TAMWIL
Dosen Pengampu: Adika Fajar Putra TBA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini yang
berjudul “Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat Tamwil.
Tugas Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan
Syariah yang diberikan oleh Dosen pengampu Perbankan Syariah Prodi D-III
Keuangan, FEB, Universitas Sumatera Utara yang kami hormati Bapak Adika
Fajar Putra TBA. Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Adika Fajar Putra TBA selaku Dosen pengampu mata kuliah
Perbankan Syariah yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan
informasi dalam proses penyelesaian makalah ini;
2. Orangtua yang telah memberikan semangat, dorongan, dan masukan
dalam menyelesaikan makalah ini; dan
3. Beberapa pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Kami juga menyadari tugas Makalah ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
tugas ini. Demikian yang dapat kami sampaikan dan semoga dapat bermanfaat
kepada para pembaca.
Medan, 2022
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Analisis.............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Bank Konvensional, Bank Syariah, Dan Baitul Maal Wat
Tamwil................................................................................................................. 3
2.1.1 Pengertian Bank Konvesional ................................................................. 3
2.1.2 Pengertian Bank Syariah Dan Baitul Maal Wat Tamwil ....................... 3
2.2 Mekanisme Bank Konvensional, Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat
Tamwil................................................................................................................. 4
2.3 Tujuan Bank Konvensional Dan Bank Syariah (Baitul Maal Wat Tamwil) . 6
2.3.1 Tujuan Bank Konvensional .................................................................... 6
2.3.2 Tujuan Bank Syariah .............................................................................. 7
2.3.3 Tujuan Baitul Maal Wat T (BMT) .......................................................... 8
2.4 Dampak Bank Konvensional, Bank Syariah, dan BMT ................................ 8
2.4.1 Dampak Bank Konvensional .................................................................. 8
2.4.2 Dampak Bank Syariah .......................................................................... 10
2.4.3 Dampak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) ........................................... 12
2.5 Perbedaan Bank Syariah dan Baitul Maal Wat Tamwil .............................. 13
2.5.1 Persamaan dan Perbedaan BMT dan Bank Syariah.............................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 15
3.1 Simpulan ...................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting di
dalam perekonomian suatu Negara sebagai perantara keuangan. Bank dalam pasal
1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau pinjaman dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank,
yaitu bank konvensional dan bank syariah (Abustan, 2009). Perkembangan
perbankkan syariah ditandai dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun
1998. Dalam Undang-Undang tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta
jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah. Undang-Undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank
konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri
secara total menjadi bank syariah (Saiful Munir, 2012).
Secara umum, pengertian bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang
pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Saat ini banyak istilah
yang diberikan untuk menyebut entitas bank Islam selain istilah bank Islam itu
sendiri, yakni bank tanpa bunga (interest-free bank), bank tanpa riba (lariba bank),
dan bank syariah (Shari’a Bank). Indonesia sendiri secara teknis yuridis,
penyebutan bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah” atau yang
secara lengkap disebut “bank berdasarkan prinsip syariah”.
Dalam pasal 1 undang-undang No. 21 tahun 2008, disebut bahwa bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
1
dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak. Bank terdiri atas dua jenis
yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menjalankan usahanya secara konvensional yang terdiri atas bank konvensional
dan bank perkreditan rakyat. Bank syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas bank umum
syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Prinsip syariah
adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang dimiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Namun dalam penerapannya, BMT lebih dituju oleh para umat muslim
yang merasa bank syariah belum sepenuhnya menerapkan hukum syariah
dikarenakan bank syariah tetap saja berhutang dengan bunga kepada Indonesia.
Selain fungsinya sebagai lembaga keuangan, BMT juga bisa berfungsi sebagai
lembaga ekonomi. Hal ini dikarenakan salah satu tugas yang dilakukan BMT
adalah melakukan penghimpunan dana dari anggotanya serta juga menyalurkan
dana tersebut ke para masyarakat yang menjadi anggota BMT. BMT juga bisa
melakukan kegiatan-kegiatan di bidang ekonomi, perdagangan industri, dan juga
pertanian.
Dalam konsep lain, selain sebagai Baitul Maal atau rumah harta, BMT
juga berfungsi sebagai Baitut Tamwil yang artinya adalah rumah pembiayaan.
Dalam hal ini, pembiayaan yang dilakukan oleh BMT tentunya dengan konsep
syariah, yaitu berbasis bagi hasil. Selain konsep bagi hasil, BMT juga
menyediakan pembiayaan dengan akad lain, seperti murabahah dan salam serta
ijarah. Tentunya dengan kesadaran bahwa nasabah yang berhubungan dengan
BMT merupakan nasabah yang rata-rata berasal dari kalangan ekonomi mikro.
4
Qur’an dan Hadits. Berikut mekanisme perbedaan Bank konvensional vs bank
syariah :
1. Sistem Operasional
Sistem operasional juga menjadi perbandingan bank syariah dan
bank konvensional. Pada bank konvensional, sistem operasionalnya
memberlakukan penerapan suku bunga dan perjanjian secara umum
berdasarkan aturan nasional. Akad antara bank dan nasabah bank banyak
dilakukan berdasarkan kesepakatan jumlah suku bunga. Sementara itu,
Bank Syariah tidak menerapkan bunga dalam transaksinya. Menurut
syariat Islam, bunga masuk dalam kategori riba. Sehingga sistem
operasional bank syariah menggunakan akad bagi hasil atau nisbah.
Kesepakatan antara nasabah dan pihak bank berdasarkan pembagian
keuntungan dan melibatkan kegiatan jual beli. BMT dalam kegiatan
operasionalnya dapat memberikan pinjaman berupa modal kepada nasabah
dan juga nasabah tersebut dapat pula melakukan investasi berupa tabungan
dan deposito yang harus dilihat dari Standar Operasional Prosedurnya
(SOP).
2. Proses pengelolaan Dana
Karena Bank Syariah menerapkan prinsip Islam, maka
berpengaruh juga terhadap kebijakan pengelolaan dana. Sehingga
perbedaan bank syariah dan bank konvensional selanjutnya yaitu proses
pengelolaan dana. Pada bank konvensional, pengelolaan dana dapat
dilakukan dalam seluruh lini bisnis menguntungkan di bawah naungan
Undang-Undang. Sementara, uang nasabah dalam bank syariah dan BMT
harus dipergunakan sesuai aturan Islam. Bank syariah harus mengelola
dana nasabah pada lini bisnis yang diizinkan oleh aturan Islam. Akibatnya,
uang nasabah tidak boleh diinvestasikan atau dikelola pada bidang usaha
bertentangan dengan nilai Islam, seperti perusahaan rokok, narkoba, dan
sebagainya.
3. Sistem Bunga
Perbedaan perbankan syariah dan konvensional paling menonjol
terlihat dari penerapan sistem bunga. Bank umum menggunakan suku
bunga sebagai acuan dasar dan keuntungan. Sementara, bank syariah dan
BMT tidak menggunakan sistem bunga, tetapi imbal hasil atau nisbah.
Bagi hasil diperoleh dari pembagian keuntungan antara bank dan nasabah.
4. Pembagian keuntungan
Keuntungan perbankan merupakan perbedaan bank syariah dan
konvensional. Pada bank syariah, keuntungan bank diperoleh dari hasil
jual beli, sewa-menyewa, dan kemitraan dengan nasabah. Tetapi bank
konvensional mendapatkan keuntungan dari suku bunga yang dibebankan
pada nasabah, sedangkan BMT dalam mendapatkan keuntungan terbagi
5
menjadi 2, yakni sebagai mudharib. Mereka menyalurkan modal dari
nasabah (shahibul maal) kepada masyarakat yang membutuhkan dana
melalui berbagai produk pembiayaan dan atas dasar prinsip bagi hasil
BMT sebagai mudharib dari penabung harus membagikan keuntungan
yang diperolehnya dari penabung.
5. Pengelolaan Denda
Perbandingan bank syariah dan bank konvensional adalah
pengelolaan denda. Ketika Anda terlambat melakukan pembayaran dalam
bank konvensional, terdapat denda yang dibebankan kepada nasabah.
Bahkan besaran bunga bisa semakin meningkat, bila nasabah tidak
membayar hingga batas waktu ditetapkan. Sementara itu, bank syariah dan
BMT tidak memiliki aturan beban denda bagi nasabah saat terlambat atau
tidak bisa membayar. Sebagai gantinya, bank akan melakukan
perundingan dan kesepakatan bersama. Meskipun beberapa bank syariah
ada yang menetapkan denda pada kasus tertentu, tetapi uang denda dari
nasabah tidak dinikmati oleh pihak bank melainkan dianggarkan sebagai
dana sosial.
2.3 Tujuan Bank Konvensional Dan Bank Syariah, dan Baitul Maal Wat
Tamwil
2.3.1 Tujuan Bank Konvensional
Adapun tujuan dari Bank Konvensional, yakni :
1. Menghimpun Dana
Fungsi bank konvensional adalah menghimpun dana dari
masyarakat. Peran ini dilakukan dengan membuka berbagai produk
simpanan seperti tabungan, giro, deposito, atau bentuk simpanan
lain, bank. Penyediaan berbagai produk tersebut, diharapkan
masyarakat memiliki tempat penyimpanan uang yang lebih aman
dan terpercaya.
2. Menyalurkan Dana
Fungsi bank konvensional adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat. Setelah melakukan kegiatan menghimpun dana, bank
kemudian akan menyalurkan dana ini kepada pihak yang
membutuhkan. Penyaluran dana kepada masyarakat ini dilakukan
dengan menggunakan sistem kredit atau pinjaman. Setiap bank
memiliki berbagai jenis-jenis kredit dan pinjaman yang berbeda-
beda.
3. Penyedia Layanan
Fungsi bank konvensional adalah menyediakan layanan dan
jasa. Saat ini, bank tidak hanya berfungsi sebagai tempat
menyimpan uang saja. Bank menyediakan layanan jasa bank
6
lainnya. Apalagi dengan adanya jual beli online yang saat ini
banyak diminati sebagian masyarakat.
4. Tempat Investasi
Fungsi bank konvensional adalah sebagai sarana investasi
untuk masyarakat. Bagi masyarakat yang ingin menyimpan uang
dan sekaligus ingin mendapat keuntungan dari hasil penyimpanan
uang tersebut, bisa menggunakan bank umum sebagai tempat
mereka berinvestasi. Dalam berinvestasi, bank umum biasanya
menawarkan jasa reksa dana. Namun, bank-bank saat ini juga telah
memiliki produk investasi lain yang ditawarkan. Contohnya seperti
derivatif, emas, mata uang asing, saham dan lain-lain.
5. Tempat Penyimpanan
Fungsi bank konvensional adalah sebagai tempat
penyimpanan barang berharga. Selain uang, bank juga menawarkan
jasa untuk menyimpan barang-barang berharga. Masyarakat dapat
mempercayakan penyimpanan barang-barang berharga miliknya.
Mulai dari perhiasan, emas, surat-surat berharga dan barang
berharga lainnya kepada bank. Bank juga dapat menyewakan safe
deposit box.
6. Melancarkan Transaksi Internasional
Fungsi bank konvensional adalah melancarkan transaksi
Internasional. Faktor jarak dan kebijakan moneter di antara dua
negara yang berbeda, tentu akan menyulitkan para pelaku ekonomi
dalam melakukan transaksi internasional. Namun, dengan
kehadiran bank umum, faktor-faktor yang mempersulit tersebut
dapat diatasi. Bank umum akan memudahkan para pelaku ekonomi
untuk menyelesaikan transaksi Internasional dengan lebih mudah,
cepat dan murah.
7. Penyedia Jasa
Seiring waktu, pelayanan bank menjadi semakin beragam.
Selain untuk tempat menabung, bank juga membuka layanan jasa
transfer uang agar masyarakat dapat dengan mudah melakukan
transaksi pembayaran dan pembelian jarak jauh.
7
2. Untuk menghindari persaingan tidak sehat antara lembaga
keuangan
Selain hal ini, tujuan berdirinya bank syariah diharapkan
dapat menanggulangi kemandirian lembaga keuangan dari
pengaruh gejolak moneter dalam dan luar negeri
3. Untuk meningkatkan transaksi yang sesuai syariat Islam
Dengan menyediakan pilihan produk dan layanan keuangan
syariah yang lebih beragam, secara langsung juga meningkatkan
minat masyarakat untuk menggunakan perbankan syariah. Dengan
demikian, transaksi akan terhindar dari riba ataupun unsur
penipuan lain.
4. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat
Dengan adanya produk pembiayaan bersistem syariah,
maka beban pembayaran bagi nasabah yang membutuhkan kucuran
dana akan lebih mudah. Pasalnya, tidak ada sistem bunga yang
akan terus bertambah tak terkira apabila terjadi keterlambatan
dalam membayar dengan qardhul hasan serta produk pinjaman
lainnya.
5. Untuk menjaga kestabilan ekonomi moneter
Dengan tidak menerapkan sistem bunga, harapannya bank
syariah dapat menekan laju inflasi serta negative-spread yang
dihasilkan oleh penerapan sistem bunga tersebut.
8
dari pada sistem bagi hasil, walaupun dalam Islam sungguh
diharamkan sistem bunga itu sendiri. Dari keterangan tersebut
Nasabah lebih memilih metode bunga yang telah dikenal rakyat
kita ini.
2. Bank konvensional lebih beragam
Alasan kedua dari kelebihan dan kekurangan bank
konvensional ini yaitu tentang bank konvensional lebih beragam.
Kenapa kami bisa bilang begitu? Karena benar adanya bahwa di
bank konvensional yang mana menerapkan sistem bunga ini lebih
kreatif dalam menciptakan produk-produk. Kita ambil sebagai
contoh yaitu bunga berbunga pada saat menabung di bank
konvensional. Berbeda ceritanya dengan bank syariah yang mana
menerapkan sistem bagi hasil.
3. Metode bunga telah lama dikenal masyarakat
Karena begitu banyaknya yang memakai bank
konvensional dan begitu lamanya masyarakat yang sudah
mengetahui akan bank konvensional, maka bank konvensional juga
semakin dikenal masyarakat luas. Dari situlah, sistem bunga yang
dikenal masyakat mulai membekas di benak masyarakat. Oleh
karena itu, bank konvensional lebih mudah menarik nasabah
penyimpan dana sehingga lebih mudah mendapatkan modal.
9
2.4.2 Dampak Bank Syariah
Adapun dampak keuntungan dalam bank syariah :
1. Akad Sesuai Dengan Syariat Islam
Nasabah maupun calon nasabah lembaga keuangan syariah
yang ingin menghindari transaksi yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam maka tidak perlu khawatir karena di dalam kegiatan transaksi
lembaga keuangan syariah terdapat 2 akad yang ditawarkan. Pada
dasarnya, kedua akad tersebut sudah sesuai dengan syariat Islam
yang berlaku yaitu (1) Akad mudharabah yang artinya nasabah
memberikan izin kepada bank untuk mengelola aset lancar nya di
industri yang menjamin kehalalan. (2) Akad wadiah yaitu nasabah
hanya menyimpan uang saja. Pihak bank tidak boleh menggunakan
uang atau mengelola uang di suatu industri apa pun.
2. Mempunyai Produk yang Tidak Tersedia di Bank
Konvensional
Bagi anda yang ingin menabung dengan tujuan untuk
beribadah haji dan umrah bisa menggunakan jasa perbankan
syariah sebagai wadah untuk menyimpan dana. Selain itu, terdapat
juga produk lainnya yang hanya ada di perbankan syariah seperti
tabungan qurban, wakaf, dan deposito syariah untuk investasi.
3. Tidak Ada Bunga, Bagi Hasil Dijauhi dari Riba
Perbankan syariah tidak menerapkan adanya sistem bunga
nasabah seperti di bank konvensional melainkan sistem bagi hasil.
Sistem bagi hasil yang dimaksud yaitu membagi keuntungan bersih
dari usaha atau investasi yang sudah dijalankan. Besarnya
keuntungan untuk pihak bank dan nasabah merupakan hasil
musyawarah pihak bank dan nasabah pada saat dilakukannya akad.
10
daya manusia dalam perbankan syariah yaitu dengan cara
mengembangkan sistem pendidikan yang bisa memberikan
pengajaran hardskill maupun softskill sehingga menghasilkan
lulusan yang mengerti dan paham mengenai perbankan syariah
yang diharapkan dapat meningkatkan integritas bank syariah di
kalangan masyarakat yaitu nasabah dan calon nasabah.
2. Literasi Keuangan Syariah yang Masih Minim
Literasi keuangan syariah per tahun 2019 berdasarkan data
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencapai angka 8,93%. Angka
ini jauh berbeda dengan literasi keuangan nasional yang mencapai
38,03%. Selain itu, inklusi keuangan syariah juga baru mencapai
angka 9,1%. Sedangkan, tingkat inklusi bank konvensional berada
di angka 76,19%. Peran dari para influencer muda sangat
diharapkan guna mendorong kaum milenial untuk melirik
perbankan syariah sehingga diharapkan bisa memberikan
pengetahuan mengenai lembaga keuangan berbasis syariah kepada
para pengikutnya. Dengan cara ini, generasi muda akan lebih
mudah dalam mempelajari dan memahami perbankan syariah
sehingga generasi muda bisa bertransaksi pada sektor perbankan
berbasis syariah.
3. Lembaga Keuangan Syariah Masih Sulit Berkompetisi dari
Segi Pricing
Sebuah industri yang bergerak dalam bidang jasa sangatlah
penting menganalisis bentuk pasar. Bentuk pasar ini akan
menentukan perilaku yang diambil oleh konsumen (dalam hal ini
nasabah dan calon nasabah) sehingga dapat mempengaruhi
penetapan harga, keputusan investasi, penggunaan faktor produksi,
dan perilaku manajemen dalam menjalankan aktivitas perusahaan.
Selanjutnya, penyedia jasa perbankan akan bersaing untuk
memberikan pricing terbaik kepada penggunanya. Menurut Kasri
(2010), persaingan perbankan syariah di Indonesia berbentuk
monopolistik dan contestable tidak sempurna. Selain itu,
perbankan syariah juga mempunyai ruang lingkup terbatas seperti
basis konsumen yang lebih sedikit dan produk yang terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut, perbankan syariah perlu memiliki inovasi
berkelanjutan agar bisa menarik minat pihak ketiga untuk
menempatkan dana seperti sosialisasi, pemasaran, dan pencitraan
yang lebih aktif sehingga basis kegiatan perekonomian syariah
menjadi lebih luas dan tingkat risiko bisa dikurangi. Sebaliknya,
tingkat pengembalian atau rate of return bisa ditingkatkan.
11
2.4.3 Dampak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
Adapun dampak keuntungan dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), antara lain :
1. Dalam operasionalnya BMT berhaluan syari’ah sebagai syarat pokok
pelaksanaan BMT dalam masyarakat Islam dan sistem ini mendapat
respon bukan hanya masyarakat Islam tapi juga dari masyarakat non-
muslim.
2. Sistem bagi hasil yang di terapkan sehingga peluang untuk merugikan
para pengusaha kecil, hampir tidak ada bahkan jarak antara pengusaha
kecil dan BMT terdapat hubungan kemitraan.
3. Hubungan pemodal dan pengusaha yang saing asah , asih, asuh sesuai
dengan prinsip bagi hasil, maka hubungan antara BMT sebagai
pemodal dan pegusaha kecil, tidaklah hanya terbatas sebagai hubungan
antara banker dan nasabah. Dalam sistem syari’ah sebenarnya bukan
hanya bagi hasil, akan tetapi juga rugi yakni bila pengusaha untung
maka BMT nya untung jika pengusaha rugi BMT ikut menanggung.
4. Kegiatan menabung indikator keberhasilan seiring dengan rencana
pengusaha kecil dalam menggunakan keuntungan usahanya. Pengelola
BMT mengarahkan pengusaha kecil untuk menabung dan untuk
menampung kegiatan menabung ini BMT sudah menyediakan berbagi
jenis tabungan sesuai dengan kebutuhan anggotanya, yang pada
gilirannya kegiatan menabung ini bisa di pakai sebagai indikator yang
terjadi dalam masyarakat.
5. Pengembangan usaha kecil bertumpu pada pengetahuan dan
keterampilan masyarakat setempat. Pengembanan usaha oleh
pengusaha kecil dilakukann oleh masyarakat sebagai pemilik dan
manager usahanya. Dengan demikian, maka BMT secara sistematis
telah mendistribusikan pengetahuan dan keterampilan kemitraan
semacam ini sangat diperlukan mengingat persaingan global semakin
besar.
Adapun dampak kerugian dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), antara lain :
1. Sumber daya manusia yang kurang memadai kebanyakan berkolerasi
dari tingkat pendidikan dan pengetahuan. BMT dituntut meningkatkan
sumber daya melalui pendidikan formal ataupun non formal, oleh
karena kerja sama dengan lembaga pendidikan yang mempunyai
relevansi dengan hal ini tidak dapat diabaikan, misalnya kerja sama
BMT dengan lembaga-lembaga pendidikan atau bisnis Islami.
2. Strategi pemasaran yang hanya berorientasi di daerah local berdampak
pada lemahnya upaya BMT untuk mensosialisasikan produk-produk
BMT diluar masyarakat dimana BMT itu berada. Guna
mengembangkan BMT, maka upaya-upaya meningkatkan teknik
12
pemasaran perlu dilakukan, guna memperkenalkan eksistensi BMT
ditengah-tengah masyarakat.
3. Kurangnya Sosialisasi BMT Perlu disadari bersama bahwa sosialisasi
BMT sangat kurang, sehingga masyarakat sering mempunyai persepsi
yang keliru mengenai BMT Ada Sebagian masyarakat dengan ekstrem
mensejajarkan BMT sama dengan posisi "rentenir-rentenir" yang
banyak beroperasi di pasar. hal inilah yang menjadi kendala bagi
BMT untuk dapat berkembang dengan baik. Pengelola memang perlu
bekerja keras dalam menjelaskan BMT kepada para calon nasabahnya
karena sebagian besar masyarakat masih awam dengan sistem bagi
hasil.
13
2. Menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan usahanya yaitu
prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang syariah.
3. Merupakan lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan
zakat, infak, sedekah.
Sedangkan perbedaan BMT dan Bank Syariah antara lain:
No Keterangan BMT Bank Syariah
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik
simpulan bahwa :
1. Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
2. Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi kepada
produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja berbeda
dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan. Dalam
perbankan syariah pembagian akad didasarkan pada pola tujuan
dari pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya.
3. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait
sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistem bunga
sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang mana
lebih meringankan beban nasabah.
3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyarankan kepada
pembaca agar dapat mengambil sisi positif dari pembahasan mengenai perbedaan
antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional dan Baitul Maal Wat
Tamwil, dan sisi negatif dari pembahasan di atas bisa dijadikan sebagai bahan
pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Fahrul Fauzi, S. H. (n.d.). Dasar Hukum BMT Dan Perbedaannya dengan bank
Syariah - Klinik Hukumonline. hukumonline.com. Retrieved September 29,
2022, from https://www.hukumonline.com/klinik/a/dasar-hukum-bmt-dan-
perbedaannya-dengan-bank-syariah-lt611a71a91d95f
14863-ID-peranan-perbankan-syariah-terhadap-pengembangan-baitul-mal-wat-
tamwil-bmt-di-kot (1)
Ningsih, Supiah. 2021. Dampak Dana Pihak Ketiga Bank Konvensional dan Bank
Syariah serta Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Bandung: Widina Bhakti
Persada.
Santi, Mei. Bank Konvensional Vs Bank Syariah. Jurnal Perbankan dan Ekonomi
Volume 02, Nomor 01, Juni 2015:1-22.
Dewi, Ernanda Kusuma & Astari, Ayu. Peran Pembiayaan Mudharabah dalam
Pengembangan Kinerja Usaha Mikro pada BMT (Baitul Maal Wat Tamwil).
Jurnal Law and Justice Volume 02, Nomor 02, Oktober 2017: 113-121.
16