Disusun Oleh:
Kelas R6F
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikah hidayah dan nikmatNya
kepada kita semua, terutama nikmat kesehatan sehinggi kami dapat menyelesaikan
tugas kelompok makalah pada mata kuliah “Akhlak dan Etika” dengan baik dan
menyelesaikan tanpa adanya hambatan. Pada kali ini, kami diberikan kesempatan
untuk membahas materi tentang “Etika Belajar dalam Islam”.
Makalah ini kami buat dari informasi yang telah kami dapatkan sehingga
dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, kami menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan pada isi ataupun bahasa.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca akan kami
terima, semoga makalah ini dapat memberikan dampak positif bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Batasan Masalah 2
D. Tujuan2
BAB II METODELOGI 3
BAB III PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Etika 4
B. Pengertian Belajar 6
C. Etika Belajar dalam Islam 7
BAB IV PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlak dan etika adalah hal yang sering kita dengar, keduanya berkaitan
dengan perilaku, walaupun terlihat sama nyatanya mereka memiliki perbedaan.
Akhlak adalah perilaku dan perbuatan yang baik atau buruknya telah ditentukan
oleh agama, baik itu yang sesuai dengan Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Berbeda
dengan etika, biasanya orang akan menilai perilaku baik maupun buruknya
dengan akal pikiran.
Hal ini bisa kita bayangkan layaknya akar pohon, apabila penanaman kita
menggunakan tata cara yang baik, maka akan baik pula perkembangan pohon
tersebut, sebaliknya jika sejak awal kita sudah salah dalam melakukan perawatan
maka akan kurang pula perkembangan pohon tersebut. Permisalan ini bukan
hanya tertuju pada pemikiran baik atau buruknya suatu perbuatan, tetapi juga
dalam pengaplikasian kehidupan sehari-hari oleh karena itu lahirlah aturan-aturan
dan pedoman untuk diikuti oleh sekelompok orang tertentu, sehingga hal tersebut
dapat dipertanggungjawabkan secara rasional dan mendasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika?
4
2. Apa yang dimaksud dengan belajar?
3. Bagaimana etika belajar dalam islam?
C. Batasan Masalah
Makalah ini berfokus pada “Etika Belajar dalam Islam”, kami memfokuskan
pembahasan ini agar para penuntut ilmu dapat beretika layaknya seorang muslim
yang telah diajarkan para penuntut ilmu terdahulu.
D. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan etika
2. Dapat mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan belajar
3. Dapat memahami tentang etika belajar dalam islam
5
BAB II
METODOLOGI
Dalam penulisan makalah ini, kami menggunakan metode studi
pustaka, dengan mengumpulkan data dari informasi yang sudah ada pada
buku dan sumber lainnya tentang Etika Belajar dalam Islam.
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Secara etimologi kata etikamemiliki dua arti, dalam bahasa Yunani yaitu
ethikos mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan
dalam sikap yang mengan dung analisis konsep seperti benar – salah, serta
mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral. Dalam bahasa
Inggris ethic yang berarti suatu system, prinsip moral, aturan atas cara
berperilaku.
Makna “etika” berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu
tentang kebiasaan dan inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya etika
yang oleh Aristoteles (384-322 5M) sudah dipakai untuk menunjukan filosofis
moral. Menurut W.J.S. Poerwadarminto etika merupakan studi tentang
prinsip-prinsip moralitas (moral). Sedangkan menurut K. Bertens etika adalah
nilai-nilai dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur perilaku.
Dalam islam, orang lebih banyak mengenal etika dengan kata “akhlak”,
secara etimologis akhlak memiliki arti perangai, kelakuan, tabiat atau watak
dasar, kebiasaan, peradaban yang baik dan agama, arti tersebut merupakan
masdar dalam Bahasa Arab yang berasal dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqon.
7
َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِإي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا َو ِخيَا ُر ُك ْم ِخيَا ُر ُك ْم لِنِ َساِئ ِه ْم ُخلُقًا
8
seseorang, namun belum tentu semua orang memiliki pandangan yang sama
terhadap akhlak, tergantung sudut pandang dan situasi yang ada pada saat itu,
sementara acuan akhlak dalam islam ialah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
B. Pengertian Belajar
9
yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian.
Menurut Hudoyo (1990), Belajar merupakan kegiatan bagi setiap
orang. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam
diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan
suatu perubahan tingkah laku.
Dalam proses belajar pikiran bukan menjadi poin inti, tetapi juga perlu
didukung oleh aspek lainnya agar ilmu yang didapatkan dapat terserap dengan
baik. Konsisten dan sabar adalah kunci dalam proses belajar. Seperti dalam
sebuah penggalan Surat Al-Kahfi ayat 67 berikut:
10
صبْرً ا
َ ِى َ َِقا َل ِإ َّن َك لَن َتسْ َتط
َ يع َمع
Dalam proses belajar, tentunya para peserta didik perlu mengikuti aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh pengajar, tidak meminta untuk terburu-buru
dalam menjelaskan, hendaknya kita menjaga sikap terpuji dan memuliakan
para pengajar.
Al-Ghazali menjelaskan ada beberapa hal yang harus dijaga oleh seorang
penuntut ilmu, yaitu menyucikan hati dari perilaku yang buruk dan sifat-sifat
tercela (Al-Baqir:1996:165). Dan hal-hal yang dianjurkan bagi para penuntut
ilmu diantaranya:
11
Hendaknya ia mengetahui apa kiranya yang menjadikan sesuatu
menjadi semulia=mulia ilmu. Ada dua hal yang diperhatikan yaitu
kemuliaan buah dari ilmu tersebut dan kemantapan serta kekuatan
dalil yang menopangnya.
Menjadikan tujuannya sesegera mungkin agar tujuan selanjutnya
focus mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam menuntut ilmu, bersikap santu dan hormat kepada guru adalah
sesuatu yang penting, karena guru adalah orang yang menurunkan ilmu yang
telah ia pelajari pada masanya dan dengan ilmu itupun seseorang menjadi
mulia, baik itu di dunia maupun di akhirat. Menurut Hasyim Asy’ Ari dalam
kitab Adab-al-‘Alim wal Mutaalim. Dia berkata bahwa seorang murid harus:
12
Jauhilah hal-hal yang sekiranya menyibukkan diri sendiri
kecuali memang karena suatu kebutuhan.
Membersihkan diri serta menjauhi hal-hal kotor agar hati terasa
bersih dan mudah untuk menerima Al-Qur’an, melafadzkannya
dan menghafalkannya.
Meskipun pendidiknya berumur lebih muda darinya, lebih
rendah nasabnya, maka haruslah peserta didik bersifat
tawadhu’ dan tetap memuliakannya, begitu juga terhadap ilmu
harus bersifat tawadhu agar kita bisa mendapatkan ilmu
tersebut.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika sangatlah erat pada diri seseorang, baik itu yang bersifat baik ataupun
buruk, tetapi hal tersebut bisa diatur dan dipelajari sesuai dengan norma-norma
yang sudah ada, baik itu aturan buatan manusia ataupun Allah.
Dalam proses belajar juga tentunya etika sangatlah diperlukan agar peserta
didik tersebut dapat mengerti dan memahami keseluruhan proses belajar, baik itu
bersifat rendah hati kepada pendidik karena mau bagaimanapun latar belakang ia,
dia tetaplah seseorang yang akan memberikan ilmu yang sudah ia dapatkan
kepada peserta didik. Dengan etika juga, kita bisa menghargai dan memuliakan
sebuah ilmu, karena ilmu akan mudah menyerap kepada orang-orang yang sudah
bersiap diri dengan segala etika yang baik, dengan begitu ilmu akan mudah
mendapatkan dan memanfaatkan ilmu tersebut.
B. Saran
Penulis berharap para pembaca dapat mengingat hal ini, pelajarilah etika
sebaik mungkin agar kelak jika kalian menurunkan ilmu kalian nanti, kalian akan
dipelakukan dengan baik oleh para peserta didik.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-akhlak/
https://umma.id/article/share/id/1002/272212
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-belajar/
http://lpmpsulteng.kemdikbud.go.id/index.php/2017/01/18/pengertian-belajar-dan-
hakikat-belajar/
https://tafsirweb.com/4893-quran-surat-al-kahfi-ayat-67.html
15