Anda di halaman 1dari 13

Konseling Pancawaskita

Kelompok 11
Ade Samsudin 202005000102
Tiara Wulansari 202001500022
Yunita Widia N 202001500063
Pembahasan
01. Pengertian Konseling Pancawaskita
02. Hakikat Manusia dalam Konseling Pancawaskita
03. Kepribadian Konseling Pancawaskita
04. Perkembangan Konseling Pancawaskita
05. Kasus dalam Konseling Pancawaskita
06. Tujuan dan Teknik Konseling Pancawaskita
Pengertian Pancawaskita terdiri dari dua kata, yaitu panca
dan waskita. Panca merupakan lima dan waskita

Konseling merupakan kecerdasan, kekuatan, keterarahan,


ketelitian, dan kearifbijaksanaan (santan-artisan).
Kelimanya itu membentuk pribadi konselor
Pancawaskita bermartabat.
Pengertian Konseling Pancawaskita
Dalam waskita sifat yang terpancar dalam kiat dan kinerja yang penuh dengan keuanggulan
semangat disertai dengan:
1. Kecerdasan , bahwa konseling adalah pekerjaan yang diselenggarakan atas dasar teori dan
tekhnologi yang tinggi serta pertimbangan akal yang jernih, matang dan kreatif.
2. Kekuatan, bahwa konselor adalah pribadi yang tanguh baik dalam keluasan dan kedalaman
wawasan, pengetahuan serta keterampilanya, maupun dalam kemauan dan ketekunannya melayani
klien.
3. Keterarahan, bahwa kegiatan konseling berorientasi kepada keberhasilan klien mengoptimalkan
perkembangan dirinya dan mengatasi permasalahanya.
4. Ketelitian, bahwa konselor bekerja dengan cermat dan hati-hati serta berdasarkana data dalam
memilih dan menerapkan teori dan teknologi konseling.
5. Kearif bijaksanaan, bahwa konselor dalam menyikapi dan bertindak didasarkan pada peninjauan
dan pertimbangan yang matang, kelembutan dan kesantunan terhadap klien dan orang lain pada
umumnya sesuai dengan nilai moral dan norma-norma yang berlaku serta kode etik konseling.
Hakikat Manusia Dalam Konseling
Pancawaskita
Manusia adalah suatu keberadaan dalam alam semesta ini yang merupakan sebuah gatra. Berbeda dari
gatra – gatra lain yang bukan manusia, Arti dari dalam (ADD) dan Arti dari luar (ADL) pada manusia
dapat diberi ciri-cirinya sebagai berikut:
1. ADD sangat bervariasi antara individu yang satu dengan individu lainnya; individu dapat memahami
ADD-nya sendiri.
2. Selain dapat memberikan ADL kepada gatra – gatra di luar dirinya, manusia pun dapat memberikan
ADL kepada dirinya sendiri.
3. Antar sesama individu atau sekelompok manusia dapat saling memberikan ADL.
4. ADD dan ADL terhadap diri sendiri serta ADL dari luar diri sendiri terus menerus berinteraksi yang
menghasilkan perkembangan pada diri individu.
Ciri-ciri ADD dan ADL seperti itulah kiranya yang membedakan antara manusia dan bukan manusia
sebagai makhluk Tuhan. Lebih dari makhluk – makhluk lainnya, manusia adalah makhluk yang tertinggi
derajatnya. Ketertinggian derajat ini diperlengkapi dengan lima dimensi kemanusiaan yang melekat pada
diri setiap insan, yaitu:
1. Dimensi fitrah (dimfit) 4. Dimesi kesusilaan (dimsus)
2. Dimensi keindividualan (dimin) 5. Dimensi keberagaman (dimag)
3. Dimensi kesosialan (dimsos)
Kepribadian Konseling Pancawaskita
Gatra
Keberadaan merupakan sesuatu yang penuh arti. Sesuatu yang penuh arti disebut gatra. Dalam dirinya
sendiri gatra itu mengandung arti tertentu. Disamping itu, arti suatu gatra dapat pula diberikan dari
luar, yaitu yang diberikan atau dibentuk oleh orang – orang yang berusaha menghayati dan / atau
mendayagunakan gatra itu.
Dalam kondisi demikian itu gatra mengandung dua dimensi, yaitu dimensi ADD (arti dari dalam) dan
dimensi ADL (arti dari luar). Dimensi ADD merujuk kepada segenap kondisi, karakteristik, sifat, makna
ataupun arti yang ada atau menjadi isi dari benda atau yang dibendakan itu, sedangkan dimensi ADL
adalah segala kondisi pengenaan, perlakuan, pemahaman ataupun pengartian oleh manusia tentang
ataupun terhadap gatra yang dimaksudkan.

Dengan konsep seperti itu, keterkaitan antara ADD dan ADL dapat digambarkan
sebagai berikut:
ADD = ADL : kondisi yang dapat mengarah kepada kepada hal-hal yang positif.
ADD ≠ ADL : kondisi yang potensial dapat menimbulkan hal-hal yang negatif
ADL > ADD : kondisi yang mengarah kepada hal-hal yang berlebihan
ADL < ADD : kondisi yang mengarah kepada hal-hal yang tidak optimal
ADD tanpa ADL : kondisi tanpa pengertian; pengabaian atau ketidak pedulian, atau
pemubazdiran.
Perkembangan Kepribadian Konseling
Pancawaskita
Individu berkiprah dalam lima ranah kehidupan (lirahid), yang sejak kelahirannya dipengaruhi
oleh likuladu (lima kekuatan di luar individu), dalam lima kondisi kehidupan individu (masidu)
dengan latar belakag kesejatian kemanusiaannya. Dalam trilogi dengan latar lirahid ini kehidupan
menyeluruh sehari-hari individu berkeadaan.
1. Lirahid, Setiap individu menjalani kehidupan sehari-harinya dalam lima ranah kehidupan
(lirahid) yaitu ranah jasmaniah-rohaniah, individual-sosial, material-spritual, lokal-global,
dunia-akhirat. Individu yang mampu menjalani kehidupan kemanusiaannya yaitu yang mampu
menyemibangkan masing-masing sisi dari kelima ranah tersebut.
2. Likuladu, terdiri dari Gizi, Pendidikan, Adat dan budaya, Perlakuan orang lain, Kondisi
insidental.
3. Masidu, yaitu rasa aman, kompetensi, aspirasi, semangat, dan pemanfaatan kesempatan
yang ada. Makin positif masidu makin efektiflah kehidupan sehari-hari individu.
Kasus dalam Konseling Pancawaskita
Kehidupan Efektif
Sehari-hari Kehidupan Efektif Sehari-hari
Terganggu
Dikehendaki agar dengan HMM-
nya yang difasilitasi oleh likuladu Kondisi KES-T ini dapat berupa kesulitan atau
sebagaimana diharapkan, individu permasalahan yang sepertinya menantang
dapat berkeadaan positif, sejahtera ketangguhan individu menghadapi gangguan
dan bahagia. Keadaan demikian itu dalam hidupnya, dan di sisi lain menguji betapa ia
terwujud dalam kehidupan efektif dapat mengendalikan diri dalam melawan hawa
sehari-hari (KES) dengan acuan nafsu. Di samping itu, penyikapan bahwa kesulitan
BMB3. dan permsalahan dalam bentuk KES-T itu dianggap
sebagai cobaan atau ujian terhadap diri seseorang
yang dapat diambil hikmahnya akan memperkuat
keutuhan pribadi individu dengan aktualisasi HMM
yang mantap.
Tujuan dan Teknik dalam Konseling
Pancawaskita

Tujuan Konseling Pancawaskita

Menurut Prayitno (1988: 21) Konseling pancawaskita mempunyai


tujuan yaitu terbangunnya gatra baru melalui pengungkapan,
analisis, pemaknaan secara tepat dan positif terhadap Arti Dari
Dalam (ADD), Arti Dari Luar (ADL), Keberadaan yang Sedang Ada
(KSA), serta pembinaan Keberadaan yang Sedang Ada (KSA) baru
dengan memperhatikan Keberadaan yang Mungkin Ada (KMA)
positif yang ada pada diri klien.
Tujuan dan Teknik dalam Konseling
Pancawaskita
Teknik Konseling Pancawaskita

Teknik Umum
• Penerimaan terhadap klien (manklien).
• Ajakan untuk memikirkan sesuatu yang
lain (kirlan).
• Sikap dan jarak duduk (sjduk).
• Peneguhan hasrat (husrat).
• Kontak mata (konmat).
• “penfrustasian” klien (frus).
• Tiga M (mendengar dengan baik,
• Strategi “tidak memanfaatkan” klien (tmaf).
memahami secara tepat, serta merespon
• Suasana diam (sudim).
secara tepat dan positif) (Tiga M).
• Tranferensi dan kontra-tranferensi (trans
• Kontak psikologis (konpsik).
• Penstrukturan (struk).
dan konstran).
• Teknik eksperimental (eksper).
• Ajakan untuk berbicara (ajbir).
• Pertanyaan terbuka (tabuk).
• Interpretasi pengalaman masa lampau
• Refleksi: isi dari perasaan (ref).
(imaslam).
• Asosiasi bebas (asbas).
• Keruntutan (runtut).
• Sentuhan jasmaniah (senjas).
• Penyimpulan (pul).
• Penilaian (lai).
• Penafsiran (afsir).
• Penyusunan laporan (lap).
• Konfrontasi (fron).
Tujuan dan Teknik dalam Konseling
Pancawaskita
Teknik Konseling Pancawaskita

Teknik Khusus

• Pemberian informasi (inf). • Permainan peran dan permainan


• Pemberian contoh (con). dialog (mairan dan mailog).
• Pemberian contoh pribadi (conpri). • Latihan keluguan (tilug).
• Perumusan tujuan (tuj). • Latihan seksual (tisek).
• Latihan penenangan: sederhana dan • Latihan transaksional (sisran).
penuh (tinang). • Analisis gaya hidup (sisgahid).
• Kesadaran tubuh (sadbuh). • Kontrak (trak).
• Disenstisisasi dan sensitisasi • Pemberian nasihat (nas).
(desensit dan sensit).
• Kursi kosong (kurkos).
Konselor profesional dituntut mengintegrasikan lima faktor
yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu
yaitu pancasila, pancadaya (Takwa, Cipta, Rasa, Karsa,
Karya), lirahid/ lima ranah kehidupan (Jasmanah-rohaniah,
social-material, Spiritual dunia, akherat, lokal
global/universal), lika lidu/ lima kekuatan di luar individu (
gizi, pendidikan, sikap, perlakuan orang lain, budaya dan
kondisi insidensial), dan masidu/lima kondisi yang ada pada
diri individu (rasa aman, kompetensi, aspirasi, semangat,

Kesimpulan pengunaan kesempatan).

Tujuan pancawaskita yaitu terbangunnya gatra baru


melalui pengungkapan, analisis, pemaknaan secara
tepat dan positif terhadap Arti Dari Dalam (ADD),
Arti Dari Luar (ADL), Keberadaan yang Sedang Ada
(KSA), serta pembinaan Keberadaan yang Sedang
Ada (KSA) baru dengan memperhatikan Keberadaan
yang Mungkin Ada (KMA) positif yang ada pada diri
klien.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai