Anda di halaman 1dari 15

Asian Business Ethics

BUSS6170025 -LA01

Judul:
Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam
Perbandingan Antara Perbankan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Indonesia

Dosen:
Dr. Elisa Carolina Marion, S.S., M.Si. (D3042)

Disusun oleh:
Syadilla Rachmanda Cardosh (2301878536)

Jurusan Hubungan Internasional


Fakultas Humaniora
BINUS University - Jakarta
2021
Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam
Perbandingan Antara Perbankan Uni Emirat Arab (UEA) dengan Indonesia

Abstrak
Keberadaan masyarakat menjadi suatu indikator yang menciptakan nilai-nilai yang
dianggap baik dan benar dalam kegiatan berbisnis. Namun, seiring dengan perkembangan
dunia yang kontemporer ini, paham kapitalis dan sosialis semakin mendominasi pusaran
dunia yang menjadikannya bebas dan hampa akan nilai-nilai etika dan moral. Hal ini
dikarenakan adanya kecenderungan merasa dirinya paling benar dalam berbagai aspek dan
situasi serta adanya tantangan dan ancaman tersendiri bagi para pelaku usaha. Ajaran Islam
sebagai sebuah pendekatan mampu memberikan nilai-nilai etika dan moral yang didasari oleh
tauhid untuk mengatur tingkah laku ekonomi masyarakat. Tidak hanya sebatas nilai-nilai
dasar mengenai etika, namun ajaran Islam juga termuat keseluruhan nilai-nilai fundamental
hingga normal-norma terkait substansial yang dapat diaplikasikan dalam operasional lembaga
ekonomi, salah satunya perbankan. Sistem ekonomi Islam ini pun banyak berkembang di
berbagai negara, salah satunya adalah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) karena
mayoritas masyarakat di Indonesia beragama Islam dan UEA sendiri merupakan negara
Islam. Beranjak dari latar belakang tersebut, maka masalah penelitian yang dirumuskan
dalam tulisan ini adalah apa saja konsep etika bisnis Islam yang dimuat dalam perbankan
Indonesia dan UEA, serta apa saja perbedaan dan persamaan keduanya.
Keyword: Etika Bisnis, Ekonomi Islam, Manajemen

Pendahuluan

Hubungan bisnis dengan masyarakat adalah suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, dan hubungan tersebut membawa etika-etika tertentu ke dalam kegiatan
berbisnis, baik etika terhadap sesama pelaku bisnis maupun etika terhadap masyarakat, serta
dalam hubungan secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan masyarakat menjadi
suatu indikator yang menciptakan nilai-nilai yang dianggap baik dan benar. Namun, Seiring
dengan perkembangan dunia yang kontemporer ini, paham kapitalis dan sosialis pun semakin
mendominasi pusaran dunia dan menjadikannya bebas serta hampa akan nilai-nilai etika dan
moral. Hal ini dikarenakan adanya kecenderungan merasa dirinya paling benar dalam
berbagai aspek dan situasi serta adanya tantangan dan ancaman tersendiri bagi para pelaku
usaha. Dimana mereka dituntut untuk terus bersaing satu sama lain dan mempertahankan
keberlangsungan hidup perusahaannya (Margaretha, 2004). 
Jika membahas mengenai etika, tentu akan menyinggung agama karena agama adalah
salah satu sumber etika yang secara alamiah diakui baik oleh para penganut agamanya
maupun secara universal. Setiap agama selalu memposisikan etika sebagai inti dari ajarannya,
khususnya agama Islam. Hal ini dikarenakan etika adalah dasar yang mempengaruhi
konstruksi kehidupan manusia. Dalam konteks etika bisnis, ajaran Islam tidak hanya sebatas
nilai-nilai dasar mengenai etika, seperti tanggung jawab, kesatuan, keadilan, dan
keseimbangan, namun juga memuat keseluruhan nilai-nilai fundamental hingga normal-
norma terkait substansial yang mana dapat diaplikasikan dalam operasional lembaga ekonomi
di masyarakat, salah satunya perbankan. 
Indonesia merupakan negara yang memiliki 17 ribu lebih pulau yang didalamnya
terdapat banyak panorama indah, serta memiliki lebih dari 270 juta penduduk. Ada kurang
lebih 230 juta penduduk Indonesia yang menganut agama Islam, maka dari itu agama Islam
menjadi agama nomor satu di Indonesia yang paling banyak dianut sekaligus menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Walaupun agama Islam
menjadi agama mayoritas di Indonesia, Indonesia bukanlah negara Islam yang menerapkan
hukum Islam secara menyeluruh seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar. Lebih lanjut lagi, Uni
Emirat Arab adalah negara Islam yang terletak di Asia Barat dan sistem pemerintahannya
adalah parlementer monarki yang berbentuk federasi atau gabungan dari tujuh emirat, yakni
Dubai, Ajman, Ras al-Khaimah, Umm al Qaiwain, Abu Dhabi, Fujairah, dan Sharjah. Agama
Islam adalah satu-satunya agama resmi di UEA. 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan masyarakat adalah suatu
indikator yang menciptakan nilai-nilai yang dianggap baik dan benar, dimana nilai-nilai yang
dianggap baik dan benar tersebut tertuang dalam norma yang berlaku di masyarakat. Dengan
kata lain, baik di Indonesia maupun di UEA, nilai-nilai yang dianggap baik dan benar
kebanyakan adalah nilai-nilai etika dan moral yang didasari oleh pendekatan Islam.

Permasalahan

Beranjak dari uraian latar belakang tersebut, maka masalah penelitian yang
dirumuskan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja konsep etika bisnis Islam yang dimuat dalam perbankan Indonesia dan
UEA?
2. Apa saja perbedaan dan persamaan etika bisnis Islam yang dimuat dalam perbankan
Indonesia dan UEA?

Metodologi

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dalam penelitian ini penulis akan


menggunakan pendekatan metode kualitatif yang bersifat studi pustaka. Pendekatan metode
penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menganalisa, menemukan, menggambarkan, serta menjelaskan dengan memanfaatkan
buku-buku dan literatur-literatur lainnya sebagai sumber utama (Hadi, 1995). Lebih lanjut
lagi, dikarenakan penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif, maka
penulis perlu melakukan analisis deskriptif. Dimana metode analisis deskriptif bertujuan
untuk memberikan gambaran dan keterangan secara jelas, komprehensif, objektif, analitis,
sistematis, dan juga kritis mengenai topik yang diangkat. Sebagai sebuah penelitian yang
menggunakan pendekatan metode penelitian kualitatif yang bersifat studi pustaka, penelitian
ini menggunakan teknik analisis data. Analisis merupakan aktivitas yang terdiri dari
serangkaian kegiatan, yaitu menguraikan, membedakan, mengklasifikasi, dan
mengelompokkan kembali berdasarkan kriteria tertentu, lalu mencari kaitan dari data-data
tersebut, dan terakhir mengembangkan data dan diolah ke dalam kerangka kerja sederhana
(Zed, 2004; Mantra, 2008). Sehingga teknik analisis data yang akan digunakan adalah content
analysis, atau melakukan pembahasan secara mendalam pada isu, data, ataupun informasi
yang tertulis maupun tercetak dalam media massa.

Kajian Teori

Prinsip Dasar Ajaran Islam


Secara fungsional prinsip dasar ajaran Islam ini sejalan dan sebangun dengan filosofi
rumah yang dihuni dengan suasana damai, sejahtera, dan menyenangkan (mawaddah wa
rahmah). Seperti sebagaimana bangunan rumah, atap (ihsan) dapat diibaratkan sebagai harta,
kekayaan, atau uang yang telah menjadi bagian dari kehidupan setiap manusia (Aziz, 2013).
Dimana setiap manusia pasti membutuhkannya, bahkan terkadang sangat menginginkannya.
Lebih lanjut lagi, dinding (Islam) disini digambarkan sebagai pengetahuan yang mampu
menjadi pembuka jalan (pemantik). Pada ajaran Islam, pengetahuan menjadi salah satu aspek
yang menempati kedudukan cukup penting. Hal ini dikarenakan pengetahuan mampu
menjadi alat pemecahan masalah, mulai dari masalah terkait sosial, ekonomi, budaya, politik,
dan lain sebagainya. Dalam konteks bisnis atau kerjasama antar sesama umat manusia, ajaran
Islam memberikan nilai-nilai dasar pada ekonomi yang didasari oleh ajaran tauhid
(pondasi). Ajaran Islam tidak hanya mengajarkan sebatas nilai-nilai dasar etika ekonomi,
seperti keseimbangan, keadilan, tanggung jawab, kesatuan, namun juga mencakup ajaran
mengenai keseluruhan nilai yang fundamental, hingga norma-norma yang substansial (Aziz,
2013; Aprianto, dkk.,2020). Sehingga dapat diaplikasikan dalam operasional lembaga
keuangan masyarakat seperti perbankan.

Sistem Ekonomi Islam dan Etika Bisnis Islam


Berbeda dengan sistem ekonomi liberal dan sosialis yang saat ini tengah mendominasi
sistem perekonomian dunia, sistem ekonomi Islam atau ekonomi syariah memiliki pedoman
yang sangat tegas. Sistem ekonomi liberal adalah sistem yang menganut kebebasan tanpa
batas bagi setiap individu guna memperoleh keuntungan (Aziz, 2013), sementara disisi lain
sistem ekonomi sosialis adalah sistem yang menekankan pada aspek pemerataan atau
keseimbangan ekonomi yang rata dan menentang adanya perbedaan kelas sosial karena
menganut asas kolektivitas. Namun pada sistem ekonomi Islam, aspek yang diutamakan
adalah hukum dan etika, dimana dalam tataran operasionalnya diharuskan menerapkan
prinsip-prinsip hukum dan etika bisnis yang Islami (Aziz, 2013), yaitu:
1. Ketuhanan (Ilahiyah) – tujuan dari segala kegiatan ekonomi hanya untuk mencari
ridha Allah.
2. Kenabian (Nubuwwah) – menganut sifat luhur Nabi – kebenaran, cerdas, dapat
dipercaya, dan komunikatif.
3. Moral-etik (Khuluqiyah) – Tidak melakukan kegiatan berbisnis atau melakukan
investasi pada usaha yang diharamkan, seperti narkoba atau pornografi.
4. Keadilan (al-’adl) – keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Kemanusiaan (Insaniyah) – menghormati setiap individu sebagaimana ciptaan Allah.
6. Tolong menolong (al-ta’awun) - Menjalankan bisnis dengan prinsip tolong menolong
dan bekerjasama, dengan pesaing sekalipun.
7. Kekeluargaan – menjalin hubungan baik antar manusia dengan dilandasi iman dan
Islam.
8. Kerjasama – mengembangkan ekonomi dengan saling menopang satu sama lainnya –
menciptakan akses yang lebih mudah agar masyarakat miskin atau usaha mikro dapat
menjangkau informasi dan memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya.

َ‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكان‬ ‫ْأ‬ ٰ ٓ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن ت ََر‬
‫بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah maha penyayang kepadamu” (Qs. An-Nisa’; 29).
Dari penjelasan diatas, maka etika bisnis Islam merupakan sebuah penerapan perilaku
atau akhlak dalam berbisnis guna mencari keuntungan, namun tidak lepas dari perilaku,
moral atau norma-norma yang berlaku dalam ajaran Islam serta sistem ekonomi Islam selama
menjalankan bisnis Islam.

Manajemen Bisnis Islam


Manajemen bisnis pada umumnya akan mementingkan perolehan hasil yang sebesar-
besarnya dengan kerja sedikit mungkin. Prinsip manajemen konvensional ini sangat
berkembang di dunia barat. Ajaran Islam tidak menentang prinsip konvensional ini dan justru
mendorong prinsip tersebut. Hanya saja manajemen bisnis dalam Islam menambahkan
beberapa rambu-rambu dalam penerapannya agar tidak hanya bertujuan untuk memperoleh
kekayaan duniawi. Berikut adalah beberapa perbedaan mendasar antara manajemen bisnis
konvensional dengan manajemen bisnis Islam (Aprianto, dkk.,2020):
 Etika dalam pemasaran
Dalam etika bisnis Islam sangat berpegang teguh dengan etika dalam
melakukan seluruh kegiatan berbisnis, khususnya pemasaran kepada calon
konsumennya. Bisnis yang syariah akan menghindari melakukan pemasaran dengan
memberikan janji-janji palsu, ataupun melebih-lebihkan produk yang ditawarkan.
Mereka akan bersikap jujur dan memasarkan sesuai dengan kelebihan dan kekurangan
produk yang mereka tawarkan. 
 Pendekatan terhadap konsumen
Bagi bisnis syariah, konsumen diposisikan sebagai mitra yang sejajar. Dengan
kata lain, baik perusahaan (penjual) maupun konsumen (pembeli) berada pada
tingkatan yang sama sehingga perusahaan tidak seharusnya melihat konsumen sebagai
“sapi perah” untuk kepentingan perusahaan.
 Pandangan terhadap pesaing
Dalam etika bisnis Islam, pesaing bisnis tidak dianggap sebagai pihak yang
harus dijatuhkan atau dikalahkan. Pesaing dinilai sebagai pemacu yang memotivasi
perusahaan menjadi lebih baik tanpa harus melakukan permainan saling menjatuhkan.
Dalam etika bisnis Islam pesaing dijadikan sebagai mitra yang saling bekerjasama
untuk menyukseskan.

Analisis

Perbankan di UEA
Tradisi budaya Uni Emirat Arab berakar pada Islam dan beresonansi dengan dunia
Arab yang lebih luas, terutama dengan negara-negara tetangga Teluk Persia. Federasi telah
mengalami dampak kebangkitan Islam, meskipun praktik Islam di emirat umumnya kurang
keras dibandingkan di Arab Saudi. Identitas kesukuan di Uni Emirat Arab tetap cukup kuat,
meskipun urbanisasi dan kehadiran komunitas ekspatriat yang besar, dan keluarga masih
dianggap sebagai unit sosial terkuat dan paling kohesif.
Tidak heran jika UEA adalah negara dengan pengembangan keuangan Islam modern
yang mematuhi hukum transaksi Syariah terbesar. Lembaga keuangan Islam di UEA
menawarkan banyak produk, seperti ijarah, murabahah, mudharabah, dan istisna. Disisi lain
UEA adalah negara dengan sistem hukum perdata, yang berarti semua hukum komersial serta
perbankan, sebagian besar dikodifikasikan. Namun mulanya tidak ada undang-undang
terpisah di UEA yang secara khusus mengatur hukum Syariah untuk transaksi komersial,
maupun pengadilan Syariah terpisah untuk mengadili perselisihan yang timbul dari transaksi
Syariah. Akan tetapi, karena UEA adaah negara Islam, maka banyak aspek dari peraturan
syariah yang telah dimasukkan ke dalam hukum perdata. Pengadilan pun diperbolehkan
untuk menggunakan prinsip Syariah sebagai rujukan apabila tidak ada undang-udang yang
sesuai. Hal ini dapat dilihat pada pendekatan Undang-Undang Federal UEA No. 5 Tahun
1985 Tentang Transaksi Perdata ('KUHP'), serta Undang-Undang Federal No. 18 Tahun 1993
tentang Hukum Transaksi Komersial ('KUHP' '), menetapkan ketentuan utama untuk
transaksi sipil dan komersial di UEA. Setelah bank Islam seperti DIB, SIB, ADCB, dan FAB,
banyak dibuka dan popular, pemerintah UEA mulai mengeluarkan undang-undang yang
mengatur keuangan Islam pada tahun 1985.
Dubai Islamic Bank (DIB) merupakan bank Islam komersial pertama didunia yang
didirikan pada tahun 1975 di Dubai. DIB menjadi bank Islam pertama yang mengadopsi
prinsip-prinsip Islam dalam seluruh praktik perbankannya, serta merupakan bank Islam
terbesar di UEA dan terbesar ketiga di dunia. DIB juga menjadi bank syariah pertama di
dunia yang memiliki layanan lengkap, serta menawarkan berbagai produk dan layanan
inovatif yang sesuai dengan ajaran Islam. DIB memiliki visi untuk menjadi lembaga
keuangan Islam paling progresif di dunia, dan memiliki misi untuk dapat menanamkan
kesederhanaan dan kenyamanan dalam seluruh penawarannya. Guna mewujudkan visi dan
misi tersebut, DIB memiliki nilai-nilai utama yang dijunjung dalam menjalankan perbankan,
yakni:
1. Inklusif – dapat diakses oleh semua individu tanpa ada bias.
2. Kolaborasi – terhubung bersama sebagai sebuah tim.
3. Tangkas – memberikan solusi dan memberikan pengalaman menyenangkan.
4. Bertanggung jawab – adil, transparan, dan akuntabel dalam mengambil
keputusan.
5. Terlibat – bergairah dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang
maksimal.
Dubai Islamic Bank menganut prinsip perbankan syariah dan inklusif keuangan
melalui gabungan. Dimana DIB melakukan kegiatan perbankan bebas bunga. Daripada
menggunakan bunga sebagai alat untuk menghasilkan kekayaan, DIB memilih untuk
membantu setiap individu ataupun bisnis untuk dapat membangun usaha nyata serta
mendorong semangat kewirausahaan di antara pelanggannya. DIB memberikan kesempatan
kepada seluruh individu maupun bisnis dengan mendorong proses investasi berdasarkan
struktur syariah yang inovatif pada hampir seluruh bidang ekonomi, kecuali dalam kegiatan
usaha atau bisnis yang dinilai tidak etis atau melanggar konsep syariah. Karena DIB adalah
bank Islam maka dilarang terlibat dalam praktik usaha atau bisnis yang dapat terbukti
berbahaya, menyesatkan, tidak terhormat, tidak bermoral, atau lainnya yang dapat merugikan
masyarakat. Dalam menjalin hubungan dengan nasabah, investor, korporasi, atau suatu
bisnis, DIB tidak melihat mereka sebagai pencetak uang, melainkan menjadikan mereka
mitra bank atau pemilik barang. Hal ini dikarenakan DIB dan mereka saling berbagi
keuntungan maupun resiko dari hubungan kemitraan atau kepemilikan semacam itu.
Pengaturan ini pun diatur sedemikian rupa sesuai dengan hukum syariah, yang dapat di jamin
transparansi.

Perbankan di Indonesia
Liberalisasi perbankan yang dimulai sejak tahun 1983, memberikan keleluasaan
kepada bank-bank di Indonesia untuk menetapkan suku bunga, yang mana diharapkan
liberalisasi ini akan menciptakan kondisi dunia perbankan Indonesia yang lebih efektif dan
kuat dalam menyongkong perekonomian negara. Pada tahun 1988, pemerintah memutuskan
untuk mengeluarkan kebijakan Pakto 88 yang memperluas kesempatan kepada bisnis
perbankan untuk menunjang pembangunan. Meskipun bank konvensiona di Indonesia lebih
banyak dari pada bank syariah, fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia membuat perkembangan bank syariah di Indonesia sangat pesat.
Mulanya operasi bank Syariah dalam tatanan sektor perbankan nasional belum lah optimal
karena landasan hukum megenai operasi bank Syariah masih hanya ditunjang oleh UU No. 7
Tahun 1992 mengenai “bank dengan sistem bagi hasil”. Belum ada rincian hukum yang jelas
mengenai sistem Syariah serta jenis-jenis usaha mana yang boleh dan tidak. Di tahun 1998,
barulah Indonesia melalui DPR melakukan penyempurnaan landasan hukum melalui UU
No.10 Tahun 1998, yang mempertegas bahwa terdapat dua sistem perbankan di Indonesia,
yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Meskipun terbagi menjadi dua, tak
jarang perbankan konvensional yang mengadopsi etika bisnis Islam dalam kegiatan
perbankannya.
PT Bank Mandiri (Persero) TBK atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bank
Mandiri adalah bank konvensional terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan juga
simpanan. Bank Mandiri pertama kali didirikan pada tahun 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Bank Mandiri
memiliki visi untuk menjadi partner finansial pilihan utama nasabah (konsumen), serta misi
untuk mampu menyediakan solusi perbankan digital yang handal dan mudah. Untuk
mencapai visi dan misi tersebut bank Mandiri memiliki nilai-nilai utama yang dijunjung
dalam menjalankan perbankan, yakni:
1. Amanah – memegang teguh kepercayaan yang diberikan.
2. Kompeten – terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.
3. Harmonis – saling peduli dan menghargai perbedaan.
4. Loyal – berdedikasi dan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.
5. Adaptif – terus berkembang dan bersemangat dalam menggerakan ataupun
menghadapi perubahan.
6. Kolaboratif – membangun kerja sama yang sinergis.
Dalam membangun hubungan dengan investor, nasabah, dan mitra, bank Mandiri
memegang teguh empat prinsip, yaitu efektif, terkini, transparan, dan efisien. Disamping
enam nilai-nilai utama dan empat prinsip dasar hubungan terhadap nasabah di atas, bank
Mandiri juga memiliki panduan perilaku yang diterapkan pada seluruh kegiatan perbankan
sebagai berikut:
1. Memenuhi janji dan komitmen.
2. Bertanggung jawab atas tugas, keputusan, dan tindakan yang dilakukan.
3. Berpegang teguh pada nilai moral dan etika.
4. Meningkatkan kompetensi diri guna menghadapi tantangan yang selalu
berubah.
5. Membantu orang lain belajar.
6. Menyelesaikan segala tugas dengan kualitas terbaik.
7. Menghargai setiap individu apapun latar belakangnya.
8. Suka menolong orang lain.
9. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
10. Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan Negara.
11. Rela berkorban untuk meraih tujuan yang lebih besar.
12. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan etika.
13. Cepat beradaptasi untuk menjadi lebih baik.
14. Terus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan teknologi.
15. Bertindak proaktif.
16. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
17. Terbuka dalam bekerja sama.
18. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

Konsep Etika Bisnis Dalam Bank Mandiri dan DIB

Indikator etika Indonesia (Bank Mandiri) UEA (DIB)


bisnis Islam

Ketuhanan - - Perbankan bebas bunga


Kenabian - Memenuhi janji dan komitmen. - Memberikan solusi dan memberikan
- Memegang teguh kepercayaan yang pengalaman menyenangkan.
diberikan. - Bergairah dan berkomitmen untuk
- Berkembang dan bersemangat dalam memberikan pelayanan yang
menggerakan ataupun menghadapi maksimal.
perubahan.
- Cepat beradaptasi untuk menjadi lebih
baik.

Moral-etik - Berpegang teguh pada nilai moral dan - Dilarang terlibat dalam praktik usaha
etika. atau bisnis yang dapat terbukti
berbahaya, menyesatkan, tidak
terhormat, tidak bermoral, atau
lainnya yang dapat merugikan
masyarakat.

Keadilan - Transparan - Bertanggung jawab,


- Terbuka dalam bekerja sama. - Transparan
- Akuntabel

Kemanusiaan - Menghargai setiap individu apapun latar - Dapat diakses oleh semua individu
belakangnya. tanpa ada bias.

Tolong menolong - Membantu orang lain belajar. - Mendorong semangat kewirausahaan


di antara pelanggannya

Kekeluargaan - Saling peduli dan menghargai - Terhubung bersama sebagai sebuah


perbedaan. tim.
- Menjaga nama baik sesama karyawan, - Tidak melihat nasabah, individu,
pimpinan, BUMN, dan Negara. korporasi, atau suatu bisnis sebagai
- Berdedikasi dan mengedepankan pencetak uang, namun DIB
kepentingan bangsa dan negara. menjadikan mereka mitra bank atau
pemilik barang

Kerjasama - Membangun kerja sama yang sinergis -


- Memberi kesempatan kepada berbagai
pihak untuk berkontribusi

Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan


persamaan antara kedua bank asal Indonesia dan UEA. Serta ada banyak konsep etika bisnis
Islam yang diadopsi oleh keduanya. Walaupun bank Mandiri adalah bank konvensional,
terdapat sejumlah konsep etika bisnis Islam yang dimuat sebagai dasar operasional
perbankannya. Bahkan jika dibandingkan dengan Dubai Islamic Bank (DIB) yang memang
merupakan bank Syariah, etika bisnis yang diadopsi oleh bank Mandiri cukup banyak.
Perbedaan yang paling mencolok hanya pada prinsip perbankan bebas bunga dan aspek
hubungan dengan nasabah/investor, dimana DIB menerapkan sistem berbagi keuntungan
maupun resiko dari hubungan kemitraan yang merupakan ciri khas dari bank syariah.
Daftar Pustaka

Website:

Bank Mandiri. (n.d.). Tentang Mandiri. Retrieved February 6, 2022, from


https://bankmandiri.co.id/web/guest/tentang-mandiri

Dubai Islamic Bank. (n.d.). About Us. Dubai Islamic Bank. Retrieved February 6, 2022, from
https://www.dib.ae/about-us/about-islamic-banking

Jurnal/Buku/Artikel:

Alharbi, A. (2015). Development of the Islamic banking system. Journal of Islamic


Banking and Finance, 3(1), 12-25.

Al Shamsi, F. S., Aly, H. Y., & El-Bassiouni, M. Y. (2009). Measuring and explaining the
efficiencies of the United Arab Emirates banking system. Applied
Economics, 41(27), 3505-3519.

Al-Tamimi, H. A. H., Lafi, A. S., & Uddin, M. H. (2016). Bank image in the UAE:
Comparing Islamic and conventional banks. In Islamic Finance (pp. 46-65).
Palgrave Macmillan, Cham.

Andriyanto, I. (2016). Analisis peran keterlibatan kerja dalam hubungan etika kerja
islam dan sikap terhadap perubahan. Iqtishadia, 9(1).

Aprianto, I., Andriyansyah, M., Qodri, M., & Hariyanto, M. (2020). Etika & Konsep
Manajemen Bisnis Islam. Deepublish.

Aziz, A. (2013). Etika Bisnis Perspektif Islam: Implementasi Etika Islami untuk Dunia
Usaha.

Baidowi, A. (2016). Etika bisnis perspektif islam. Jurnal Hukum Islam.

Bley, J., & Kuehn, K. (2004). Conventional versus Islamic finance: student knowledge
and perception in the United Arab Emirates. International journal of Islamic
financial services, 5(4), 17-30.

Graham, D. & Woods, N., 2006. Making Corporate Self-Regulation Effective in


Developing Countries. World Development, 34(5), pp. 868–883.

Gulcan, N. Y., 2011. Some Ethical Approaches in Business. Nevsehir, Trakya University
- Nevşehir University, pp. 56-82.

Hadi, S. (1995). Metodologi Research, Yogyakarta.

Hanekamp, G. (2005). Business ethics of innovation. Poiesis & Praxis, 3(4), 310-314.
Hasoloan, A. (2018). Peranan etika bisnis dalam perusahaan bisnis. Warta
Dharmawangsa, (57).

Hassan Al-Tamimi, H. A. (2010). Factors influencing performance of the UAE Islamic


and conventional national banks. Global Journal of Business Research, 4(2), 1-9.

Hills, R. C., & Atkins, P. W. (2013). Cultural identity and convergence on western
attitudes and beliefs in the United Arab Emirates. International Journal of Cross
Cultural Management, 13(2), 193-213.

Ibrahim, M. (2014). A comparative performance of two banks in United Arab


Emirates. Research Journal of Finance and Accounting, 5(21), 24-29.\

Ibrahim, M. (2015). A comparative study of financial performance between


conventional and Islamic banking in United Arab Emirates. International journal
of economics and financial issues, 5(4), 868-874.

Kholis, Nur. "Etika Kerja Dalam Perspektif Islam." Al-Mawarid Journal of Islamic


Law 12, no. 11 (2004): 26011.

Mantra, I. B. (2004). Filsafat penelitian & metode penelitian sosial. Pustaka Pelajar.

Maulida, A. R., Hamdani, I., & Irfani, F. (2018). Analisis etika kerja islam terhadap kepuasan
kerja dan komitmen organisasional. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 5(1), 297-
316.

Muliasari, I., & Dianati, D. (2014). Manajemen Laba dalam Sudut Pandang Etika Bisnis
Islam. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, 2(2), 157-182

McKechnie, D. S., Grant, J., Tucker, L. R., & Kuehn, R. (2007). Guided by Tawhid
(unity): Ethics in The UAE workplace. Journal of management, spirituality &
religion, 4(1), 35-55.

Patel, T., Salih, A., & Hamlin, R. G. (2019). Perceived managerial and leadership
effectiveness in UAE and Egypt: A comparison through the combined lenses of
Islamic work ethics and Islamic leadership. European Management Review, 16(3),
647-666.

Rahmayati, R. (2021). Competition Strategy In The Islamic Banking Industry: An


Empirical Review. International Journal Of Business, Economics, And Social
Development, 2(2), 65-71

Rohman, F. (2017). CORPORATE GOVERNANCE DAN KINERJA KEUANGAN


PADA PERBANKAN DI UNI EMIRAT ARAB. Jurnal Bisnis dan Manajemen
(Journal of Business and Management), 15(2), 79-98.

Sarwar, S., & Abugre, J. B. (2013). An assessment of islamic work ethics of employees
in organizations: insights from the united arab emirates. Problems of Management
in the 21st Century, 6, 60.
Steade. (1984). Business Ethics. Business, Its Natural and Environment An Introduction.

Sunyoto, D., & Putri, W. K. (2016). Etika Bisnis. Jakarta: CAPS (Center for Academic
Publishing Service).

Syariati, A., & Syariati, N. E. (2012). Islamic Bank as Bank of Ethics. In Proceeding of
Annual South East Asian International Seminar.

Tipu, S., & Ryan, J. (2016). Predicting entrepreneurial intentions from work values:
Implications for stimulating entrepreneurship in UAE national
youth. Management Decision.

Tuna, V. V. (2013). Comparison analysis of camel ratio between bank Mandiri and
Bank Negara Indonesia Period 2008-2012. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(4).

Widarjono, A. (2020). Stability of Islamic banks in Indonesia: Autoregressive


distributed lag approach. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 24(1), 40-52.

Zed, Mestika. Metode penelitian kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia, 2004.

Anda mungkin juga menyukai