Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“TRAIT AND FACTOR”


KELOMPOK UTAMA
Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori dan Teknik Konseling yang diampu oleh:
Dr. Muwakhidah, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :
1. Mar’ati Zain Rofikho (225000003)
2. Valencia Aurelia P.S (225000027)

3. Firdha Agustin W. (225000037)

4. Elok Dewi Arsidah Lail (225000043)

BK A1
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS PEDAGOGI DAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Trait and Factor”. Makalah ini dimaksud sebagai syarat dalam memenuhi
salah satu tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Teori dan Teknik Konseling.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada pihak yang telah membantu,


menyiapkan, dan memberi masukan dalam penulisan makalah ini. Segala upaya telah
dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini., namun tidak mustahil masih terdapat
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu saran dan masukan tetap kami harapkan
demi penyempurnaan makalah ini.

Demikian pengantar ini kami sampaikan, dengan harapan makalah ini


bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Pedagogi dan Psikologi, Khususnya Prodi
Bimbingan dan Konseling.

Surabaya 17, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan Pembahasan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Sejarah Trait and Factor................................................................................3
2.2 Pribadi Sehat-Pribadi Bermasalah................................................................5
2.3 Tujuan Konseling Trait and Factor...............................................................6
2.4 Tahap Konseling Trait and Factor................................................................7
2.5 Teknik Konseling Trait and Factor...............................................................8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Trait and Factor................................................9
BAB III PENUTUP....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendekatan trait and factor merupakan salah satu pendekatan konseling yang dipelopori oleh
tokoh yang bernama Williamson. Pendekatan in oleh beberapa kalanagan disebut juga dengan
nama lain directive counseling) dikarenakan dalam pendekatan in konselor lebih cenderung suka
mengarahkan perilaku konslei agar sesuai dengan yang diharapkan konselor sehingga bisa
terselesaikannya suatu masalah yang dihadapi oleh konseli itu sendiri. Maka konseling yang
directive ini disebut pula counseling centered atau konseling yang berpusat pada konselor. Dan
konseling semacam inilah yang banyak dilakukan disekolah-sekolah baik diluar neger maupun di
Negara Indonesia.
Pendekatan trait and factor banyak menggunakan alat pengukur terhadap atribut konseli
seperti bakat, kemampuan, minat, tingkah laku dan kepribadiannya. Dari hasil pengukuran tersebut
dapat diramalkan dan diarahkan pendidikan dan jabatan apa yang coco bagi konseli sehingga dapat
membahagiakan hidupnya. Dengan hasil pengolahan tes atau angket dan alat pengukur lainnya
dapat diramalkan pula apa yang akan diperbuat oleh konseli dalam situasi tertentu.
Pendekatan trait factor memandang bahwa kepribadian manusia merupakan suatu komponen
sistem yang berisi sifat atau suatu factor yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain
seperti kecakapan, minat, sikap, dan temperamen. Teori ini juga berpendapat bahwa
perkembangan kepribadian manusia ditentukan ole factor pembawaan maupun lingkungannya.
Pada tap orang ada sifat-sifat yang mum dan sifat yang khusus terdapat pada seseorang, yang
merupakan sifat yang unik.
Perkembangan kemajuan individu mulai dari masa bayi hingga dewasa diperkuat oleh
interaksi sifat dan factor. Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa pendekatan trait and factor
memandang individualistas individu dan keunikannya. Sehingga konseling dengan pendekatan
trait and factor, konselor memandang individuaitas konseli dan selalu melihat keunikan konseli
satu dengan yang lain. Oleh karena itu, perlunya memahami pendekatan konseling trait and factor.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah trait and factor , terdapat beberapa pertanyaan dan masalah yang
perlu diungkapkan secara lebih mendalam. Beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Bagaimana Sejarah trait and factor?
2. Apa itu Pribadi Sehat dan Pribadi Bermasalah menurut trait and factor?
3. Apa Tujuan Konseling dengan menggunakan trait and factor?
4. Bagaimana Tahap konseling dengan menggunakan trait and factor?
5. Bagaimana Teknik konseling dengan menggunakan trait and factor?
6. Apa saja Kelebihan dan Kelemahan trait and factor?

1
1.3 Tujuan
Dalam pembuatan makalah teori Behavior, terdapat beberapa Tujuan Dalam pembuatan
makalah trait and factor Beberapa tujuanya, yaitu:
1. Memahami Sejarah trait and factor.
2. Memahami Pribadi Sehat dan Pribadi Bermasalah menurut trait and factor.
3. Memahami Tujuan Konseling dengan menggunakan trait and factor.
4. Memahami Tahap konseling dengan menggunakan trait and factor.
5. Memahami beberapa Teknik konseling dengan menggunakan trait and factor.
6. Memahami Kelebihan dan Kelemahan trait and factor.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah
Sejarah konseling Trait and Factor Asal-usul teori trait and factor dapat ditelusuri ke
masa Frank Persons. Teori tersebut menegaskan bahwa karakter klienlah yang harus pertama
kali dinilai, dan kemudian dicocokan secara sistematis dengan faktor-faktor yang terlibat
dalam berbagai jabatan. Pengaruh teori ini tersebar sangat luas pada masa depresi besar,
ketika E. G. Williamson pada tahun 1939 mempelopori penggunaannya yang popular dengan
konseling direktifnya. Tujuan utama konseling direktif Williamson adalah membantu klien
mengganti tingkah laku emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional. Konseling
ini berkembang berawal dari konsep konseling jabatan atau vocational counselingyang
menitik beratkan pada kesesuaian pendidikan dengan jabatan. Konseling ini dirintis oleh
Frank Person yang menekankan tiga aspek penting yaitu, pemahaman yang jelas tentang
potensi yang dimiliki, pengetahuan tentang jabatan atau karir, kemudian yang terakhir
penyesuaian yang tepat antara kedua aspek tersebut. Kepuasan pribadi dalam lingkungan
pekerjaan bergantung pada sejumlah faktor, tetapi yang paling pnting tingkat kecocokan
antara tipe kepribadian , lingkungan, pekerjaan dan kelas sosial. Bagaimanapun juga, seperti
ditekankan oleh para tokoh di atas penting bagi individu untuk memiliki pengetahuan yang
cukup tentang dirinya sendiri dan lingkunganpekerjaannya, untuk bisa mengambil keputusan
karir dengan bijaksana.
Pendekatan konseling yang dikemukakan oleh Williamson adalah bentuk
pendekatan yang logis dan rasional ini tidak berorientasi pada intelektualisme, tetapi
berorientasi pada intelektualisme, tetapi berorientasi pada personalisme yaitu pendekatan
yang memandang secara keseluruhan. Dalam konseling trait and factor ini hubungan antara
konselor danklien haruslah bersifat kemanusiaan. Masalah manusia sifatnya berkembang dan
merupakan hasil konflik dengan lingkungannya, maka dari itu klien harus belajar
menggunakan pemecahan masalah yang berorientasi pada kenyataan yang objektif.
Selanjutnya garis besarnya Edmund Grifith Williamson berpendapat bahwa :
1. Klien pada umumnya rasional, yang harus membuat bermacam-macam keputusan untuk
dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat yang mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap pembentuk kepribadiannya. Keputusan ini membutuhkan pengetahuan dan
pengalaman yang diperolehnya, akan tetapi ia belum memiliki kesempatan untuk
menggali dan memilikinya
2. Sebagai akibatnya klien membutuhkan untuk menggunakan pengetahuan dan pengalaman
informasi teknis yang dapat diberikan oleh seorang konselor yang memiliki kecakapan
dan telah mendapatkan latihan dalam bidang tersebut, supaya dia membuat suatu
keputusan yang memungkinkannya untuk mencapai perkembangan dan kebahagiaan yang

3
optimal sebagai anggota masyarakat.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa tujuan konseling adalah
perkembangan optimal dari klien dalam kapasitasnya, dan konseling itu sendiri menitik
beratkan pada interaksi dimana antar kepribadian dan kebudayaan sekitarnya. Berdasarkan
uraian di atas secara terperinci pandangan tentang hakikat manusia dalam konseling trait and
factor adalah sebagai berikut :
1. Pada hakikatnya manusia berusaha untuk menjadikan dirinya sendiri. Manusia adalah
makhluk rasional yang memiliki kemampuan untuk berpikir dan menggunakan ilmu
pengetahuan untuk mengembangkan dirinya sendiri dan kemajuan umat manusia.
Manusia dilahirkan memiliki potensi positif dan memiliki potensi negatif. Sedangkan
tujuan hidup manusia adalah untuk mencari kebaikan dan menghindari keburukan. Ini
berarti bahwa konselor harus selalu bersikap optimis, bahwa melalui pendidikan, manusia
itu dapat berkembang dan menemukan dirinya sendiri, mampu untuk belajar memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya terutama apabila dia belajar menggunakan kecakapan-
kecakapannya.
2. Manusia secara potensial memiliki kecenderungan yang negatif, dalam artian tidak bisa
mengendalikan diri karena itu dia tidak memiliki kemampuan berkembang sesuai dengan
potensi yang dimilikinya. Guna mengembangkan potensi yang dimilkinya secara optimal,
dia memerlukan orang lain.
3. Hakikat dari kehidupan yang baik dan kesempurnaan pribadi adalah dengan cara
mengembangkan diri yang dilandasi penuh ras kasih sayang.
4. Manusia harus berusaha untuk menemukan dirinya sendiri, dalam aartian mencapai
kehidupan yang baik.
5. Manusia haruslah berusaha untuk menciptakan hubungan yang baik antara dirinya sendiri
dengan lingkungannya.
6. Kepribadian seseorang merupakan suatu bentuk kesatuan dari berbagai potensi yang
melahirkan tingkah laku yang teratur dan terarah.
7. Manusia memiliki kepribadian yang unik, artinya mempunyai kepribadian yang berbeda
antara seseorang dengan yang lainnya.
8. Manusia mencapai kesempurnaan diri yang bersumberkan pada perbedaan pola
kecakapan dan potensi yang dimilikinya. Proses konseling itu berlangsung dilandasi oleh
beberapa asumsi dasar tentang pola hubungan konselor dengan klien bagaimana
keterlibatan serta peranan mereka di dalamnya. Hubungan konseling trait and factorantara
lain dilandasi oleh

4
Beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1. Walaupun konseling bertujuan untuk membantu individu/ klien mencapai tingkat
perkembangan yang optimal, tetapi kehidupan sosial individu dengan segala hambatan
dan kekurangannya dala mencapai tujuan tidaklah diabaikan.
2. Konseling bukan saja menghargai keunikan atau kekhasan individu, tetapi juga
mengakuivakan adanya ketergantungan individu yang satu terhadap individu yang
lainnya. Karena individu itu akan bermakna apabila ada kaitannya dengan individu
lainnya
3. Konseling menganggap kesukarelaan dari individu untuk menerima konseling adalah
penting. Tetapi keterbatasan untuk menerima konseling secara sukarela pada individu
tetap dan selalu ada karena konselor memiliki tanggung jawab untuk mendorong klien
yang memerlukan dan bahkan yang dianggap perlu memperoleh konseling.
4. Hubungan konseling adalah bersifat netral, terhadap norma dan nilai-nilai. Artinya
konselor tidak boleh mengambil sikap tertentu terhadap norma dan nilai-nilai yang dianut
klien. Walaupun demikian, hubungan konseling tidaklah terlepas dari pengaruh pola
berpikir konselor, karena ini mempunyai tujuan tertentu.
5. Tujuan utama dari konseling ini adalah membantu individu untuk dapat memahami
dirinya secara rasional. Ini berarti bahwa tujuan konseling adalah membantu memcahkan
masalah yang dihadapi oleh individu, dengan melihat secara objektif berbagai kesulitan
yang berasal dari lingkungan dalam kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi oleh
individu itu sendiri.

2.2 Pribadi Sehat-Pribadi Bermasalah


A. Pribadi Sehat
Pribadi sehat menurut pandangan pendekatan Trait and Factor adalah apabila konseli
dapat mengembangkan berbagai aspek kehidupannya seperti pemahaman dan pengelolaan diri
dengan mengenali kelebihan dan kelemahan dirinya sertamampu memperbaiki kelemahannya
sehingga integritas kepribadian tercapai. Lutfi Fauzan (1991) menyatakan pribadi sehat
menurut Trait and Factor ditandai dengan:
a. Mampu berfikir rasional untuk memecahkan masalah secara bijaksana
b. Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri
c. Mampu mengembangkan segala potensi secara penuh
d. Memiliki motivasi untuk meningkatkan atau menyempurnakan diri
e. Dapat menyesuaikan diri di masyarakat

5
B. Pribadi Bermasalah
Pribadi bermasalah menurut pandangan pendekatan Trait and Factor adalah apabila
klien tidak mampu mampu memahami dan mengelola diri tentang berbagai kelebihan dan
kekurangannya. Asumsi perilaku bermasalah / malasuai adalah individu yang tidak mampu
memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga individu tersebut tidak
dapat mengaktualisasikan dirinya secara optimal. (Gudnanto. 2012. FKIP UMK).
Pribadi malasuai menurut kategori Bordin (Fauzan, Lutfi.2004. 83):
a. Depcelence (ketergantungan)
b. Lach of information (kurang informasi)
c. Self conflict (konflik diri)
d. Chose anxicty (cemas memilih)
e. No Problem (bukan permasalah selain diatas)
Pribadi malasuai menurut kategori Pepinsky :
f. Lack of assurance (kurang percaya diri)
g. Lack of skill (kurang keterampilan)
h. Depcelence (ketergantungan)
i. Lach of information (kurang informasi)
j. Self conflict (konflik diri)
k. Chose anxicty (cemas memilih)

2.3 Tujuan Konseling Trait and Factor


Tujuan Konseling Trait and Factor adalah sebagai berikut:
a. Membantu konseli agar merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinyasendiri
dan membantu konseli berpikir lebih jernih dalam menghadapi masalahdan mengontrol
perkembangannya secara rasional.
b. Memperkuat keseimbangan antara pengaktifan dan pemahaman sifat-sifatsehingga dapat
bereaksi dengan stabil dan wajar.
c. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspekkehidupan
manusia.
d. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diridengan
cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatandengan
perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
e. Membantu individu untuk memperbaiki kekurangan, tidakmampuan, dan keterbatasan diri
serta membantu pertumbuhan dan integrasi kepribadian.
Tujuan lainnya membantu individu tumbuh kearah perkembangan yang optimal
dalam segala aspek kepribadian:
a. Kejelasan Diri

6
b. Pemahaman Diri
c. Penerimaan Diri
d. Pengarahan Diri
e. Perwujudan Diri

2.4 Tahap Konseling Trait and Factor


Dalam melakukan konseling dengan pendekatan Trait and Factor ada enam tahapan
utama yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Analisis
Analisis merupakan langkah mengumpulkan informasi tentang diri konseli beserta
tatar belakangnya. Data yang dikumpulkan mencakup segala aspek Kepribadian konseli,
seperti kemampuan, minat, motif, keschatan fisik, dan karakteristik lainnya yang dapat
mempermudah atau mempersulit penyesuaian diri pada umumnya. Data yang dikumpulkan
diklasifikasikan meniadi dua:
1) Data Vertikal (mencakup diri konsetli) yang dapat dibagi lebih lanjut atas;
(a) Data Fisik: keschatan, ciri-ciri fisik, penampakan atau penampilan fisik dsb.
(b) Data Psikis: bakat, minat, sikap, cita-cita, hobi, kebiasaan dsb.
2) Data Horizontal: berkenaan dengan lingkungan konseli yang berpengaruh
terhadapnya.

b. Sintesis
Sintesis adalah usaha merangkum, mengolong-golongkan dan menghubungkan data
yang telah terkumpul pada tahap analisis, yang disusun sedemikian sehingga dapat
menunjukkan keseluruhan gambaran tentang diri konseli. Rumusan diri konseli dalam
sistesis ini bersifat ringkas dan padat. Ada tiga cara yang dapat dilakukan dalam
merangkum data pada tahap sistesis tersebut; cara pertama dibuat oleh konselor, kedua
dilakukan konseli, ketiga adalah cara kolaborasi.

c. Diagnosis
Diagnosis merupakan tahap menginterpretasikan data dalam bentuk (dari sudut)
problema yang ditunjukkan. Rumusan diagnosis dilakukan melalui proses pengambilan
atau penarikan simpulan yang logis. Dari diagnosis ini dapat menemukan ketetapan dan
pola yang menuju pada ketetapan, permasalahan, sebab-sebabnya, serta sifat-sifat siswa
yang berarti dan relefan yang berpengaruh kepada kemungkinan penyesuaian atau tidak
penyesuaian.

7
d. Prognosis
Menurut Williamson prognosis in bersangkutan dengan upaya memprediksikan
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada sekarang dan
menentukan terapiya.

e. Konseling (Treatment)
Dalam konseling, konselor membantu konseli untuk menemukan sumber- sumber
pada dirinya sendiri, sumber-sumber lembaga dalam masyarakat guna membantu konseli
dalam penyesuaian yang optimum sejauh dia bisa, bantuan dalam konseling ini mencakup
lima jenis bantuan yaitu:
1) Hubungan konseling yang mengaeu pada belajar yang terbimbing kearah pemahaman
diri.
2) Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai
alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
3) Konseling dalam bentuk bantuan yang dipersonalisasikan untuk konseli dalam
memahari dan trampil untuk mengaplikasikan prinsip dan teknik- teknik dalam
kehidupan sehari-hari.
4) Konseling yang mencakup bimbingan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan
efektif
5) Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran. Yang
di maksud ialah usaha untuk membantu siswa sehingga lebih siap untuk memecahkan
masalah situasi pentesuaianya, sebelum begitu jauh terlibat dalam konflik diri dan
penilaiannya sehingga membutuhkan terapi yang dalam dan rumit.

f. Follow Up (tindak lanjut)


Tindak lanjut merujuk pada segala kegiatan membantu siswa setelah mereka
memperoleh layanan konseling Teknik yang digunakan konselor harus di sesuaikan
dengan individualitas siswa, mengingat bahwa tap individu sifatnya unik, sehingga tidak
ada teknik yang baku yung berlaku untuk semua. Tindak lanjut in juga mencakup
penentuan keefektifan konseling yang telah dilaksanakan.

2.5 Teknik Konseling Trait and Factor


Sebagai pedoman dalam mengimplementasikan pemecahan masalah, Williamson
mengemukakan 5 macam strategi atau teknik umum, dalam (Fauzan. Lutfi. 2004. 95) yaitu:
a. Memaksa penyesuaian, dipilih apabila lingkungan memang tidak dapat diubah. Seperti:
siswa harus mau mengikuti atau menerima pelajaran dari guru matematika yang judes

8
yang sebenarnya tidak disenangi siswa.
b. Mengubah lingkungan, dipilih bila memang tidak memungkinkan, konseli memiliki
kekuatan atau kemampuan melakukannya. Lingkungan in mencakup apa dan siapa.
c. Memillh lingkungan yang cocok, contoh: ada beberapa tempt belajar yang dapat
dimanfaatkan yaitu, di perpustakaan, di rumah sendiri, dan di rumah teman.
d. Belajar keterampilan-keterampilan yang diperlukan, contoh: belajar keterampilan bergaul,
membuat paper, dan sebagainya.
e. Mengubah sikap, sikap merupakan kecenderungan seseorang dalam menanggapi sesuatu,
dan arahnya juga pada siapa dan pada apa. Beberapa sikap diri perlu diubah kalau
meguntungkan, misalnya: sikap segan untuk bertanya.

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Trait and Factor


1. Kelebihan
Kelebihan konseling dengan pendekatan Trait and Factor, yaitu:
a. Pemusatan pada konseli dan bukan pada konselor
b. Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
c. Lebih menekankan pada sika konselor daripada teknik
d. Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif
e. Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling

2. Kekurangan
Kekurangan konseling dengan pendekatan Trait and Factor, yaitu:
a. Konseling terpusat pada pribadi dan dianggap sederhana
b. Terlalu menekankan aspek afektif emosional, perasaan sebagai penentu perilaku
tetapi melupakan factor intelektual, kognitif dan rasional
c. Penggunaan informasi untuk membantu konseli tidak sesuai dengan teori
d. Tujuan untuk sikap konseli yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas dan umum
sehingga sulit menilai individu
e. Sulit bagi konselor untuk bersikap netral dalam situasi hubungan interpersonal.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konseling trait dan factor dapat dideksripsikan bahwa konseling pendekatan sifat
dan factor menekankan pemahaman diri dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan
beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut proses penerimaan diri. Dan
juga Istilah konseling trait-factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam
memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program
studi atau bidang pekerjaan.
Pandangan manusia pada konseling Trait dan Factor adalah bergantung dan
berkembang optimal di masyarakat. Manusia memerlukan orang lain dalam mengembangkan
potensi dirinya. Sedangkan pandangan konselingnya yaitu, diupayakan sebagai mana
pendidikan membantu konseli mengembangkan dirinya sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan
nila-nilai masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Lutfi dan Suliono. (1991/1992.). Konseling Individu Trait And Factor. Malang: .DEPDIKBUD:.
Fauzan, Lutfi. (2004.). Pendekatan-Pendekatan Konseling Individual . . Malang:: Elang Mas.

11

Anda mungkin juga menyukai