahanya melebihi satu bank syariah dapat membuka
wilayah kabupaten/kota domisili cabang di luar
kabupaten/kota domisili

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik
simpulan bahwa :
1. Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
2. Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi kepada
produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja berbeda
dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan. Dalam
perbankan syariah pembagian akad didasarkan pada pola tujuan
dari pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya.
3. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait
sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistem bunga
sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang mana
lebih meringankan beban nasabah.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyarankan kepada
pembaca agar dapat mengambil sisi positif dari pembahasan mengenai perbedaan
antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional dan Baitul Maal Wat
Tamwil, dan sisi negatif dari pembahasan di atas bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Respati, I. (2015, October 3). Makalah: Perbedaan Antara Perbankan Syariah


Dengan Perbankan konvensional. Academia.edu. Retrieved September 29,
2022,https://www.academia.edu/16440988/Makalah_Perbedaan_antara_Per
bankan_Syariah_dengan_Perbankan_Konvensional

Fahrul Fauzi, S. H. (n.d.). Dasar Hukum BMT Dan Perbedaannya dengan bank
Syariah - Klinik Hukumonline. hukumonline.com. Retrieved September 29,
2022, from https://www.hukumonline.com/klinik/a/dasar-hukum-bmt-dan-
perbedaannya-dengan-bank-syariah-lt611a71a91d95f

14863-ID-peranan-perbankan-syariah-terhadap-pengembangan-baitul-mal-wat-
tamwil-bmt-di-kot (1)

Zuhirsyan, Muhammad & Hendra. 2021. Perbankan Syariah dalam Perspektif


Praktis dan Legalitas. Medan: CV. Merdeka Kreasi Group.

Ningsih, Supiah. 2021. Dampak Dana Pihak Ketiga Bank Konvensional dan Bank
Syariah serta Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Bandung: Widina Bhakti
Persada.

Nurnasrina & Putra, Adiyes. 2018. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah.


Pekanbaru: Cahaya Firdaus Publishing and Printing.

Santi, Mei. Bank Konvensional Vs Bank Syariah. Jurnal Perbankan dan Ekonomi
Volume 02, Nomor 01, Juni 2015:1-22.

Hakim, Abdul & Ramly, Royyan. Pemodelan Efisiensi Bank di Indonesia:


Perbandingan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Jurnal
Bisnis dan Manajemen Volume 07, Nomor 02, Oktober 2017: 131-148.

Dewi, Ernanda Kusuma & Astari, Ayu. Peran Pembiayaan Mudharabah dalam
Pengembangan Kinerja Usaha Mikro pada BMT (Baitul Maal Wat Tamwil).
Jurnal Law and Justice Volume 02, Nomor 02, Oktober 2017: 113-121.

16

Anda mungkin juga menyukai