Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ali Mudlofir, M.Ag.
Disusun Oleh :
Nama: Matnasir
NIM: 6117008
PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL „ULUM JOMBANG
2018
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIPDU JOMBANG
Petunjuk Soal:
1. Jangan memberi peluang antar anda untuk membuat jawaban yang
sama
2. Independensi anda dalam memberikan jawaban sangat diutamakan
3. Sifat jawaban yang terbaik adalah : fokus, lugas, valid dan sistematis
4. Setelah selesai mengerjakan kumpulkan print-outnya di akademik
PPS UNIPDU terakhir tanggal 28 Januari 2018.
5. Disamping mengumpulkan print-out anda juga diminta mengupload
jawaban anda lewat blogsopot.
Soal-soal:
1. Anda diminta membaca dan merangkum buku berjudul “Pendidik
Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan di Indonesia” karya Ali Mudlofir (Jakarta: Rajagrafindo,
2012). Ada 7 bab pada buku itu, (pilih 2 bab saja, rangkum dan
komentari dan kaitkan dengan pemikiran para tokoh pendidikan yang
sudah anda pelajari)
2. Pemikiran para tokoh pendidikan Islam pada masing-masing mazhab
(naz’ah) baik itu mazhab al-muhafiz, al-‘aqlany maupun al-zaroi’iy
memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Buatlah daftar
kelebihan dan kekurangan masing-masing mazhab jika dikaitkan dengan
kenyataan pendidikan Islam zaman sekarang!.
3. Dalam sejarah pendidikan Islam tercatat bahwa Islam pernah mencapai
puncak kejayaan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan, dan mulai
meredup serta mengalami kemunduran sejak abad 13 M.
(a). Uraikan apa faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan
kemunduran tersebut, (b) bagaimana pendapat anda agar pendidikan Islam
(baik yang secara eksplisit menamakan diri dengan lembaga pendidikan
Islam maupun tidak) dapat mengejar ketertinggalannya?
(Ma’annajah)
1
1. Rangkuman Bab 2 dan Bab 3 buku Pendidik Profesional Konsep,
Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia Karangan Prof. Dr. Ali Mudlofir, MA.
A. Pengertian Etika
Etika didefinisikan sebagai “A set of rules that define right and wrong
conducts” (William C. Frederick, 1998:52). Seperangkat aturan/undang-undang
yang menentukan pada perilaku benar dan salah. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
ethical rules: when our behaviors is acceptable and when it is disapproved and
considered to be wrong. Ethical rules are guides to moral behavior. Aturan
perilaku etik ketika tingkah laku kita diterima masyarakat, dan sebaliknya
manakala perilaku kita ditolak oleh masyarakat karena dinilai sebagai perbuatan
salah.
Etika merupakan suatu studi moralitas. Moralitas merupakan standar atau
pedoman bagi individu atau kelompok dalam menjalankan aktivitasnya. Sehingga
dengan demikian dapat diketahui bagaimana perilaku salah dan benar atau baik
dan buruk itu. Standar dan pedoman itu dapat dipakai sebagai landasan untuk
mengukur perilaku benar atau salah, baik dan buruk atas perilaku orang atau
kelompok orang di dalam interaksinya dengan orang lain atau lingkungan dan
masyarakat.
Etika di dalam Islam mengacu pada dua sumber yaitu Qur‟an dan Sunnah
atau Hadits Nabi. Dua sumber ini merupakan sentral segala sumber yang
membimbing segala perilaku dalam menjalankan ibadah, perbuatan atau aktivitas
umat Islam yang benar-benar menjalankan ajaran Islam. Tetapi dalam
implementasi pemberlakuan sumber ini secara lebih substantive. Masalah etika
merupakan pembahasan yang paling dekat dengan tuntunan agama Islam. Karena
di dalam etika menjelaskan tentang perilaku dan sikap yang baik, tidak baik atau
buruk, perilaku yang berdimensi pahala dan dosa sebagian konsekuensi perilaku
2
baik dan buruk atau jahat menurut tuntunan agama Islam di mana di dalamnya
ditentukan norma dan ketentuan-ketentuannya sebagaimana yang telah dilakukan
ketika ilmu fiqih dan ilmu kalam oleh para ulama fiqih dan ulama kalam di dalam
zamannya.
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-
orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya
penglihatan mereka.
Dari sini jelas bahwa landasan filosofis etika dalam Islam mengacu pada
wahyu atau firman Allah atau Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul. Disamping juga
mengacu pada hasil kajian filosofis para mujtahid yang terbimbing
kemakrifatannya dan teruji kesalihannya. Dengan demikian pendekatan etika
dalam Islam adalah subyektifisme, yaitu suatu aliran filsafat etika yang
mendasarkan pada tuntunan Tuhan yakni wahyu Allah dalam AlQur‟an. Di dalam
sistem etika Islam ada sistem penilaian atas perbuatan atau perilaku yang bernilai
baik dan bernilai buruk.
3
2. Perilaku Bernilai Buruk
Perilaku buruk menyangkut semua aktivitas yang dilarang oleh Allah, di
mana manusia dalam melakukan perilaku buruk atau jahat ini tedorong oleh hawa
nafsu, godaan syaitan untuk melakukan perbuatan atau perilaku buruk atau jahat
yang akan mendatangkan dosa bagi pelakunya dalam arti merugikan diri sendiri
dan yang berdampak pada orang lain atau masyarakat. Dalam konteks filsafat
Islam, perbuatan baik itu dikenal dengan istilah perbuatan ma’ruf di mana secara
kodrati manusia sehat dan normal tahu dan mengerti serta menerima sebagai
kebaikan. Akal sehat dan nuraninya mengetahui dan menyadari akan hal ini.
Sedangkan perbuatan buruk atau jahat dikenal sebagai perbuatan mungkar, di
mana semua manusia secara kodrati dengan akal budi dan nuraninya dapat
mengetahui dan menyadari bahwa perbuatan ini ditolak dan tak diterima oleh akal
sehat.
Dr. Yusuf Qordhowi (2001) dalam bukunya Al Quran dan Ilmu
Pengetahuan menyatakan bahwa antara ilmu dan iman atau antara ilmu dan agama
tidak bertolak belakang. Namun diantara keduanya memiliki pertalian erat, ilmu
mendukung keimanan dan iman membuat berkah ilmu, karena kebenaran tak akan
bertentangan dengan kebenaran. Di dalam etika terdapat pandangan secara teoritik
dan analitis berdasar pada pengalaman empirik, yaitu dengan cara pandang
teoritik berikut ini.
Pandangan pertama, teori etika dipandang dari kepentingan dan motivasi
dari subjek individu yang akan melakukan suatu kegiatan atau aktivitas, yakni
dinilai oleh individu pada pelaku sendiri secara sepihak (inclusif), tanpa melihat
akibat yang ditimbulkannya.
Pandangan kedua yaitu penilaian etika menurut pihak penyelenggara
negara atau insitusi pemerintahan yang dapat dituangkan pada peraturan, undang-
undang dan perlakuan hukum publik yang diberlakukan pada publik.
Pandangan ketiga adalah penilaian etika menurut pihak ketiga yaitu
komunitas masyarakat tertentu di mana kegiatan itu berinteraksi termasuk dengan
lingkungan sosial dan fisikal.
4
Dari beberapa pengertian, cara pandang, dan teori etika di atas, maka dapat
diklasifikasi dan diidentifikasi bahwa etika dapat dirinci dengan jenis dan
pengelompokkan berikut: (1) Etika Umum dan (2) Etika Khusus.
1. Individu saja yang disebut sebagai etika individu, yaiyu menyangkut etika
terhadap diri sendiri, perlakuan etik yang semestinya dilakukan oleh individu
yang bersangkutan terhadap diri sendiri, yang menguntungkan terhadap diri
sendiri. Misalnya diri sendiri jangan dirusak dengan mengkonsumsi obat
terlarang yang merusak badan dan jiwa. Etika memelihara dan menjaga
kesehatan diri sendiri dengan minum vitamin, dan lain-lain.
2. Sosial atau masyarakat, yaitu etika yang menyangkut kepentingan antar
sesama manusia, menyangkut kepentingan orang lain karena berinteraksi
dengan orang lain. Etika sosial diklasifikasi menjadi:
a. Etika terhadap sesama
b. Etika keluarga
c. Etika politik
d. Etika lingkungan hidup
e. Etika profesi.
Dalam konteks ini etika profesi mengacu pada etika umum, nilai, dan
5
1. Etika Deontologi, yaitu etika yang didorong oleh kewajiban untuk berbuat
baik dari pihak pelaku. Bukan dilihat dari akibat dan tujuan diadakan kegiatan
profesi.
2. Etika Teologi, diukur dari apa tujuan dilakukan kegiatan profesi. Aktivitas
dinilai baik jika bertujuan baik atau diukur dari akibat yang ditimbulkan oleh
kegiatan bagi semua pihak (stakeholders).
3. Etika Konsekuensialis, etika dalam perilaku yang dilihat dari konsekuensinya
terhadap pihak tertentu sebagai akibat dilakukannya suatu kegiatan bisnis.
4. Etika Non-konsekuensialis, etika yang tidak dilihat konsekuensinya terhadap
tindakan yang dilakukan, tapi dilihat dari tujuannya. Apa saja tujuan yang
dirumuskan oleh pelaku.
1. Egoisme, yaitu landasan yang menilai tindakan etika baik ditinjau dari
kepentingan dan manfaat bagi diri sendiri. Terlepas dari kepentingan pihak-
pihak lain.
2. Unitarianisme, yaitu landasan etika yang memberikan alasan bahwa tindakan
etika baik jika ditinjau dari kepentingan atau manfaat bagi orang lain.
3. Relativisme ethics, yaitu perbedaan kepentingan: parsial, universal atau
global. Relativisme ethics hanya berlaku pada kelompok parsial, menurut
ukuran tertentu yang bersifat lokal, regional, dan lain-lain.
6
sebagai baik/buruk, benar/salah, tepat/tidak tepat atau menyangkut cara seseorang
bertingkah laku dalam hubungannya dengan orang lain.
7
landasan kebijakannya. Norma yang dijadikan landasan bagi para pelaku
pendidikan adalah peraturan dan perundang-undangan yang berlaku untuk
dipatuhi.
Sedang moralitas yang dipegunakan sebagai tolok ukur dalam menilai baik
buruknya kegiatan pendidikan yang mereka lakukan adalah cara pandang dan
kekuatan diri dan masyarakat yang secara naluri atau insting semua manusia
mampu membedakan benar dan tidaknya suatu tindakan yang dilakukan oleh
pelaku pendidikan atas dasar kepentingan bersama dalam pergaulan yang
harmonis di dalam masyarakat. Dalam konteks ini ada dua acuan landasan yang
dipergunakan, yaitu etika deskriptif dan etika normatif.
Menurut Khursid Ahmad (1981:13), sebuah keunikan yang lain dari Islam
adalah ia menciptakan keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme
(sosial). Agama Islam percaya akan kepribadian individu, dan setiap individu
secara pribadi akan bertanggungjawab kepada Allah. Islam menjamin hak asasi
individu, sehingga perkembangan wajar dari kepribadian manusia merupakan
salah satu tujuan pokok dalam pendidikan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-
Qur‟an:
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua mata, satu lidah, dan dua
bibir, serta membentangkan baginya dua jalan? (QS Al Balad ayat 8-10)
8
dengan manusia(hablum minannas), Islam menempatkan kepentingan umum
di atas kepentingan pribadinya, akan tetapi hal itu dikerjakan selagi tidak
mengganggu privacy dirinya.
9
Guru memegang peranan strategis terutama dalam upaya membentuk
watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
diinginkan.
Paling sedikit ada enam tugas dan tanggung jawab dalam
mengembangkan profesinya, yakni:
1. Guru bertugas sebagai pengajar
2. Guru bertugas sebagai pembimbing
3. Guru bertugas sebagai administrator kelas
4. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum
5. Guru bertugas untuk mengembangkan profesi
6. Guru bertugas untuk membina hubungan dengan masyarakat.
Keenam tugas dan tanggung jawab di atas merupakan tugas pokok
profesi guru. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Guru dituntut memiliki
seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping
menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi
tekanan kepada tugas memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya.
Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator kelas pada hakikatnya
merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran dan
ketatalaksanaan pada umumnya.
Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi
bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan –gagasan baru,
penyempurnaan praktik pendidikan, khususnya dalam praktik pengajaran.
Kurikulum sebagai program belajar atau semacam dokumen belajar yang
harus diberikan kepada para siswa. Pelaksanaan kurikulum tidak tidak lain
adalah pengajaran.
Tanggung jawab mengembangkan profesi pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga, dan
meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya.
10
Dunia ilmu pengetahuan tak pernah berhenti tapi selalu memunculkan
hal-hal baru. Guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut sehingga ia
harus lebih dahulu mengetahuinya daripada siswa dan masyarakat pada
umumnya.
Tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat
berarti guru harus dapat berperan menempatkan sekolah sebagai bagian
integral dari masyarakat serta sekolah sebagai pembaru masyarakat.
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru atau pemerintah, tetapi juga
tanggung jawab masyarakat. Untuk itu guru dituntut untuk menumbuhkan
partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
Dalam situasi sekarang ini tugas dan tanggung jawab guru dalam
pengembangan profesi dan membina hubungan dengan masyarakat
tampaknya belum banyak dilakukan oleh guru. Yang paling menonjol
hanyalah tugas dan tanggung jawab sebagai pengajar dan sebagai
administrator kelas.
11
ialah bahwa dalam upaya pengembangan profesi dan perilaku guru itu
keduanya (aspek kinerja dan kepribadian seyogyanya diindahkan
keterpaduannya secara proporsional.
Di dalam fase prajabatan, program pendidikan harus dikembangkan
yang memungkinkan dapat terjadinya proses sosialisasi yang sehat, baik
melalui kegiatan kurikuler maupun ko-kurikuler dan ekstra kurikuler.
Sedangkan dalam fase pascapendidikan prajabatan, upaya
pengembangan kepribadian dan keprofesian itu pada dasarnya akan sangat
tergantung kepada sejauh mana jiwa dan semangat dari guru yang
bersangkutan. Bagi guru yang datang dengan motif dasar instrinsik, sudah
barang tentu upaya pengembangan dirinya dan keprofesiannya itu bukan
merupakan permasalahan.
Telah dijelaskan di atas bahwa perbedaan pokok antara profesi guru
dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan tanggung jawabnya. Tugas
dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan-kemampuan
yang disyaratkan untuk memangku profesi tersebut.
Seorang profesional yang kompeten harus dapat menunjukkan
karakteristrik utamanya antara lain:
1. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional.
2. Menguasai perangkat pengetahuan ( teori dan konsep, prinsip dan
kaidah, hipotesis dan generalisasi, data informasi dan sebagainya).
3. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan
teknik, prosedur dan mekanisme sarana dan instrumen, dan sebagainya.
4. Memiliki daya(motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam
melakukan tugas pekerjaannya.
5. Memiliki kewenangan yang memancar atas penguasaan perangkat
kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat didemonstrasikan
(observable) dan teruji (measureable), sehingga memungkinkan
memperoleh pengakuan pihak berwenang (certifiable).
12
D. Komponen Dan Indikator Kompetensi
Pada setiap kompetensi terdapat enam unsur atau komponen yaitu:
a) Performance Component
Unsur kemampuan penampilan kinerja yang tampak sesuai dengan
bidang keprofesiannya.
b) Subject Component
Unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan yang
relevan dengan bidang keprofesiannya.
c) Professional Component
Unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan dan
keterampilan teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya.
d) Process Component
Kemampuan penguasaan proses-proses mental (intelektual) mencakup
proses berpikir
e) Adjustment Component
Unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri berdasarkan
karakteristik pribadi pelaku dengan tugas penampilan kinerjanya
f) Attitudes Component
Unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pelaku sebagai prasyarat yang
fundamental bagi keseluruhan perangkat komponen kompetensi lainnya
bagi terwujudnya komponen penampilan kinerja keprofesiannya.
13
bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri – sendiri , melainkan saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kompetensi
kinerja profesi keguruan dalam penampilan aktual dalam proses belajar
mengajar, minimal memiliki empat kemampuan yaitu:
1. Merencanakan proses belajar mengajar
Untuk dapat membuat perencanaan belajar mengajar, guru terlebih
dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, serta
menguasai secara teoretis dan praktis unsur – unsur yang terdapat di
dalamnya. Tujuan, isi, metode dan teknik serta penilaian merupakan
unsur-unsur utama yang secara minimal harus ada dalam setiap program
belajar mengajar. Tujuan lain dari program belajar mengajar ialah
sebagai tuntutan administrasi kelas.
2. Melaksanakan dan memimpin/ mengelola proses belajar mengajar
Melaksanakan atau mengelola kegiatan belajar mengajar merupakan
tahap pelaksanaan dari program yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan
proses proses belajar mengajar kemampuan yang dituntut adalah
kreatifitas guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa
belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan.
3. Menilai kemajuan proses belajar mengajar
Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa, baik secara iluminatif observatif maupun secara
struktural objektif. Penilaian secara iluminatif observatif dilakukan
dengan pengamatan terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang
telah dicapai oleh siswa. Penilaian secara struktural objektif
berhubungan dengan pemberian skor, angka atau nilai yang biasa
dilakukan dalam penilaian hasil belajar siswa.
4. Menguasai bahan pelajaran.
Kemampuan menguasai bahan pelajaran, sebagai bagian integral dari
proses belajar mengajar, hendaknya tidak dianggap pelengkap bagi
profesi guru.
14
Penguasaan guru akan bahan pelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa proses dan hasil
belajar siswa bergantung pada penguasaan pelajaran oleh guru dan
keterampilan mengajarnya. Hilda taba, seorang pakar pendidikanyang
mengatakan bahwa efektivitas pengajaran dipengaruhi oleh :
a. Karakteristik guru dan siswa
b. Bahan pelajaran
c. Aspek lain yang berkenaan dengan situasi pelajaran.
F. Sertifikasi Guru
Setelah standar kualifikasi dan kompetensi guru terpenuhi masih satu
lagi persyaratan yang harus dipenuhi untuk disebut sebagai guru professional
yaitu sebagaimana pada Pasal 11 UU GD Nomor 14/2005 yaitu guru harus
sudah lulus proses sertifikasi. Menurut pasal 11 UUGD tersebut tentang
sertifikasi: (1) Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
15
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. (2) Sertifikasi
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh
Pemerintah. (3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan,
dan akuntabel.
16
masyarakat akan tenang dan teratur apabila terciptanya keseimbangan
moral dalam masyarakat tersebut. Untuk mendapatkan hal yang demikian,
dalam pandangannya hanya dapat ditempuh dengan adanya pendidikan.
Apabila nilai-nilai moral hilang dari masyarakat, maka kehidupan
masyarakat tersebut akan rusak.
17
pembelajaran (metodologi pengajaran/pembelajran).Metode pengajaran
yang dikemukakan hanya metode demostrasi, metode ceramah, metode
dialog, dan metode diskusi, metode pemodelan, sintaksnya tidak dijelaskan
secara detail.
18
4. Sahnun diprioritaskan adalah Ulumul masalah- membuat
5. Ibnu Hajar Quran, al-Hadits, Ulumul masalah yang para generasi
al-Haitami Hadits, Ushul, Nahwu dan tidak ada semakin
6. al-Qabisi. Sharaf. kaitannya butuh
dengan agama. pengetahuan
yang cukup
mengenai
agama untuk
membentengi
diri mereka,
namun harus
juga
mempelajari
ilmu umum
agar tidak
salah dalam
memahami
perkembanga
n zaman dan
memanfaatka
nnya dengan
baik.
19
menempuh laju “linier- pengetahua
progresif” melalui tiga cara, n adalah
yaitu: dengan jalan indera, hal yang
jalan burhan, dan jalan begitu
rasional. bernilai
Ikhwan tidak sependapat secara
dengan ide Plato yang moral dan
menganggap bahwa belajar sosial.
tiada lain hanyalah proses Semua
mengingat ulang. Ikhwan ragam ilmu
menganggap bahwa semua pengetahua
pengetahuan berpangkal pada n adalah
cerapan inderawiah. Segala penting.
sesuatu yang tidak dijangkau
oleh indera, tidak dapat Hal ini
diimajinasikan, segala sesuatu sejalan
yang tidak bisa diimajinasikan, dengan
maka tidak bisa dirasiokan. pendidikan
Al-Farabi. Ia menganalisis sekarang
manusia secara “fungsional- yang mulai
organik”. Ia membagi potensi menggabu
manusia menjadi enam ngkan
tingkatan, yaitu: Potensi al- antara
ghadziyyah, Potensi perasa, pendidikan
Merespons dan bereaksi, agama
Mempersepsi dan menghafal, dengan
Potensi mutakhayyilah, dan pendidikan
Potensi muthlaqah. umum,
Al-Farabi menghendaki agar contohnya
operasionalisasi pendidikan sudah
seiring dengan tahap-tahap banyak
perkembangan fungsi organ sekolah
tubuh dan kecerdasan manusia. madrasah
20
yang juga
mengajark
an
pendidikan
umum.
21
3.
a. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kemajuan dan Kemunduran
Pendidikan Islam
22
(2) Mereka mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat dan
dilengkapi dengan segala sarana dan fasilitas yang
diperlukan. Mereka mendirikannya disamping dengan
harapan untuk mendapatkan simpati dari umumnya dan
juga berharap mendapat ampunan pahala dari tuhan.
23
(2) Madrasah Nuruddin Zanki, didirikan oleh Nuruddin Zanki
di damaskus. Madrasah yang didirikan yaitu madrasah An
Nuriyah Al Qubra di Damaskus (563 H). Gedung
madrasah terdiri dari diwan (aula tempat kuliah), masjid,
tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal
pesuruh madrasah, kamar kecil dan lapangan. Ilmu-ilmu
yang di ajarkan yaitu ilmu al qur‟an, syari‟ah, bahasa arab,
kedokteran, dan ilmu pasti.
(3) Perguruan Tinggi:
(a) Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada masa harun
Al-Rasyid (170-193 H). kemudian di perbesar oleh
khalifah Al-ma‟mun (198-218). Pada Baitul Hikmah
bukan saja di ajarkan ilmu-ilmu agama islam, tetapi
juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia,
falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah
salam, yang menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam
al Maj‟sthi (almageste) kitab karangan bathlimus
(ptolemee). Kemudian guru besar al khawarizmi, ahli
ilmu pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu aljabar. Guru
besar Muhammad bin musa bin syakir, seorang ahli
ilmu ukur, ilmu bintangdan falaq. Di Baitul Hikmah
dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam
bermacam-macam bahasaseperti bahasa Arab,
Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia.
(b) Darul Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim
Biamrillah Al Fathimi dipinggir sungai nil untuk
menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad.ilmu yang di
ajarkan diantaranya: ilmu agama, falaq, kedokteran,
dan berhitung
2) Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
24
pengetahuan,pada masa pemerintahan bani abbas bangsa-bangsa non
arab banyak yang masuk islam.
3) Pengaruh Persia: bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan
ilmu filsafat dan sastra.
4) Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika
dan ekonomi.
5) Pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam
banyak bidang ilmu terutama filsafat,dan juga tidak bisa dilupakan
gerakan raksasa untuk menerjemahkan ilmu-ilmu yunani dan buku-
bukunya kedalam bahasa arab. Gerakan terjemahan berlangsung
dalam 2 fase:
a) Fase Pertama: khalifah al mansur hingga harun arsyid pada fase
ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang
astronomi, dan mantiq.
b) Fase kedua: mulai berlangsung pada masa khalifah al ma‟mun
hingga tahun 300 H. Pengaruh dari kebudayaan yang sudah
maju terutama melalui gerakan terjemahan, membawa kemajuan
di bidang ilmu pengetahuan, dan juga ilmu pengetahuan agama,
pengaruh gerakan terjemah terlihat dari perkembangan ilmu
pengetahuan umum terutama di bidang astronomi kedokteran
filsafat, kimia dan sejarah dalam bidang astronomi terkenal
nama al fazari sebagai astronomi islam yang pertama kali
menyusun astrolob. Al Fargani dari Eropa yang dikenal dengan
nama Al-Faragnus menulis ringkasan ilmu astronomi yang
diterjemahkan dalam bahasa latin oleh Gerard Cremona dan
Johannes hispalensis. Dalam kedokteran dikenal nama Al Razi
dan Ibnu Sina. Dalam bidang optikal Abu Ali Al Hasan Ibnu Al-
Haythami yang di Eropa dikenal dengan Al Hazem. Dalam
bidang kimia terkenal nama Jabir Ibnu Hayan di matematika
terkenal nama Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Di dalam
bidang sejarah terkenal nama Al Mas‟ud. Tokoh-tokoh terkenal
25
dalam bidang filsafat antara lain Al Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu
Rusyd. Sehingga pada masa 150 tahun hampir semua ilmu yang
pernah wujud di dunia pada waktu itu sudah ada dalam bahasa
Arab. Sehigga bahasa Arab menjadi satu-satunya bahasa dunia
yang harus kita ketahui kalau kita ingin bergerak pada bidang
apapun, pada waktu itu.
Kedua pola pendidikan yang menghiasi dunia islam tersebut, pada masa
kejayaan pendidikan islam merupakan dua pola pendidikan yang berpadu
dan saling melengkapi. Namun setelah umat islam meninggalkan pola
pemikiran yang bersifat rasional dan hanya mengambil pola pemikiran
sufistik, maka pola pendidikan yang dikembangkannya pun tidak lagi
menghasilkan perkembangan kebudayaan islam yang bersifat material.
Dari sinilah dapat dikatakan bahwa pendidikan islam mengalami
kemunduran atau setidak-tidaknya mengalami kemandegan1. Fazlur
Rahman – sebagaimana dikutip oleh Zuhairini – mengatakan bahwa
penutupan pintu ijtihad selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M telah
membawa kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual,
1
Dra. Zuhairini, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008, cet. 9) hlm. 109.
26
khususnya ilmu yang pertama. Dengan semakin ditinggalkannya
pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan
islam. Ketidak mampuan intelektual dalam memecahkan berbagai
permasalah yang baru yang timbul akibat perubahan zaman, ikut
merealisasi dengan adanya pernyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup,
sehingga terjadilah kebekuan intelektual secara total2.
2
Lih. Ibid., hlm. 111.
3
Hanun Asrohah, M.Ag., op.cit., hlm. 94.
27
bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk memahaminya atau
menambah penjelasan dengan mengutip pendapat ulama lainnya4.
Kondisi ini diperparah lagi oleh serangan orang-orang Tartar dan Mongol
pada pertengahan abad ke-13 M, yang menghancurkan kerajaan
Abbasiyyah. Dalam peristiwa itu umat islam kehilangan lembaga-lembaga
pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang sangat berharga
nilainya.5 Hancurnya pusat-pusat kebudayaan islam (red : Baghdad dan
Granada) menimbulkan rasa lemah dan putus asa dikalangan masyarakat
kaum muslimin, sehingga menimbulkan gaya hidup yang fatalistis dalam
masyarakat dan mengembalikan segala urusan pada Tuhan.
Seseorang yang frustasi dan fatalis tidak lagi percaya pada kemampuannya
untuk maju atau mengatasi problem keagamaan dan kemsyarakatan.
Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Untuk itulah kebanyakan dari umat islam pada masa itu masuk ke tarekat-
tarekat dengan hanya berdzikir dan berdoa semoga Allah menghapus
penderitaan mereka dan mengembalikan kejayaan yang pernah diraih.
Berpikir secara ilmiah dan naturalis tidak lagi diterapkan. Oleh karena itu
berkembanglah tahayyul dan khurafat di kalangan masyarakat. 6
4
Ibid., hlm. 121.
5
Lih. Hanun Asrohah, M.Ag., op.cit., hlm. 123.
6
Ibid., hlm. 125.
7
Dra. Zuhairini, dkk., op.cit., hlm. 110
28
2. Umat Islam, terutama pemerintahnya melalaikan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan tanpa memberi kesempatan untuk berkembang. Pada masa ini
para ahli ilmu umumnya terlibat dalam urusan pemerintahan sehingga
melupakan pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Terjadinya pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar yang
mengakibatkan berhentinya kegiatan pengembangan pengetahuan dan
kebudayaan. Sementara itu obor pikiran islam telah berpindah tangan
kepada kaum Masehi, yang telah mengikuti jejak kaum muslim. Ini terjadi
di wilayah barat akibat adanya perkembangan filsafat yang bercorak
rasional yang dikembangkan oleh Ibn Rusyd yang kemudian menjadi
pimpinan yang penting bagi alam pikiran barat setelah islam di Andalusia
hancur.
29
4) Berusaha mencetak ribuan ilmuwan dengan mengirim anak bangsa
yang cerdas untuk studi bidang sains dan teknologi ke Negara-negara
maju. (tetapi ntuk urusan agama tetap dikirim ke Negara muslim
sendiri bukan ke Negara-negara eropa atau amerika).
5) Memberi ruang kepada semua ilmuwan untuk berkarya dalam negeri
sendiri.
6) Mengadopsi dan megadaptasi semua hal yang berhubungan dengan
pendidikan yang sudah terbukti memajukan Negara-negara Eropa dan
Amerika, tetapi kita tidak meningglakan jati diri kita sebagai seorang
muslim.
30
DAFTAR PUSTAKA
Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional Konsep, Strategi, dan Aplikasinya
dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo.
31
32