Anda di halaman 1dari 5

Karakteristik Fatwa DSN MUI & Landasan Fatwa

Nindy Febrianti
Hukum Bisnis Syariah, Fakultas Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura
Email: 180711100114@student.trunojoyo.ac.id

Abstrak:

Artikel ini membahas tentang karakteristik fatwa DSN MUI dan Landasan Fatwa khususnya
mengenai hukum ekonomi dan bisnis ormas Islam di Indonesia. Dilihat dari keberagaman yang ada
di Indonesia dan juga kemajuan mengenai pola berpikir seseorang tentunya banyak sekali bidang
yang mempunyai kemajuan seperti teknologi, fashion, dan juga tentunya pada aspek ekonomi.
Sektor ekonomi dan bisnis adalah sektor yang mempunyai peranan sangat penting di Indonesia pun
tidak terlepas dari kemajuan dan permasalahan-permasalahan baru yang muncul dan penting untuk
dikaji hukumnya seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu perlu adanya suatu landasan
hukum baru untuk menghadapi permasalahan yang ada dan disepakati secara nasional, yang
tentunya landasan hukum ini sudah dikaji secara sistematis dan berlandaskan pada aturan Islam.
Dalam hal ini yang digunakan landasan yakni fatwa DSN MUI, fatwa mempunyai kedudukan
penting dalam agama Islam dalam pemecahan masalah-masalah baru yang terjadi.

Kata Kunci : Fatwa, DSN MUI, Ekonomi Syariah

Abstracs:
This article discusses the characteristics of the DSN MUI fatwa and the basis for the fatwa,
especially regarding the economic and business law of Islamic organizations in Indonesia. Judging
from the diversity that exists in Indonesia and also the progress regarding one's mindset, of course,
there are many fields that have progress such as technology, fashion, and of course in the economic
aspect. The economic and business sectors are sectors that have a very important role in Indonesia
and cannot be separated from the progress and new problems that arise and it is important to study
the law along with the times. This of course needs a new legal basis to deal with existing problems
and is agreed upon nationally, which of course has been studied systematically and based on
Islamic rules. In this case, the basis used is the DSN MUI fatwa, the fatwa has an important
position in Islam in solving new problems that occur.

Keywords : fatwa, DSN MUI, Islamic Economic

Tugas Perkembangan Pemikiran Hukum Bisnis Syariah


Karakteristik Fatwa DSN MUI & Landasan Fatwa

Nindy Febrianti

PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi syariah berlangsung sangat cepat, pada dasarnya permasalahan
di bidang ekonomi syariah memerlukan dasar hukum yang tepat yang disepakati secara
nasional. Oleh sebab itu, maka penting untuk dilakukan kajian tentang fatwa ekonomi
syariah di Indonesia yang melingkupi metode yang digunakan dalam menetapkan fatwa
tentang ekonomi syariah. Lembaga Fatwa di Indonesia yakni DSN- MUI, Lajnah Baḥ th al-
Masā’il dan Majelis Tarjīḥ yang tentu memiliki basis masa yang kuat merupakan kiblat
hukum bagi masyarakat khususnya di Indonesia dalam menyelesaikan persoalan hukum
yang mereka hadapi.Keberadaan lembaga-lembaga tersebut memiliki latar belakang yang
berbeda-beda, DSN-MUI merupakan salah satu lembaga yang paling mencolok bila
dikaitkan dengan ekonomi syariah. Kehadiran fatwa-fatwa ini menjadi aspek yang sangat
penting dari bangunan ekonomi islami yang tengah ditata/dikembangkan, sekaligus
merupakan alat ukur bagi kemajuan ekonomi syari’ah di Indonesia. Hal menarik
berkaitan dengan produk fatwa masing-masing lembaga tersebut terutama DSN-MUI
adalah bahwa karakter fatwa yang dikeluarkan telah mengalami perubahan jika
dibandingkan dengan karakter fatwa-fatwa ulama terdahulu. Rumusan-rumusan
fatwanya pun juga terlihat berbeda. Fatwa dengan definisi klasik mengalami
pengembangan dan penguatan posisi dalam fatwa kontemporer yang melembaga dan
kolektif di Indonesia. Baik yang dikeluarkan oleh Komisi Fatwa MUI untuk masalah
keagamaan dan kemasyarakatan secara umum, maupun yang dikeluarkan oleh DSN MUI
untuk fatwa tentang masalah ekonomi syari’ah khususnya Lembaga Ekonomi Syari’ah.
Artikel ini bermanfaat dalam memahamai karakteristik produk-produk fatwa ekonomi
syariah di Indonesia dan memahamipendekatan, metode dan format fatwa dalam produk-
produk fatwa lembaga fatwa di Indonesia. Sehingga dapat dijadikan dasar pijakan dalam
upaya pengembangan dan pembangunan sistem ekonomi syariah di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Fatwa DSN MUI


Fatwa menurut arti syariat adalah suatu penjelasan hukum syariat dalam
menjawab suatu perkara yang diaju-kan oleh seseorang yang bertanya, baik pen- jelasan
itu jelas atau ragu-ragu dan pen-jelasan itu mengarah pada dua kepentingan, yakni
kepentingan pribadi atau kepentingan masyarakat banyak. Sedangkan secara terminologi,
sebagaimana dikemukakan oleh Zamakhysri fatwa adalah penjelasan hukum syara'
tentang suatu masalah atas pertanyaan seseorang atau kelompok. Menurut al-Syatibi,
fatwa dalam arti al-ifta’ berarti keterangan-keterangan tentang hukum syara' yang tidak
mengikat untuk diikuti (Waḥ bah Zuhaily, 1990: 98).1
Fatwa mempunyai kedudukan penting dalam agama Islam. Fatwa atau ketetapan ulama
dipandang menjadi salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebekuan dalam
perkembangan hukum Islam. Hukum Islam yang dalam penetapannya tidak bisa terlepas
dari dalil-dalil keagamaan (al-nusus al- syari'iyah) menghadapi persoalan serius ketika
berhadapan dengan permasalahan yang semakin berkembang yang tidak tercangkup dalam
nas-nas keagamaan. Dalam kondisi seperti inilah fatwa menjadi salah satu alternatif jalan
keluar mengurai permasalahan dan peristiwa yang muncul. Fatwa yang dikeluarkan oleh
Komisi Fatwa MUI menjadi rujukan yang berlaku umum serta mengikat bagi ummat Islam
di Indonesia, khususnya secara moral. Sedang fatwa DSN menjadi rujukan yang mengikat

1
Soleh Hasan Wahid, ‘Dinamika Fatwa Dari Klasik Ke Kontemporer (Tinjauan Karakteristik Fatwa
Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Indonesia (DSN-MUI)’, YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum
Dan Hukum Islam, 10.2 (2019), 193 <https://doi.org/10.21043/yudisia.v10i2.5831>.
Fakultas Keislaman 2
Karakteristik Fatwa DSN MUI & Landasan Fatwa

Nindy Febrianti

bagi lembaga- lembaga keuangan syari’ah (LKS) yang ada di tanah air, demikian pula
mengikat masyarakat yang berinteraksi dengan LKS. 2
Sifat khusus dari tugas MUI adalah memberi nasihat, karena itu MUI tidak boleh
melakukan program praktis, MUI tidak boleh terlibat dalam program praktis seperti
menyelenggarakan madrasah, masjid, rumah sakit dan lainnya, karena ada organisasi Islam
lain yang telah mengelolanya, disamping itu MUI juga dilarang berpolitik praktis. MUI
dalam pedoman dasarnya melaksanakan tugas dalam memberi fatwa dan nasihat, baik
kepada pemerintah ataupun kaum muslim mengenai persoalan keagamaan dan
kebangsaan, diharapkan MUI berperan sebagai pemberi fatwa dalam mengatasi perbedaan
pendapat dalam menjalankan ibadah1 dan MUI juga diharapkan menggalakkan persatuan
di kalangan umat Islam, bertindak selaku penengah antara pemerintah dan kaum ulama,
dan mewakili kaum muslimin dalam permusyawaratan antar golongan agama.
MUI diharapkan melaksanakan tugasnya dalam pemberian fatwa-fatwa dan nasihat,
baik kepada pemerintah maupun kepada kaum muslimin mengenai persoalan-persoalan
yang berkaitan dengan keagamaan khususnya dan semua masalah yang dihadapi bangsa
umumnya. Disamping itu, tidak jarang kedudukan MUI berseberangan dengan pemerintah,
namun tidak jarang pula MUI terdesak oleh kebijakan pemerintah; MUI senantiasa berada
di bawah tekanan untuk membela kebijakan dan program. MUI dalam pedoman dasarnya
melaksanakan tugas dalam memberi fatwa dan nasihat, baik kepada pemerintah ataupun
kaum muslim mengenai persoalan keagamaan dan kebangsaan, diharapkan MUI berperan
sebagai pemberi fatwa dalam mengatasi perbedaan pendapat dalam menjalankan ibadah
dan MUI juga diharapkan menggalakkan persatuan di kalangan umat Islam, bertindak
selaku penengah antara pemerintah dan kaum ulama, dan mewakili kaum muslimin dalam
permusyawaratan antar golongan agama.3
Adapun, metode penetapan fatwa DSN-MUI mengikuti pedoman atau panduan
yang telah ditetapkan oleh komisi fatwa MUI. Berdasarkan fatwa MUI No. U-
596/MUI/X/1997 tanggal 02 Oktober 1997, setiap masalah yang dibahas di komisi fatwa
(termasuk fatwa tentag ekonomi syariah) harus didasarkan pada al-qur’an, sunnah, ijma',
dan qiyas. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau terlebih dahulu secara seksama
pendapat para Imam maẓhab tentang masalah yang akan difatwakan tersebut berikut dalil-
dalilnya.4

Landasan Fatwa
Dalam sistem hukum Islam, fatwa mempunyai peranan yang cukup dominan
dalam memberikan pertimbangan hukum keagamaan kepada masyarakat sekalipun fatwa
tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, tetapi dalam prakteknya sering
dijadikan rujukan oleh masyarakat. Kuatnya pengaruh fatwa MUI tersebut, menyebabkan
MUI harus lebih responsif atas dinamika yang ada dalam kehidupan masyarakat sehingga
fatwa yang dikeluarkan sejalan dengan kemaslahatan.
Dalam penetapan fatwa, keberadaan metode yang digunakan adalah sangat
penting sehingga setiap proses penetapan fatwa harus mengikuti metode tersebut. Sebuah
fatwa yang ditetapkan tanpa meng-gunakan metodologi, keputusan hukum yang
dihasilkan kurang mempunyai argumentasi yang kokoh. Oleh karenanya, implementasi
metode (manhaj) dalam setiap proses pene-tapan fatwa merupakan suatu keniscayaan.
Adapun tahapan dalam penetapan fatwa secara umum dapat dilihat sebagai berikut:

2
Ibid. 187
3
André Gide, ‘Karakteristik Fatwa Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI)’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1967, 5–24.
4
Gide.19
Fakultas Keislaman 3
Karakteristik Fatwa DSN MUI & Landasan Fatwa

Nindy Febrianti

1. Sebelum fatwa ditetapkan hendaklah ditinjau lebih dahulu pendapat para imam
mazhab tentang masalah yang akan difatwakan tersebut, secara sek- sama beserta
dalil-dalilnya.
2. Masalah yang telah jelas hukumnya (al-ahkam al-qath’iyyat) hendaklah disam-
paikan sebagaimana adanya.
3. Dalam masalah yang terjadi khilafiyah dikalangan mazhab maka: a. Penetapan
fatwa didasarkan pada hasil usaha penemuan titik temu diantara pendapat-
pendapat para mazhab melalui metode al- jam’u wa al-taufiq; dan jika penemuan
uaha titik temu tidak berhasil di-lakukan, penetapan fatwajika penemuan uaha
titik temu tidak berhasil di-lakukan, penetapan fatwa didasar-kan pada hasil tarjih
melalui meto-de muqaranah al mazahib dengan menggunakan kaidah ushul fiqh
muqaran.
4. Dalam masalah yang tidak ditemu-kan pendapat hukumnya di kala-ngan mazhab,
penetapan fatwa di-dasarkan pada hasil ijtihad jama’i (kolektif melalui metode
bayani, ta’lili, qiyasi, istihsani ilhaqi) istilahi dan saad adzari’ah.
5. Penetapan fatwa harus senantiasa memperhatikan kemaslahatan umum
(mashalih‘ammah) dan muqasyid al-syari’ah.

Metode yang digunakan oleh komisi fatwa MUI dalam proses penetapan fatwa melalui 3
pendekatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan qath’i, yaitu pendekatan qath’i dilakukan dengan berpegang dengan
nash al-Qur’an dan Hadis untuk sesuatu masalah apabila masalah yang ditetapkan
terdapat dalam nash al-Qur’an ataupun al-Hadis secara jelas.
2. Pendekatan qauli, yaitu pendekatan dalam proses penetapan fatwa dengan
mendasarkannya pada pendapat para imam mazhab dalam kitab-kitab fikih
terkemuka (al-kutub al-mu’tabarah). Pendekatan ini dilakukan apabila jawa-ban
dapat dicukupi oleh pendapat dalam kitab-kitab fikih terkemuka.
3. Pendekatan manhaji, yaitu pendekatan dalam proses penetapan fatwa yang
mempergunakan kaidah-kaidah pokok (al-qawaid al-ushuliyyah) dan metodo- logi
yang dikembangkan oleh imam mazhab dalam merumuskan suatu masalah.
Pendekatan manhaji dilakukan melalui ijtihad secara kolektif (ijtihad jama’i),
dengan menggunakan metode: mempertemukan pendapat yang ber- beda (al-
jam’u wat taufiq), memilih pendapat yang lebih kuat dalilnya (tarjih),
menganalogikan permasalahan yang muncul dengan permasalahan yang telah
ditetapkan hukumnya dalam kitab-kitab fikih (ilhaqi), dan istinbati yaitu metode
yang digunakan ketika tidak bisa dilakukan dengan metode ilhaqi karena tidak ada
padanan pendapat (mulhaq bih) dalam al-kutub al- mu’tabarah. Metode istinbati
dilakukan dengan memberlakukan metode qiyas, istihsan, saad al-dzari’ah.5
Sehubungan dengan fatwa, Nasroen Haroen menjelaskan beberapa istilah yang
berkaitan dengan proses pemberian fatwa, yakni:
1. Al-Iftā' atau al-Futya, artinya kegiatan menerangkan hukum syara' sebagai
jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
2. Mustafti, artinya individu atau kelompok yang mengajukan pertanyaan atau
meminta fatwa.
3. Mufti, orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut atau orang yang
memberikan fatwa.
4. Mustafti fīh, masalah, peristiwa, kejadian, kasus, perkara yang ditanyakan status
hukumnya.
Sehubungan dengan bentuk fatwa ini, dalam kaitan dengan format,fatwa terdiri dari tiga
unsur pertanyaan (su’al,istifta), pemberi fatwa (mufti), dan jawaban (jawab). Seseorang

5
Anita Marwing, ‘Fatwa Ekonomi Syariah Di Indonesia’, Al-Amwal : Journal of Islamic Economic Law, 2.2
(2017), 211–27 <https://doi.org/10.24256/alw.v2i2.639>.
Fakultas Keislaman 4
Karakteristik Fatwa DSN MUI & Landasan Fatwa

Nindy Febrianti

(mustafti) mengajukan suatu pertanyaan kepada seorang mufti, yang kemudian mufti
tersebut menyediakan jawabannya.6
Secara umum, dalam menetapkan fatwa, DSN-MUI selalu memperhatikan
kemasaslahatan umum dan maqashid syari’ah sehingga fatwa DSN-MUI benar-benar
dapat menjawab permasalahan yang timbul di kalangan masyarakat dan benar-benar
dapat menjadi alternatif yang dapat dijadikan sebagai pedoman.

PENUTUP
Fatwa mempunyai kedudukan penting dalam agama Islam. Fatwa atau ketetapan
ulama dipandang menjadi salah satu alternatif yang bisa memecahkan kebekuan dalam
perkembangan hukum Islam. Hukum Islam yang dalam penetapannya tidak bisa terlepas
dari dalil-dalil keagamaan. MUI diharapkan melaksanakan tugasnya dalam pemberian
fatwa-fatwa dan nasihat, baik kepada pemerintah maupun kepada kaum muslimin
mengenai persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keagamaan khususnya dan semua
masalah yang dihadapi bangsa umumnya. Adapun, metode penetapan fatwa DSN-MUI
mengikuti pedoman atau panduan yang telah ditetapkan oleh komisi fatwa MUI.
Berdasarkan fatwa MUI No. U-596/MUI/X/1997 tanggal 02 Oktober 1997, setiap masalah
yang dibahas di komisi fatwa (termasuk fatwa tentag ekonomi syariah) harus didasarkan
pada al-qur’an, sunnah, ijma', dan qiyas.

DAFTAR PUSTAKA

Gide, André, ‘Karakteristik Fatwa Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI)’, Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 1967,
5–24
Marwing, Anita, ‘Fatwa Ekonomi Syariah Di Indonesia’, Al-Amwal : Journal of Islamic Economic
Law, 2.2 (2017), 211–27 <https://doi.org/10.24256/alw.v2i2.639>
Wahid, Soleh Hasan, ‘Dinamika Fatwa Dari Klasik Ke Kontemporer (Tinjauan Karakteristik Fatwa
Ekonomi Syariah Dewan Syariah Nasional Indonesia (DSN-MUI)’, YUDISIA : Jurnal
Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam, 10.2 (2019), 193
<https://doi.org/10.21043/yudisia.v10i2.5831>

6
Ibid. 211
Fakultas Keislaman 5

Anda mungkin juga menyukai