DOSEN PENGAMPUH
ALUCYANA, M.Psi, Psikolog
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS 6C
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala puji hanya milik Allah SWT, kepadanya
terhatur segala syukur atas semua karunia dan rahmat yang telah diberikan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling dengan judul “Teori-Teori
Konseling (Taori Client Centered Counseling dan Trait Factor Counseling)” ini.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw.
Semoga makalah yang telah disajikan ini dapat banyak mengandung makna dan
materi pembelajaran sesuai dengan pandangan ilmu pengetahuan yang semakin maju,
sehingga menjadikan mahasiswa semakin menyadari bahwa penerapan ilmu pengetahuan
dimasa modernisasi ini perlu diterapkan.
Makalah ini juga diharapkan akan memberikan dampak positif bagi calon
pendidik yang kelak nanti menjadi sumber transfer ilmu kepada peserta didiknya, dan
materi ini akan memperkaya bahan kajian terutama bagi mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan dalam pembelajaran Bimbingan Konseling.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Ibu
Alucyana, M.Psi, Psikolog yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan pemahaman
yang sangat besar sehingga telah membimbing kami sebagai mahasiswa dalam membuat
makalah dan dalam proses pembelajaran.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari kekhilafan dan
kesalahan kami, dan terdapat berbagai kekurangan. Sehigga kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami diharapkan demi mencapai kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Rumusan Masalah...................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
A. Defenisi Teori........................................................................................
B. Contoh Kasus.........................................................................................
C. Teknik Pelaksanaan................................................................................
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................
BAB IV KESIMPULAN............................................................................................
BAB V DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang
digunakan. Karena tanpa pendidikan yang baik, suatu negara akan jauh tertinggal dari
negara lain. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aset penting
negara. Sumber daya manusia yang dimiliki akan menentukan berkembang atau
tidaknya suatu negara. Dengan demikian, kualitas sumber daya manusia perlu
ditingkatkan. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia adalah dengan memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang perkembangan peserta didik.di samping
itu pula pelayanan bimbingan dan konseling juga sangat berperan penting dalam suatu
pendidikan untuk dapat membantu peningkatan SDM siswa dan juga membantu siswa
dalam penentuan karir bagi siswa itu sendiri. Menurut UU No 20 tahun 2003 tentang
sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa tujuan pendidikan Nasional adalah
“mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang lebih berkualitas”.
Salah satu ciri yang menunjukan berkembangnya peserta didik menjadi manusia
berkualitas adalah mampu merencanakan dan mengarahkan kariernya secara baik,
sehingga mengembangkan kematangan arah pilihan karir siswa merupakan salah satu
bagian dari substansi isi pendidikan, Pendidikan adalah proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik agar menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara hakekat dalam kehidupan masyarakat
ini.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Teori
1. Teori Client Centered Counseling
Menurut Winkel (2006: 397) Istilah Client Centered Counseling sukar
diganti dengan istilah Bahasa Indonesia yang singkat dan mengena; paling-paling
dapat dideskripsikan dengan mengatakan : corak konseling yang menekankan
peranan konseli sendiri dalam proses konseling. Mula-mula corak konseling ini
disebut konseling nondirektif untuk membedakannya dari corak konseling yang
mengandung banyak pengarahan dan control terhadap proses konseling di pihak
konselot.
Menurut Rogers dalam Thalib (2010:121) menyatakan bahwa konsep diri
adalah konsep kepribadian yang paling utama, berisi ide-ide, persepsi, dan nilai-
nilai yang mencakup tentang kesadaran tentang diri. Setiap individu pasti
memiliki konsep diri, tetapi mereka seringkali tidak tahu apakah konsep diri yang
mereka miliki positif atau negatif. Seseorang yang memiliki konsep diri positif
rendah memiliki kecendrungan terhambat dalam proses perkembangannya dan
tidak mampu melaksanakan tugas perkembangan dengan baik.
B. Contoh Kasus
1. Teori Client Centered Counseling
2. Teori Trait Factor Counseling
Salah satu contohnya adalah di SMA Negeri 2 Magetan. Sekolah ini
memiliki Program bimbingan karir mulai kelas X tahap pengenalan, kelas XI
penjurusan, dan kelas XII mereka mulai diarahkan untuk menentukan perguruan
tinggi atau pekerjaan di masa mendatang. Untuk mengantarkan para siswa ke
gerbang masa depan yang diharapkan, program bimbingan karir yang di
canangkan di sekolah merupakan wadah yang tepat untuk mengatasi masalah-
masalah yang dialami para siswa. Melalui kegiatan bimbingan karir, para siswa di
bekali dan dilatih dengan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan Apa,
Mengapa dan Bagaimana merencanakan masa depan. Sehingga siswa dapat
mengembangkan potensi tersebut dengan produk kreativitas yang bermakna dan
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, sekolah dan lingkungan. Masalah umum yang
dihadapi oleh siswa kelas X SMA Negeri 2 Magetan adalah tentang kebingungan
dalam memilih jurusan dan kebingungan dalam mengenal minat, bakat dan
kemampuan yang dimiliki serta kesulitan dalam menentukan langkah yang akan
dilakukuan pada saat penentuan jurusan saat kenaikan kelas XI.
Diantara siswa kelas X terdapat salah satu siswa yang mengalami
masalah pemilihan jurusan IPA atau IPS saat dikelas XI. Diinisialkan dengan “F”.
Siswa F mengaku mengalami kesulitan dalam hal memilih jurusan. Berdasarkan
keterangan siswa F masih bingung dengan jurusan yang sesuai dengannya.
Sementara orang tua siswa F tersebut menekan siswa F untuk menjadi yang selalu
sempurna dari segi prestasi. Orangtua siswa F menargetkan agar siswa F selalu
masuk 3 besar kelas. Sebelum masuk SMA siswa F disuruh masuk ke sekolah
kehutanan di Bogor. Akan tetapi karena siswa F merasa tidak cocok masuk
sekolah tersebut, dia menolak anjuran dari orang tuanya. Setelah melalui
perdebatan panjang akhirnya siswa F masuk ke sekolah umum yaitu SMA Negeri
2 Magetan.
Masalah kembali muncul ketika siswa F tidak masuk dalam 5 besar
peringkat kelas. Siswa terbebani dengan amarah orang tuannya yang kecewa atas
prestasi siswa F. Orang tua siswa marah besar terhadap siswa F. Permasalahan-
permasalahan ini sesuai dengan masalah dalam pembuatan keputusan karir yang
dipaparkan oleh Williamson, ada 4 kategori permasalahan dalam pembuatan
keputusan karir yaitu: Pertama, No Choice (Tidak ada pilihan), konseli tidak
mampu menyebutkan bidang pekerjaan yang akan dipilihnya. Kedua, Uncertain
Choice (ketidakpastian pilihan), konseli ragu atas pilihan karir yang telah ada di
pikirannya. Ketiga, Unwise Choice (Pilihan tidak bijaksana), konseli memilih
karir yang tidak sesuai dengan bakat dan minatnya. Keempat, Discrepancy
between interest and aptitudes (ketidaksesuaian antara minat dan bakat), yang
termasuk kategori ini adalah Bidang pekerjaan yang diminati tidak sesuai dengan
bakat konseli. Pekerjaan yang diminati tidak sesuai dengan tingkat kemampuan
konseling. Bakat dan minat cocok, tetapi tidak sesuai dengan pekerjaan yang
dipilih. Setelah melihat fakta yang ada BK SMA Negeri 2 Magetan dalam
bimbingan karirnya menggunakan pendekatan konseling trait and factor dalam
membantu siswanya menentukan program jurusan IPA atau IPS kah yang sesuai
dengan minat dan bakat siswa tersebut.
C. Teknik Pelaksanaan
1. Teori Client Centered Counseling
2. Teori Trait Factor Counseling
Analisis ini merupakan hasil data atau informasi yang sudah disajikan
pada pembahasan sebelumnya yang diperoleh dari wawancara dan observasi
dengan pihak yang terkait di SMA Negeri 2 Magetan . Data-data tentang
pelaksanaan konseling trait and factor pada siswa yang mengalami kesulitan
memilih jurusan. Analisis merupakan langkah terakhir dalam penelitian ini, yang
mana peneliti akan menganalis data-data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan observasi yang mendukung terselesainya penelitian ini. Data-data yang akan
dianalisis ini merupakan data yang berhubungan dengan kasus yang telah diteliti.
Analisis tentang Konseling trait and factor pada siswa yang mengalami kesulitan
dalam memilih jurusan.
Dari permasalahan di atas maka peneliti mengamati jalanya konselor
ketika memberikan sebuah terapi kepada klien, konselor menggunakan
pendekatan konseling trait and factor dalam mengatasi masalah yang dihadapi
oleh klien yakni masalah kesulitan memilih jurusan.corak konseling trait and
factor yang menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan
penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi,
terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan. Sebelum
konselor melakukan kegiatan konseling konselor harus menciptakan hubungan
yang harmonis dengan klien, agar seorang klien dapat menceritakan
permasalahannya secara terbuka kepada konselor. Dan klien berfikiran bahwa
konselor tersebut dapat memberikan bantuan terhadap permasalahanya yang
dihadapinya. Seperti yang sudah dipaparkan, pelaksanaan konseling trait and
factor menempuh beberapa tahap kegiatan, Konseling trait and factor memiliki
enam tahap dalam prosesnya, yaitu: analisis, sistesis, diagnosis, prognosis,
konseling (treatment) dan follow-up.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Organisme
4) Lapangan fenomenal
2. Self
Merupakan bagian yang berdeferensiasi dari larangan fenomenal yang
terdiri atas pola-pola pengamatan yang sadar serta nilai-nilai dari aku
sebagai subyek dan obyek. Self mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
3.
4. Konseling
Konseling merupakan suatu hubungan yang sengaja dilakukan dengan
manusia lain, dengan maksud agar dengan berbagai cara psikologis kita
dapat mempengaruhi beberapa fase kepribadiannya sedemikian hingga dapat
diperoleh sesuatu efek tertentu. Konsep konseling yang lebih mudah untuk
dipahami adalah adalah usaha untuk membantu klien sehingga lebih siap
untuk memecahkan masalah situasi penyesuaiannya sebelum begitu jauh
terlibat dalam konflik diri dan penilaiannya sehingga membutuhkan terapi
yang dalam dan rumit. Dalam kaitan ini terdapat lima jenis konseling yaitu :
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri
b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan
individu sebagai alat untuk mencapai tujuan kepribadiannya dan
penyesuaian hidupnya.
c. Bantuan pribadi dari konselor supaya klien mengerti dan terampil dalam
menerapkan prinsip dan teknik yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari
d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan
efektif
e. Bentuk mendidik kembali yang bersifat sebagai katarsis atau
penyaluran.
5. Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru
dengan mengingatkannya kepada masalah sumbemya sehingga menjamin
keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan
dengan individualis klien, mengingat bahwa setiap individu unik sifatnya,
sehingga tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
5. Menunjukkan kepada petugas lain atau referal. Jika konselor merasa tidak
mampu menangani masalah klien, maka dia harus menunjuk klien kepada
petugas lain yang lebih berkompeten untuk membantu klien.
B. SARAN