Oleh :
ILHAM INAYATULLAH (104220010)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Adat Dan Kebudayaan Provinsi
Jambi ini tepat waktu.
Dalam penulisan makalah ini, penulis sadari masih banyak kekurangan karena
kemampuan maupun pengalaman penulis dalam membuat makalah masih sangatkurang.
Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak mungkin terlaksana tanpa
bantuan dari pihak lain. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
Terima kasih.
PENULIS
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A.LATAR BELAKANG MASALAH.....................................................................................1
B.RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2
C.TUJUAN..............................................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. SEJARAH TERBENTUKNYA DSN-MUI.........................................................................3
B. STRUKTUR DAN KEANGGOTAAN DSN-MUI.............................................................4
C. TUGAS DAN WEWENANG DSN-MUI............................................................................9
D. MEKANISME DAN TATA KERJA DSN-MUI...............................................................10
E. METODE PENETAPAN FATWA....................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................13
PENUTUP..................................................................................................................................13
A. KESIMPULAN..............................................................................................................13
B. SARAN..........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
DSN adalah singkatan dari Dewan Syariah Nasional. DSN merupakan lembaga
yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1998 yang kemudian
dikukuhkan oleh Surat Keputusan (SK). Dewan Pimpinan MUI Nomor Kep.754/II/1999
difungsikan untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. DSN MUI
bertugas mengeluarkan fatwa atas produk-produk keuangan shari‘ah agar sesuai dengan
nilai-nilai shari‘ah. Kebutuhan pendirian DSN MUI ini sejalan dengan
pertumbuhan lembaga keuangan shari‘ah, mengingat akan pentingnya peran Dewan
Pengawas Syariah (DPS) di lembaga-lembaga tersebut. Pendirian tersebut merupakan
langkah koordinasi para ulamadalam menghadapi kasus-kasus ekonomi atau keuangan agar
lebih efektif dan efisien. Sehingga 109 fatwa yang telah ditetapkan sampai saat ini merupakan
substansi pemikiran hukum Dewan Syariah Nasional MUI. Fatwa berperan sebagai shari‘ah
legal opinion terhadap permasalahan masyarakat. Fatwa DSN MUI pada dasarnya hasil
interaksi antara si pemikir hukum dengan lingkungannya.1
1 1Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: PustakaPelajar
Offset, 1998), 103.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kapan Terbentuknya DSN-MUI?
2. Siapa Saja Anggota DSN-MUI.?
3. Apa Saja Tugas Dan Wewenang DSN-MUI?
4. Bagaimana Mekanisme Dan Tata Kerja DSN-MUI.?
5. Bagaimana Metode Penetapan Fatwa.?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Sejarah Terbentuknya DSN-MUI.
2. Mengetahui Apa Saja Tugas DSN-MUI.
3. Mengetahui Mekanisme Dan Tata Kerja DSN-MUI
4. Mengetahui Metode Penetapan Fatwa DSN-MUI.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ekonomi merupakan salah satu bidang yang sangat di butuhkan dan memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan kehidupan masyarakat. Di Indonesia, sejak tahun 1990-
an telah mencuat istilah ekonomi syariah. Munculnya perekonomian syariah yang terus
berkembang hingga saat ini memberikan suatu alternatif serta solusi bagi masyarakat dan
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negara. Meskipun pada
awalnya kegiatan perekonomian masih terbatas pada bidang perbankan, kegiatan ini terus
semakin meluas kebidang asuransi, pasar modal, dan pembiayaan. Kegiataan perekonomian
syariah yang di lakukan oleh LKS terus berkembang di indonesia merupakan pengantar
pembentukan sejumlah fatwa yang di terbitkan oleh DSN-MUI. Hingga saat ini merupakan
suatu hal yang menarik untuk di perhatikan dan di kaji mengenai perekonomian syariah ini
karena memberi pengaruh yang signifikan terhadap sistem perekonomian dan khususnya
sistem hukum diindonesia.2
kemudian dibahas dalam lokakarya Ulama tentang Reksa Dana Syariah pada
tanggal 29-30 Juli 1997 yang juga membahas pandangan syariah terhadap reksa dana.
Hasil dari lokakarya tersebut adalah merekomendasikan untuk membuat suatu lembaga
sebagai wadah atas kebutuhan para praktisi ekonomi. Atas dasar hasil rekomendasi
lokakarya tersebut MUI membentuk DSN pada tanggal 10 Februari 1999 melalui SK
MUI No. Kep-754/MUI/II/1999 tentang pembentukan Dewan Syariah Nasional.
Pembentukan DSN sebagai bagian dari MUI adalah untuk menanggapi perkembangan
masyarakat indonesia di bidang ekonomi dan keuangan syariah, mendorong penerapan
ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi, serta menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan aktivitas LKS.
2 Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum Nasional di Indonesia,
h. 109-110
3
Anggota-anggota DSN terdiri dari para ulama, praktisi, para praktisi, dan para pakar yang
terkait dengan muamalat syariah yang di tunjuk dan di angkat oleh MUI.3
Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah dewan yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia
yang bertugas dan memiliki kewenanganuntuk menetapkan fatwa tentang produk, jasa, dan
kegiatan bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dewan syariah
nasional merupakan dari bagian majelis ulama Indonesia. Dewan syariah nasional membantu
pihak terkait, seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam menyusun
peraturan/ketentuan untuk lembaga keuangan syariah.
Badan Pengawas
3 Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum
Nasional di Indonesia, h. 145-146
4
Anggota 1. K.H. Muhyiddin Junaidi, M.A.
2. Dr. H. Muhammad Anwar Ibrahim
3. — (alm)
4. Prof. Dr. H. Utang Ranuwijaya, M.A.
5. Prof. Dr. H. Noor Achmad, M.A.
6. KH. Abdullah Jaidi
7. Dr. H. Yusnar Yusuf, M.S.
8. Dr. H. Jeje Jaenuddin, M.Ag.
9. Dr. H. Lukmanul Hakim, M.Si.
10. KH. Masduki Baidlowi, M.Si.
11. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, M.A.
12. Dr. K.H. Sodikun, M.Si.
13. Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A.
14. Dr. H. Rahmat Hidayat, S.E., M.T.
15. Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.
16. Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab, M.A.
17. Dr. KH. Abdul Ghofur Maimun
18. Dr. H. Ahmad Hasan Ridwan, M.Ag.
19. Prof. Dr. H. Oyo Sunaryo Mukhlas, M.Si.
20. Dr. H. Adian Husaini
21. Prof. Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec.
22. Prof. Dr. H. Achmad Satori Ismail
23. Dr. Hj. Mursyidah Thahir, M.A.
24. Dr. H. Jafril Khalil, M.C.L., F.I.I.S.
25. Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.A.
26. H. Muhammad Faiz, M.A.
27. Dr. Mulya E. Siregar
28. Suminto Sastrosuwito, Ph.D.
29. Dwi Irianti Hadiningdiyah, S.H., M.A.
30. Moch. Muchlasin
31. Ahmad Soekro Tratmono
32. Fadilah Kartikasasi
33. M. Anwar Bashori
34. M. Jusuf Wibisana
35. Ir. H. Muhammad Syakir Sula, A.A.I.J., F.I.I.S.
36. Didik Mardiyono
37. Dr. Hj. Friderica Widyasari Dewi, S.E., M.B.A.
38. Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad, M.A.
39. Hj. Siti Haniatunnisa, L.L.B., M.H.
40. H. Iwan Kartiwan Manshur, Lc.
41. — (alm)
42. H. Misbahul Ulum, M.Si.
43. H. Cecep Maskanul Hakim, M.Ec.
44. H. Ikhwan Abidin Basri, M.A., M.Sc.
45. Dr. H. Mohamad Hidayat, M.B.A., M.H.
46. Dr. dr. H. Endy M. Astiwara, M.A., F.I.I.S.
47. Dr. KH. Abdurrahman Dahlan, M.A.
48. Dr. KH. Hamdan Rasyid, M.A.
49. H. Azrul Tanjung, S.E., M.Si.
5
Dr. Ahmad Zain An Najah, M.A.
Dr. Adi Mansah, Lc., M.A.
Deden Firman Hendarsyah, M.Bus.
dr. Masyhudi AM, M.Kes.
Dr. Irfan Syauqi Beik, M.Sc.
Dr. Sofian Al Hakim, M.Ag.
Prof. Mahfud Sholihin, S.Ag., S.E., M.Acc., Ph.D., C.A.
KH. Zulfa Mustofa MY
Dr. Hurriyah El Islamy, L.L.B. (hons), M.C.L., Ph.D.
KH. Abdul Muiz Ali
KH. Junaidi
— (alm)
Dr. H. Moh. Emnis Anwar, Lc., M.A.
Dr. Amirah Ahmad Nahrawi, Lc., M.Ec., M.E.Sy.
KH. Zaenal Abidin Syuja’i, Lc.
Prof. Dr. Euis Amalia, M.Ag.
Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A
Wakil Bendahara 1. Dr. M. Dawud Arif Khan, S.E., Ak., M.Si., C.P.A.
2. Dr. Hj. Siti Ma’rifah, M.M., M.H.
3. Dr. Erni Juliana Al Hasanah N., S.E., M.Ak.
1. Bidang Perbankan Syariah
Ketua Kanny Hidaya, S.E., M.A.
6
Sekretaris Prof. Dr. Muhammad Maksum, M.A.
7
6. Marhamah Saleh, Lc., M.A.
5. Bidang Edukasi, Sosialisasi & Literasi/DSN-MUI Institute
Ketua Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H.
8
C. Tugas Dan Wewenang DSN-MUI
4 Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum
Nasional di Indonesia, h.146
9
penyimpangan dari fatwa yang telah di keluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Ketua Badan Pelaksanaan Harian bersama anggota dan staf ahli selambat
lambatnya 20 hari kerja harus membuat memorandum berisi telaah dan
pembahasaan terhadap suatupertanyaan/usulan.
c. Ketuan Badan Pelaksana Harian selanjutnya membawa hasilpembahasan ke
5 Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, Dewan syariah Nasional MUI, (Jakarta : Erlangga,
2014 ), h. 5
10
dalam Rapat Pleno Dewan Syariah Nasionaluntuk mendapat pengesahan.
d. Fatwa atau memorandum Dewan Syariah Nasionalditandatangani oleh Ketua
dan Sekretaris Dewan Syariah Nasional.
Metode yang digunakan oleh MUI dalam Menetapkan Fatwa diatur dalam keputusan fatwa
MUI Nomor Istimewa/VII/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Pedoman dan Prosedur
Penetapan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).6 Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya bahwa penetapan fatwa terhadap persoalan-persoalan hukum (agama) secara
umum, dilakukan oleh Komisi Fatwa.7 kecuali dalam persoalan-persoalan perekonomian dan
keuangan syariah yaitu dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN).8 Persoalan-persoalan
yang ditetapkan oleh Komisi Fatwa ada dua kemungkinan, pertama atas pertanyaan atau
permintaan dari masyarakat, pemerintah, lembaga/oraganisasi, atau dari MUI sendiri. Kedua
berdasarkan temuan masalah yang muncul akibat perkembangan dan perubahan sosial
masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni budaya.9 Dalam
membahas atau mengkaji persoalan yang akan difatwakan MUI dapat menghadirkan pakar
atau ahli yang berkaitan dengan masalah yang akan difatwakan10 Penetapan fatwa dilakukan
harus setelah dilakukan pembahasan secara mendalam dan komprehensif serta
memperhatikan pendapat dan pandangan dari para peserta11 Beberapa hal penting yang dapat
dikemukakan dari penjelasan tersebut adalah: pertama penetapan fatwa yang dilakukan oleh
MUI tidak dilakukan atau diserahkan kepada perorangan tetapi kepada beberapa orang yang
mempunyai kompetensi terhadap persoalan yang diajukan. Penetapan dengan cara tersebut
dalam usul fiqh disebut dengan metode ijtihad kolektif (jama’iy). Kedua, dalam penetapkan
fatwa, Komisi Fatwa tidak boleh bersikap pasif, menunggu persoalan yang diajukan, tetapi
6 Mohammad Atho Mudzhar, Fatwas of The Council of Indonesia Ulama: A Study of Islamic Legal Thought
in Indonesia 1975-1988 (Jakarta: INIS, 1993), hlm. 75
7 Keputusan Komisi Fatwa MUI No. Istimewa/VII/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang “Pedoman dan Prosedur
Penetapan Fatwa MUI” Bab II pasal 2. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta:
Erlangga, 2015),hlm. 9
8 Pedoman Dasar Dewan Syariah Nasional MUI yang ditetapkan oleh DSN-MUI bagian “Tugas dan Wewenang”
DSN. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN MUI (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 13-14
9 Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI Bab IV pasal 9. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa MUI,
11
10 Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI Bab IV pasal 8 (2)
11 Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI Bab IV pasal 11 (1)
11
harus responsif dan proaktif, bahkan antisipatif yaitu peka terhadap persoalanpersoalan yang
menjadi wewenang dan tugasnya untuk diselesaikan.
Selanjutnya, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa dasar yang digunakan oleh Komisi Fatwa MUI
dalam menetapkan fatwa adalah al-Qur’an, hadis, ijmak, qiyas dan dalil-dalil lain yang
mu’tabar. Pasal ini menunjukkan bahwa MUI masih memegangi dalil yang dipegangi jumhur
fuqaha’ (muttafaq alaih) sebagai rujukan utama. Menarik juga untuk diperhatikan, selain
menggunakan dalil-dalil tersebut, dalam pasal 4 (2) disebutkan bahwa penetapan fatwa harus
argumentatif, kontekstual (waqi’iy), aplikatif, dan moderat. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam menetapkan fatwa, MUI tidak boleh semata-mata hanya berpegangan terhadap nas an
sich, tetapi juga harus didasarkan atas nalar atau logika yang kuat. Kekuatan argumentasi
nalar atau logika tersebut antara lain ditunjukkan sejauh mana produk fatwa tersebut
memperhatikan situasi dan kondisi di mana produk fatwa tersebut akan diterapkan. Prinsip
kontekstual (waqi’iy) juga penting, karena dengan prinsip tersebut akan berakibat pada
efektif atau tidaknya fatwa, dan sekaligus menghindari kesan ekstrim terhadap sebuah fatwa.
Fatwa yang tidak memperhatikan konteks akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya,
dan fatwa yang tidak moderat, akan resisten terhadap kontradiktifitas.
Hal lain yang juga perlu dikemukakan adalah dalam Bab III pasal 5 (1) disebutkan; sebelum
fatwa ditetapkan, dilakukan kajian komprehensif terlebih dahulu guna memperoleh deskripsi
utuh tentang obyek masalah (tas}awwur al-mas'alah), rumusan masalah termasuk dampak
sosial keagamaan yang ditimbulkan dan titik kritis dari berbagai aspek hukum (norma
syariah) yang berkaitan dengan masalah tersebut. Poin penting dari pasal ini, MUI sebagai
organisasi yang salah satu tugasnya adalah memberikan jawaban (fatwa) atas persoalan-
persoalan hukum (keagamaan) bagi umat (Islam), tidak hanya sekedar menjawab substansi
hukum an sich. Faktor lain di luar substansi persoalan hukum yaitu dampak negatif, yang
dalam pasal tersebut ada dalam kalimat “dampak sosial keagamaan yang ditimbulkan” perlu
dijaga. Untuk menjaga dampak negatif tersebut, dalam konteks ijtihad ada pada metode sadd
az-zari‘ ah dan dalam operasionalnya MUI menggunakan kaidah-kaidah fikih.12
12 h am’Ni Asrorun, Metodologi Penetapan Fatwa MUI: Penggunaan Prinsip Pencegahan dalam Fatwa,
(Jakarta: Erlangga, 2016), hlm. 55-56
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DSN adalah singkatan dari Dewan Syariah Nasional. DSNmerupakan lembaga yang
dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1998 yang kemudian dikukuhkan
oleh Surat Keputusan (SK). Dewan Pimpinan MUI Nomor Kep.754/II/1999 difungsikan
untuk mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. DSN MUI bertugas
mengeluarkan fatwa atas produk-produk keuangan shari‘ah agar sesuai dengan nilai-nilai
shari‘ah. Kebutuhan pendirian DSN MUI ini sejalan dengan pertumbuhan
lembaga keuangan shari‘ah, mengingat akan pentingnya peran Dewan Pengawas Syariah
(DPS) di lembaga-lembaga tersebut. Pendirian tersebut merupakan langkah koordinasi para
ulama dalam menghadapi kasus-kasus ekonomi atau keuangan agar lebih efektif dan efisien.
Sehingga 109 fatwa yang telah ditetapkan sampai saat ini merupakan substansi pemikiran
hukum Dewan Syariah Nasional MUI. Fatwa berperan sebagai shari‘ah legal opinion
terhadap permasalahan masyarakat. Fatwa DSN MUI pada dasarnya hasil interaksi antara si
pemikir hukum dengan lingkungannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek (Yogyakarta: PustakaPelajar Offset, 1998), 103.
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum Nasional di
Indonesia, h. 109-110
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum Nasional di
Indonesia, h. 145-146
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional DalamSistem Hukum 1 Mohammad Atho
Mudzhar, Fatwas of The Council of Indonesia Ulama: A Study of Islamic Legal Thought in Indonesia 1975-1988
(Jakarta: INIS, 1993), hlm. 75
Keputusan Komisi Fatwa MUI No. Istimewa/VII/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang “Pedoman dan Prosedur
Penetapan Fatwa MUI” Bab II pasal 2. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975 (Jakarta:
Erlangga, 2015),hlm. 9
Pedoman Dasar Dewan Syariah Nasional MUI yang ditetapkan oleh DSN-MUI bagian “Tugas dan Wewenang”
DSN. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah DSN MUI (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 13-14
Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa MUI Bab IV pasal 9. Lihat Sekretariat MUI, Himpunan Fatwa MUI, 11
h am’Ni Asrorun, Metodologi Penetapan Fatwa MUI: Penggunaan Prinsip Pencegahan dalam Fatwa, (Jakarta:
Erlangga, 2016), hlm. 55-56
14