Anda di halaman 1dari 19

BATASAN NORMA DAN ETIKA DALAM EKONOMI ISLAM (MASLAHAH)

Disusun oleh :

Amanda Ditania Putri 202241011


Amirul Mukmini 202241026
Dinda Aulia 202241006
Giska Alya Ramadina 202241018

Dosen pengampu : Asra, S.Sy., M.Ag.


Mata kuliah : Mikro Ekonomi Islam

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya.
Salawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang
membimbing umat nya degan suri tauladan-Nya yang baik.

Dan segala Syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,
kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makanlah ini merupakan pengetahuan tentang konsep aqidah, semua ini di rangkup
dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami
dan lebih singkat dan akurat.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Asra, S.Sy., M.Ag.. yang telah
memberikan arahan dan ajaran tentang mata kuliah Mikro Ekonomi Islam.

Adapun yang terakhir, saya menyadari makalah ini banyak kekurangan, karena itu
saya mengaharapkan kritik dan saran konstruktif dari pembaca demi perbaiakan dan
sekaligus memperbesar manfaat makalah ini sebagai pembelajaran.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Lhokseumawe, 27 maret 2023


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi antara manusia satu
dengan manusia lainnya. Interaksi antar manusia meliputi banyak hal, baik berupa
interaksi antar orang tua dan anak, guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, dan lain
sebagainya hingga pada rekan kerja/bisnis, yang semuanya itu terjadi sesuai kebutuhan
dan tuntutan hidup manusia. Oleh karenanya dalam melakukan interaksi tersebut
manusia sangat dituntut dalam beretika, berakhlak dan bermoral. Adapun etika dalam
berbisnis sebegaimana yang saya kutip dalam buku Etika Bisnis dalam Islam yaitu etika
bisnis dapat diartikan sebagai pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi
dan bisnis, yaitu refleksi tentang perbuatan baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah,
wajar, tidak wajar, pantas, tidak pantas dari perilaku seseorang dalam berbisnis atau
bekerja.1

Dalam perekonomian ada beberapa sistem ekonomi yang di pahami serta dianut
oleh masyarakat salah satunya yaitu sistem ekonomi kapitalis. Ekonomi kapitalis
memiliki cara tersendiri dalam menerapkan metode dalam berbisnis. Kapitalisme adalah
sistem perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang
untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, manjual
barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya. Dalam sistem ini pemerintah bisa
turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan
perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam
ekonomi.

Lain halnya dengan “ekonomi Islam” selalu diidentikan dan dikaitkan dengan
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) seperti, perbankan syariah, Bait al Maal wat
Tamwiil (BMT) atau koperasi syariah, pegadaian syariah (rahn), asuransi syariah
(takaful), pasar syariah, mini market syariah, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
sistem ekonomi yang berbasis syariah sedang booming, dan memiliki daya jual,
marketable, yang cukup tinggi serta dapat menjanjikan pendapatan atau penghasilan

1
Faisal Badroen, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 16.
(profitable) baik duniawi maupun ukhrowi. Artinya, jika seseorang menjalankan sistem
ekonomi yang berbasisis syariah, hendaknya ia dapat memetik buah berupa keuntungan
sebagai ma’isyah, yang ia niatkan semata-mata untuk menjalankan ibadah kepada Allah
SWT. Sehingga ia mendapatkan dua profit sekaligus dalam satu proses aktivitas, dengan
cara yang insyaallah halal dan thoyyib.

Berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam juga mengatur bisnis sesuai dengan
syariatnya karena bisnis dalam Islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan
kalkulasi matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu
tanggung jawab pribadi dan sosial dihadap masyarakat, negara dan Allah swt. salah satu
contoh tuntunan etika dalam berbisnis dijelaskan dalam Al- qur'an surah An-Nisa ayat
29.42

Berdasarkan ayat tersebut Allah menegaskan kepada manusia agar tidak memakan
harta orang lain dengan jalan yang batil yakni denga jalan menipu atau memanipulasi
serta tindakan kecurangan lainnya, kecuali melalui jalan perdagangan yang terjadi
dengan keridhaan dari kedua belah pihak. Artinya ayat ini menegaskan bahwa dalam
dunia bisnis manusia harus menghindari cara-cara yang salah dalam mendapatkan
keuntungan dan menganjurkan melakukan bisnis yang saling menguntungkan antara
kedua pihak. Serta tidak ada pihak yang terzalimi, sehingga timbul keihklasan dari
kedua belah pihak.

Gambaran aktivitas tersebut sesuai dengan kaedah fiqh yang berbunyi mā lā


yatimmul wājib illā bihi fahuwa wājib, artinya ”sesuatu yang harus ada untuk
menyempurnakan yang wajib, maka ia wajib (harus) diadakan”. Mencari ma’isyah atau
nafkah (melakukan aktivitas ekonomi) ialah wajib. Oleh karena pada era modern ini,
aktivitas perekonomian kurang dan bahkan tidak akan sempurna tanpa adanya LKS,
maka LKS pun wajib diadakan. Dengan demikian, kaitan antara LKS dengan ekonomi
Islam menjadi lebih gamblang (jelas) lagi.3

2
Al- qur'an surah An-Nisa ayat 29.4
3
A. Karim, Adiwarman. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
International Institute of Islamic Thought Indonesia (IIIT).
Adapun masalah yang muncul adalah tentang bagaimana etika bisnis diatur dalam
perekonomian Islam. Banyak masyarakat yang belum mengetahui perbedaan antara
keduanya, sehingga terjadinya kekurangan pemahaman. Oleh karenanya peneliti dalam
hal ini akan mengkaji tentang bagaimana perbandingan antara etika bisnis munurut
ekonomi Islam.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu etika dan bagaimana penerapan etika dalam ekonomi islam?
2. Bagaimana konsep norma dan konsep maslahah dalam ekonomi islam?
3. Nilai islam apa saja yang terkandung dalam ekonomi islam?
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian etika
Pengertian etika dari segi bahasa berasal dari Yunani, yaitu ethos yang berarti
kebiasaan, adat, watak dan sikap. Makna kata etika ini identik dengan kata moral yang
berasal dari bahasa latin “mores” yang berarti adat istiadat atau cara hidup4.Secara
terminologi etika merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk,
harus, benar, salah dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan
kita untuk mengaplikasikan atas apa saja. Etika bagi seseorang terwujud dalam kesadaran
moral (moral consiousness) yang memuat keyakinan ‘benar dan tidak’ sesuatu.5 Dengan
kata lain etika merupakan kebiasaan atau sikap yang menunjukkan nilai baik dan buruk.

Etika berkembang menjadi bidang kajian filsafat, yaitu ilmu pengetahuan tentang
moral atau moralitas yang menunjuk kepada perilaku manusia.6 Etika merupakan cabang
filsafat yang membahas nilai dan norma, moral yang mengatur interaksi perilaku manusia
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.7 Etika merupakan suatu pengkajian
secara sistematis tentang perilaku manusia dengan pertanyaan utama adalah tindakan dan
sikap apa yang dianggap baik dan benar. Dengan kata lain, moralitas merupakan tingkah
laku kongkrit sedangkan etika bekerja pada tataran teoritis.

Al-Qur’an mengkaitkan istilah etika dengan kata akhlak. Perkataan “akhlaq”


berasal dari bahasa Arab, yaitu jamak dari “Al-Khuluq” yaitu makna yang digunakan
untuk menguraikan kata khair, bir, qist, ‘adl, haqq dan taqwa. Al-khuluq diartikan sebagai
suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang
tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau hanya sewaktu-waktu saja.
Seseorang dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran.8

4
Frans Magnus Suseno, Etika Dasar: Masalah- Masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius,
1999), h. 14
5
Faisal Badroen, dkk., Etika Bisnis dalam Islam, Ed.1, Cet. 2,(Jakarta: Kencana, 2007), h. 5
6
Dawam Rahadjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, Cet.1, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990), h. 3
7
Muslich, Etika Bisnis Islami: Landasan Filosofis, normatif dan Substansi Implementatif, Ed.1, Cet.1,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 2
8
Andi Iswandi, “Peran Etika Qur’ani Terhadap Sistem Ekonomi Islam”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VI,
No.1, Januari 2014, h. 145
Kata Al-Khuluq juga memiliki hubungan kata dengan “khalqun” yang berarti
kejadian, “khaliq” yang berarti pencipta dan “makhluq” yang berarti yang diciptakan,
sehingga perumusan pengertian akhlal timbul sebagai media yang memungkinkan adanya
hubungan baik antara khaliq dengann makhluq atau antara makhluq dengan makhluq.
Oleh karena itu, setiap perbuatan dan perilaku manusia, baik secara individual maupun
melalui interaksi social tidak dapat dilepaskan dari pengawasan sang khaliq.9

Penjelasan di atas menyatakan bahwa etika dengan agama tidak dapat dipisahkan.
Keberadaan agama dimaksudkan untuk mengatur semua aktivitas umat manusia agar
dapat membedakan mana yang benar dan salah. Sehingga apapun yang dilakukan umat
manusia dengan berlandaskan ajaran agama Islam maka sekaligus dapat dikatakan ia telah
melaksanakan etika Islam. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari
seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al Qur’an. Namun, jika etika agama Kristen-
protestan telah melahirkan semangat kapitalisme maka etika agama Islam tidak mengarah
pada kapitalisme maupun sosialisme. Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualism
dari manusia, dan sosialisme pada kolektivisme maka Islam menekankan empat sifat
sekaligus yaitu kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan (free will) dan
tanggung jawab (responsibility).10

B. Etika Dalam Ekonomi Islam

Ilmu ekonomi Islam merupakan teori atau hukum-hukum dasar yang menjelaskan
perilaku-perilaku antar variabel ekonomi dengan memasukkan unsur norma ataupun tata
aturan tertentu (unsur Ilahiyah).11Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berlandaskan
ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah dan
menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah.12 Jadi dalam ekonomi
Islammemiliki keterkaitan dengan salah satu teori etika yaitu teori perintah Tuhan, yang
mana dalam ekonomi Islam, etika berfungsi sebagai titik pandang untuk mengarahkan
dan menuntun operasionalisasi sistem ekonomi. Dengan demikian etika ekonomi
Islammerupakan suatu usaha penyelidiki atau pengkajian secara sistematis tentang

9
6Tim Penulis FSEI, Filsafat..., h. 183
10
Syed Nawab Haider Naqvi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Alami: Suatu Sintesis yang Islami,
(Bandung: Penerbit Mizan, 1991) hlm. 80.
11
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”, Jurnal Media Ekonomi
dan Teknologi Informasi, Vol.21, No.1, Maret 2013, h. 57
12
Yusuf Qardhawi, Norma ..., h. 31
perilaku, tindakan dan sikap apa yang dianggap benar atau baik dari syariat Islam dalam
hal ekonomi, sesuai tuntunan baik Al-Qur’an maupun Hadist.

Sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktik
(penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat
maupun pemerintah/penguasa dalamrangka mengorganisir faktor produksi, distribusi dan
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalamperaturan/perundang-
undangan Islam(sunnatullah). Kegiatan ekonomi menurut Islam bukanlah kegiatan
ekonomi yang dikendalikan oleh hasrat manusia saja, tetapi juga dituntun oleh pedoman-
pedoman dasar syariah.13

1. Konsep kesatuan (unity)


Konsep kesatuan disini adalah kesatuan sebagaimana terefleksi dalam konsep
tauhid yang memadukan keseluruhan aspek–aspek kehidupan muslim baik dalam
ekonomi, politik, sosial menjadi satu. Konsep tauhid, aspek sosial, ekonomi, politik dan
alam, semuanya milik Allah, dimensi vertikal menghindari diskriminasi di segala aspek
dan menghindari kegiatan yang tidak etis.24 Etika dalam ekonomi Islam berlandaskan
pada nilai-nilai luhur yang ada di dalam Al Qur’an dan Al Hadist. Nilai-nilai ini menyeru
manusia pada kebaikan, kebenaran serta akhlak yang baik, membantu sesama dan tidak
berbuat curang ataupun mendzalimi orang lain.

2. Konsep keseimbangan atau keadilan (equilibrium)


Konsep keseimbangan menggambarkan dimensi horizontal yaitu hubungan
individu satu dengan individu lain agar dapat jujur dalam bertransaksi. Keadilan
merupakan kesadaran dan pelaksanaan untuk memberikan kepada pihak lain sesuatu yang
sudah semestinya harus diterima oleh pihak lain itu, sehingga masing-masing pihak
mendapat kesempatan yang sama untuk melaksanakan hak dan kewajibannya tanpa
mengalami rintangan atau paksaan, memberi dan menerima yang selaras dengan hak dan
kewajiban karena adil pada hakekatnya adalah bahwa kita memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya, dan karena pada hakikatnya semua orang sama-sama nilainya
sebagai manusia jadi perlakuan sama terhadap semua orang, tentu dalam situasi yang

13
9Andi Iswandi, “Peran Etika..., h. 148-149
sama misalnya seseorang menjual barang dagangannya dengan kualitas, jumlah dan
ukuran serta waktu yang sama pada orang lain dengan harga yang murah, maka hal
tersebut juga harus dilakukan kepada orang lainnya.14

3. Kehendak bebas (free will)


Salah satu kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial adalah
konsep mengenai manusia’bebas’. Hanya Tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam
batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga relative bebas. Bertentangan dengan apa
yang disebar luaskan dalam kaum non-muslim, menurut Islam, manusia tidak diikat
dengan takdir dalam arti harfiah.28 Manusia dianugerahi kehendak bebas untuk
membimbing kehidupannya sebagai khalifah. Berdasarkan aksioma kehendak bebas ini,
dalam bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk
menepati atau melanggarnya. Dengan demikian kebebasan kehendak berhubungan erat
dengan kesatuan dan keseimbangan.

Kebebasan manusia ini tidak berarti manusia bebas berbuat sekehendaknya,


mereka dibatasi oleh syariah yang bertujuan memelihara kemaslahatan semua orang
dengan menegakkan disiplin pada diri mereka. Karena itu mereka bebas dalam ikatan
tanggung jawab sosial seperti yang ditentukan oleh syariah. Setiap sistem yang
memperhamba manusia atau memberikan kebebasan tak terbatas pada mereka sehingga
melanggar batas-batas yang telah ditentukan oleh Tuhan lewat syariat-Nya sendiri,
bertentangan dengan martabat dan tanggung jawab yang dikandung dalam konsep
khilafah dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada kesejahteraan manusia.konsep
khilafah dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada kesejahteraan manusia.15

4. Tanggung Jawab (Responsibility)


Yang terakhir adalah konsep pertanggung jawaban, dimana kebebasan tanpa batas
adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya
pertanggung jawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan,
manusia perlu mempertanggung jawabkan tindakannya.30 Pertanggung jawaban tak bisa

14
Azwar Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam., (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003) hlm. 54.
15
Omer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,(Jakarta: Gema Insani PRESS, 1991) hlm. 211
dilepaskan dari konsep kebebasan dalam berkehendak, ia menetapkan Batasan mengenai
apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas
semua yang ia lakukan. Kebebasan harus diimbangi dengan pertanggung jawaban , saat
manusia memilih melakukan sesuatu antara yang baik dan yang buruk, manusia juga
harus menjalani konsekuensinya. Bahkan dapat dikatakan semkin besar kebebasan maka
semakin besar pula pertanggung jawaban.
Sebagai khilafah Allah, manusia bertanggung jawab kepada-Nya dan mereka akan
diberi pahala (reward) atau azab (punishment) di akhirat kelak, berdasarkan apakah
kehidupan mereka didunia sesuai atau bertentangan dengan petunjuk yang telah diberikan
oleh Allah SWT

C. Konsep Norma Dalam Ekonomi Islam

Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Norma adalah


aturan-aturan yang berisi petunjuk tingkah laku yang Harus atau tidak boleh dilakukan
manusia dan bersifat mengikat. Hal Ini berarti bahwa manusia wajib menaati norma yang
ada. Norma Adalah kaidah atau ketentuan yang mengatur kehidupan dan hubungan
Manusia dalam arti luas. Norma merupakan petunjuk hidup bagi Manusia dan pedoman
perilaku seseorang yang berlaku di masyarakat. Jika melihat norma-norma ekonomi dan
muamalat Islam, maka Akan ditemukan empat sendi utama, yaitu ketuhanan, etika,
Kemanusiaan dan sikap pertengahan. Keempatnya merupakan ciri khas Ekonomi Islam,
bahkan dalam kenyataan merupakan milik umat Islam dan tampak dalam segala hal
kegiatan yang berbentuk islami. Keempat norma ini memiliki peran yang sama-sama
sangat penting dalam mengatur setiap individu dalam melakukan kegiatan ekonomi.
Setiap norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek ekonomi dan
sistem keuangan Islam, baik dalam hal produksi, konsumsi, distribusi, masalah ekspor,
maupun impor yang semuanya diwarnai dengan norma.16Norma-norma dalam ekonomi
islam, yaitu:

1. Ekonomi Ilahiyyah atau Ketuhanan

Karena titik awalnya dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah Dan cara-caranya
tidak bertentangan dengan Syariat-Nya. Kegiatan Ekonomi, baik produksi, konsumsi,

16
Mubyarto, Reformasi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2000) hlm. 76.
penukaran dan distribusi, Diikatkan pada prinsip Ilahiyyah dan pada tujuan Ilahiyyah,
Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. Al-Mulk (67): 15 Yang artinya “Dialah yang
menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.”

Dalam norma ekonomi Islam yang berlandaskan ketuhanan, Penting adanya


perasaan selalu ada yang mengawasi. Sikap itu timbul dari seorang muslim karena
imannya kepada Allah.17 Dengan adanya perasaan seperti itu seorang muslim tidak akan
melakukan hal-hal yang dilarang oleh Islam karena mereka akan Merasa berdosa.
Keimanan seorang muslim menjadi hal paling Dasar yang harus ada dalam setiap kegiatan
dalam kehidupan Sehari-hari. Jika seorang muslim memiliki Iman yang kuat kepada
Allah maka dia akan melakukan segala hal dengan tujuan Beribadah dan akan selalu
mengimplementasikan ajaran Islam Dalam setiap kegiatan yang dilakukannnya.Ekonomi
menurut Islam bukanlah tujuan, tetapi merupakan Kebutuhan dan sarana yang lazim bagi
manusia agar bias bertahan Hidup dan bekerja untuk mencapai tujuannya yang tinggi.
Ekonomi merupakan sarana penunjang baginya dan menjadi Pelayan bagi akidah dan
risalahnya. Islam adalah sistem yang Sempurna bagi kehidupan, baik kehidupan pribadi
maupun Kehidupan umat, dan semua segi kehidupan seperti pemikiran, Jiwa, dan akhlak.
Juga pada kehidupan di bidang ekonomi, sosial Maupun politik.

2. Ekonomi Akhlak

Bahwa ekonomi Islam memadukan antara ilmu dan akhlak, Karena akhlak adalah
daging dan urat nadi kehidupan islami. Karena risalah adalah risalah akhlak, sesuai tujuan
diutusnya Rasulullah SAW. Adalah untuk menyempurnakan akhlak. Sesungguhnya
Islam sama sekali tidak mengizinkan umatnya untuk mendahulukan kepentingan
ekonomi diatas pemeliharaan nilai dan keutamaan yang diajarkan agama. Kesatuan antara
ekonomi dan akhlak ini akan semakin jelas pada setiap langkah-langkah ekonomi, baik
yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Seorang muslim baik secara
pribadi maupun secara bersama-sama tidak bebas mengerjakan apa saja yang
diinginkannya atau apa yang menguntungkannya.18

17
Mubyarto, Reformasi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2000) hlm. 76.
18
Veithzal Rivai and Andi Buchari, hlm. 91.
3. Kemanusiaan

Selain bercirikan ketuhanan dan moral, sistem ekonomi Islam Juga berkarakter
kemanusiaan. Jika sistem ekonomi Islam itu Berdasarkan pada nash Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang berarti Nash ketuhanan, maka manusia berperan sebagai yang diserukan
Dalam nash itu. Manusialah yang memahami nash, menafsirkan, Menyimpulkan dan
memindahkan dari teori untuk aplikasinya Dalam praktek. Dalam ekonomi, manusia
adalah tujuan dan Sarana.19

Ekonomi Islam juga bertujuan untuk memungkinkan manusia Memenuhi


kebutuhan hidupnya yang disyariatkan. Manusia harus Hidup dengan pola kehidupan
yang Rabbani sekaligus manusiawi, Sehingga ia mampu melaksanakan kewajibannya
kepada Tuhannya,kepada dirinya, kepada keluarganya, dan kepada sesama manusia.

4. Sifat Pertengahan

Salah satu sendi utama ekonomi Islam ialah sifatnya yang Pertengahan
20
(keseimbangan). Bahkan ciri ini merupakan Jiwanya. Ekonomi pertengahan artinya
bahwa ekonomi Islam Adalah ekonomi yang berlandaskan pada prinsip pertengahan dan
Keseimbangan yang adil. Islam menyeimbangkan antara dunia dan Akhirat, antar
individu dan masyarakat. Di dalam individu Diseimbangkan antara jasmani dan rohani,
antara akal dan hati, Antara realita dan fakta.21

Sifat pertengahan (keseimbangan) ini dapat terlihat jelas pada Sikap Islam terhadap
hak individu dan masyarakat, Islam tidak Mendzalimi masyrakat dan tidak pula
mendzalimi individu, tetapi Islam berada ditengah-tengah antara keduanya. Islam
menjaga Hak-hak individu dan masyarakat dengan adil, namun hal ini tak Akan dapat
terlaksana dengan baik jika tidak ada etika pada setiap Individu masyarakat. Dalam kata

19
Veithzal Rivai and Andi Buchari, Islamic economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi
Tapi Solusi, hlm. 93.
20
Yusuf Qaradawi, Husin, and Arifin, Norma dan etika ekonomi Islam, hlm. 69.
21
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, islamic economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi
Tapi Solusi, hlm.99
lain, Islam adalah agama yang Mengajarkan untuk bersikap adil dalam segala aspek
kehidupan.

D. Konsep maslahah dalam Ekonomi Islam

Maslahah adalah prinsip yang dikenal dalam hukum Islam yang berarti
memelihara tujuan Syara’ (syariat) dalam meraih manfaat serta mencegah kemudaratan.
Implementasi konsep maslahah dalam kegiatan ekonomi memiliki ruang lingkup yang
luas jika dibandingkan dengan bidang lain. Sebab hal ini berbeda dengan bidang-bidang
lain seperti ibadah yang bersifat dogmatik (berbasis kepercayaan.) Dengan demikian,
prinsip maslahah menjadi acuan dan patokan penting dalam bidang ekonomi.

Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.


Penelitian ini sifatnya deskriptif kualitatif yakni menganalisis Maslahah Mursalah,
dengan melakukan pendekatan studi pustaka “Library Research”. Melalui beberapa
literatur terkait tulisan ini akan menawarkan konsep masalahah mursalah dalam ekonomi
Islam. Hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa implementasi konsep Maslahah
Mursalah dalam ekonomi islam berupa praktik jual beli yang dipraktikan Nabi SAW
dimana jauh dari unsur jahaalah yang mendatangkan kemaslahatan dan menjauhkan dari
kemudharatan.

Konsep maslahah dalam ekonomi Islam secara detail, dibedakan menjadi dua,
Yaitu konsumsi yang ditujukan untuk ibadah dan konsumsi untuk memenuhi Kebutuhan
atau keinginan manusia.22Contoh jenis konsumsi yang pertama adalah Pembelian
barang atau jasa untuk disedekahkan kepada orang miskin ataupun Diwakafkan untuk
keperluan umat. Sedangkan konsumsi jenis ke dua adalah Konsumsi untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan manusia sebagaimana konsumsi Sehari-hari.

Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi kepuasan/keinginan adalah Tujuan


dari aktivitas ekonomi Islam, dan usaha pencapaian tujuan itu adalah salah Satu
kewajiban dalam beragama. Adapun sifat-sifat maslahah yang bersifat subjektif Dalam
arti bahwa setiap individu menjadi hakim bagi masing-masing dalam Menentukan
apakah suatu maslahah atau bukan bagi dirinya. Namun, berbeda dengan Konsep utility,

22
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 137.
kriteria maslahah telah ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat Bagi semua
individu.23

E. Nilai-nilai dalam ekonomi islam


Islam nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah di-yakini
dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan paradigma ekonomi Islam.
Nilai nilai dasar tersebut berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Prinsip atau nilai sebagai
landasan dan dasar pengembangan ekonomi Islam terdiri dari 5 (lima) nilai universal,
yaitu: tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah
(pemerintahan), dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk
menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam yaitu sebagai berikut:

1. Tauhid (keesaan tuhan)


Tauhid merupakan fondasi fundamental ajaran Islam. Tauhid itu yang membentuk
3 (tiga) asas pokok filsafat Ekonomi Islam, yaitu: Pertama, ”dunia dengan segala
isinya adalah milik Allah Swt dan berjalan menurut kehendak-Nya”24. Manusia
sebagai khalifah-Nya hanya mempunyai hak kepemimpinan (khilafat) dan
pengelolaan yang tidak mutlak/ absolut, serta harus tunduk melaksanakan hukum-
Nya. Misalnya seorang muslim yang ingin melakukan aktivitas ekonomi tertentu,
maka ia juga akan mempertimbangkan akibat setelahnya (akibat jangka panjang).
Hal ini bermaksud agar setiap individu muslim dalam memilih aktivitas ekonomi
tidak hanya memikirkan kenikmatan sesaat kala itu saja (jangka pendek) akan
tetapi ia selalu berfikir akibat baik dan buruknya jauh ke depan. Karena kehidupan
di dunia hanya ”numpang lewat” untuk mencari bekal kelak di akhirat.25

2. ‘Adl (keadilan)
Allah adalah Sang pencipta seluruh yang ada di muka bumi ini, dan ’adl (keadilan)
merupakan salah satu sifat-Nya. Allah menganggap semua manusia itu sama
(egalitarianism) di hadapan-Nya dan memiliki potensi yang sama untuk berbuat
baik, karena yang menjadi pembeda bagi-Nya hanya tingkat ketaqwaan setiap

23
Aldila Septiana, Analisis Perilaku Konsumsi Dalam Islam, Vol.15, No.1, 2015, h.4.
24
QS. Al-Ma’idah: 20, QS. Al-Baqarah: 6
25
Nurul Fahmi, “Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam”, TASAMUH: JURNAL STUDI ISLAM
Volume 11, Nomor 1, April 2019, 105-123, hal 114
individunya. Implikasi prinsip ‘adl (keadilan) dalam ekonomi Islam ialah:
pemenuhan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat, sumber pendapatan yg
terhormat, distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata, dan pertumbuhan
dan stabilitas ekonomi yang baik.26
3. Nubuwwah (kenabian)
Nabi Muhammad juga merupakan nabi terakhir dan nabi penyempurna dalam
ajaran Islam, sehingga tidak heran jika ia memiliki 4 (empat) sifat yang sering
dijadikan landasan dalam aktivitas manusia sehari-hari termasuk juga dalam
aktivitas ekonomi dan bisnis karena selain bidang leadership ia juga sangat
perpengalaman dalam bidang perdagangan, berikut penjelasan implementasi 4
(empat) sifat Nabi dalam aktivitas ekonomi dan bisnis.
Pertama, Siddiq (benar, jujur, valid). Idealnya sifat ini dapat menjadi visi hidup
setiap manusia. Dari sifat siddiq ini akan muncul konsep turunan, yaitu efektivitas
dan efisiensi. Efektivitas dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang tepat (on
time) dan benar (all right), sedangkan efisiensi adalah melakukan aktivitas dengan
benar dan hemat, maksudnya menggunakan teknik dan metode yang tidak
menyebabkan kemubadziran. Kedua, amanah (responsibility, dapat dipercaya,
kredibilitas) Sifat amanah memiliki posisi yang fundamental dalam aktivitas
ekonomi dan bisnis, karena tanpa kredibilitas dan tanggung jawab dalam
berperilaku, maka kehidupan ekonomi dan bisnis akan amburadul (tidak stabil).
Ketiga, Fathanah (kecerdasan, kebijaksanaan, profesionalitas, intelektualitas).
Sifat ini dapat dijadikan strategi dalam hidup, karena untuk mencapai
ma’rifatullah (mengenal Allah melalui ayat-ayat dan tanda-tanda kebesaran-Nya),
setiap individu harus mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-
Nya. Implikasi sifat ini dalam aktivitas ekonomi dan bisnis adalah bahwa segala
aktivitas ekonomi harus dilakukan dengan ilmu atau kecerdasan, dan optimalisasi
semua potensi akal (al-’aqlu) yang ada untuk mencapai tujuan (goal). Keempat,
Tabligh (komunikatif, transparansi, marketeble). Merupakan soft skill yang
selayaknya dimiliki oleh setiap manusia, karena setiap pribadi beragama
mengemban tanggung jawab penyampaian (da’wah). Sifat tabligh dalam ekonomi
dan bisnis menurunkan prinsip-prinsip ilmu komunikasi (personal, interpersonal),

26
iibid, hal 115
seperti penjualan, pemasaran, periklanan, pembentukan opini masa, dan lain
sebagainya.27

4. Khilafah (pemerintahan)
Khilafah merupakan representasi bahwa manusia adalah pemimpin (khalifah) di
dunia ini dengan dianugerahi seperangkat potensi mental dan spiritual oleh Allah
SWT, serta disediakan kelengkapan sumberdaya alam atau materi yang dapat
dimanfaatkan dalam rangka untuk sustainibilitas atau keberlangsungan hidupnya.
Sehingga kosep khilāfah ini melandasi prinsip kehidupan kolektif manusia atau
hablum minannas dalam Islam. Fungsi utamanya adalah untuk menjaga
keteraturan interaksi (mu’amalah) antar pelaku ekonomi dan bisnis, agar dapat
meminimalisir kekacauan, persengketaan, dan keributan dalam aktivitas
mereka.28
5. Ma’ad (hasil)
Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini untuk berjuang, dari belum bias
berjalan menjadi bisa berlari, dari belum bisa melafalkan kata-kata menjadi bisa
berbicara, dan masih banyak contoh lainnya. Dalam perspektif Islam dunia adalah
ladang akhirat, maksudnya dunia merupakan tempat bagi manusia untuk mencari
bekal dengan bekerja, beraktivitas, dan beramal shaleh. Kelak amalnya itu akan
mendatangkan kebahagiaan dan mendapatkan balasan. Pada prinsipnya perbuatan
baik akan dibalas dengan kebaikan, dan demikian juga sebaliknya. Oleh karena
itu, ma’ād bermakna balasan, imbalan, ganjaran. Menurut Imam Al-Gazhali
implikasi konsep ma’ād dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya,
mendapatkan profit/laba sebagai motivasi para pelaku bisnis. Laba tersebut bisa
didapatkan di dunia dan bisa juga kelak akan di terima di akhirat. Karena itu
konsep profit/laba mendapatkan legitimasi dalam Islam.29

27
iibid, hal 115-117
28
Gundarama, http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id
29
iibid, hal 118
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Makna kata etika ini identik dengan kata moral yang berasal dari bahasa latin
“mores” yang berarti adat istiadat atau cara hidup .Secara terminologi etika merupakan
studi sistematis tentang tabiat konsep nilai, baik, buruk, harus, benar, salah dan lain
sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk mengaplikasikan
atas apa saja.Etika Dalam Ekonomi Islam Ilmu ekonomi Islam merupakan teori atau
hukum-hukum dasar yang menjelaskan perilaku-perilaku antar variabel ekonomi dengan
memasukkan unsur norma ataupun tata aturan tertentu (unsur Ilahiyah).
Jadi dalam ekonomi Islammemiliki keterkaitan dengan salah satu teori etika
yaitu teori perintah Tuhan, yang mana dalam ekonomi Islam, etika berfungsi sebagai
titik pandang untuk mengarahkan dan menuntun operasionalisasi sistem
ekonomi.Dengan demikian etika ekonomi Islammerupakan suatu usaha penyelidiki atau
pengkajian secara sistematis tentang perilaku, tindakan dan sikap apa yang dianggap
benar atau baik dari syariat Islam dalam hal ekonomi, sesuai tuntunan baik Al-Qur’an
maupun Hadist.
Sistem ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang dilaksanakan dalam praktik
(penerapan ilmu ekonomi) sehari-harinya bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat
maupun pemerintah/penguasa dalamrangka mengorganisir faktor produksi, distribusi
dan pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan tunduk dalamperaturan/perundang-
undangan Islam(sunnatullah).Konsep tauhid, aspek sosial, ekonomi, politik dan alam,
semuanya milik Allah, dimensi vertikal menghindari diskriminasi di segala aspek dan
menghindari kegiatan yang tidak etis. Etika dalam ekonomi Islam berlandaskan pada
nilai-nilai luhur yang ada di dalam Al Qur’an dan Al Hadist.
Setiap norma ini mempunyai cabang-cabang, buah dan pengaruh bagi aspek
ekonomi dan sistem keuangan Islam, baik dalam hal produksi, konsumsi, distribusi,
masalah ekspor, maupun impor yang semuanya diwarnai dengan norma. Kesatuan
antara ekonomi dan akhlak ini akan semakin jelas pada setiap langkah-langkah
ekonomi, baik yang berkaitan dengan produksi, distribusi dan konsumsi. Jika sistem
ekonomi Islam itu Berdasarkan pada nash Al-Qur’an dan As-Sunnah yang berarti Nash
ketuhanan, maka manusia berperan sebagai yang diserukan Dalam nash itu.
Ekonomi pertengahan artinya bahwa ekonomi Islam Adalah ekonomi yang
berlandaskan pada prinsip pertengahan dan Keseimbangan yang adil.Sifat pertengahan
(keseimbangan) ini dapat terlihat jelas pada Sikap Islam terhadap hak individu dan
masyarakat, Islam tidak Mendzalimi masyrakat dan tidak pula mendzalimi individu,
tetapi Islam berada ditengah-tengah antara keduanya. Konsep maslahah dalam Ekonomi
Islam Maslahah adalah prinsip yang dikenal dalam hukum Islam yang berarti
memelihara tujuan Syara’ (syariat) dalam meraih manfaat serta mencegah kemudaratan.
Konsep maslahah dalam ekonomi Islam secara detail, dibedakan menjadi dua,
Yaitu konsumsi yang ditujukan untuk ibadah dan konsumsi untuk memenuhi Kebutuhan
atau keinginan manusia. Mencukupi kebutuhan dan bukan memenuhi
kepuasan/keinginan adalah Tujuan dari aktivitas ekonomi Islam, dan usaha pencapaian
tujuan itu adalah salah Satu kewajiban dalam beragama.
Nilai-nilai dalam ekonomi islam Islam nilai dasar ekonomi Islam adalah
seperangkat nilai yang telah di-yakini dengan segenap keimanan, dimana ia akan
menjadi landasan paradigma ekonomi Islam.Implikasi prinsip ‘adl (keadilan) dalam
ekonomi Islam ialah: pemenuhan kebutuhan pokok bagi setiap masyarakat, sumber
pendapatan yg terhormat, distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata, dan
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang baik. Nubuwwah (kenabian) Nabi
Muhammad juga merupakan nabi terakhir dan nabi penyempurna dalam ajaran Islam,
sehingga tidak heran jika ia memiliki 4 (empat) sifat yang sering dijadikan landasan
dalam aktivitas manusia. amanah (responsibility, dapat dipercaya, kredibilitas) Sifat
amanah memiliki posisi yang fundamental dalam aktivitas ekonomi dan bisnis, karena
tanpa kredibilitas dan tanggung jawab dalam berperilaku, maka kehidupan ekonomi dan
bisnis akan amburadul (tidak stabil).bahwa segala aktivitas ekonomi juga harus
dilakukan dengan ilmu atau kecerdasan, dan optimalisasi semua potensi akal (al-’aqlu)
yang ada untuk mencapai tujuan (goal).
Daftar pustaka

A. Karim, Adiwarman. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:


International Institute of Islamic Thought Indonesia (IIIT).
Frans Magnus Suseno, Etika Dasar: Masalah- Masalah Pokok Filsafat Moral,
(Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 14
Faisal Badroen, dkk., Etika Bisnis dalam Islam, Ed.1, Cet. 2,(Jakarta: Kencana, 2007),
hlm. 5
Dawam Rahadjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, Cet.1, (Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya, 1990), h. 3
Muslich, Etika Bisnis Islami: Landasan Filosofis, normatif dan Substansi Implementatif,
Ed.1, Cet.1, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004), h. 2
Andi Iswandi, “Peran Etika Qur’ani Terhadap Sistem Ekonomi Islam”, Jurnal Al-
Iqtishad, Vol.VI, No.1, Januari 2014, h. 145
Syed Nawab Haider Naqvi, Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sintesis Alami: Suatu
Sintesis yang Islami, (Bandung: Penerbit Mizan, 1991) hlm. 80.
Hendri Hermawan Adinugraha, “Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam”, Jurnal
Media Ekonomi dan Teknologi Informasi, Vol.21, No.1, Maret 2013, h. 57
Azwar Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam., (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003) hlm.
54.
Omer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,(Jakarta: Gema Insani PRESS, 1991) hlm.
211
Mubyarto, Reformasi Sistem Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2000) hlm. 76.
Yusuf Qaradawi, Husin, and Arifin, Norma dan etika ekonomi Islam, hlm. 69.
Veithzal Rivai dan Andi Buchari, islamic economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi
Tapi Solusi, hlm.99
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII Yogyakarta, Ekonomi
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 137.
Nurul Fahmi, “Norma Dan Nilai Dalam Ilmu Ekonomi Islam”, TASAMUH: JURNAL
STUDI ISLAM Volume 11, Nomor 1, April 2019

Anda mungkin juga menyukai