PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan mengakibatkan
pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam arah yang sejajar, sedangkan
suatu barang yang terkena pajak proporsional (proportional tax) akan
mengakibatkan berputarnya kurva penawaran ke kiri atas.
3
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar mengikuti asumsi-asumsi
berikut ini:
1. Dalam pasar persaingan murni (pure competition), permintaan konsumen
hanya tergantung pada harga , sehingga fungsi permintaan tidak berubah
2. Produsen menyesuaikan kurva penawarannya untuk harga baru yang telah
termasuk pajak yang dikenakan.
3. Pajak dari t unit dikenakan terhadap setiap unit dari jumlah yang
dihasilkan.
Dengan adanya pajak per unit ini, maka fungsi penawaran akan
bergeser ke atas atau ke kiri sejauh pajak per unit tersebut. Untuk memperjelas
keterangan di atas dapat dilihat pada grafik perubahan fungsi penawaran
akibat adanya pajak per unit berikut ini, pada gambar Q = x :
4
Dengan adanya pajak per unit juga akan menggeser keseimbangan pasar,
yaitu dari titik E (sebelum pajak) menjadi E1 setelah pajak. Telah dijelaskan di
muka bahwa pengenaan pajak terhadap produsen (pajak penjualan)
pembebanannya sebagian akan dialihkan kepada konsumen dengan cara
menaikkan harga jual barang yang dimaksud, sehingga pajak tersebut akan
ditanggung sebagian oleh konsumen dan sebagian lagi oleh produsen (penjual).
Besarnya beban pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk) untuk setiap unit
barang yang dibeli adalah sebesar selisih antara harga keseimbangan setelah pajak
(P1) dengan harga keseimbangan sebelum pajak (P0). Sedangkan besarnya pajak
yang ditanggng oleh produsen atau penjual (tp) untuk setiap unit barang adalah
sebesar selisih antara besarnya pajak yang dikenakan per unit (t) dengan bagian
pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk). Adapun pajak yang diterima oleh
pemerintah (tg) adalah sebesar jumlah barang yang terjual dikalikan dengan
besarnya pajak per unit barang yang bersangkutan. Jadi untuk setiap unitnya,
maka:
Pajak yang ditanggung konsumen (tk) = (P1 – P0)
Pajak yang ditanggung produsen (tp) =(t – tk) atau (tp) = t – (P1 – P0)
Pajak yang diterima pemerintah (tg) = (t . Q1)
5
Dimana:
tk = pajak yang ditanggung oleh konsumen
tp = pajak yang ditanggung oleh produsen
tg = pajak yang diterima pemerintah
t = besarnya pajak per unit
P1 = harga keseimbangan setelah pajak
P0 = harga keseimbangan sebelum pajak
Q1 = kuantitas/jumlah keseimbangan setelah pajak
Contoh :
Fungsi permintaan suatu produk ditunjukkan oleh P=15 - Q dan fungsi penawaran
P= 0,5Q + 3. Terhadap produk ini pemerintah mengenakan pajak sebesar 3 SMU
per unit.
a.Berapa harga dan jumlah keseimbangan pasar sebelum dan sesudah kena pajak ?
b.Berapa besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung oleh konsumen ?
c.Berapa besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung oleh produsen ?
d.Berapa besar penerimaan pajak total oleh pemerintah ?
Penyelesaian
A. Keseimbangan pasar sebelum kena pajak:
Pd = Ps
15 – Q = 0,5Q + 3
Q=8
P=7
E = ( 8, 7 ) → (Q, P)
6
Keseimbangan pasar setelah pajak :
Fungsi penawaran setelah pajak: P = 0,5Q + 3 + 3
P = 0,5Q + 6
15 – Q = 0,5Q + 6
15 – 6 = 0,5Q + Q
Q=6
P=9
E1 = ( 6, 9 ) → (Q1, P1)
B. Besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung konsumen
Sebesar selisih harga keseimbangan setelah pajak dengan harga keseimbangan
sebelum pajak yaitu:
tk = P1 – P0 Tk = tk x Q1
=9- 7 =2x6
= 2 per unit. = 12
C. Besar pajak per unit dan jumlah pajak yang ditanggung produsen
Sebesar selisih tarif pajak per unit yang dikenakan dengan besar pajak per unit
yang ditanggung konsumen, yaitu:
tp = t – tk Tp = tp x Q1
=3-2 =1x6
= 1 per unit. =6
D. Besar penerimaan pajak total oleh pemerintah
Perkalian tarif pajak per unit dengan jumlah keseimbangan setelah pajak, yaitu:
tg = t x Q1
=3 x 6
= 18.
7
Grafik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah pajak
8
Fungsi penawaran sebelum pajak (Qs) : P = f(Q)
Fungsi penawaran setelah pajak (Qs’) : P1 = f(Q) (1 + r) → P1 = P (1 + r),
maka: P = P1/(1 + r)
Bila dimasukkan dalam bentuk umum fungsi penawaran Q = f(P), maka fungsi
penawaran setelah pajak (Qs’) adalah:
Q = f(P) → Q = f {(P1/(1 + r))} Fungsi penawaran setelah pajak dengan pajak
r%. Sehingga jumlah pajak per unit (t) adalah:
t = r. P = r. f(Q) = (r . P1)/(1 + r)
dimana:
P = variable harga per unit
Q = variable kuantitas
r = pajak dalam persentase
9
Contoh :
Pe = 15-Q
Pe = 15-8
Pe = 7
(Qe,Pe) = (8,7)
Sesudah Pajak
Persamaan penawaranya akan berubah, sementara persamaan permintaannya tetap
P=15-Q atau Q=15-P. Penawaran sesudah pajak, dengan t= 25% = 0,25
Ps = 3+ 0.5Q+ t
P = 3+ 0,5Q + 0.25P
P - 0,25P = 3 + 0.5Q
0,75 P = 3+ 0,5Q
P = 3+ 0,5Q/0,75
P = 4+ ⅔ Q atau Q = -6 +1,5P
Keseimbangan pasar :
Qd = Qs
15 – P = -6 + 1,5P
15+6 = 1,5P+P
10
21 = 2,5P
8,4 = P’e
Q = 15 – P
= 15 - 8,4
Q’e = 6,6
Titik sesudah pajak, (Q’e,P’e) = (6,6; 8,4)
Kurvanya :
11
2.3 Konsep Subsidi
Berbeda dengan pajak yang merupakan iuran wajib masyarakat (produsen)
terhadap pemerintah, maka subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang
dihasilkan atau di tawarkannya. Subsidi merupakan kebalikan pajak dan
menyebakan harga jual barang tersebut menjadi lebih murah karena biaya
produksi menjadi lebih ringan.
Pengaruh subsidi, subsidi yang diberikan atas produksi/penjualan sesuatu
barang menyebabkan harga jual barang tersebut menjadi lebih rendah. Dengan
adanya subsidi, produsen merasa ongkos produksinya menjadi lebih kecil
sehingga ia bersedia menjual lebih murah. Akibatnya harga keseimbangan yang
tercipta dipasar lebih rendah dari pada harga keseimbangan menjadi lebih banyak.
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen, subsidi produksi yang
diberikan oleh pemerintah menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh
produsen menjadi lebih sedikit dari pada ongkos sesungguhnya menghasilkan
barang barang tersebut. Perbedaan antara ongkos produksi nyata dan ongkos
produksi yang dikeluarkan merupakan bagian subsidi yang dinikmati oleh
produsen. Karena ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produksi lebih kecil, ia
bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah, sehingga sebagian dari subsidi
tadi dinikmati pula oleh konsumen.
12
Bagian subsidi yang dinikmati oleh konsumen : sk = Pe – Pe‘
Bagian subsidi yang dinikmati oleh produsen : sp = s – sk
Jumlah subsidi yang dibayarkan oleh pemerintah : S = s x Qe‘
13
c. Gambarkan grafik keseimbangan pasarnya !
Jawab :
a. Harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi (E)
Qd = Qs
15 – P = -6 + 2P
15 + 6 = P + 2P
21 = 3P
P = 21/3
P=7
Qd = 15 – P Qs = -6 + 2P
Qd = 15 – 7 Qs = -6 + 2(7)
Qd = 8 Qs = -6 + 14 = 8
14
Qd = Qs
15 – P = -3 + 2P
15 + 3 = 2P + P
18 = 3P
P = 6
Jumlah keseimbangan setelah subsidi :
Qd = 15 – P Qs = -3 + 2P
Qd = 15 – 6 Qs = -3 + 2(6)
Qd = 9 Qs = -3 + 12
Qs = 9
Sehingga diperoleh harga keseimbangan setelah subsidi adalah sebesar Rp.6 dan
jumlah keseimbangannya adalah sebesar 9 unit.
c. Grafik keseimbangan pasarnya
1. Titik potong sumbu P dan Q sebelum subsidi :
Fungsi permintaan Qd = 15 – P
(a) Mencari titik potong sumbu Qd, dengan syarat P = 0, maka nilai Qd dapat
dihitung sebagai berikut :
Qd = 15 – P
Qd = 15 – 0
Qd = 15
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah Qd (0; 15)
(b) Mencari titik potong sumbu P, dengan syarat Qd = 0, maka nilai P dapat
dihitung sebagai berikut :
Qd = 15 – P
0 = 15 – P
P = 15
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah P (15; 0)
Fungsi penawaran Qs = -6 + 2P
(a) Mencari titik potong sumbu Qs, dengan syarat P = 0, maka nilai Qs dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -6 + 2P
15
Qs = -6 + 2(0)
Qs = -6 + 0
Qs = -6
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah Qd (0; -6)
(2) Mencari titik potong sumbu P, dengan syarat Qs = 0, maka nilai P dapat
dihitung sebagai berikut :
Qs = -6 + 2P
0 = -6 + 2P
2P = 6
P = 6/2 = 3
Sehingga diperoleh titk potongnya adalah P (3; 0)
16
Gambar : Grafik keseimbangan sebelum dan setelah adanya subsidi
Seperti telah kita ketahui bahwa dengan adanya subsidi yang diberikan
oleh pemerintah menyebabkan ongkos produksi yang dikeluarkan oleh produsen
menjadi lebih rendah dari pada ongkos produksi sebelum atau tanpa adanya
subsidi. Karena ongkos produksi yang dikeuarkan oleh produsen menjadi lebih
rendah, maka produsen bersedia menawarkan harga jual yang lebih rendah,
sehingga sebagian dari subsidi tersebut juga ikut dinikmati oleh konsumen.
Besarnya bagian dari subsidi yang diterima oleh konsumen (sk) adalah
selisih antara harga keseimbangan sebelum/tanpa subsidi (Pq) dengan harga
keseimbangan setelah adanya subsidi (Pq’). Besar subsidi yang diterima oleh
konsumen dapat dirumuskan sebagai berikut :
sk = Pq – Pq’
Dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diterima oleh konsumen
dapat dihitung sebagai berikut :
sk = Pq – Pq’
sk = 7 – 6
sk = 1
17
Berarti dari setiap unit barang konsumen menerima subsidi sebesar Rp.1.
Dengan kata lain dari besar subsidi yang diberikan oleh pemerintah yaitu Rp.1,5
per unit, sebesar Rp.1 atau 67% diterima oleh konsumen.
Selain diterima oleh konsumen, subsidi yang diberikan oleh pemerintah
juga diterima oleh produsen. Besar subsidi yang diterima oleh produsen (sp)
adalah selish antara besar subsidi per unit (s) dan bagian subsidi yang diterima
oleh konsumen (sk). Dengan demikian besar subsidi yang diterima oleh produsen
dapat dirumuskan sebagai berikut :
sp = s – sk
dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diterima oleh produsen
dapat dihitung sebagai berikut :
sp = s – sk
sp = 1,5 – 1
sp = 0,5
Berarti dari setiap unit barang yang diproduksi, produsen menerima
bagian dari subsidi sebesar Rp.0,5. Dengan demikian dari besar subsidi yang
diberikan oleh pemerintah yaitu Rp.1,5 per unit, sebesar Rp.0,5 atau 33% diterima
oleh produsen. Hal tersebut menunjukan bahwa besar subsidi yang diterima oleh
konsumen lebih besar dari subsidi yang diterima oleh produsen.
Selanjutnya jumlah subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah keseimbangan setelah subsidi (Qe’) dengan
besar subsidi per unit yang diberikan oleh pemerintah (s). Dengan demikian jumlah
subsidi yang diberikan oleh pemerintah dapat dihitung dengan menggunakan rumus
S =Qe’ x s
18
dalam contoh soal nomor 1 di atas, besar subsidi yang diberikan oleh pemerintah
dapat dihitung sebagai berikut :
S = Qe’ x s
S = 9 x 1,5
S = 13,5
Berarti jumlah subsidi yang disalurkan oleh pemerintah adalah sebesar Rp.13,5.
Contoh 2 :
1. Ditentukan fungsi permintaan atas suatu barang 𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15 dan
fungsi penawaran 𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 terhadap barang tersebut diberi subsidi
sebesar 𝑠 = 2
Ditanya:
a) Titik keseimbangan pasar sebelum dan sesudah subsidi
b) Grafik fungsi permintaan dan penawaran sebelum dan sesudah subsidi
Penyelesaian:
a) Sebelum subsidi:
𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15
𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 −
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0 = −8𝑥 + 12
1 1
𝑥 = 2 ,𝑝 = 54
3 21
∴E0 (2 , 4 )
Sesudah subsidi:
𝐷: 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15 → 𝑝 = 𝑥 2 − 8𝑥 + 15
𝑆: 𝑝 = 𝑥 2 + 3 − 2 → 𝑝 = 𝑥 2 + 14 −
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
0 = −8𝑥 + 1
14 3 1
Memberi 𝑥 = = 1 4 , 𝑑𝑎𝑛 1 = 4 16
8
7 65
∴Es (4 , 10)
19
Besar subsidi yang diberikan pemerintah:
7 7 1
𝑆 = 𝑥𝑠 . 2 = 4 . 2 = 2 = 3 2
b) Grafik:
B. Subsidi Proporsional
Jika fungsi penawaran sebelum adanya subsidi proporsional
diidentifikasikan sebagai P = aQ + b,maka sesudah adanya subsidi fungsi
penawaran akan berubah menjadi sebagai berikut
Ps = P - Sp
Ps = (1 - s)P → Ps = (1 - s) (aQ + b)
Rumus tersebut untuk menunjukkan bahwa dengan adanya subsidi
proporsional ,maka harga bersangkutan akan menjadi lebih
murah sebesar proporsi subsidi yang diberikan. Selanjutnya dengan
menggunakan rumusan diatas dan kemudian dilakukan manipulasi
matematis,maka dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh
keseimbangan pasar barang dengan jumlah yang lebih banyak,yaitu seperti
yang ditunjukkan dengan menggunakan rumus berikut:
P = (1 - s) (aQ + b)
𝑃
1−𝑠
= (aQ + b)
20
𝑃 𝑏
Qs = 1−𝑠 − 𝑎
Contoh :
Dari fungsi penawaran P = 0,25Q dan fungsi permintaan barang P = -0,50Q +
150, pemerintah akan memberikan subsidi terhadap barang tersebut sebesar
60% dari harga barang yang ditawarkan produsen ke pasar. Dari data tersebut,
hitunglah:
21
Ps = 0,10Q
P = -0,50Q + 150
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pajak merupakan iuran wajib yang harus dibayar oleh wajib pajak (baik
orang atau badan hukum) kepada pemerintah tanpa adanya balas jasa
(kontraprestasi) secara langsung. System perpajakan yang dikenakan
pemerintah terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua macam, yaitu
pajak tetap (lump-sum tax) dan pajak proporsional (proportional tax).
2. Suatu barang yang terkena pajak tetap (lum-sum tax) akan
mengakibatkan pergeseran ke kiri atas dari kurva penawaran dalam arah
yang sejajar, sedangkan suatu barang yang terkena pajak proporsional
(proportional tax) akan mengakibatkan berputarnya kurva penawaran
ke kiri atas.
3. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada
masyarakat (dalam hal ini produsen) terhadap produk yang dihasilkan
atau di tawarkannya.
4. Subsidi terdapat subsidi unit dan proposrsional.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah penulis berharap agar materi-materi yang
disampaikan dapat menembah wawasan dan pengetahuan teman-teman sekalian
dan dapat memahami bagaimana pajak dan subsidi itu. Mohon sanggahan apabila
terdapat salah kata ataupun kurang lengkapnya materi dalam makalah ini, penulis
mengucapkan mohon maaf karena penulispun masih belajar dalam menyusun
materi berupa makalah ini. harapan penulis agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://clickyhun.blogspot.co.id/2014/07/pengaruh-subsidi-terhadap-
keseimbangan_22.html
https://nurvita586.files.wordpress.com/2015/06/matematika-ekonomi_pajak-dan-
subsidi.pdf
https://setyonugroho09.wordpress.com/category/matematika-bisnis-materi-kuliah/
http://sitilatifah196.blogspot.co.id/2013/04/pajak-proporsional-dan-pengaruhnya-
pada.html
24