Anda di halaman 1dari 9

BAB I

1. Pengertian Profesi

Secara etimologi Profesi dari kata profesession yang berarti pekerjaan. Sedangkan

Profesional adalah orang yang ahli/ tenaga ahli. Secara leksikal, perakataan profesi itu

ternyata mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukkan

dan mengungkapkan suatu kepercayaan bahkan sutu keyakinan atas sesuatu kebenaran

atau kredibilitas seseorang. Kedua, profesi dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan

suatu pekerjaan atau urusan tertentu. Websternew world dictionary menunjukkan bahwa

profesi merupakan suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi dalam liberal arts

atau science dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual seperti:

mengejar, keinsinyuran, mengarang, dan sebagaimya terutama kedokteran, hukum, dan

teknologi. Profesi merupakan suatu pekerjaan yang meminta persiapan yang relative lama

di perguruan tinggi diatur suatu kode etika khusus.

Patutkah disalahkan penggunaan istilah yang serampangan itu? Tidak, karena

istilah profesi bukan monopoli kalangan tertentu. Secara sosiologis ada aspek positifnya

dibelakang gejala itu, yaitu refleksi adanya tuntutan yang main besar dalam masyarakat

akan proses dari hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab bukan sekadar asal

dilaksanakan.

Mengimplikasikan bahwa sebenarnya seluruh pekerjaan apapun memungkinkan untuk

berkembang menuju kepada suatu jenis model profesi tertentu. Dengan menggunakan

peangkat kemasyaraktaan sebagai acuan, maka kita dapat menandai sejauh mana sesuatu

pekerjaan itu telah menunjukkan ciri-ciri atau sifat tertentu dan seseorang pengemban
pekerjaan tersebut telah memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat dipertanggung jawabn

secara profesional.

Suatu profesi umumny berkembang dari pekerjaan kemudian makin matang.

Selain itu, dalam bidang apapun profesionalisme dijunjung oleh tiga hal tanpa ketiga hal

itu dimiliki ulit untuk mewujudkan profesionalismenya. Hal yang sangat diperlukan oleh

suatu profesi ialah pengakuan masyarakat atas jasa yang diberikan.

2. Adapun syarat-syarat suatu profesi secara umum, antara lain:

a. Melibatkan kegiatan intelektual

b. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus

c. Memerlukan persiapan profesional yang alam, bukan sekedar latihan

d. Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan

e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen

f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi

g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat

h. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etikan atau pekerjaan

disebut suatu profesi maka harus memenuhi syarat-syarat

3. Istilah yang Berkaitan dengan Profesi

Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,

profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. Sanusi et.al (1991:19)

menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:

1. Profesi
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para

anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih

dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh

melalui apa yang disebutprofesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang

menjalani profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu

profesi (in-service training). Di luar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi pendidikan.

2. Profesional

Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,

misalnya “Dia seseorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional

dikontrasikan dengan “non-profesional” atau “amatir”

3. Profesionalisme

Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus mengembangkan strategi-strategi

yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

4. Profesionalitas

Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta

derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan

pekerjaanya.

5. Profesionalisasi

Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan

para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya

sebagai anggota sebagai profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian


proses pengembangan profesional (professional development) baik dilakukan melalui

pendidikan/latihan “pra-jabatan” maupun “dalam-jabatan”. Oleh karena itu

profesionalisasi merupakan proses yang life-long dan never-ending, secepat seseorang

telah menyatakan dirinyasebagai warga suatu profesi.

4. Istilah yang Berkaitan dengan Profesi

Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,

profesional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionalisasi. Sanusi et.al (1991:19)

menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:

1. Profesi

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari para

anggotanya. Artinya, ia tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih dan

tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu. Keahlian diperoleh melalui

apa yang disebutprofesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum seseorang menjalani

profesi itu (pendidikan/latihan pra-jabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi (in-

service training). Di luar pengertian ini, ada beberapa ciri profesi pendidikan.

2. Profesional

Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,

misalnya “Dia seseorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Pengertian kedua ini, profesional

dikontrasikan dengan “non-profesional” atau “amatir”

3. Profesionalisme
Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk

meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus mengembangkan strategi-strategi

yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

4. Profesionalitas

Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta

derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan

pekerjaanya.

5. Profesionalisasi

Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para

anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai

anggota sebagai profesi. Profesionalisasi pada dasarnya merupakan serangkaian proses

pengembangan profesional (professional development) baik dilakukan melalui

pendidikan/latihan “pra-jabatan” maupun “dalam-jabatan”. Oleh karena itu

profesionalisasi merupakan proses yang life-long dan never-ending, secepat seseorang

telah menyatakan dirinyasebagai warga suatu profesi.


BAB II

1. Pengertian Etika

Etika didefinisikan sebagai “A set of rules that define right and wrong conducts” (William C.

Frederick, 1998:52). Seperangkat aturan/undang-undang yang menentukan pada perilaku

benar dan salah.

2. Kaitan Moralitas, Norma, Perundangan dan Eitka

Menurut K Banten ( 1994: 3-8) moral itu adalah nilai – nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan bagi seseorang / kelompok dalam mengatur tingkatannya

3. Etika dalam Profesi Keguruan

Sebagai tenaga profesional, guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan

dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Untuk itu dalam melaksanakan

tugasnya guru harus memiliki etika.

Sasaran Etika Profesi Keguruan adalah :

A. Etika terhadap Peraturan Perundang-undangan

Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru melaksanakan

segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI,1973). Kebijaksanaan

pendidikan di Indonesia dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-

peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang

meliputi antara lain : pembangunan gedung, pemerataan kesempatan belajar melalui

kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan. Karena itu guru mutlak perlu mengetahui

kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan sehingga dapat


melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Untuk menjaga

agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang pendidikan,Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut.

B. Etika Terhadap Organisasi Profesi

Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai

sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya

peran organisasi profesi sebagai wadah dan sranan pengabdian. Dalam dasar keenam dari

Kode Etik ini dengan gamblang juga dituliskan bahwa Guru secara pribadi dan bersama-

sama mengembangkan, dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Dasar ini sangat

tegas mewajibkan kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meningkatkan mutu dan

martabat profesi guru itu sendiri.

C. Etika terhadap teman sejawat

Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa Guru memelihara hubungan seprofesi,

semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial” Ini berarti bahwa :

Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dan lingkungan

kerjanya

Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan

kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.


Dalam hal ini Kode Etik Guru menunjukkan kepada kita betapa pentingnya hubungan yang

harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara

sesama anggota profesi.

D. Etika Terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing

peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam

membimbing anak didiknya, Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang

terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani.

Dari kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut

mempunyai makna :

Guru hendaknya memberi contoh yang baik untuk anak didiknya

Guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku

dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik.

Hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa

E. Etika Guru Profesional TerhadapTempat Kerja

Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan

produktivitas. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan

lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutudi seluruh jenjang

pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas

yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan

Nasional.
F. Etika Terhadap Pemimpin

Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih

besar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan

dan pengawasan pihak atasan. Oleh sebab itu, dapat kita simpulkan bahwa sikap seorang

guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam

menyukseskan program yang telah disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penyandang profesi guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan masyarakat,

berbangsa, dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Untuk itu pihak yang

berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan guru dan profesinya.

Dalam melaksanakan tugas profesinya, guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu

ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia (KEGI). Kode Etik Guru diIndonesia (KEGI) dapat

dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun

dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh. KEGI yang tercermin dalam tindakan

nyata itulah yang disebut Etika Profesi atau menjalankan profesi secara beretika.

Di Indonesia guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan KEGI.

Kode Etik harus mengintegral pada perilaku guru. Di samping itu, guru dan organisasi guru

berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik dimaksud kepada rekan sejawat, penyelenggara

pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Bagi guru, Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik

sengaja maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai