Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ceteris paribus (faktor-faktor yang dianggap tetap) dalam fungsi penawaran
adalah teknologi, pajak dan subsidi. Apa yang terjadi kalau pemerintah
mengenakan pajak atau subsidi? Pajak (Tx) dan subsidi (S) yang dikenakan pada
suatu barang akan dapat mempengaruhi keseimbangan pasar barang tersebut.
Pajak dan subsidi dikenakan oleh pemerintah. Bila faktor-faktor yang dianggap
tetap itu berubah, maka fungsi penawaran akan berpindah tempat atau bergeser.
Dengan adanya pajak maka posisi keseimbangan menjadi berubah karena
produsen menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga
keseimbangan yang tercipta menjadi lebih tinggi dari harga keseimbangan
sebelum ada pajak dan jumlah keseimbangannya pun menjadi lebih sedikit.
Untuk dapat membantu menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi tersebut
diperlukan matematika ekonomi sebagai alat untuk membantu pembahasan atau
penyelesaian masalah ekonomi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep Pajak?
2. Bagaimana Pajak Keseimbangan Pasar?
3. Bagaimana konsep subsidi?
4. Bagaimana subsidi Keseimbangan Pasar?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Konsep Pajak.
2. Untuk mengetahui Pajak Keseimbangan Pasar.
3. Untuk mengetahui Konsep Subsidi.
4. Untuk Mengetahui Subsidi Keseimbangan Pasar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pajak


Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak (baik orang
atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya balas jasa (kontraprestasi)
secara langsung. Pajak yang dipungut (ditarik) oleh pemerintah tersebut dapat
bersifat pajak langsung dan tidak langsung. Pajak langsung artinya bahwa pajak
tersebut ditarik secara langsung dari wajib pajak yaitu antara lain adalah pajak,
penghasilan, pajak perseroan, dan pajak kekayaan. Sedangkan pajak tidak
langsung merupakan pajak yang ditarik dari wajib pajak secara tidak langsung
seperti pajak penjualan, pajak tontonan,pajak penambahan nilai dan sebagainya.
System perpajakan yang dikenakan pemerintah terhadap suatu barang dibedakan
menjadi dua macam, yaitu pajak tetap (lump-sum tax) dan pajak proporsional
(proportional tax).

System perpajakan yang tetap (lump-sum tax) adalah pemerintahan


mengenakan pajak sebesar tertentu atas satu unit barang tanpa menghiraukan
tingkat harga jual barang tersebut, sedangkan system perpajakan yang
proporsional adalah pemerintah mengenakan pajak atas suatu barang dasar
persentase tertentu terhadap harga jual barang tersebut. Pajak yang dikenakan oleh
pemerintah terhadap suatu barang akan mempengaruhi sisi penawaran dari barang
tersebut dan tidak mempengaruhi sisi permintaannya. Dengan demikian apabila
suatu barang terkena pajak, maka akan mengubah kesediaan produsen dalam
menawarkan barang. Perubahan kesedihan produsen dalam menawarkan
barangnya tercermin dari perubahan posisi kurva penawaran terhadap barang
tersebut, sedang posisi kurva permintaannya tetap. Akibat dari perubahan posisi
kurva penawaran, adalah terjadinya perubahan keadaan keseimbangan pasar atas
barang tersebut.

2
Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan mengakibatkan
pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam arah yang sejajar, sedangkan
suatu barang yang terkena pajak proporsional (proportional tax) akan
mengakibatkan berputarnya kurva penawaran ke kiri atas.

2.2 Pajak Keseimbangan Pasar


Pajak menyebabkan harga jual menjadi tinggi. Hal ini diseabkan prdusen
berusaha untuk menggeser beban pajak ke konsumen. Sebenarnya produsen
menginginkan agar seluruh beban pajak ditanggung oleh konsumen. Akan tetapi
dalam kenyataannya konsumen tidak menanggung seluruh beban pajak. Ini berarti
ada sebagian pajak yang masih di tanggung oleh produsen. Beban pajak yang di
tanggung oleh konsumen besarnya merupakan selisih antara harga keseimbangan
setelah ada pajak dengan harga keseimbangan sebelum ada pajak. Sisa pajak
(yaitu selisih antara besar pajak yang dikenakan dengan bagian pajak yang di
tanggung oleh konsumen), menjadi tanggungan produsen.
Pajak yang dikenakan pemerintah pada setiap unit barang yang dijual
diterima oleh pemerintah. Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dapat
dihitung dengan megalikan jumlah unit barang yang dikenakan untuk setiap
unitnya.
Pajak yang dikenakan oleh pemerintah pada warganya bersifat dua macam.
Pertama adalah pajak yang jumlahnya tertentu, tidak di kaitkan dengan tingkat
pendapatan. Secara matematik, T = T0 ; kurva pajaknya berupa sebuah garis lurus
sejajar sumbu pendapatan. Kedua ialah pajak yang penetapanya dikaitkan dengan
tingkat pendapatan, besarnya merupakan proporsi atau presentase tertentu dari
pendapatan. Secara matematik, T = t Y ; kurva pajaknya berupa garis lurus
berlereng positif dan bermula dari titik pangkal.
Secara keseluruhan, besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah adalah
T = T0 + t Y ; kurva pajaknya berupa garis lurus berlereng positif dan bermula
dari penggal T0.

3
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar mengikuti asumsi-asumsi
berikut ini:
1. Dalam pasar persaingan murni (pure competition), permintaan konsumen
hanya tergantung pada harga , sehingga fungsi permintaan tidak berubah
2. Produsen menyesuaikan kurva penawarannya untuk harga baru yang telah
termasuk pajak yang dikenakan.
3. Pajak dari t unit dikenakan terhadap setiap unit dari jumlah yang
dihasilkan.

A. Pajak Per Unit


Apabila pengaruh pajak ini kita perhitungkan dalam fungsi penawaran,
maka fungsi penawaran tersebut akan bertambah sebesar t. Sehingga jika
fungsi penawaran sebelum pajak adalah P = f(Q), maka fungsi penawaran
setelah pajak menjadi:
P = f(Q) + t atau P – t = f(Q) atau Q = f(P – t)
Dimana:
P = variable harga per unit,
Q = variable jumlah (kuantitas),
t = tingkat pajak per unit.

Dengan adanya pajak per unit ini, maka fungsi penawaran akan
bergeser ke atas atau ke kiri sejauh pajak per unit tersebut. Untuk memperjelas
keterangan di atas dapat dilihat pada grafik perubahan fungsi penawaran
akibat adanya pajak per unit berikut ini, pada gambar Q = x :

4
Dengan adanya pajak per unit juga akan menggeser keseimbangan pasar,
yaitu dari titik E (sebelum pajak) menjadi E1 setelah pajak. Telah dijelaskan di
muka bahwa pengenaan pajak terhadap produsen (pajak penjualan)
pembebanannya sebagian akan dialihkan kepada konsumen dengan cara
menaikkan harga jual barang yang dimaksud, sehingga pajak tersebut akan
ditanggung sebagian oleh konsumen dan sebagian lagi oleh produsen (penjual).
Besarnya beban pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk) untuk setiap unit
barang yang dibeli adalah sebesar selisih antara harga keseimbangan setelah pajak
(P1) dengan harga keseimbangan sebelum pajak (P0). Sedangkan besarnya pajak
yang ditanggng oleh produsen atau penjual (tp) untuk setiap unit barang adalah
sebesar selisih antara besarnya pajak yang dikenakan per unit (t) dengan bagian
pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk). Adapun pajak yang diterima oleh
pemerintah (tg) adalah sebesar jumlah barang yang terjual dikalikan dengan
besarnya pajak per unit barang yang bersangkutan. Jadi untuk setiap unitnya,
maka:
Pajak yang ditanggung konsumen (tk) = (P1 – P0)
Pajak yang ditanggung produsen (tp) =(t – tk) atau (tp) = t – (P1 – P0)
Pajak yang diterima pemerintah (tg) = (t . Q1)

5
Dimana:
tk = pajak yang ditanggung oleh konsumen
tp = pajak yang ditanggung oleh produsen
tg = pajak yang diterima pemerintah
t = besarnya pajak per unit
P1 = harga keseimbangan setelah pajak
P0 = harga keseimbangan sebelum pajak
Q1 = kuantitas/jumlah keseimbangan setelah pajak

Sedangkan jumlah pajak yang ditanggung oleh konsumen ataupun produsen


adalah besarnya pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen atau produsen
dikalikan dengan kuantitas keseimbangan setelah pajak. Sehingga:
Jumlah pajak yang ditanggung konsumen adalah : Tk = tk x Q1
Jumlah pajak yang ditanggung produsen adalah : Tp = tp x Q1

Contoh :
Fungsi permintaan suatu produk ditunjukkan oleh P=15 - Q dan fungsi penawaran
P= 0,5Q + 3. Terhadap produk ini pemerintah mengenakan pajak sebesar 3 SMU
per unit.
a.Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena pajak ?
b.Berapa besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung oleh konsumen ?
c.Berapa besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung oleh produsen ?
d.Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah ?
Penyelesaian
A. Keseimbangan pasar sebelum kena pajak:
Pd = Ps
15 – Q = 0,5Q + 3
Q=8
P=7
E = ( 8, 7 ) → (Q, P)

6
Keseimbangan pasar setelah pajak :
Fungsi penawaran setelah pajak: P = 0,5Q + 3 + 3
P = 0,5Q + 6
15 – Q = 0,5Q + 6
15 – 6 = 0,5Q + Q
Q=6
P=9
E1 = ( 6, 9 ) → (Q1, P1)
B. Besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung konsumen
Sebesar selisih harga keseimbangan setelah pajak dengan harga keseimbangan
sebelum pajak yaitu:
tk = P1 – P0 Tk = tk x Q1
=9- 7 =2x6
= 2 per unit. = 12

C. Besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung produsen
Sebesar selisih tarif pajak per unit yang dikenakan dengan besar pajak per unit
yang ditanggung konsumen, yaitu:
tp = t – tk Tp = tp x Q1
=3-2 =1x6
= 1 per unit. =6
D. Besar penerimaan pajak total oleh pemerintah
Perkalian tarif pajak per unit dengan jumlah keseimbangan setelah pajak, yaitu:
tg = t x Q1
=3 x 6
= 18.

7
Grafik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak

B. Pajak Proporsional/ Persentase


Disamping dikenakan terhadap setiap barang yang dihasilkan (dijual),
pengenaan pajak juga dapat dikenakan dengan cara menentukan sebesar
persentase tertentu dari semua barang yang dijual. Misalnya besarnya pajak
yang dikenakan pada suatu barang adalah sebesar r persen (r %) dari barang
yang terjual, maka harga barang yang terjual akan naik sebesar r% untuk
setiap unit barang yang ditawarkan (dijual). Apabila harga jual sebelum pajak
sebesar P0 sedangkan pajaknya sebesar r%, maka harga jual setelah pajak
(P1)= P0 + rP0 atau P1 = P0 (1 + r).
Pengaruh pajak persentase ini dapat dilihat pada perubahan fungsi
penawaran yang akan bergeser ke atas (ke kiri) sejauh r% untuk setiap
kuantitas yang ditawarkan (dijual). Dalam bentuk fungsi penawaran, perubahan
tersebut terlihat sebagai berikut: Fungsi penawaan sebelum pajak (Qs) : P =
f(Q), Sedangkan fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) : P1 = f (Q)(1 + r) atau
P1 = P (1 +r). Apabila fungsi peawaran diformulasikan dalam bentuk umum
fungsi penawaran yang lain dimana harga sebagai variable bebasnya yaitu Q =
f(P), maka fungsi penawaran setelah pajak diperoleh sebagai berikut:

8
Fungsi penawaran sebelum pajak (Qs) : P = f(Q)
Fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) : P1 = f(Q) (1 + r) → P1 = P (1 + r),
maka: P = P1/(1 + r)
Bila dimasukkan dalam bentuk umum fungsi penawaran Q = f(P), maka fungsi
penawaran setelah pajak (Qs’) adalah:
Q = f(P) → Q = f {(P1/(1 + r))} Fungsi penawaran setelah pajak dengan pajak
r%. Sehingga jumlah pajak per unit (t) adalah:
t = r. P = r. f(Q) = (r . P1)/(1 + r)
dimana:
P = variable harga per unit
Q = variable kuantitas
r = pajak dalam persentase

Pengaruh pajak persentase terhadap keseimbangan pasar secara grafis dapat


dilihat pada grafik berikut (Q = x):

9
Contoh :

Permintaan P = 15 - Q dan penawaran P = 3 + 0,5Q. Kemudian pemerintah


mengenakan pajak sebesar 25% dari harga jual. Hitunglah :
a. Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan tanpa pajak serta dengan pajak .
b.Pajak yang ditanggung konsumen, produsen dan pajak yang diterima
pemerintah.
a. Sebelum Pajak
Pd = Ps
15-Q = 3+0,5Q
15-3 = 0.5Q+Q
12 = 1.5Q
8 = Qe

Pe = 15-Q
Pe = 15-8
Pe = 7
(Qe,Pe) = (8,7)

Sesudah Pajak
Persamaan penawaranya akan berubah, sementara persamaan permintaannya tetap
P=15-Q atau Q=15-P. Penawaran sesudah pajak, dengan t= 25% = 0,25
Ps = 3+ 0.5Q+ t
P = 3+ 0,5Q + 0.25P
P - 0,25P = 3 + 0.5Q
0,75 P = 3+ 0,5Q
P = 3+ 0,5Q/0,75
P = 4+ ⅔ Q atau Q = -6 +1,5P
Keseimbangan pasar :
Qd = Qs
15 – P = -6 + 1,5P
15+6 = 1,5P+P

10
21 = 2,5P
8,4 = P’e
Q = 15 – P
= 15 - 8,4
Q’e = 6,6
Titik sesudah pajak, (Q’e,P’e) = (6,6; 8,4)
Kurvanya :

a. pajak yang diterima pemerintah setiap unit barang


t x P’e = 0,25 x 8,4 = 2,1
b. Besar pajak yang ditanggung oleh konsumen dari setiap unit barang
tk = P’e - Pe
tk = 8,4 - 7
tk = 1,4 atau 67%
c. Besar beban pajak yang ditanggung oleh produsen
tp = t – tk
tp = 2,1 -1,4
tp = 0,7 (atau 33%).
d. Jumlah pajak yang diterima oleh pemerintah dari perdagangan barang
T = P’e x t
T = 6,6 x 2,1
T = 13,86.

11
2.3 Konsep Subsidi
Berbeda dengan pajak yang merupakan iuran wajib masyarakat (produsen)
terhadap pemerintah, maka subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang
dihasilkan atau di tawarkannya. Subsidi merupakan kebalikan pajak dan
menyebakan harga jual barang tersebut menjadi lebih murah karena biaya
produksi menjadi lebih ringan.
Pengaruh subsidi, subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu
barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan
adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil
sehingga ia bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang
tercipta dipasar lebih rendah dari pada harga keseimbangan menjadi lebih banyak.
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen, subsidi produksi yang
diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh
produsen menjadi lebih sedikit dari pada ongkos sesungguhnya menghasilkan
barang barang tersebut. Perbedaan antara ongkos produksi nyata dan ongkos
produksi yang dikeluarkan merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh
produsen. Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produksi lebih kecil, ia
bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian dari subsidi
tadi dinikmati pula oleh konsumen.

2.4 Subsidi Keseimbangan Pasar


Subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan suatu barang menyebabkan
harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah.
Jika produk dikenakan subsidi s per unit, maka akan terjadi penurunan harga
produk sehingga keseimbangan pasar atas produk tersebut juga akan bergeser.
Jika sebelum pajak persamaan penawarannya P = a + bQ, maka sesudah pajak ia
akan menjadi P = a + bQ – s

12
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen : sk = Pe – Pe‘
Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen : sp = s – sk
Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah : S = s x Qe‘

A. Subsidi per unit


Subsidi yang berfungsi sebagai pengurang biaya produksi akan
membuat harga barang menjadi lebih murah. Hal itu akan mengakibatkan ungsi
penawran bergeser ke kanan bawah, sehingga dengan jumlah barang yang
sama produsen mampu mengenakan harga baru yang lebih rendah dari
sebelumnya. Penjelasan tersebut dapat diformulasikan ke dalam bentuk
matematis menjadi:
Ps = P - s
Ps = (aQ + b) – s Ps = aQ + (b - s)
Ps: harga penawaran produsen sesudah ada subsidi
P: harga penawaran sebelum subsidi
s: besarnya subsidi per unit barang
Contoh 1 :
Fungsi permintaan suatu barang ditunjukan oleh persamaan Qd = 15 – P, dan
fungsi penawaran ditunjukan oleh persamaan Qs = -6 + 2P, besar subsidi (s) yang
diberikan pemerintah terhadap barang tersebut adalah sebesar Rp.1,5/unit.
Tentukan :
a. Besar harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi !
b. Besar harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan setelah subsidi !

13
c. Gambarkan grafik keseimbangan pasarnya !
Jawab :
a. Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi (E)
Qd = Qs
15 – P = -6 + 2P
15 + 6 = P + 2P
21 = 3P
P = 21/3
P=7
Qd = 15 – P Qs = -6 + 2P
Qd = 15 – 7 Qs = -6 + 2(7)
Qd = 8 Qs = -6 + 14 = 8

Sehingga diperoleh harga keseimbangan sebelum subsidi adalah sebesar Rp 7 dan


kuantitas keseimbangan sebesar 8 kg. Dalam hal ini pada harga Rp 7, jumlah
barang yang diminta maupun ditawarkan sama yaitu sebanyak 8 kg.
b. Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan setelah subsidi (E’)
Fungsi permintaan : Qd = 15 – P
Fungsi penawaran : Qs = -6 + 2P
2P = Qs + 6
P = ( Qs + 6 )/ 2
P = 0,5Qs + 3
P = 3 + 0,5Qs
Karena besar subsidi yang diberikan pemerintah adalah Rp.1,5/ unit, maka fungsi
penawarannya menjadi :
P = a + bQs – s
P = 3 + 0,5Qs – 1,5
P = (3 – 1,5) + 0,5Qs
P = 1,5 + 0,5Qs
0,5Qs = -1,5 + P
Qs = -3 + 2P
Harga keseimbangan setelah subsidi :

14
Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P
15 + 3 = 2P + P
18 = 3P
P = 6
Jumlah keseimbangan setelah subsidi :
Qd = 15 – P Qs = -3 + 2P
Qd = 15 – 6 Qs = -3 + 2(6)
Qd = 9 Qs = -3 + 12
Qs = 9
Sehingga diperoleh harga keseimbangan setelah subsidi adalah sebesar Rp.6 dan
jumlah keseimbangannya adalah sebesar 9 unit.
c. Grafik keseimbangan pasarnya
1. Titik potong sumbu P dan Q sebelum subsidi :
Fungsi permintaan Qd = 15 – P
(a) Mencari titik potong sumbu Qd, dengan syarat P = 0, maka nilai Qd dapat
dihitung sebagai berikut :
Qd = 15 – P
Qd = 15 – 0
Qd = 15
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah Qd (0; 15)
(b) Mencari titik potong sumbu P, dengan syarat Qd = 0, maka nilai P dapat
dihitung sebagai berikut :
Qd = 15 – P
0 = 15 – P
P = 15
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah P (15; 0)
Fungsi penawaran Qs = -6 + 2P
(a) Mencari titik potong sumbu Qs, dengan syarat P = 0, maka nilai Qs dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -6 + 2P

15
Qs = -6 + 2(0)
Qs = -6 + 0
Qs = -6
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah Qd (0; -6)
(2) Mencari titik potong sumbu P, dengan syarat Qs = 0, maka nilai P dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -6 + 2P
0 = -6 + 2P
2P = 6
P = 6/2 = 3
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah P (3; 0)

2. Titik potong sumbu P dan Q setelah subsidi


Fungsi permintaan Qd = 15 – P
Titik potongnya sumbu P dan Q pada fungsi permintaan sama dengan sebelum
subsidi yaitu pada titik adalah Qd (15; 0) dan P (0; 15)
Fungsi penawaran Qs = -3 + 2P
(a) Mencari titik potong sumbu Qs, dengan syarat P = 0, maka nilai Qs dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -3 + 2P
Qs = -3 + 2(0)
Qs = -3 + 0
Qs = -3
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah Qs (0; -3)
(2) Mencari titik potong sumbu P, dengan syarat Qs = 0, maka nilai P dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -3 + 2P
0 = -3 + 2P
2P = 3
P = 1,5
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah P (1,5; 0)

16
Gambar : Grafik keseimbangan sebelum dan setelah adanya subsidi

Seperti telah kita ketahui bahwa dengan adanya subsidi yang diberikan
oleh pemerintah menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produsen
menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum atau tanpa adanya
subsidi. Karena ongkos produksi yang dikeuarkan oleh produsen menjadi lebih
rendah, maka produsen bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah,
sehingga sebagian dari subsidi tersebut juga ikut dinikmati oleh konsumen.
Besarnya bagian dari subsidi yang diterima oleh konsumen (sk) adalah
selisih antara harga keseimbangan sebelum/tanpa subsidi (Pq) dengan harga
keseimbangan setelah adanya subsidi (Pq’). Besar subsidi yang diterima oleh
konsumen dapat dirumuskan sebagai berikut :

sk = Pq – Pq’

Dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diterima oleh konsumen
dapat dihitung sebagai berikut :
sk = Pq – Pq’
sk = 7 – 6
sk = 1

17
Berarti dari setiap unit barang konsumen menerima subsidi sebesar Rp.1.
Dengan kata lain dari besar subsidi yang diberikan oleh pemerintah yaitu Rp.1,5
per unit, sebesar Rp.1 atau 67% diterima oleh konsumen.
Selain diterima oleh konsumen, subsidi yang diberikan oleh pemerintah
juga diterima oleh produsen. Besar subsidi yang diterima oleh produsen (sp)
adalah selish antara besar subsidi per unit (s) dan bagian subsidi yang diterima
oleh konsumen (sk). Dengan demikian besar subsidi yang diterima oleh produsen
dapat dirumuskan sebagai berikut :

sp = s – sk

dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diterima oleh produsen
dapat dihitung sebagai berikut :
sp = s – sk
sp = 1,5 – 1
sp = 0,5
Berarti dari setiap unit barang yang diproduksi, produsen menerima
bagian dari subsidi sebesar Rp.0,5. Dengan demikian dari besar subsidi yang
diberikan oleh pemerintah yaitu Rp.1,5 per unit, sebesar Rp.0,5 atau 33% diterima
oleh produsen. Hal tersebut menunjukan bahwa besar subsidi yang diterima oleh
konsumen lebih besar dari subsidi yang diterima oleh produsen.
Selanjutnya jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah keseimbangan setelah subsidi (Qe’) dengan
besar subsidi per unit yang diberikan oleh pemerintah (s). Dengan demikian jumlah
subsidi yang diberikan oleh pemerintah dapat dihitung dengan menggunakan rumus

S =Qe’ x s

18
dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diberikan oleh pemerintah
dapat dihitung sebagai berikut :
S = Qe’ x s
S = 9 x 1,5
S = 13,5
Berarti jumlah subsidi yang disalurkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp.13,5.

Contoh 2 :
1. Ditentukan fungsi permintaan atas suatu barang 𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15 dan
fungsi penawaran 𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 terhadap barang tersebut diberi subsidi
sebesar 𝑠 = 2
Ditanya:
a) Titik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi
b) Grafik fungsi permintaan dan penawaran sebelum dan sesudah subsidi

Penyelesaian:

a) Sebelum subsidi:
𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15
𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 −
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0 = −8𝑥 + 12
1 1
𝑥 = 2 ,𝑝 = 54
3 21
∴E0 (2 , 4 )

Sesudah subsidi:
𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15 → 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15
𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 − 2 → 𝑝 = 𝑥 2 + 14 −
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0 = −8𝑥 + 1
14 3 1
Memberi 𝑥 = = 1 4 , 𝑑𝑎𝑛 1 = 4 16
8
7 65
∴Es (4 , 10)

19
Besar subsidi yang diberikan pemerintah:
7 7 1
𝑆 = 𝑥𝑠 . 2 = 4 . 2 = 2 = 3 2

b) Grafik:

B. Subsidi Proporsional
Jika fungsi penawaran sebelum adanya subsidi proporsional
diidentifikasikan sebagai P = aQ + b,maka sesudah adanya subsidi fungsi
penawaran akan berubah menjadi sebagai berikut
Ps = P - Sp
Ps = (1 - s)P → Ps = (1 - s) (aQ + b)
Rumus tersebut untuk menunjukkan bahwa dengan adanya subsidi
proporsional ,maka harga bersangkutan akan menjadi lebih
murah sebesar proporsi subsidi yang diberikan. Selanjutnya dengan
menggunakan rumusan diatas dan kemudian dilakukan manipulasi
matematis,maka dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh
keseimbangan pasar barang dengan jumlah yang lebih banyak,yaitu seperti
yang ditunjukkan dengan menggunakan rumus berikut:
P = (1 - s) (aQ + b)
𝑃
1−𝑠
= (aQ + b)

20
𝑃 𝑏
Qs = 1−𝑠 − 𝑎

Sedangkan pengaruh subsidi proporsional bagi pemerintah,konsumen


produsen dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
subsidi yang dibayarkan pemerintah = Spem
Spem = (s.(Ps.Qs) : (1 - s)
Spem = s.(Ps.Qs) Qs
Spem = (Ps.Qs - Ps)Qs
Spem = Skons + Sprod
subsidi yang akan dinikmati konsumen =Skons
Skons= (P-Ps)Qs
Skons = Spem – Sprod
subsidi yang akan dinikmati oleh produsen =Sprod
Sprod = (Ps.Qs- P)Qs
Sprod = Spem - Skons

Contoh :
Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan barang P = -0,50Q +
150, pemerintah akan memberikan subsidi terhadap barang tersebut sebesar
60% dari harga barang yang ditawarkan produsen ke pasar. Dari data tersebut,
hitunglah:

a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)


b. Subsidi yang dibayarkan pemerintah
c. Subsidi yang dinikmati oleh produsen dan konsumen
Jawab:

a. Keseimbangan baru (sesudah subsidi)

- Fungsi penawaran sebelum subsidi P = 0,25Q


- Fungsi penawaran sesudah subsidi Ps = (1- 60%)0,25Q →
Ps = 0,10Q
- Keseimbangan baru menjadi:

21
Ps = 0,10Q
P = -0,50Q + 150

0 = 0,60Q – 150 → Q = 250


Pada Q = 250, Ps = 0,10Q
= 0,10(250) Ps = 25

Jadi keseimbangan pasar yang baru terjadi pada (250, 25)

b. Subsidi yang dibayar pemerintah yaitu:


- Subsidi pemerintah = Spem
Spem = (s.PsQs) : (1 - s)
= 60%(25)(250) : (1 – 60%) → Spem = 9.375
Atau:
Spem = s(PsQs)Qs =60%{0,25)(250)}250 → Spem = 9.375

Jadi, subsidi yang akan diberikan pemerintah sebesar Rp 9.375,-


c. Besarnya subsidi yang akan diterima konsumen dan
produsen adalah:
- Subsidi konsumen = Skons
Skons = (P – Ps)Qs
= (50 – 25)250 → Skons = 6.250
Jadi, subsidi yang diterima konsumen sebesar Rp 6.250,-
- Subsidi produsen = Sprod
Sprod = (PsQs – P)Qs
={0,25(250) – 50}250 →
Sprod = 3.125
Atau
Sprod = Spem – Skons
= 9.375 – 6.250 → Sprod = 3.125

Jadi, subsidi yang diterima produsen sebesar Rp 3.125,-

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak (baik
orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya balas jasa
(kontraprestasi) secara langsung. System perpajakan yang dikenakan
pemerintah terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pajak tetap (lump-sum tax) dan pajak proporsional (proportional tax).
2. Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan
mengakibatkan pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam arah
yang sejajar, sedangkan suatu barang yang terkena pajak proporsional
(proportional tax) akan mengakibatkan berputarnya kurva penawaran
ke kiri atas.
3. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang dihasilkan
atau di tawarkannya.
4. Subsidi terdapat subsidi unit dan proposrsional.

3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah penulis berharap agar materi-materi yang
disampaikan dapat menembah wawasan dan pengetahuan teman-teman sekalian
dan dapat memahami bagaimana pajak dan subsidi itu. Mohon sanggahan apabila
terdapat salah kata ataupun kurang lengkapnya materi dalam makalah ini, penulis
mengucapkan mohon maaf karena penulispun masih belajar dalam menyusun
materi berupa makalah ini. harapan penulis agar kedepannya bisa lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Panggabean. 2013. Dasar-Dasar Matematika Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu


http://www.academia.edu/9534141/Pajak_dan_Subsidi_Fungsi_Linear_

http://clickyhun.blogspot.co.id/2014/07/pengaruh-subsidi-terhadap-
keseimbangan_22.html

https://nurvita586.files.wordpress.com/2015/06/matematika-ekonomi_pajak-dan-
subsidi.pdf

https://setyonugroho09.wordpress.com/category/matematika-bisnis-materi-kuliah/

http://sitilatifah196.blogspot.co.id/2013/04/pajak-proporsional-dan-pengaruhnya-
pada.html

24

Anda mungkin juga menyukai