Anda di halaman 1dari 12

POSITIVISASI HUKUM EKONOMI SYARI’AH DI

INDONESIA
Eka putri (602022021101)
Email : ekaputri06xakl2@gmail.com
Prodi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Bone

ABSTRAK
Dalam pertumbuhan di bidang lembaga perekonomian supaya sanggup
bersaing serta cocok dengan kebutuhan warga bisnis modern, dibutuhkan
inovasi- inovasi produk dengan senantiasa mematuhi prinsip- prinsip syariah
dalam operasionalnya. Tata cara yang digunakan pada riset ini merupakan
deskriptif analitis, ialah mengumpulkan informasi yang menggambarkan ataupun
menguraikan apa terdapatnya dari hasil riset setelah itu disusun serta dituangkan
dalam wujud naratif, ditafsirkan serta dianalisis. Perjuangan umat Islam di
Indonesia dalam positivisasi hukum ekonomi syariah sudah membuahkan hasil.
Legislasi memerlukan perjuangan politik. Tetapi perjuangan politik memerlukan
sokongan empiris, ialah fakta kerja lembaga ekonomi syariah (paling utama
lembaga keuangan syariah).

Kata Kunci: Hukum, Ekonomi, Syariah

ABSTRACT
In the growth of economic institutions in order to be able to compete and
match the needs of modern business people, product innovations are needed by
always complying with sharia principles in their operations. The procedure used
in this research is descriptive analytical, which is to collect information that
describes or describes what is in the results of the research after it has been
compiled and set forth in the form of a narrative, interpreted and analyzed. The
struggle of Muslims in Indonesia in the positivization of sharia economic law has
paid off. Legislation requires a political struggle. But the political struggle
requires empirical support, namely the fact that Islamic economic institutions
work (especially Islamic financial institutions).

Keywords: Law, Economics, Sharia

PENDAHULUAN
Islam selaku agama yang dipeluk oleh kebanyakan penduduk Indonesia,
pasti sangat mempengaruhi terhadap pola hidup bangsa Indonesia. Sikap
pemeluknya tidak lepas dari syari’at dalam agama Islam. Dengan demikian,
penerapan syari’at agama yang berbentuk hukum- hukum ialah salah satu
parameter ketaatan seorang dalam melaksanakan agamanya. Islam ialah sesuatu
agama yang membagikan tuntunan pada segala aspek kehidupan, baik ikatan
manusia dengan Tuhan, ataupun manusia dengan sesama makhluk Tuhan. Islam
mendeinisikan agama bukan cuma berkaitan dengan spiritualitas ataupun
ritualitas, tetapi agama ialah serangkaian kepercayaan, syarat serta peraturan dan
tuntutan moral untuk tiap aspek kehidupan manusia. Selaku makhluk sosial serta
kebutuhan hendak lembaga perbankan, umat Islam di Indonesia kerapkali
bersinggungan serta berhubungan dengan bank. Keadaan tersebut, untuk sebagian
umat Islam memunculkan kegelisahan serta ketidaknyamanan, di mana bank
konvensional mempraktikkan sistem bunga. Ketidaknyamanan tersebut terus
menjadi menguat sehabis Majelis Ulama Indonesia menfatwakan bunga bank
merupakan haram. Selaku pemecahan hendak perihal tersebut, hingga
bermunculan lembaga keuangan syariah, baik bank ataupun non bank 1 (Yasin,
2012).
Ekonomi syariah di Indonesia sudah hadapi perkembangan serta
pertumbuhan yang lumayan signiikan. Pertumbuhan tersebut meliputi kajian
akademis di Akademi Besar ataupun secara aplikasi operasioanl semacam yang
terjalin di lembaga-lembaga perekonomian Islam semacam Perbankan Syariah,
Asuransi Syariah, Pasar Modal Syariah, Reksadana Syariah, Obligasi Syariah,
Leasing Syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, Baitul Mal wat Tamwil,
Koperasi Syariah, Pegadaian Syariah, lembaga keuangan publik Islam semacam
Lembaga Pengelola Zakat serta Lembaga Pengelola Wakaf dan bermacam wujud
bisnis syariah yang lain. Dalam pertumbuhan di bidang lembaga perekonomian
supaya sanggup bersaing serta cocok dengan kebutuhan warga bisnis modern,
dibutuhkan inovasi- inovasi produk dengan senantiasa mematuhi prinsip- prinsip
syariah dalam operasionalnya. Pertumbuhan tersebut pula berimplikasi kepada
banyaknya warga Indonesia yang beraktifitas dalam ekonomi syariah, hingga
sangat dimungkinkan terbentuknya sengketa hukum di bidang ekonomi syariah.

1
Yasin, M. (2012). Rekonstruksi Norma Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah Nasional
dalam Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia. Universitas Brawijaya, Hal. 40.
Oleh sebab itu, diperlukan aplikasi hukum dalam aplikasi ekonomi syariah di
Indonesia2 (Risnawati & Syaparuddin, 2022).
Hukum Ekonomi lahir diakibatkan sebab terus menjadi pesatnya
perkembangan serta pertumbuhan ekonomi. Ikatan hukum dengan ekonomi bukan
ikatan satu arah, namun ikatan timbal balik serta silih pengaruhi. Aktivitas
ekonomi yang tidak didukung oleh hukum hendak menyebabkan terbentuknya
kekacauan, karena apabila para pelakon ekonomi dalam mengejar keuntungan
tidak dilandasi dengan norma hukum, hingga hendak memunculkan kerugian
salah satu pihak dalam melaksanakan aktivitas ekonomi. Terdapat sedangkan
pakar hukum berkata kalau hukum senantiasa terletak di balik aktivitas ekonomi,
tiap aktivitas ekonomi dicoba oleh seorang tentu aktivitas itu diiringi oleh norma
hukum yang jadi rambu pelaksanannya. Hukum yang menjajaki aktivitas ekonomi
ini ialah seperangkat norma yang mengendalikan ikatan aktivitas ekonomi.
Hukum serta ekonomi ibarat 2 sisi mata duit yang tidak bisa dipisahkan serta silih
memenuhi3 (Addiarrahman & Yanti, 2020).

METODE PENELITIAN
Tata cara yang digunakan pada riset ini merupakan deskriptif analitis, ialah
mengumpulkan informasi yang menggambarkan ataupun menguraikan apa
terdapatnya dari hasil riset setelah itu disusun serta dituangkan dalam wujud
naratif, ditafsirkan serta dianalisis. Riset ini bertujuan buat menemukan cerminan
tentang sesuatu kondisi secara objektif dalam suasana secara lengkap serta
terperinci menimpa kumpulan pengaturan menimpa perbankan syariah di
Indonesia4 (Gunawan, 2013).

2
Risnawati, R., & Syaparuddin, S. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah Dan Gaya Hidup
Terhadap Keputusan Menabung Di Bank Syariah Indonesia (Studi Kasus Pada Ibu-Ibu Milenial Di
Kabupaten Bone). Al-Iqtishad, 13(1), Hal. 7.
3
Addiarrahman, A., & Yanti, I. (2020). Dari Idealisme ke Pragmatisme: Pergeseran Paradigma
dalam Pengembangan Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum
Islam, 14(2), Hal. 209.
4
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143, Hal. 32.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perjuangan Ekonomi Syariah di Indonesia
Sebutan ekonomi syari’ah ataupun perekonomian syari’ah cuma
diketahui di Indonesia. Sedangkan di negara-negara lain, sebutan tersebut
diketahui dengan nama ekonomi Islam. Ekonomi ataupun ilmu ekonomi
syariah berbeda dengan ekonomi ataupun ilmu ekonomi konvensional yang
tumbuh di dunia berusia ini. Perbandingan tersebut paling utama disebabkan,
ekonomi syariah terikat kepada nilai- nilai agama Islam, sebaliknya ekonomi
konvensional memisahkan diri dari agama semenjak negara-negara Barat
berpegang kepada sekularisme serta melaksanakan politik sekularisasi.
Sungguhpun demikian, pada dasarnya tidak terdapat ekonomi yang terpisah
dari nilai ataupun tingkah laku manusia. Tetapi, pada ekonomi konvensional,
nilai yang digunakan merupakan nilai-nilai duniawi semata. Kajian ilmu
ekonomi secara universal sesungguhnya menyangkut perilaku tingkah laku
manusia terhadap permasalahan penciptaan, distribusi, mengkonsumsi
beberapa barang komoditi serta pelayanan. Kajian ilmu ekonomi syariah dari
segi ini tidak berbeda dari ekonomi sekuler, hendak namun dari segi lain dia
terikat dengan nilai-nilai Islam. Pada hakikatnya ekonomi syariah ialah sistem
ekonomi yang senantiasa tumbuh serta terbuka, dengan landasan nilai- nilai
Islam5 (Jumarni, 2021).
Syariat Islam dalam bidang muamalah cuma membagikan petunjuk-
petunjuk serta prinsip- prinsip yang sifatnya universal serta mendasar. Hal-
hal yang rinci, perinci, serta teknis tidak diatur, namun diserahkan kepada
manusia lewat proses ijtihad. Oleh karenanya, dalam hukum asal muamalat
dinyatakan: “hukum asal dalam muamalat dibolehkan, kecuali terdapat dalil
quran ataupun sunnah yang melarangnya”. Jadi, sebetulnya ada lapangan
yang luas sekali dalam bidang muamalah. Yang butuh dicoba cumalah
mengidentiikasikan hal- hal yang dilarang, setelah itu menghindarinya. Tidak
hanya yang diharamkan, kita boleh melaksanakan apa saja, menaikkan,

5
Jumarni, J. (2021). Pengaruh Marketplace Terhadap Perilaku Konsumtif Generasi Muda (Studi
Pada Mahasiswa Ekonomi Syariah Febi Iain Bone). Jurnal Ilmiah Al-Tsarwah: Ilmu Ekonomi Dan
Keuangan (Konvensional Dan Syariah), 4(2), Hal. 10.
menghasilkan, meningkatkan, serta lain- lain, wajib terdapat ijtihad dalam
bidang muamalah. Kreativitas inilah yang hendak terus menerus
mengakomodasi perubahan- perubahan dalam bermacam bidang yang terjalin
di warga6 (Ridwan, 2016).
Sistem ekonomi syariah bersumber dari quran serta sunnah yang
dibesarkan oleh pemikiran manusia yang penuhi ketentuan buat berijtihad,
yang setelah itu diterapkan di dalam warga. Jadi sistem ekonomi syariah
bukan sesuatu pemikiran yang bertabiat inal, melainkan terus tumbuh lewat
kerja ijtihad. Apalagi sistem ekonomi syariah bukan cuma teoretis, dia ialah
sesuatu proses transformasi nilai- nilai Islam yang membentuk kerangka dan
fitur kelembagaan serta pranata ekonomi yang hidup serta berproses dalam
kehidupan warga.
Umat Islam di Indonesia sudah lama mendambakan terdapatnya bank
yang beroperasi dengan syariat Islam. KH. Mas Mansur, Pimpinan Pengurus
Pusat Muhammadiyah periode 1937-1944 sudah menguraikan pendapatnya
tentang pemakaian jasa bank konvensional selaku perihal yang terpaksa
dicoba sebab umat Islam belum memiliki bank sendiri yang leluasa riba.
Sesungguhnya di Indonesia ataupun di dunia Islam ada 2 aliran pemikiran
sehubungan dengan sistem keuangan serta perbankan. Aliran awal
berkomentar kalau bunga bank itu tidak terkategori riba, sebab yang diucap
riba merupakan pembungaan duit yang bunganya sangat besar. Tetapi aliran
yang melahirkan ilham bank Islam berkomentar kalau bunga bank itu
senantiasa riba. Kendatipun demikian, bank selaku lembaga keuangan, tidak
dilarang, apalagi dibutuhkan. Sebab itu yang wajib diciptakan merupakan
suatu bank yang tidak bekerja atas bawah bunga melainkan atas sistem untuk
hasil.
Ilham buat mendirikan bank syariah di Indonesia sesungguhnya sudah
timbul semenjak pertengahan tahun 1970-an. Wacana ini dibicarakan pada
seminar nasional Ikatan Indonesia dengan Timur Tengah pada tahun 1974

6
Ridwan, R. (2016). Legislasi Hukum Ekonomi Syariah Dalam Bingkai Hukum Nasional
Indonesia. Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan, 16(01), Hal. 100.
serta pada tahun 1976 dalam Seminar Internasional yang dilaksanakan oleh
Lembaga Riset Ilmu- Ilmu Kemasyarakatan serta Yayasan Bhineka Tunggal
Ika. Tetapi terdapat sebagian alibi yang membatasi terealisasinya ilham ini,
ialah: Pembedahan bank syariah yang mempraktikkan prinsip untuk hasil
belum diatur, serta oleh sebab perihal itu tidak sejalan dengan UU Pokok
Perbankan yang berlaku, ialah UU Nomor. 14 Tahun 1967. Konsep bank
syariah dari segi politis pula dikira berkonotasi ideologis, ialah bagian
ataupun berkaitan dengan konsep Negeri Islam, oleh sebab itu tidak
dikehendaki pemerintah. Penerapan kemauan buat mempraktikkan prinsip
syariah di bidang lembaga keuangan di tanah air diawali dengan berdirinya
lembaga keuangan Bait at-Tamwil Jasa Kemampuan Teknosa pada bertepatan
pada 30 Desember 1980 dengan akta pergantian tertanggal 21 Desember
1982. Setelah itu di Jakarta didirikan Bait at-Tamwil dengan nama Koperasi
Simpan Pinjam Ridho Gusti yang didirikan bertepatan pada 25 September
19887 (Ahid, 2022).
Sehabis dikeluarkan Deregulasi Perbankan Paket 1 Juni Tahun 1983,
yang sudah membuka belenggu penetapan bunga perbankan oleh pemerintah.
Dengan dibebaskannya penentuan besar bunga kepada tiap-tiap bank, hingga
sesuatu bank bisa menetapkan bunga sebesar 0% yang membolehkan
beroperasinya bank tanpa bunga dengan bawah untuk hasil keuntungan.
Demikian pula sehabis dikeluarkannya PAKTO (Paket Kebijakan Pemerintah
Bulan Oktober) tahun 1988 yang berisi liberalisasi perbankan yang
membolehkan pendirian bank- bank baru tidak hanya yang sudah terdapat.
Dimulailah pendirian Bankbank Perkreditan Rakyat Syariah di sebagian
wilayah di Indonesia, yang awal kali mendapatkan izin usaha merupakan
BPRS Berkah Amal Sejahtera serta BPRS Dana Mardhatillah pada bertepatan
pada 19 Agustus 1991, dan BPRS Amanah Rabaniah pada bertepatan pada 24
Oktober 1991 yang ketiganya beroperasi di Bandung, serta BPRS Hareukat
pada bertepatan pada 10 November 1991 di Aceh.

7
Ahid, H. N. (2022). Studi positivisasi hukum Islam di Indonesia. INOVATIF: Jurnal Penelitian
Pendidikan, Agama, Dan Kebudayaan, 8(1), Hal. 97.
Pemrakarsa bank syariah berupaya mencari alasan ekonomi supaya usul
pendirian bank syariah bisa disetujui. Alibi awal, bank syariah hendak
berperan menampung dana para penabung yang tidak ingin menaruh uangnya
di bank konvensional yang mengenakan sistem bunga yang dikira selaku riba
yang haram. Kedua, bank Islam memiliki pangsa pasar tertentu. Sebab itu
penolakan terhadap lembaga perbankan syariah hendak merugikan
pembangunan serta pertumbuhan ekonomi sendiri. Argumentasi tersebut
membutuhkan wacana publik supaya menemukan sokongan dari warga.
Wacana itu dicoba dengan seminarseminar serta publikasi.
Dengan berdirinya bank- bank syariah, hingga setelah itu disusul
berdirinya lembaga- lembaga keuangan syariah non bank. Asuransi syariah
timbul pada tahun 1994 bersamaan dengan diresmikannya PT. Syarikat
Takaful Indonesia yang setelah itu mendirikan 2 anak industri ialah PT.
Asuransi Takaful Keluarga pada tahun 1994 serta PT. Asuransi Takaful
Universal pada tahun 1995. Dengan berdirinya lembaga-lembaga ekonomi
syariah, ialah keberhasilan umat Islam dalam memperjuangkan tegaknya
ekonomi syariah di Indonesia. Oleh karenanya keberhasilan umat Islam
tersebut hendaknya didukung dengan bukti- bukti empiris hendak keunggulan
serta kelebihan ekonomi syariah dan kemanfatannya untuk warga luas cocok
dengan prinsip rahmatan lil alamin8 (Zuhdi, 2015).
B. Positivisasi Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia
Pelaksanaan konsep bank syariah membutuhkan legislasi ataupun
positivisasi hukum ekonomi syariah di Indonesia. UndangUndang
mempunyai peran berarti dalam sistem hukum di Indonesia. Oleh sebab itu,
supaya bisa berlaku resmi hingga butuh positivisasi hukum ekonomi syariah.
Positivisasi hukum ekonomi syariah di Indonesia berawal dari lahirnya UU
Nomor. 10 tahun 1992 yang memiliki syarat tentang bolehnya bank
beroperasi dengan sistem untuk hasil. 22 UU Nomor. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ini belum menarangkan penafsiran untuk hasil serta penafsiran

8
Zuhdi, A. (2015). Positivisasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (Dsn-
Mui) Dalam Sistem Hukum Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Hal. 29.
untuk hasil itu dipaparkan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor.
72 Tahun 1992 tentang Bank Bersumber pada Prinsip Untuk Hasil serta
diundangkan pada bertepatan pada 30 Oktober 1992 dalam Lembaran Negeri
Republik Indonesia Nomor. 119 Tahun 1992. Bank bersumber pada prinsip
untuk hasil setelah itu dijabarkan dalam Pesan Edaran Bank Indonesia
Nomor. 25/4/BPPP bertepatan pada 29 Februari 1993.
Pada tahun 1998 timbul UU Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Pergantian
UU Nomor. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, di mana ada pergantian yang
membagikan kesempatan yang lebih besar untuk pengembangan perbankan
syariah. Pemberlakuan UU Nomor. 10 Tahun 1998 ini diiringi dengan
dikeluarkannya beberapa syarat penerapan dalam wujud Pesan Keputusan
Direksi Bank Indonesia yang membagikan landasan hukum yang lebih kokoh
serta peluang yang luas untuk pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Bersumber pada UU Perbankan yang baru ini, sistem perbankan di Indonesia
terdiri atas Bank Universal Konvensional serta Bank Universal Syariah
(ataupun digunakan sebutan Dual Banking Syistem). Semenjak berlakunya
UU Nomor. 10 Tahun 1998, diiringi dengan kebijakan pemerintah yang
semula dituangkan dalam wujud Peraturan Pemerintah dialihkan pada
Kebijaksanaan Bank Indonesia selaku Bank Sentral. Peraturan Kebijaksanaan
Bank Indonesia yang mengambil alih peran PP di bidang Perbankan ialah
penyempurnaan atas syarat yang menunjang operasional Perbankan Syariah
di Indonesia.
Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, hingga dalam uraian UU tersebut sudah diamanatkan kalau
buat mengestimasi pertumbuhan prinsip syariah, hingga tugas serta guna BI
buat mengakomodasi prinsip tersebut. Dalam rangka penuhi amanat tersebut,
Bank Indonesia sudah membuka Biro Perbankan Syariah yang
menanggulangi pengaturan, pengawasan, serta perizinan bank syariah. Di sisi
lain, Majelis Ulama Indonesia pula sudah membentuk Dewan Syariah
Nasional yang bertugas membagikan fatwa serta membentuk Dewan
Pengawas Syariah di tiap institusi keuangan syariah di Indonesia. Kedua
lembaga ini silih bekerja sama dalam menghasilkan produk hukum ataupun
fatwa buat pengembangan serta pengawasan terhadap kegiatan serta aktivitas
usaha Perbankan Syariah di Indonesia9 (Yanti, 2016).
Berkaitan dengan penyelesaian sengketa ekonomi syariah, dengan
diterbitkannya UU Nomor. 3 Tahun 2006 tentang Pergantian UU Nomor. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, hingga sengketa ekonomi syariah ialah
kewenangan mutlak Peradilan Agama. UU ini ialah produk legislasi yang
awal kali membagikan kompetensi kepada peradilan agama dalam
menuntaskan masalah ekonomi syariah. Bersamaan pesatnya industri
perbankan syariah di Indonesia, memerlukan regulasi tertentu yang ialah lex
specialis dari UU Perbankan. Pada bertepatan pada 16 Juli 2008 UU No 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan. Lahirnya UU Nomor. 21
Tahun 2008 eksistensi Perbankan Syariah jadi lebih kuat serta mempunyai
landasan hukum yang terus menjadi kokoh. Hendak namun di sisi lain, syarat
Pasal 55 ayat 2 UU Nomor. 21 Tahun 2008 beserta penjelasannya, secara
yuridis, menampilkan sudah terjalin reduksi terhadap kompetensi peradilan
agama di bidang perbankan syariah. Mengingat UU Nomor. 3 Tahun 2006
sudah membagikan kompetensi mutlak dalam masalah ekonomi syariah
(tercantum perbankan syariah) kepada Peradilan Agama.
Pasar Modal Syariah diawali dengan diterbitkannya Reksa Dana
Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997.
Berikutnya, Bursa Dampak Indonesia berkolaborasi dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada bertepatan
pada 3 Juli 2000. DSN pula melaksanakan penandatanganan Nota
Kesepahaman dengan PT Danareksa Invesment Management yang berikutnya
membentuk Jakarta Islamic Index (JII) buat kepentingan investasi Syariah10
(Elhas, 2016).

9
Yanti, I. (2016). Quo Vadis Peradilan Agama dalam Pengembangan Hukum Ekonomi Syariah di
Indonesia. Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial Kemasyarakatan, 16(02), Hal. 260.
10
Elhas, N. I. (2016). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah: Tinjauan Umum Hukum Islam.
Qolamuna: Jurnal Studi Islam, 1(2), Hal. 220.
Sejarah Pasar Modal Syariah pula bisa ditelusuri dari pertumbuhan
institusional yang ikut serta dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut.
Pertumbuhan tersebut diawali dari MoU antara Bapepam serta DSN-MUI
pada bertepatan pada 14 Maret 2003. MoU menampilkan terdapatnya
kesepahaman antara Bapepam serta DSN-MUI buat meningkatkan pasar
modal berbasis syariah di Indonesia. Dari sisi kelembagaan Bapepam-LK,
pertumbuhan Pasar Modal Syariah diisyarati dengan pembuatan Regu
Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Berikutnya, pada
tahun 2004 pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur
organisasi Bapepam serta LK, serta dilaksanakan oleh unit setingkat eselon
IV yang secara spesial memiliki tugas serta guna meningkatkan pasar modal
syariah. Sejalan dengan pertumbuhan industri yang terdapat, pada tahun 2006
unit eselon IV yang terdapat lebih dahulu ditingkatkan jadi unit setingkat
eselon IIIc11 (Elhas, 2020).
Pada bertepatan pada 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan
paket Peraturan Bapepam serta LK terpaut Pasar Modal Syariah. Paket
peraturan tersebut ialah Peraturan Bapepam serta LK No IX. A13 tentang
Penerbitan Dampak Syariah serta No IX. A. 14 tentang Akad- akad yang
digunakan dalam Penerbitan Dampak Syariah di Pasar Modal. Berikutnya,
pada bertepatan pada 31 Agustus 2007 BapepamLK menerbitkan Peraturan
Bapepam serta LK No II. K. 1 tentang Kriteria serta Penerbitan Catatan
Dampak Syariah serta diiringi dengan peluncuran Catatan Dampak Syariah
awal kali oleh Bapepam serta LK pada bertepatan pada 12 September 2007.
Pertumbuhan Pasar Modal Syariah menggapai tonggak sejarah baru dengan
disahkannya UU No 19 tahun 2008 tentang Pesan Berharga Syariah Negeri
(SBSN) pada bertepatan pada 7 Mei 2008. Undang- undang ini dibutuhkan
selaku landasan hukum buat penerbitan pesan berharga syariah negeri
ataupun sukuk negeri.

11
Elhas, N. I. (2020). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dalam Tinjauan Umum
Hukum Islam. Al-Tsaman: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Islam, 2(1), Hal. 70.
Dalam perihal pengelolaan zakat, hingga sudah terdapatnya legislasi
lewat UU No 38 Tahun 1999. Undang- Undang tersebut setelah itu
diperbaharui dengan UU No 23 Tahun 2011. Sebaliknya berkaitan dengan
wakaf, legislasi peraturan wakaf telah terjalin sejak diterbitkannya Undang-
Undang No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Bawah Pokok- Pokok Agraria.
Pada Pasal 49 ayat 1 serta 2 UU ini mengendalikan tentang perwakafan tanah
kepunyaan. Berikutnya ayat 3 pasal ini mengamanahkan buat mengendalikan
lebih lanjut berkaitan dengan perwakafan tanah kepunyaan butuh diatur lewat
Peraturan Pemerintah. Dalam rangka penuhi amanah UU ini, hingga
diterbitkannya Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Kepunyaan. Berikutnya positivisasi hukum perwakafan di Indonesia
secara komprehensif sudah terwujud dengan disahkannya Undang-Undang
No 41 Tahun 2004, tentang Wakaf. Selaku ketentuan turunannya
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor. 42 Tahun 2006, dan ketentuan
teknis berbentuk Peraturan Menteri Agama serta Peraturan Tubuh Wakaf
Indonesia12 (Adam, 2018).

KESIMPULAN
Perjuangan umat Islam di Indonesia dalam positivisasi hukum ekonomi
syariah sudah membuahkan hasil. Legislasi memerlukan perjuangan politik.
Tetapi perjuangan politik memerlukan sokongan empiris, ialah fakta kerja
lembaga ekonomi syariah (paling utama lembaga keuangan syariah). Lembaga
keuangan syariah bukan saja dapat bekerja, namun pula wajib sanggup
meyakinkan kemanfaatannya untuk warga luas cocok dengan prinsip rahmatan lil
alamin.

12
Adam, P. (2018). Legislasi Hukum Ekonomi Syariah: Studi Tentang Produk Regulasi Hukum
Ekonomi Syariah di Indonesia. Tahkim (Jurnal Peradaban Dan Hukum Islam), 1(2). Hal. 20.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, P. (2018). Legislasi Hukum Ekonomi Syariah: Studi Tentang Produk


Regulasi Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Tahkim (Jurnal Peradaban
Dan Hukum Islam), 1(2).
Addiarrahman, A., & Yanti, I. (2020). Dari Idealisme ke Pragmatisme: Pergeseran
Paradigma dalam Pengembangan Hukum Ekonomi Syariah di Indonesia. Al-
Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam, 14(2), 191–210.
Ahid, H. N. (2022). Studi positivisasi hukum Islam di Indonesia. INOVATIF:
Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, Dan Kebudayaan, 8(1), 93–115.
Elhas, N. I. (2016). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah: Tinjauan Umum Hukum
Islam. Qolamuna: Jurnal Studi Islam, 1(2), 213–222.
Elhas, N. I. (2020). Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dalam Tinjauan
Umum Hukum Islam. Al-Tsaman: Jurnal Ekonomi Dan Keuangan Islam,
2(1), 62–71.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 143, 32–
49.
Jumarni, J. (2021). Pengaruh Marketplace Terhadap Perilaku Konsumtif Generasi
Muda (Studi Pada Mahasiswa Ekonomi Syariah Febi Iain Bone). Jurnal
Ilmiah Al-Tsarwah: Ilmu Ekonomi Dan Keuangan (Konvensional Dan
Syariah), 4(2), 1–14.
Ridwan, R. (2016). Legislasi Hukum Ekonomi Syariah Dalam Bingkai Hukum
Nasional Indonesia. Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial
Kemasyarakatan, 16(01), 95–111.
Risnawati, R., & Syaparuddin, S. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan Syariah
Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Menabung Di Bank Syariah Indonesia
(Studi Kasus Pada Ibu-Ibu Milenial Di Kabupaten Bone). Al-Iqtishad, 13(1),
1–19.
Yanti, I. (2016). Quo Vadis Peradilan Agama dalam Pengembangan Hukum
Ekonomi Syariah di Indonesia. Al-Risalah: Forum Kajian Hukum Dan Sosial
Kemasyarakatan, 16(02), 255–267.
Yasin, M. (2012). Rekonstruksi Norma Eksekusi Putusan Badan Arbitrase
Syariah Nasional dalam Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia. Universitas
Brawijaya.
Zuhdi, A. (2015). Positivisasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (Dsn-Mui) Dalam Sistem Hukum Indonesia. Universitas Gadjah
Mada.

Anda mungkin juga menyukai