Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai salah satu acuan,
petujuk maupun pedoman bagi pembaca.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Etika Bisnis
bapak Micki Watulandi, S.E., M.M., yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami
menjelaskan materi tentang filsafat, agama, etika dan hukum.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.
Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen demi tercapainya
makalah yang sempurna.

Kuningan, 26 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Salah satu dampak globalisasi adalah adanya persaingan inovasi bisnis yang semakin
ketat, yang ditandai oleh kegiatan bisnis yang kini tumbuh dan berkembang melewati apa yang
pernah diprediksikan dan di-visi-kan sebelumnya. Ketika mendengar kata 'bisnis' apa yang
tersirat dalam pikiran Anda?

Bisnis bisa dijalankan dengan cara berbeda antara suatu negara atau organisasi atau
perusahaan baik dari sisi budaya, politik, hukum, ekonomi, perilaku maupun sudut pandang.
Bisnis sudah tak mengenal ruang dan waktu, dari bisnis yang hanya mempertukarkan barang
dengan barang (barter) sampai dengan bisnis dengan menggunakan sarana teknologi dan
informasi.

Etika merupakan suatu keinginan yang murni dalam membantu orang lain. Kejujuran
yang ekstrim, kemampuan untuk menganalisis batas-batas kompetisi seseorang, kemampuan
untuk mengakui kesalahan dan belajar dari kegagalan. Bisnis yang baik adalah bisnis bermoral,
yakni suatu bisnis yang tidak saja menempatkan dan mementingkan pribadi pelakunya semata.
Untuk melaksanakan tanggung jawab moral, diperlukan suatu panduan yang mengandung
prinsip-prinsip, norma-norma dan standar, sehingga didapatkan kebenaran moral dalam sikap
dan perilakunya.

Tokoh filsafat, pemuka agama, negarawan dan para nabi dan rasul adalah sumber
keteladanan. Tanpa mengadopsi nilai etika dalam bisnis, kemungkinan besar dunia bisnis akan
dilanda musibah dahsyat. Karenanya kepada semua pihak yang berkompetensi diharapkan dapat
mengambil bagian sesuai dengan kapasitas dan kapabilitasnya masing-masing dalam
memasyarakatkan etika bisnis.
SUMBER-SUMBER NILAI ETIKA BISNIS

Sumber-sumber yang dapat dan layak digunakan oleh pelaku bisnis yang agung dan bermatabat
yang mana bisnis yang menjujung tinggi nilai-nilai etika dengan penuh kesadaran bukan karena
suatu keterpaksaan dan berlandaskan moral dalam seluruh rangkaian aktivitas bisnisnya antara
lain adalah: filsafat, agama, etika, dan hukum.

FILSAFAT

Sumber utama nilai-nilai etika yang dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi dalam
pengelolaan dan pengendalian perilaku pebisnis dengan aktivitas usaha bisnisnya salah satunya
adalah filsafat.

Definisi Filsafat

Filsafat berasal dari 2 kata Yunani: Philo dan Shopia. Philo berarti cinta dan shopia
berarti kebijaksanaan. Menurut R. Beerling (dalam Lubis, 2015) filsafat adalah pemikiran-
pemikiran yang bebas, diilhami oleh rasio, dan mengenai segala sesuatu yang timbul dari
pengalaman.

Karakteristik

Karakteristik utama berpikir filsafat ada 3 yaitu:

Sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar, dan spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh, artinya
mempertanyakan hakikat keberadaan dan kebenaran tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu
kesatuan secara keseluruhan, bukan dari perspektif bidang per bidang, atau sepotong-sepotong.
Menurut Suriasumantri (2000), pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup 3 aspek,
yaitu: apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan
mana yang di anggap buruk (etika), serta apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek
(estetika). Itulah sebabnya, filsafat dikatakan sebagai induk dari seluruh cabang ilmu
pengetahuan.

Sifat yang mendasar berarti bahwa filsafat tidak begitu saja percaya ilmu itu adalah benar.

Sifat yang spekulatif, karena filsafat selalu ingin mencari jawaban bukan saja pada suatu hal
yang sudah diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang belum diketahui.
Perbedaan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan bisa dilihat dari 3 aspek, yaitu: objek yang
dikaji (ontologis), prosedur atau metode untuk mengkajinya (epistemologis), dan tujuan
penggunaan filsafat atau ilmu itu sendiri (aksiologis)

Perbedaan filsafat dengan ilmu

No. Aspek Filsafat Ilmu


1. Ontologis Segala sesuatu yang bersifat fisik Segala sesuatu yang bersifat fisik
dan non fisik, baik yang dapat dan dapat direkam melalui indra
direkam melalui indra maupun
yang tidak
2. Epistemologis Pendekatan yang bersifat reflektif Pendekatan ilmiah, menggunakan
atau rational-deduktif dua pendekatan; deduktif dan
induktif secara saling melengkapi
3. Aksiologis Sangat abstrak, bermanfaat tetapi Sangat konkret, langsung dapat
tidak secara langsung bagi umat dimanfaatkan bagi kepentingan
manusia umat manusia

AGAMA

Agama adalah sumber dari segala moral dalam etika apapun dengan kebenarannya yang
absolut. Tiada keraguan terhadap nilai-nilai etika yang bersumber dari agama. Setiap agama
mengandung ajaran moral atau etika yang di jadikan pegangan bagi para penganutnya.

Definisi agama

Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama adalah
satu bentuk ketetapan ilai yang mengarahkan mereka yang berakal-dengan pilihan mereka
sendiri terhadap ketetapan ilahi tersebut- kepada kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup
di akhirat. Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad (2006) memberikan 2 eumusan agama,
yaitu: menyangkut hubungan antara manusia dan apa yang disyaratkan Allah dengan perantara
pada nabi-nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat.
Dalam beretika sering mengandalkan sumbernya dari ajaran agama. Agama sebagai
ajaran yang menetapkan baik-buruk, benar dan salah suatu tindakan atau perilaku manusia
termasuk penyelenggaraan ekonomi dan bisnis. Agama-agama langit (kristen, Yahudi, dan islam)
dalam pandangan Hans Kung (2005) memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama dalam etika,
yakni keadilan, saling menghormati, dan kejujuran.

Ajaran dan pedoman dalam setiap agama

Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan.

Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan merumuskan tentang hakikat
Allah (tuhan) yang dikenal, dialami, diyakini, dan dipercaya serta kehendak-Nya bagi umat
manusia dan dunia. Tujuan tatwa ini adalah untuk meyakinkan umat manusia bahwa ada
kekuatan tak terbatas (Tuhan YME) yang merupakan sumber segala keberadaan (eksistensi),
sekaligus yang mengatur seluruh keberadaan.

Susila, moral, atau etika.

Susila, moral, atau etika berisi norma perilaku yang menjadi pedoman perilaku yang
sesuai dan yang tidak sesuai menurut kehendak Allah (tuhan), baik itu dalam hidup pribadi
seseorang maupun dalam hubungan pribadi seseorang dengan orang lain dan dengan alam.

Ritual, upacara, atau tata cara beribadat

Ritual, upacara, atau tata cara beribadat menetapkan bagaimana seharusnya metode dan
tata cara manusia berhubungan dengan Tuhan.

Tujuan agama

Tujuan semua agama adalah menuntun umat manusia agar memperoleh kebahagiaan di
dudia dan kehidupan kekal di akhirat

Indonesia merupakan negara dengan mayoritas warga negaranya menganut agama islam,
maka menurut pandangan Islam etika manajemen bisnis berdiri atas 4 pilar, yaitu:

Tauhid

Yang berarti bahwa segala aset dari transaksi bisnis yang terjadi di dunia adalah milik
Allah, manusia hanya mendapatkan amanah untuk mengelolanya.
Adil

Artinya segala keputusan menyangkut transaksi bisnis atau kesepakatan kerja harus
dilandasi dengan “akad saling setuju” dengan sistem “profit and loss sharing”

Kehendak bebas

Dalam hal ini, manajemen islam mempersilahkan umatnya untuk menumpahkan


kreatiivitas dalam melakukan transaksi bisnisnya sepanjang memenuhi asas hukum ekonomi
islam, yaitu halal

Pertanggungjawaban

Demua keputusan seorang pemimpin harus dipertanggungjawabkan oleh yang


bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai