SYARIAH
DSN MUI Dan Lembaga Arbitrase
Kelompok 3
Disusun Oleh :
Dosen Penggampu:
Agnes Yolanda, M.E.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya dan juga sholawat serta salam kita
curahkan kepada nabi besar kita nabi Muhammad saw, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini bisa dipergunakan sebagai salah satu contoh,
petunjuk maupun panduan bagi pembacanya.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Bengkulu, 16 September 2023
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................1
Daftar Isi.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
A. Latar Pelakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
A. Pengertian DSN MUI..............................................................................................4
B. Peran Dan Fungsi DSN MUI...................................................................................5
C. Fatwa – Fatwa DSN MUI Tentang LKS..................................................................6
D. Pengertian Lembaga Arbitrase.................................................................................7
E. Peran Dan Fungsi Lembaga Arbitrase.....................................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................11
A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................12
2
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasararkan latar belakang perkembangan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia yang
dilakukan oleh LKS sebelum tahun 1999, yaitu perbankan syariah dimulai sejak tahun
1992, asuransi syariah dimulai sejak tahun 1994, dan pasar modal syariah dimulai pada
tahun 1997, para praktisi ekonomi syariah merasakan penting adanya suatu lembaga yang
dapat memeberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ekonomi syariah.
Latar belakang tersebut kemudian dibahas dalam Lokakarya Ulama tentang reksadana
syariah pada tanggal 29-30 Juli 1997 yang juga membahas pandangan syariah terhadap
reksa dana. Hasil dari lokakarya tersebut adalah merekomendasikan untuk membuat suatu
lembaga sebagai wadah atas kebutuhan para praktisi ekonomi. Atas dasar hasil
rekomendasi lokakarya tersebut MUI membentuk DSN pada tanggal 10 Februari 1999
melalui SK MUI No. Kep-754/MUI/II/1999 tentang pembentukan Dewan Syariah
Nasional.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3
BAB II
PPEMBAHASAN
A. Pengertian DSN MUI
Berdasararkan latar belakang perkembangan kegiatan ekonomi syariah di Indonesia yang
dilakukan oleh LKS sebelum tahun 1999, yaitu perbankan syariah dimulai sejak tahun 1992,
asuransi syariah dimulai sejak tahun 1994, dan pasar modal syariah dimulai pada tahun 1997,
para praktisi ekonomi syariah merasakan penting adanya suatu lembaga yang dapat
memeberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai ekonomi syariah. Latar
belakang tersebut kemudian dibahas dalam Lokakarya Ulama tentang reksadana syariah pada
tanggal 29-30 Juli 1997 yang juga membahas pandangan syariah terhadap reksa dana. Hasil
dari lokakarya tersebut adalah merekomendasikan untuk membuat suatu lembaga sebagai
wadah atas kebutuhan para praktisi ekonomi. Atas dasar hasil rekomendasi lokakarya tersebut
MUI membentuk DSN pada tanggal 10 Februari 1999 melalui SK MUI No.
Kep-754/MUI/II/1999 tentang pembentukan Dewan Syariah Nasional.1
Pada awal tahun 1999, Dewan Syariah Nasional secara resmi didirikan sebagai lembaga
syariah yang bertugas mengayomi dan mengawasi operasional aktivitas perekonomian
lembaga keuangan syariah (LKS). Selain itu, juga untuk menampung berbagai masalah/kasus
yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya oleh masing-masin
DPS yang ada di masing-masing LKS.
2
1
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia,
(jakarta: Intermasa, 2004), h.143-145
2
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Syariah di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2005). H. 80
4
ulama Nahdatul Ulama yang masih tetap memperoleh lindungan Soekarno. Pada masa
pemerintahan Soeharto (sejak tahun 1966 dan seterusnya) sifat peranan kaum Ulama,
termasuk mereka dari Nahdatul Ulama, dibatasi lebih lanjut hingga pada soalsoal keagamaan
saja, partai-partai politik tidak lagi diperbolehkan berdasar pada afiliasi dan bernaung
dibawah panji agama3
Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah Lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama
Indonesia yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk menetapkan fatwa tentang produk,
jasa, dan kegiatan bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dewan
syariah nasional merupakan dari bagian Majelis Ulama Indonesia. Dewan syariah nasional
membantu pihak terkait, seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia, dan lain-lain dalam
menyusun peraturan/ketentuan untuk lembaga keuangan syariah.
3
Mohamad Atho Mudzhar, Fatwa-fatwa majelis Ulama Indonesia....h. 53-54
4
Hasanuddin, Peran Dewan Shari>‘ah Nasional (DSN) dan Pengawasan Ekonomi Syari‘ah, dalam
http://hasanuddin/Peran DSN/2008/, (diakses pada tanggal 14 April 2017, jam 14.05)
5
d. Merumuskan masalah–masalah yang memerlukan pembahasanpembahasan Dewan
Syari’ah Nasional.
Ada Beberapa fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan dengan LKS, yang meliputi antara lain:"5
6
14. Farwa No. 94/DSN-MUVIV/2014 tentang Repo Surat Berharga Syariah (SBS)
Berdasarkan Prinsip Syariah.
15. Fatwa No. 95/DSN-MUI/VII/2014 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Wakalah6
Arbitrase adalah suatu prosedur yang oleh para pihak yang berselisih
secara suka rela setuju untuk terikat pada putusan pihak ketiga yang netraldi
luar proses peradilan yang normal. Logika dan kesederhanaan dari arbitrase
mendapat pujian bahwa proses tersebut ditujukan untu manusia sejak abad
permulaan. Untuk alasan yang sama pula arbitrase secara luas
diterima sebagai pelengkap dari hukum formil dari orang-orang romawi dan
lebih di sukai sebagai alat penyelesaian perselisiahan komersil pada abad
pertengahan.8 sementara itu, menurut undang-undang nomor 30 tahun
1999tentang arbitarse dan alternatif penyelesaian senketa umum pasal 1 angka 1,
arbitarse adalah: “cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar
peradilan umum yang di dasarkan pada perjanjian arbitraseyang dibuat
secara tertulis oleh para puhak yang bersengketa.9
6
https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/
7
Sudargo Gautama, kontrak dagang internasional, Alumni( Bandung: 1976), h. 5
8
Jurnal Hukum Mila Karmila Hadi, Masa Depan Arbitrase
9
Pasal 1Angka (1) Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1999,
7
final dan mengikat.”10
8
Award atau The 1958 New York Konvention (Konvensi New York) yang
di tanda tangani pada tanggal 10 juni 1958
c. The International Centre Of Setllement of Investment Dispute ( ICSID)
yang didirikan pada tanggal 16 Februari 1968
d. Arbitration united Nation Commission on International Trade law, yang
didirikan berdasarkan resolusi nomor 31/98 sidang umum PBB pada
tanggal 15 Desember 1976
9
ketentuan tentang pelaksanaan (eksekusi) putusan Arbitrase Asing
(Internasional) di Indonesia terdapat dalam Undang–Undang No. 30 Tahun
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Aturannya
terdapat dalam Bab VI pasal 65 sampai dengan pasal 69.Ketentuan–
ketentuan tersebut pada dasarnya sejalan dengan ketentuan tentang
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase asing (internasional) seperti
yang diatur dalam Konvensi New York 1958.
Ketiga, dalam peradilan arbitrase, para pihak yang bersengketa boleh memilih
arbitratornya. Tidak demikian halnya di pengadilan, para pihak yang bersengketa
melalui arbitrase mempunyai kewenangan mengenai komposisi dari majelis arbitrator
dan prosedurnya.
15
BAB III
15
Jurnal Legal Reasoning, Vol. 1, No. 1, Desember 2018. P-ISSN 2654-8747, Hal 174
10
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DSN-MUI merupakan Lembaga Fatwa semi pemerintah yang berada di bawah pengawasan
Negara secara langsung; Sifat dari fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI mengikat bagi
mustaftī, apabila telah di tuangkan dalam peraturan perundang-undangan. 2) Dari segi
produknya, fatwa DSN-MUI memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Jenis fatwa DSN-MUI
hanya khusus dalam permasalahan ekonomi syariah yang berkaitan langsung dengan
Lembaga Keuangan Syariah atau permasalahan global; b) Pemohon fatwa DSN-MUI di
dominasi oleh Lembaga Keuangan Syariah, Lembaga Pemerintah dan Asosiasi
keuangantertentu, selain itu tidak semua fatwa DSN-MUI berasal dari mustafti; c)DSN-MUI
merupakan lembaga fatwa yang mendapat otoritas langsung dari peraturan perundang-
undangan dan terbatas pada fatwa di bidang ekonomi syariah, dari sisi istinbaṭ DSN-MUI
merupakan lembaga fatwa yang lebih menekankan pada kemaslahatan umum; d) Format
penulisan putusan fatwa DSN-MUI merupakan format penulisan yang hampir mendekati pola
penulisan peraturan perundang-undangan.
Dan Keberadaan lembaga arbitrase sebagai salah satu alternative penyelesaiann sengketa
disamping cara-carapenyelesaian sengketa lainnya adalah sangat penting karena penyelesaian
sengketa melalui arbitrase prosedurnya lebih sederhana, cepat dan murah serta tidak berbelit-
belit seperti dalam penyelesaian sengketa melalui lembaga Peradilan.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini disusun, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Kami berharap teman teman memberi kritik dan saran supaya
pembahasan kali ini menjadi lebih baik dan kami juga berharap pembahasan kami bermanfaat
dan berguna bagi teman teman semua
DAFTAR PUSTAKA
11
Gunawam Wijaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum bisnis Hukum Arbitrase, (Jakarta:Raja
Grafindo Persada 2000)
Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Keuangan.
Mohamad Atho Mudzhar, Fatwa-fatwa Majelis Ulama Indonesia.
M. Yahya Harahap, Beberpa Tinjauan Mengenai Sistem Perdilan dan Penyelesaian Sengketa,
(Bandung: Citra Aditya Bakti 1997)
Priyatna Abdulrrasyid, arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa,(2003)
Rachmdi Usman, Hukum Arbitrase Nasional,(Jakarta:Grasindo 2002),
Sudargo Gautama, kontrak dagang internasional, Alumni( Bandung: 1976)
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Syariah di Indonesia, (Jakarta: kencana, 2005).
Yeni Salma Barlinti, Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum
Nasional di Indonesia, (jakarta: Intermasa, 2004)
Zaini Asyhadie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Presada), edisi revisi
12