Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIPDU JOMBANG

Mata Kuliah : Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam (SPPI)


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, MA.
Tahun Akademik : 2017-2018
Sifat Ujian : Take Home Exam.
Nama : Rufida Nastiti Apal
Nim : 6117120

Petunjuk Soal:
1. Jangan memberi peluang antar anda untuk membuat jawaban yang
sama
2. Independensi anda dalam memberikan jawaban sangat diutamakan
3. Sifat jawaban yang terbaik adalah : fokus, lugas, valid dan sistematis
4. Setelah selesai mengerjakan kumpulkan print-outnya di akademik
PPS UNIPDU terakhir tanggal 28 Januari 2018.
5. Disamping mengumpulkan print-out anda juga diminta mengupload
jawaban anda lewat blogsopot.
Soal-soal:
1. Anda diminta membaca dan merangkum buku berjudul “Pendidik
Profesional: Konsep, Strategi dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan di Indonesia” karya Ali Mudlofir (Jakarta: Rajagrafindo,
2012). Ada 7 bab pada buku itu, (pilih 2 bab saja, rangkum dan
komentari dan kaitkan dengan pemikiran para tokoh pendidikan yang
sudah anda pelajari)
2. Pemikiran para tokoh pendidikan Islam pada masing-masing mazhab
(naz‟ah) baik itu mazhab al-muhafiz, al-‘aqlany maupun al-zaroi’iy
memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Buatlah daftar
kelebihan dan kekurangan masing-masing mazhab jika dikaitkan dengan
kenyataan pendidikan Islam zaman sekarang!.
3. Dalam sejarah pendidikan Islam tercatat bahwa Islam pernah mencapai
puncak kejayaan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan, dan mulai
meredup serta mengalami kemunduran sejak abad 13 M.
(a). Uraikan apa faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan
kemunduran tersebut, (b) bagaimana pendapat anda agar pendidikan Islam
(baik yang secara eksplisit menamakan diri dengan lembaga pendidikan
Islam maupun tidak) dapat mengejar ketertinggalannya?

(Ma‟annaja)
1. Rangkuman buku berjudul “Pendidik Profesional: Konsep, Strategi dan
Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia” karya Ali
Mudlofir (Jakarta: Rajagrafindo, 2012). Bab IV dan V

BAB IV
MODEL dan STRATEGI PENINGKATAN PROFESIONALITAS
GURU
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama
tersebut akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu
yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan
yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu.

Di antara model untuk meningkatkan dan mengembangkan


profesionalitas GPAI adalah “growth with character” yaitu
pengembangan profesionalitas yang berbasis karakter dengan
mendasarkan pada tiga pilar yaitu keunggulan (excellence), semangat
kuat untuk menjadi profesional (passion for professionalism), dan
etika (ethical). Dengan menggunakan model tersebut, profesionalitas
dapat dikembangkan dengan mendinamiskan tiga pilar tersebut secara
kontinu dan berkesinambungan.

Strategi yang dapat dipakai untuk meningkatkan profesionalitas


amat banyak baik yang dilakukan di dalam sekolah misalnya diskusi
MGMP, seminar, diklat maupun di luar sekolah misalnya studi lanjut,
program magang bagi calon guru, dan sebagainya.

Komentar: Guru adalah seorang pendidik, pengajar, dan panutan bagi para
siswa. Tentunya untuk menjadi guru yang baik seseorang haruslah
professional dan untuk menjadi professional tentunya ada model dan
strategi untuk mencapainya. Denga buku ini kita dapat mengetahui
beberapa model dan strategi untuk meningkatkan profesionalitas guru.

BAB V
URGENSI SOFT SKILS BAGI PROFESI GURU
Soft skills adalah kemampuan mengelola diri secara tepat dan
kemampuan membangun relasi dengan orang lain secara efektif.
Kemampuan mengelola diri disebut dengan intrapersonal skills,
sedangkan kemampuan membangun relasi dengan orang lain disebut
dengan interpersonal skills.
Soft skills beda dengan hard skills. Hard skills lebih terkait dengan
kemampuan seseorang secara teknis dalam menyelesaikan tugas-tugas
tertentu menurut profesi masing-masing. Soft skills setiap profesi sama
misalnya kejujuran, komitmen, tanggung jawab, semangat, kepercayaan,
kesederhanaan, kerjasama, menghargai orang lain, dan integritas. Berbagai
karakter tersebut harus dimiliki setiap orang. Yang membedakan
adalah hard skills-nya. Seorang pesepakbola harus menguasai teknis
menggiring bola, menyundul bola, dan menyepak, sementara seorang
dokter harus menguasai cara menyuntik, menggunakan stetoskop, dan
cara menjahit luka.
Kompetensi guru yang termasuk soft skills adalah kepribadian dan
sosial. Kompetensi kepribadian disebut dengan intrapersonal skills,
sedangkan kompetensi sosial disebut interpersonal skills. Keberhasilan
seorang guru 80% ditentukan oleh soft skills [kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial], sementara 20% hard skills [kompetensi
pedagogik dan profesional]. Sejauh ini LPTK lebih banyak
menekankan hard skills ketimbang soft skills. Akibatnya, kita banyak
menjumpai guru yang lebih menekankan aspek formal adminiastrasi
ketimbang ruh pendidikan.
Kekuatan konsentrasi terletak pada fokus pada persoalan yang
sedang kita hadapi. Kegiatan apa pun jika kita jalani dengan penuh
konsentrasi, maka akan mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini
dipengaruhi oleh hukum konsentrasi, yaitu adanya kesan yang kuat,
munculnya sensasi dari kegiatan, penguncian, dari kegiatan di luar
peristiwa yang bersangkutan, adanya universalisasi dari yang kita
hadapi, dan muncul imajinasi untuk melangkah ke depan. Hanya saja,
ada hal yang membuat konsentrasi terganggu, yaitu fisiologis, emosional,
psikologis, mental, dan spiritual.
Komunikasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Sebab, keterampilan ini sangat relevan dengan kompetensi
sosial guru atau interpersonal skills. Komunikasi sangat berperan dalam
menunjang keberhasilan seorang guru, baik ketika berhadapan dengan
peserta didik di kelas, berkomunikasi dengan sesama kolega guru dan
kepala sekolah, serta masyarakat luas. Guru harus memahami dengan
siapa berhadapan, sebab hal ini akan berpengaruh terhadap bahasa yang
digunakan. Guru perlu memahami prinsip komunikasi efektif, yang
disingkat dengan REACH, yakni respect, empathy, audible, clarity/care,
dan humble. Guru juga harus memahami bahwa kata-kata hanya
menempati 7%, intonasi 38%, dan bahasa tubuh 55% dalam menunjang
efektifitas komunikasi.
Motivasi merupakan penggerak yang menjadikan kita
melakukan aktifitas. Kegiatan yang kita lakukan akan berjalan dengan
penuh semangat jika berdasarkan kebutuhan, bukan karena dipaksakan
dari luar. Karena itu, motivasi intrinsik jauh lebih penting ketimbang
motivasi ekstrinsik. Ada banyak prinsip yang perlu kita perhatikan
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik, yaitu kebermaknaan,
pengetahuan dan keterampilan prasyarat, model, komunikasi terbuka,
keaslian dan tugas yang menantang, latihan yang tepat dan aktif,
penilaian tugas, kondisi dan konsekuensi yang menyenangkan,
keragaman pendekatan, mengembangkan beragam kemampuan,
melibatkan sebanyak mungkin indera, dan keseimbangan pengaturan
pengalaman belajar.

Komentar: Sama halnya dengan profesionlitas, soft skils juga sangat


penting dan wajib dimiliki seorang guru karena soft skills termasuk
kommponen pendukung profesionalitas seseorang terlepas dari apapun
pekerjaannya. Apa jadinya jika seorang guru menguasai banyak teori tapi
tidak bias membangun komunikasi? apa jadinya jika seorang guru
menguasai banyak materi pelajaran tapi sulit berkomunikasi dengan
siswanya? Tentunya akanmenimbulkan kesulitan. Untuk itu seorang guru
selain membekali diri dengan hard skills juga harus membekali diri
dengan soft skills.

2. Pemikiran para tokoh pendidikan Islam pada masing-masing mazhab


(naz‟ah) baik itu mazhab al-muhafiz, al-‘aqlany maupun al-zaroi’iy
memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan. Buatlah daftar
kelebihan dan kekurangan masing-masing mazhab jika dikaitkan dengan
kenyataan pendidikan Islam zaman sekarang!.

Aliran Tokoh Pemikiran Kelebihan kekurangan


Konservatif  Al-Ghazali  Mengklasifikasikan ilmu Aliran ini Aliran ini
(Al- menjadi dua yaitu Cenderung Menafsirkan
Muhafidz) syar‟iyyah dan ghairu bersifat ilmu dalam
syar‟iyyah. murni, tetap atrian
 Membagi hukum menuntut menjaga sempit,
ilmu menjadi dua yaitu kesakralan bersifat
fardlu „ain dan fardlu ilmu agama. kaku, hanya
kifayah. mengutamak
 Al-Ghazali menegaskan Hal ini an ilmu
bahwa ilmu-ilmu memang baik agama
tujuannya sedangkan
keagamaan hanya dapat adalah untuk ilmu yang
diperoleh dengan menjaga selain agama
kesempurnaan rasio dan ajaran agama dianggap
kejernihan akal budi. islam agar sia-sia.
tetap ada.
 Nasiruddin  Menurut al-Thusi, ilmu yang Namun jika Zaman
al-Thusi utama hanyalah ilmu-ilmu hanya sekarang
yang dibutuhkan saat mentitik memang
sekarang, yang jelas akan beratkan perlu adanya
membawa manfaat di akhirat pendidikan peningkatan
kelak. agaman saja, pendidikan
maka para agama
 menurut Ibnu Jama’ah, para pesetra didik karena
 Ibnu penuntut ilmu harus akan semakin
Jama’ah mengawali belajarnya kesulitan berkembang
dengan al-Quran, menghafal untuk nya zaman
 Sahnun dan menafsirkannya. menghadapi membuat

 Ibnu Hajar Kemudian, ilmu-ilmu yang masalah- para

al-Haitami perlu diprioritaskan adalah masalah yang generasi


 al-Qabisi. Ulumul Quran, al-Hadits, tidak ada semakin
Ulumul Hadits, Ushul, kaitannya butuh
Nahwu dan Sharaf. dengan pengetahuan
agama. yang cukup
mengenai
agama untuk
membenteng
i diri
mereka,
namun harus
juga
mempelajari
ilmu umum
agar tidak
salah dalam
memahami
perkembang
an zaman
dan
memanfaatk
annya
dengan baik.

Religius-  Ikhwan al-  Menurut Ikhwan al-Shafa,  Lingkup


Rasional Shafa, yang dimaksud dengan ilmu kajian
(Al-Diniy  al-Farabi, adalah gambaran tentang meliputi
Al-Aqlany)  Ibnu Sina, sesuatu yang diketahui pada pengkajia
dan benak (jiwa) orang yang n dan
 Ibnu mengetahui. pemikiran
Miskawaih.  Menurut Ikhwan, jiwa seluruh
berada pada posisi tengah realitas
antara dunia fisik-materiil yang ada.
dan dunia akal. Hal inilah  Ilmu
yang menjadikan pengetahu
pengetahuan manusia an adalah
menempuh laju “linier- hal yang
progresif” melalui tiga cara, begitu
yaitu: dengan jalan indera, bernilai
jalan burhan, dan jalan secara
rasional. moral dan
 Ikhwan tidak sependapat sosial.
dengan ide Plato yang  Semua
menganggap bahwa belajar ragam
tiada lain hanyalah proses ilmu
mengingat ulang. Ikhwan pengetahu
menganggap bahwa semua an adalah
pengetahuan berpangkal penting.
pada cerapan inderawiah.
Segala sesuatu yang tidak Hal ini
dijangkau oleh indera, tidak sejalan
dapat diimajinasikan, segala dengan
sesuatu yang tidak bisa pendidika
diimajinasikan, maka tidak n
bisa dirasiokan. sekarang
 Al-Farabi. Ia menganalisis yang
manusia secara “fungsional- mulai
organik”. Ia membagi menggabu
potensi manusia menjadi ngkan
enam tingkatan, yaitu: antara
Potensi al-ghadziyyah, pendidika
Potensi perasa, Merespons n agama
dan bereaksi, Mempersepsi dengan
dan menghafal, pendidika
Potensi mutakhayyilah, dan n umum,
Potensi muthlaqah. contohnya
 Al-Farabi menghendaki agar sudah
operasionalisasi pendidikan banyak
seiring dengan tahap-tahap sekolah
perkembangan fungsi organ madrasah
tubuh dan kecerdasan yang juga
manusia. mengajark
an
pendidika
n umum.

Aliran Ibnu  Ibnu khaldun Keseimbanga Akal


Pragmatis Khaldun menglasifikasikan ilmu n antara merupakan
(Al- pengetahuan berdasarkan pengetahuan sumber
Dzara’iy) tujuan fungsionalnya, yaitu: duniawi dan otonom ilmu
Ilmu-ilmu yang bernilai ukhrawi. pengetahuan
instrinsik, ekstrinsik- . Namun
instrumental. realitanya
 Berdasarkan sumbernya : selain akal,
„aqliyah (intelektual), masih ada
naqliyah. faktil luar
 Ibn Khaldun menjadikan yang data
kealamiahan sebagai salah dijadikan
satu sumber pengetahuan sumber
rasional. pengetahuan

 Ia menyatakan bahwa ilmu .

pendidikan bukanlah suatu


aktivitas yang semata-mata
bersifat pemikiran dan
perenungan yang jauh dari
aspek-aspek pragmatis di
dalam kehidupan, akan
tetapi ilmu dan pendidikan
merupakan gejala konklusif
yang lahir dari terbentuknya
masyarakat dan
perkembangannya dalam
tahapan kebudayaan.
3. Dalam sejarah pendidikan Islam tercatat bahwa Islam pernah mencapai
puncak kejayaan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan, dan mulai
meredup serta mengalami kemunduran sejak abad 13 M.
(a). Uraikan apa faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan
kemunduran tersebut, (b) bagaimana pendapat anda agar pendidikan Islam
(baik yang secara eksplisit menamakan diri dengan lembaga pendidikan
Islam maupun tidak) dapat mengejar ketertinggalannya?

A. Factor Penyebab Kemajuan dan Kemunduran Pendidikan Islam.


1. Faktor penyebab kemajuan pendidikan islam.
a. Berdirinya sekolah-sekolah
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-
sekolah di luar masjid adalah bahwa:
1) Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu
pengetahuan. Yang didalamnya juga terjadi diskusi dan
perdebatan yang ramai, sering satu sama lain saling
mengganggu, di samping mengganggu, orang-orang yang
beribadah dalam masjid. Keadaan demikian mendorong untuk
dipindahkannya khalaqah-khalaqoh tersebut keluar lingkaran
masjid dan didirikan bangunan-bangunan sebagai ruang-ruang
kuliah atau kelas-kelas tersendiri.dengan demikian kegiatan
pengajaran dari khalaqoh-khalaqoh tidak saling mengganggu
satu sama lain.
2) Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai
agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak
khalaqah-khalaqah (lingkaran pengajaran ),yang tidak mungkin
keseluruhan tertampung dalam ruang masjid. Di samping itu
terdapat faktor-faktor lainnya, yang mendorong bagi para
penguasa dan pemegang pemerintahan pada masa itu untuk
mendirikan sekolah-sekolah sebagai bangunan yang terpisah
dari masjid antara lain:
a) Pada masa Turki mulai berpengaruh dalam pemrintahan bani
abbasiyah, dan untuk memprtahankan kedudukan mereka
dan pemerintahan, mereka berusaha menarik hati kaum
muslimin pada umumnya dengan jalan memperhatikan
pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum.
b) Mereka mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat dan
dilengkapi dengan segala sarana dan fasilitas yang
diperlukan. Mereka mendirikannya disamping dengan
harapan untuk mendapatkan simpati dari umumnya dan juga
berharap mendapat ampunan pahala dari tuhan.
c) Para pembesar Negara pada masa itu dengan kekuasaannya
telah berhasil mengumpulkan harta kekayaan yang banyak.
Mereka kuatir kalau nantinya kekayaan tersebut tidak bisa
diwariskan kepada anak-anaknya kaerna diambil oleh sultan,
anak-anak mereka hidup terlantar dan hidup dalam
kemiskinan. Di samping itu, didirikannya madrasah-
madrasah tersebut ada hubungannya dengan usaha untuk
mempertahankan dan mengembangakan aliran keagamaan
dari para pembesar Negara yang bersangkutan. Dalam
mendirikan sekolah ini, mereka mempersyaratkan harus
diajarkan aliran agama tertentu, dan dengan demikian aliran
keagamaan tersebut akan berkembanga dalam masyarakat.
3) Perguruan Tinggi
1) Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada masa harun Al-
Rasyid (170-193 H). kemudian di perbesar oleh khalifah Al-
ma’mun (198-218). Pada Baitul Hikmah bukan saja di ajarkan
ilmu-ilmu agama islam, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan
seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul
Hikmah adalah salam, yang menguraikan teori-teori ilmu pasti
dalam al Maj’sthi (almageste) kitab karangan bathlimus
(ptolemee). Kemudian guru besar al khawarizmi, ahli ilmu
pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu aljabar. Guru besar
Muhammad bin musa bin syakir, seorang ahli ilmu ukur, ilmu
bintangdan falaq. Di Baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku
ilmu pengetahuan dalam bermacam-macam bahasa seperti
bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia.
2) Darul Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah Al
Fathimi dipinggir sungai nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di
Baghdad.ilmu yang di ajarkan diantaranya: ilmu agama, falaq,
kedokteran, dan berhitung
b. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu
pengetahuan,pada masa pemerintahan bani abbas bangsa-bangsa non
arab banyak yang masuk islam.
c. Pengaruh Persia: bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan
ilmu filsafat dan sastra.
d. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan
ekonomi.
e. Pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak
bidang ilmu terutama filsafat,dan juga tidak bisa dilupakan gerakan
raksasa untuk menerjemahkan ilmu-ilmu yunani dan buku-bukunya
kedalam bahasa arab.
Gerakan terjemahan berlangsung dalam 3 fase: fase Pertama:
khalifah al mansur hingga harun arsyid pada fase ini yang banyak
diterjemahkan adalah karya-karya dalam bifang astronomi, dan
manriq pada fase kedua: mulai berlangsung pada masa khalifah al
ma’mun hingga tahun 300 H. Pengaruh dari kebudayaan yang sudah
maju terutama melalui gerakan terjemahan, membawa kemajuan di
bidang ilmu pengetahuan, dan juga ilmu pengetahuan agama,
pengaruh gerakan terjemah terlihat dari perkembangan ilmu
pengetahuan umum terutama di bidang astronomi kedokteran filsafat,
kimia dan sejarah dalam bidang astronomi terkenal nama al fazari
sebagai astronomi islam yang pertama kali menyusun astrolob. Al
Fargani dari Eropa yang dikenal dengan nama Al-Faragnus menulis
ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan dalam bahasa latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes hispalensis. Dalam kedokteran dikenal
nama Al Razi dan Ibnu Sina. Dalam bidang optikal Abu Ali Al Hasan
Ibnu Al-Haythami yang di Eropa dikenal dengan Al Hazem. Dalam
bidang kimia terkenal nama Jabir Ibnu Hayan di matematika terkenal
nama Muhammad Ibnu Musa Al Khawarizmi. Di dalam bidang
sejarah terkenal nama Al Mas’ud. Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang
filsafat antara lain Al Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd. Sehingga
pada masa 150 tahun hampir semua ilmu yang pernah wujud di dunia
pada waktu itu sudah ada dalam bahasa Arab. Sehigga bahasa Arab
menjadi satu-satunya bahasa dunia yang harus kita ketahui kalau kita
ingin bergerak pada bidang apapun, pada waktu itu.

2. faktor penyebab kemunduran pendidikan islam.


Dalam sejarah kehancuran total yang dihadapi kota-kota
pendidikan dan kebudayaan Islam yang mengakibatkan runtuhnya
sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya pemikiran Islam yaitu
disebabkan:
a) Berlebihannya filsafat Islam yang bersifat sufistik
Dalam buku “Sejarah Pendidikan Islam” editor Samsul
Nizar (2009) yang mengutip dari Zuhairini dkk, menjelaskan
tentang 2 pola intelektual yang saling berlomba mengembangkan
diri dan memiliki pengaruh yang besar dalam pengembangan pola
pendidikan umat Islam yang muncul dalam sejarah panjang dunia
Islam. Dari pola pikir yang bersifat tradisional yang selalu
mendasarkan diri pada wahyu yang kemudian berkembang menjadi
pola sufistik dan mengembangkan pola pendidikan sufi. Pola ini
sangat memperhatikan aspek-aspek batiniyah dan akhlak (budi
pekerti). Sedangkan pola pemikiran rasional mementingkan akal
pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola
yang kedua ini sangat memperhatikan intelektual dan penguasaan
materi.
b) Sedikitnya kurikulum Islam
Dalam buku “Sejarah Pendidikan Islam” editor Samsul
Nizar (2009) yang mengutip dari Mahmud Yunus, menjelaskan
tentang sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran umum
yang ada di madrasah-madrasah, seperti menafikan perhatian
kepada ilmu-ilmu kealaman dan hanya terbatas pada ilmu-ilmu
keagamaan yang ditambah dengan sedikit gramatikal dan bahasa
sebagai alat yang diperlukan. Dengan penyempitan kurikulum yang
ada juga sudah mulai meninggalkan ilmu-ilmu keagamaan yang
murni (tafsir hadits, fiqih, usul fiqih, ilmu kalam, dan teologi
Islam). Sedangkan ilmu-ilmu keagamaan yang ada adalah yang
tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menyucikan
diri dan ditambah dengan pendidikan sufi.
c) Tertutupnya pintu ijtihad
Ini disebabkan dengan runtuhnya kota-kota pendidikan
Islam, sehingga pelaksanaan pendidikan Islam banyak
dilaksanakan dirumah-rumah para ulama yang pada akhirnya
madrasah-madrasah kurang berfungsi. Namun demikian,
pendidikan di madrasah masih terus dilakukan akan tetapi dengan
mata pelajaran yang beraliran sufi dan sehingga para ulama banyak
yang meninggalkan ijtihad. Selain itu, hal ini akan mengakibakan
semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual yang
mengakibatkan semakin statis kebudayaan Islam karena daya
intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-
kreasi budaya yang baru, bahkan ketidak mampuan untuk
mengatasi persoalan-persoalan baru yang muncul.
B. Bagaimana pendapat anda agar pendidikan Islam (baik yang secara
eksplisit menamakan diri dengan lembaga pendidikan Islam maupun tidak)
dapat mengejar ketertinggalannya?
Menurut saya, agar pendidikan (lembaga pendidikan) terselenggara
dengan baik maka perlu adanya perencanaan (kurikulum) yang baik, SDM
guru yang baik, pemimpin lembaga yng baik, dan respon masyarakat yang
baik. Karena setiap komponen pendidikan haruslah saling terhubung dan
mendukung agar pendidikan dapat terlaksana dengan baik.
Dewasa ini banyak kita jumpai berbagai lembaga pendidikan baik
islam maupun umum yang juga mengajarkan islam banyak yang
mengalami ketertinggalan atau kemunduran dibandingkan lembaga
pendidikan umum. Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor. Untuk
mengejar ketertinggalan itu bisa kita lakukan dengan mengadopsi atau
meniru dari lembaga yang lebih maju dan berkembang. Bisa dari segi
manajemennya, SDM nya, kepemimpinannya, dan lain sebagainya. Tapi
tetap berpegang teguh pada dasar-dasar dan aturan islam.

Anda mungkin juga menyukai