OLEH
KELOMPOK 10:
Bismillahirrohmaanirrohiim
Puji dan syukur tak hentinya kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
menciptakan seluruh alam semesta dan segala isinya, mulai dari AL- QUR’AN sebagai
petunjuk sampai akal sebagai alat berpikir sehingga makalah ini (Ekonomi Syariah) dapat
terselesaikan.
Shalawat bernadakan salam kami sanjungkan keharibaan Nabi besar MUHAMMAD
SAW, yang telah mengubah seluruh waktu manusia di dunia ini, dan yang telah membuka
cakrawala ilmu pengetahuan sehingga dapat memotivasi manusia untuk berpikir maju
dengan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin berkembang.
Harapan semoga makalah ini (Ekonomi Syariah) dapat menambah pengetahuan bagi
para pembacanya, kami akui bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk dapat memberikan
masukan yang bersifat membangun untuk menjadi sebuah perbaikan kedepannya. Semoga
ALLAH meridhoi kita.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga keuangan syariah (LKS) menurut Dewan Syariah Nasional (DSN)
adalah lembaga keuangan yang mengeluarkan produk keuangan syariah dan yang
mendapat izin operasional sebagai lembaga keuangan syariah (DSN-MUI,2003).
Definisi ini menegaskan bahwa LKS harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur
kesesuaian dengan syariah Islam dan unsur legalitas dalam operasi sebagai lembaga
keuangan.1
Dalam konteks perbankan nasional-Indonesia, bank Islam diistilahkan dengan
Bank Umum atau Bank Perkraditan Rakyat yang pembiayaannya berdasarkan pada
prinsip-prinsip syariah. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau
kesepakantan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil. Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah; antara lain:
pembiayaan berdasarkan prinsib bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan
prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah).2
Lembaga keuangan bank dibutuhkan sebagai suatu lembaga intermediary
(perantara) antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang devisit dana.
Perkembangan selanjutnya lembaga keuangan bank maupun non bank semakin
berkembang pesat diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Menurut Surat Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990, lembaga keuangan di
beri batasan sebagai semua badan yang kegiatannya dibidang keuangan, melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai
investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan
diutamakan untuk membiayai investasi perusahaan namun peraturan tersebut tidak
berarti membatasi kegiatan pembiayaan lembaga keuangan hanya untuk investasi
perusahaan. Dalam kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa
diperuntukkan bagi investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi
barang dan jasa.3
Dalam pasal 1 Undang-undang No. 21 tahun 2008, disebutkan bahwa bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk
laninya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank terdiri dari dua
jenis, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional yang terdiri atas Bank
Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat.
1
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdsarkan
prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan
perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki
kewenangan dalam menetapkan fatwa dibidang syariah. Bank syariah terdiri atas
Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syaria (BPRS).4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang yang akan dibahas dalam makalah ini antara
lain sebagai berikut:
1. Apa Pengertiam Lembaga Keuangan Islam?
2. Bagaimana Peranan Lembaga Keuangan Islam?
3. Apa Perbeda’an Lembaga Keuangan Islam dan Lembaga Keuangan
Konvesional?
4. Bagaimana Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian lembaga keuangan islam
2. Untuk mengetahu peranan lembaga keuangan islam
3. Untuk mengetahui perbeda’an lembaga keuangan islam dan
lembagakeuangan konvesional
4. Untuk mengetahui lembaga keanagan syariah di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2
b. Lembaga keuangan syariah
Dalam pandangan konvensionalnya, lembaga keuangan adalah badan usaha yang
kekayaan utama berbentuk aset keuangan, memberikan kredit dan menanamkan
dananya dalam surat berharga, serta menawarkan jasa keuangan lain seperti
simpanan, asuransi, investasi, pembiayaan, dan lain-lain.
Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan
usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-aset keuangan
(financial assets) maupun non financial asset atau asset riil berlandaskan konsep
syariah.15
Tidak ada satu definisi pun yang dapat menjelaskan pengertian lembaga
keuangan secara sempurna dalam pandangan syariah. Akan tetapi, ada beberapa
kriteria tentang sebuah lembaga keuangan yang berbasis syariah, yaitu : lembaga
keuangan milik umat Islam, melayani umat Islam, ada dewan syariah, merupakan
anggota organisasi Internasional Association of Islamic Banks (IAIB) dan
sebagainya.16 Lembaga keuangan syariah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :17
a. Lembaga keuangan depository syariah (depository financial institution syariah)
yang disebut lembaga keuangan bank syariah
Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia
seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan
(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir,
riba, zalim dan obyek yang haram. Selain itu, UU Perbankan Syariah juga
mengamanahkan bank syariah untuk menjalankan fungsi sosial dengan
menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang
berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi
wakaf (wakif).
Berbicara tentang definisi bank syariah, ada beberapa pakar yang
menjelaskan definisi dari bank syariah sebagai berikut :
1. Bank syariah adalah bank yang sistem perbankannya menganut
prinsipprinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang
diimpikan oleh para umat islam.
2. Pengertian Bank Syariah Menurut Sudarsono, Bank Syariah adalah
lembaga keuangan negara yang memberikan pembiayaan dan jasa-jasa
lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang yang
beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau islam.
3. Menurut Perwataatmadja, Pengertian Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah (islam) dan tata caranya
didasarkan pada ketentuan Al-quran dan Hadist.
4. Siamat Dahlam mengemukakan Pengertian Bank Syariah, Bank
Syariah merupakan bank yang menjalankan usahanya berdasar prinsip-
prinsip syariah yang didasarkan pada alquran dan hadits.
5. Pengerian Bank Syariah menurut Schaik, Bank Syariah adalah suatu
bentuk dari bank modren yang didasarkan pada hukum islam, yang
3
dikembangkan pada abad pertenganhan islam dengan menggunakan
konsep bagi risiko sebagai sistem utama dan meniadakan sistem
keuangan yang didasarkan pada kepastian dan keuntungan yang telah
ditentukan sebelumnya.
6. Dalam UU No.21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah
mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank
syariah.
• Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup
kegiatan usaha, serta tata cara dan proses di dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
• Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan menurut jenisnya bank
syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS (Unit Usaha
Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah),
7. Bank Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak
membayar bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima
maupun yang dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan
perjanjian yang dilakukan oleh pihak nasabah dan pihak bank.
Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada
syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariat islam.
4
Macam-macam Lembaga Keuangan Syriah Non-Bank di Indonesia
a. Baitull Maal Wa Tamwil (BMT)
Bmt merupakan lembaga perekonomian rakyat kecil yang
bertujuan meningkatkan dan menumbuh kembangkan kegiatan
ekonomi pengusaha mikro yang berkualitas dengan mendorong
kegiatan perekonomian. Sedangkan menurut UU No 25 tahun 1992
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
12
badan-badan yang berlandaskan atas asas kekeluargaan .
b. Reksadana syariah
Reksadana syariah adalah wadah yang di pergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk di investasikan
dalam fortofolio efek oleh menejer investasi serta sesuai dengan
ketentuan syariat Islam.
c. Pasar modal syariah
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan
public yang diterbitkannya serta lemaga profesi yang berkaitan,
dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya tidak
bertentangan dengan ketentuan syariat islam.
d. Pegadaian syariah (rahn)
Rahn adalah kegiatan menjamin hutang dagang barang, dimana
hutang dimungkinkan biasa dibayar denganya, atau dari hasil
penjualannya. Rahn juga dapat diartikan dengan menahan harta salah
satu milik si peminjam sebagai jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian hutangnya.
e. Asuransi syariah
Asuransi (at-ta’min) adalah transaksi perjanjian antara dua belah
pihak yaitu pihak pertama berkewajiban membayar iuran dan pihak
lainya berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada
pembayar iuran jika terjadi Sesuatu yang menimpa pihak pertama
sesuai perjanjian yang di buat.
f. Lembaga zakat, infak dan wakaf
Lembaga ini hanya ada dalam system keuangan islam karena
Islam mendorong umatnya untuk menjasi sukarelawan dalam beramal
.dana ini hanya dibolehkan untuk dialokasikan untuk kepentingan
sosial atau peruntukan yang telah diatur dalam syariat Islam14.
Berikut surah attaubah ayat 60 yang membahas mengenai
zakat :Terjemahan : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang
sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
5
B. Peranan Lembaga Keuangan Islam
Fungsi dan peran lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan
masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya mengonsumsi suatu barang,
tambahan modal kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang, atau
bahkan per modalan awal bagi seseorang yang mempunyai usaha prospektif namun
padanya tidak memiliki permodalan berupa keuangan yang memadai.13
Dalam redaksi lain, fungsi dan peran lembaga keuangan syariah sebagai
berikut:15
• Memperlancar pertukaran produk (barang dan jasa) dengan menggunakan
jasa keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
• Menghimpun dana dari masyarakat untuk disalurkan kembali dalam bentuk
pembiayaan sesuai dengan prinsip syariah.
• Memberikan pengetahuan/informasi kepada pengguna jasa keuangan
sehingga membuka peluang keuntungan sesuai prinsip syariah.
• Lembaga keuangan memberikan jaminan hukum mengenai keamanan dana
masyarakat yang dipercayakan sesuai dengan prinsip syariah.
• Menciptakan likuiditas sehingga dana yang disimpan dapat digunakan ketika
dibutuhkan sesuai dengan prinsip syariah.
6
Lembaga Keuangan Syariah, dalam setiap transaksi tidak mengenal
bunga, baik dalam menghimpun tabungan investasi masyarakat ataupun
dalam pembiayaan bagi dunia usaha yang membutuhkannya.
Ciri-ciri sebuah Lembaga Keuangan Islam (LKS) dapat dilihat dari
hal-hal sebagai berikut:
Dalam menerima titipan dan investasi, Lembaga Keuangan Syariah
harus sesusi dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah;
Hubungan antar investor (penyimpanan dana), pengguna dana, dan
LKS sebagai intermediary institution, berdasarkan kemitraan, bukan
hubungan debitur kreditur;
Bisnis LKS bukan hanya berdasarkan profit orianted, tetapi juga falah
orianted, yakni kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat;
Konsep yang digunakan dalam transaksi LKS berdasarkan prinsip
kemitraan bagi hasil, jual beli atau sewa menyewa guna transaksi
komersial, dan pinjam meminjam (qardh/kredit) guna transaksi sosial;
LKS hanya melakukan investasi yang halal dan tidak menimbulkan
kemhudaratan serta tidak merugikan syiar islam
Dalam membangun sebuah usaha, salah satu yang dibutuhkan adalah
modal. Modal dalam pengertian ekonomi syariah bukan hanya uang,
tetapi meliputi materi baik berupa uang ataupun materi lainnya, serta
kemampuan dan kesempatan. Salah satu modal yang penting adalah
sumber daya insasi yang mempunyai kemampuan dibidangnya.
b. Mekanisme Lembaga Keuangan Konvensianal
Kegiatan usaha bank dalam melakukan penghimpunan dana
masyarakat maupun dalam penyaluran dana dilakukan melalui produksi
juga keuangan. Hal ini karena produksi jasa keuangan dan bank dapat
mempengaruhi perbedaan uang dimasyarakat, serta berpngaruh terhadap
perekonomian. Oleh karena itu, produksi jasa keuangan bank diatur oleh
peraturan yang sifatnya mengikat dalam kegiatan operasional bank,
sehingga dapat memberikan keamanan bagi stabilitas ekonomi nasional.
2. Bank
a. Bank Konvesional
Bank Konvensional menerapkan sistem pinjam meminjam dengan
menggunakan sistem bunga yang merupakan tambahan atas pinjaman,
dimana tamabahan atau bunga ini diharamkan dalam Syariah Islam.
Dalam hal ini, apapun yang terjadi dengan yang meminjam uang bank, bai
untung maupun rugi, maka yang meminjam harus membayar bunga sesuai
yang ditetapkan oleh Bank.
b. Bank Syariah
Bank Syariah tidak menerapkan sistem pinjam meminjam, melainkan
sistem kerja sama atau jual beli. Misalnya kerjasama antar pemilik modal
dengan pengusaha ( mudharobah), yang disepakati adalah jika untung,
maka dilakukan pembagian keuntungan dengan proporsi yang ditetapkan
7
atau yang disepakati. Bisa juga jual beli (murabahah), dimana bank
menjual suatu barang dengan mengambil marjin keuntungan, kemudian
dicicil dengan cicilan tetap. Dan bentuk-bentuk transaksi lain yang
disediakn oleh Bank.
3. Falsafah
a. Bank Konvensional (Berdasarkan Bunga)
b. Bank Syariah ( tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan)
4. Operasional
a. Bank Konvensional
• Dana masyarakat berupa simpanan yang harus dibayar bunganya pada
saat jatuh tempo
• Penyaluran pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak
menjadi pertimbangan utama
b. Bank Syariah
• Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan
mendapatkan hasil jika diusahakan terlbih dahulu
• Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan
5. Aspek Sosial
a. Bank Konvensional
Tidak diketahui secara tegas
b. Bank Syariah
Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi
6. Organisasi
a. Bank Konvensional
Tidak memiliki dewan pengawas syariah
b. Bank Syariah
Harus memiliki dewan pengawas syariah
Di atas telah disebutkan bahwa lembaga keuangan syariah bukan hanya bank,
secara garis besar dapat digambarkan di bawah ini lembaga-lembaga keuangan syariah
yang ada, yaitu:
1. Bank Syari’ah
8
Pada zaman Bani Abbasiyyah, jihbiz lebih dikenal dengan profesi
penukaran uang yang pada waktu itu diperkenalkan mata uang yang dikenal
dengan fulus yang terbuat dari tembaga, dengan adanya fulus para gubernur
pemerintahan cenderung mencetak fulusnya masing-masing sehingga akan
berbeda-beda nilai dari fulus tersebut, kemudian ada sistem penukaran uang.
Selain melakukan penukaran uang jihbiz juga menerima titipan dana,
meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang.
2. Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah
Kata asuransi berasal dari bahasa inggris, “insurance”. Dalam bahasa arab
istilah asuransi biasa diungkapkan dengan kata at-tamin yang secara bahasa
berarti tuma’ ninatun nafsi wa zawalul khauf, tenangnya jiwa dan hilangnya rasa
takut.
Asuransi menurut UU RI No.2 th. 1992 tentang usaha perasuransian, yang
dimaksud dengan asuransi yaitu perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan pihak tertanggung,
dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tak pasti atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seeseorang yang dipertanggungkan.
Sedangkan pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah
usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan
syariah.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu,
adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
9
menumbuh kembangkan derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh
masyarakat setempat dengan berlandaskan pada system ekonomi yang salaam.
BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang
produktif bagi anggota dan kesejahteraan social masyarakat sekitar, terutama
usaha mikro dan fakir miskin.
5. Pasar Modal Syari’ah
10
Kategori ketiga, yakni sekuritas yang diperbolehkan, baik secara penuh
maupun dengan catatan-catatan meliputi, saham, dan islmic bonds, profit loss
sharing based, government securities, penggunaan institusi pasar sekunder dan
mekanismenya semisal margin trading. Karena sering seklai catatan-catatannya
begitu dominan.
6. Reksa Dana Syariah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, Lembaga Keuangan sangat diperlukan dalam perekonomian
modern karena fungsinya sebagai mediator antara kelompok masyarakat yang
kelebihan dana dan kelompok masyarakat yang memerlukan dana. Lembaga
keuangan itu bisa berbentuk seperti sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan. Yang bentuknya dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Lembaga keuangan konvensional
• Lembaga keuangan syariah
Lembaga keuangan syariah (syariah financial institution) merupakan suatu badan
usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-aset keuangan
(financial assets) maupun non financial asset atau asset riil berlandaskan konsep
syariah.15
Lembaga keuangan syariah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
11
• lembaga keuangan syariah Non Bank
• lembaga keuangan syariah
Fungsi dan peran lembaga keuangan syariah diantaranya memenuhi kebutuhan
masyarakat akan dana sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ekonomi yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya mengonsumsi suatu barang, tambahan
modal kerja, mendapatkan manfaat atau nilai guna suatu barang, atau bahkan per
modalan awal bagi seseorang yang mempunyai usaha prospektif namun padanya tidak
memiliki permodalan berupa keuangan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Syafii. Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Nonbank. Jakarta: Djambatan.
2003.
Antonio, M.Syafii. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
2001.
Euis Amalia,dkk. Serial Buku Pedoman Praktyekum Fakultas Syariah dan Hukum
No 1, Buku Modul Praktekum Bank Mini, Konsep dan Mekanisme Bank
Syariah. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2007.
12
Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007.
Saladin, Djaslim dan Abdus Salam DZ. Konsep Dasar Ekonomi Dan Lembaga
Keuangan. Bandung: Linda Karya. 2000.
13