Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL DISKUSI KONSELING TRAITS AND FACTOR

Penulis

Nama : Husnul Khotimah (1713052040)

Rizky Ajeng (1713052028)

Mata Kuliah : Teori dan Teknik Konseling

Dosen : Dr. Syarifuddin Dahlan,M.Pd

Bimbingan Konseling

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung

2018
A. BIOGRAFI TOKOH

Teori ini dikembangkan salah satunya oleh Edmund G. Williamson (1939)


mengemukakan bahwa hasil tes hanya salah satu cara saja untuk mengevaluasi perbedaan
individu. Memandang individu dari segi kognitif atau secara pendekatan rasional. Data lain,
seperti pengalaman kerja dan latar belakang individu pada umumnya, merupakan faktor yang
sama pentingnya dalam proses konseling karir. Pada intinya, pendekatan trait-and-faktor itu
terlalu sempit cakupannya untuk dipandang sebagai teori utama perkembangan karir.

Secara garis besar penggunaan prosedur konseling Williamson menggunakan pendekatan


trait and factor yang dikembangkan dari karya Parsons, ketika di kembangkan ke dalam teori-
teori bimbingan karir lain, pendekatan trait and faktor memiliki peranan yang sangat penting.
Dampak dan pengaruh terhadap perkembangan teknik-teknik asesmen dan penggunaan informasi
tentang karir sangat besar.

B. PENGERTIAN TRAITS AND FACTOR

Kepribadian manusia merupakan suatu sistem sifat atau factor yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan temperamen. Oleh karena
itu peneliti tertarik untuk menggunakan model dan teori trait and factor ini. Berkaitan dengan
siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika diharapkan penggunaan model
konseling trait and factor ini bisa membantu memahami diri dan lingkungannya agar bisa
mengembangkan kecakapan, minat, sikap dan sebagainya seoptimal mungkin guna
mengaktualisasikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
Surya (2003:3) mengatakan bahwa konseling trait and factor adalah untuk membantu
perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan manusia. Dan selanjutnya tugas
konseling trait and factor adalah membantu 22 individu dalam memperoleh kemajuan
memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan
diri dalam kegiatandengan perubahan kemajuan tujuan-tujuan hidup dan karir.
Winkel (2004:409) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang
khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku, seperti intelegensi
(berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku). Ciri-ciri itu membentuk suatu
kontinum atau skala yang terentang dari sangat tinggi sampai sangat rendah.
Istilah trait and factor sebagai corak konseling yang menekankan pemahaman diri melalui
teknik testing psikologis dan penerapan pemahaman diri melalui teknik psikologis dan
penerapan pemahaman itu dalam memecahkan problem-problem yang dihadapi, terutama
yang menyangkut kesulitan dalam belajar. Oleh karna itu, corak konseling ini dikenal juga
dengan nama directive counseling atau councelor-centered counseling. Dengan begitu siswa
dapat mengatasi masalah kesulitan belajar yang sedang dihadapinya sehingga siswa mampu
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya

C. ASUMSI POKOK PENDEKATAN KONSELING TRAIT AND FACTOR

Karena setiap individu sebagai suatu pola kecakapan dan kemampuan yang terorganisir
secara unik, dan karena kemampuan kausalitasnya relatif stabil setelah remaja, maka tes obyektif
dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik karateristik individu. Pola-pola kepribadian
dan minat berkorelasi dengan tingkah laku kerja tertentu. Kurikulum Sekolah yang berbeda akan
menuntut kapasitas dan minat yang berbeda dan hal ini dapat ditentukan. Individu akan belajar
dengan lebih mudah dan efektif apabila potensi dan bakatnya sesuai dengan tuntutan kurikulum.
Baik klien maupun konselor hendaknya mendiagnosis potensi klien untuk mengawali
kepribadian individu sebagai suatu kesatuan yang utuh; (1) membantu individu untuk memahami
diri dan lingkungannya; (2) memprediksi keberhasilan yang mungkin dicapai pada masa
mendatang; (3) dalam pemilihan karir atau pekerjaan seorang individu sangat ditentukan oleh
kesesuaian kemampuan (abilities), minat, prestasi, nilai-nilai dan kepribadian dengan dunia
kerja.. Manusia‘ berusaha untuk menggunakan pemahaman diri dan pengetahuan kecakapan
dirinya' sebagai dasar bagi pengembangan potensinya serta ingin mencapai hidup yang baik
(good life) oleh karena itu manusia akan berhadapan dengan banyak pilihan yang diintrodusir
oleh berbagai pihak.

Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa konsep dasar teori ini adalah manusia memiliki
potensi baik dan buruk, bergantung dan berkembang optimal dimasyarakat, ingin mencapai
kehidupan yang lebih baik, berhadapan dengan membuat konsep hidup baik, manusia
menciptakan pemahaman tentang diri untuk mengembangkan potensinya.
D. PANDANGAN TENTANG MANUSIA

Mengenai martabat kehidupan manusia, Williamson (Dalam BK di institusi pendidikan,


1997: 390) berpendapat bahwa:
1. Manusia berpotensi untuk melakukan hal yang baik dan yang buruk
2. Makna kehidupan manusia adalah mengejar yang baik dan menolak serta
mengontrol yang buruk
3. Dalam perkembanganya, manusia membutuhkan bantuan dari orang lain untuk dapat
mengembangkan semua kemampuan yang dimilikinya secara memadai.
Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa konsep dasar teori ini adalah manusia memiliki
potensi baik dan buruk, bergantung dan berkembang optimal dimasyarakat, ingin mencapai
kehidupan yang lebih baik, berhadapan dengan membuat konsep hidup baik, manusia
menciptakan pemahaman tentang diri untuk mengembangkan potensinya.

E. TUIUAN KONSELING TRAIT AND FACTOR

Secara umum tujuan konseling trait-faktor adalah mengajarkan pada klien keterampilan-
keterampilan yang efektif dalam membuat keputusan dan membantu mereka untuk menilai
karakteristik mereka lebih efektif dan menghubungkan evaluasi-evaluasi mereka pada
signifikansi sosial dan kriteriakriteria psikologi. Teori ini juga memandang bahwa tujuan
konseling adalah spesifik untuk masing-masing individu. Konseling trait and factor bertujuan:

1. Membantu individu mencapai perkembangan kesempurnaan berbagai aspek kehidupan


manusia;

2. Membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan
cara membantunya

3. Mengubah sifat-sifat subyektif dan kesalahan dalam penilaian diri dengan


mengggunakan metode ilmiah.

Berkenan dnegan tujuan konseling ini harus diingat bahwa tanggung jawab terhadap pencapaian
tujuan tersebut adalah terletak pada klien itu sendiri, karena semua itu berdasarkan pada
penilaian diri terhadap karakteristik pribadinya atas dasar bantuan koselor. Informasi yang
diberikan berdasaef hasil tes sendiri, bagi klien adalah bebas untuk menerima atau menolaknya.
Sedangkan bila klien sering melakukan perubahan-perubahan terhadap rencana yang telah
diputuskan, maka perlu dilakukan penelitian diri kembali serta diajarkan untuk berfikir secara
rasional terhadap kekehruan kekeliruan yang telah dibuatnya.

F. PERAN KONSELOR

Williamson (Dalam BK di Institusi Pendidikan, 1997:390) menyebutkan beberapa peran


konselor dan klien sebagai berikut:
Peran konselor : konselor disekolah berusaha dengan sejujur-jujurnya untuk mempengaruhi
arah perkembangan klien, konselor mendampingi klien untuk mengumpulkan data
ekstrinsik tentang diri klien untuk melengkapi persepsi klien terhadap dirinya sendiri,
membantu klien berpikir secara tepat agar permasalahan yang dihadapi dapat diatasi, konselor
secara jelas ikut mengatur proses pemikiran dan terlibat dalam menyampaikan informasi serta
melakukan kegiatan diagnostik.

G. HUBUNGAN KONSELOR DAN KONSELI

Hubungan antara Konselor dan Klien


Menurut Sayekti (2002:51) peranan konselor dalam hubungan antara klien dan konselor
adalah:
1. Memberi tahu klien tentang berbagai kemampuannya yang diperoleh konselor
dari hasil testing, angket dan alat pengkukur yang lain. Berdasarkan hasil testing
dan lain-lain tersebut konselor mengetahui kelemahan dan kekuatan klien,
sehingga dapat meramalkan jurusan, pendidikan atau jabatan apa yang cocok bagi
klien. Konselor membantu klien menentukan tujuan yang akan dicapainya
disesuaikan dengan hasil testing. Dengan memberitakukan sifat serta bakat klien,
maka klien dapat mengelola hidupnya sendiri dapat hidup bahagia.
2.  Konselor secara aktif mempengaruhi perkembangan klien.
3. Konselor membantu mencari sebab individu tidak memiliki sumber personal
untuk menentukan individualitasnya, karena ia tak dapat memahami dirinya
secara penuh, diagnosis ekternal yang dilakukan konselor melengkapi
persepsinya. Berdasarkan data yang ada, konselor merumuskan hipotesis untuk
memahami individu.
4. Konselor aktif dalam situasi belajar, melakukan diagnosis, menyajikan informasi,
mengumpulkan dan menilai data, untuk membantu individu. Konselor berperan
sebagai guru, yang bertugas mengajar klien belajar tentang dirinya sendiri dan
lingkungannya.
Sesuai dengan penjabaran peran konselor di atas, dapat kesimpulan sebagai peranan
konselor disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu
pendekatan ini disebut pendekatan yang kognitif rasional.

H. TAHAPAN KONSELING

Berikut ini beberapa tahapan proses konseling trait and faktor, diantaranya:

1. Analisis

Merupakan tahapan kegiatan: pengumpulan informasi dan data mengenai klien. Konselor
dan klien memiliki informasi yang dpat dipercaya, tepat, dan relevan untuk mendiagnosis
pembawaan, minat, motif, keseimbangan emosional dan sifat-sifat lain yang
memudahkan penyesuaian diri. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat,
seperti: cacatan kumulatif, wawancara, catatan anekdot, tes psikologis, dan studi kasus.
Selain mengumpulkan data obyektif, konselor harus memperhatikan pula cita-cita dan
sikap klien dan cara memandang permasalahannya.

2. Sintesis

Merupakan kegiatan merangkum dan mengatur data hasil analisis yang sedemikian rupa
sehingga menunjukkan bakat klien, kelamahan dan kekuatan, serta kemampuan
penyesuaian diri. Gambaran kelebihan dan kekurangan klien dapat dilukiskan pada tahap
ini.

3. Diagnosis

Merupakan tahapan untuk menemukan ketetapan dan pola yang dapat mengarahkan
kepada permasalahan, sebabsebabnya, serta sifat-sifat klien yang relevan dan
berpengaruh terhadap proses penyesuaian diri. Langkah diagnosis mencakup: (a)
identifikasi masalah; (b) merumuskan sumber-sumber penyebab masalah; (C) prognosis.

4. Konseling

Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan potensi didalam diri maupun
lingkungan dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal sesuai
dengan kemampuannya. Pada tahap konseling dilakukan:

a. Pengembangan alternative pemecahan masalah

(a) forcing Comformity, suatu saat konseli diihadapkan pada posisi .yang tidak
mengenakkan. Ia harus menyelesaikan tugas-tuugas hidup yang disatu sisi ia
harus jalani, maupun pada sisi lainnya ia tidak senang untuk melaksanakannya.
(b) changing Atittude, dalam berbagai kasus, masalah klien dapat diselesaikan
melalui mengubah sikap-sikap yang ditampilkan selama ini yang diduga menjadi
penyebab timbulnya masalah yang dialami klien (c) Learning The Needed Skills,
banyak klien yang gagal mencapai tuiuan, karena ia tidak terampil ((1) Selecting
The Appropriate Envioronment, dalam keadaan tertentu perubahan sikap dan
perilaku klien sulit dilakukan karena lingkungan yang tidak memungkinkan untuk
melakukan perilaku-perilaku yang di inginkan. (e) Changing Environment,
beberapa masalah timbul karena lingkungan yang tidak mendukung.

b. Pengajuan alternative

Diantara sejumlah alternative yang dikembangkan manakah yang akan


dikembangkan? Untuk menentukan mana alternatif yang akan diimplementasikan
perlu di uji kelebihan dan kelemahan, keuntungan dan kerugian, faktor-faktor
pendukung dan faktor-faktor penghambat apabila alternatif tersebut dilaksanakan.

c. Pengambilan keputusan

Alternatif penyelesaian masalah yang diujikan ditentukan manakah yang akan


dilaksanakan. Syarat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan alternatif yaitu
hal ketepatan dengan masalah klien, kegunaan alternatif bagi klien dan alternatif
yang dipilih.

5. TindakLanjut

Memberikan bantuan kepada klien dalam menghadapi masalah baru dengan


mengingatkannya kepada masalah sumbemya sehingga menjamin keberhasilan
konseling. Teknik yang digunakan konselor harus disesuaikan dengan individualitas
klien, mengingat bahwa individu itu sifatnya unik, sehingga tidak ada teknik yang baku
yang berlaku untuk semua klien.

Kontribusi yang diberikan oleh teori trait and factor adalah :

a. Teori sifat dan factor menerapkan pendekatan ilmiah kepada konseli.

b. Penekanan pada penggunaan data tes objekktif, membawa pada upaya perbaikan dalam
pengembangan dan penggunaannya, serta perbaikan dalam pengumpulan dan
penggunaan data lingkungan.

c. Penekanan yang diberikan pada diagosis mengandung makna sebagai suatu perhatian
masalah dan sumbernya mengarah pada upaya mengkreasikan teknik-teknik untuk
mengatasinya.

d. Penekanan pada aspek kognitif rherupaya upaya mengseimbangkan pandangan lain yang
lebih menekankan aspek afekti atau emosional.

I. TEKNIK KONSELING TRAIT AND FACTOR

1. Atending

Atending dapat dipahami sebagai usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam
proses konselingPenciptaan dan pengembangan Atending dimulai dari upaya konselor
menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar, dan mampu mengetahui atau paling tidak
mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh klien. Penciptaan dan pengembangan
Atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati', menghargai, wajar,
dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasakan oleh
klien. Dalam tataran yang lebih operasional, melakukan refleksi melalui pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut.

 Bagaimana saudara mengenal dan mengantisipasi bila seseorang sangat tertarik pada
Anda?

 Bagaimana saudara mengenal bila memberikan perhatian terhadap Anda?

 Bagaimana saudara mengenal atau mengetahui bila seseorang mendengarkan,


memperhatikan dan menghayati anda?

2. Mengundang Pembicaraan Terbuka

Ajakan terbuka untuk berbicara memberi kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya
sendiri dengan dukungan pewawancara. Pertanyaan terbuka memberi peluang klien
Untuk mengemukakan ide perasaan dan arahnya dalam wawancara. Responnya terhadap
pertanyaan terbuka ialah untuk menunjukkan kesadarannya bahwa dia diminta untuk
menceritakan sejarahnya atau lebih menjabarkan apa yang telah dikatakan. Contoh
pertanyaan terbuka :

 Untuk membantu memulai wawancara :

"Apa yang akan Anda bicarakan hari ini?”

"Bagaimana bondnnn Anda seiak Dertemunn fort! bhr'r Mm?"

 Membantu klien menguraikan masalahnya :

“Cobalah Anda menceritakan lebih banyak Iagi tentang haI itu!“

“Bagaimana perasaan Anda pada saat kejadian itu?”

 Membantu memunculkan contoh-contoh perilaku khusus

“Apa yang Anda sedang rasakan pada saat Anda menceritakan hal ini kepada saya?"

“Bagaimana perasaan Anda selanjutnya pada waktu itu?”


 Paraprase

Esensinya adalah mengulangi kata-kata atau pemikiranpemikiran kunci dari klien dalam
rumusan-rumusan yang menggunakan kata-kata konselor sendiri. masalah-masalah yang
diajukannya. Klien akan merasa dimengerti dan dipersiapkan untuk mengolah lebih
dalam lagi masalahmasalah yang diajukannya. Maksud dari kegiatan paraprase adalah :

a) Menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor


berupaya memahami apa yang dinayatkan klien

b) Mengkritalisasi komentar klien dengan lebih memendekannya sehingga


membantu mengarahkan wawancara c) Memberi peluang untuk memeriksa
kecermatan persepsi konselor. Cara Memparaprase :

- Dengarkan pesan utama klien

- Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan ntamanva secara


sederhana dan singkat

- Amati pertanda atau minta respons dari klien akan bantuan paraprase.

Hindari:

- Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien

- Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien klien, bukan
kepada tema utamanya

- Pemakaian kata-kata teknis yang tidak dimengerti klien

 Refeksi perasaan

Refleksi perasaan merupakan keterampilan konselor untuk merespons keadaan perasaan


klien terhadap situasi yang sedang dihadapi. Tindakan tersebut akan mendorong dan
merangsang klien untuk mengemukakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
masalah yang sedang dihadapinya. Iadi, esensi keterampilan ini adalah untuk mendorong
dan merangsang klien agar dapat mengekspresikan bagaimana perasaan tentang situasi
yang SEdang dialami. Aspek-aspek refleksi perasaan :

- Mengamati perilaku klien

- Mendengarkan dengan baik

- Menghayati pesan yang dikomunikasikan klien.

- Mengenali perasaan-perasaan yang dikomunikasikan klien.

- Menyimpulkan perasaan yang sedang dialami. 0 Menyeleksi kata-kata yang tepat


untuk melukiskan perasaan klien.

 Meringkas

Meringkas adalah suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu
pernyataan pada akhir suatu unit wawancara konseling. Berikut ini panduan umum
meringkas:

1) Adakan refleksi atau atending terhadap berbagai variasi tema dan nada emosional
pada saat klien berbicara.

2) Gabungkan perasaan dan ide . kunci ke dalam pernyataan-pernyataan yang


pengertian dasarnya luas.

3) Iangan tambahkan ide-ide baru dalam ringkasan.

4) Pertimbangkan kalau sekiranya dapat membantu kalau menyatakan ringkasan


atau mengajak klien untuk membuat ringkasan.

J. Kekuatan dan Keterbatasan Teori Trait And Factor

Berikut ini beberapa kekuatan teori trait and faktor:

a) Pemusatan pada klein bukan pada konselor.

b) Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahana utama dalam merubah


kepribadian.
c) Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.

d) Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuanitatif.

Berikut ini beberapa keterbatasan teori trait and faktor:

a) Pandangannya dikembangkan dalam situasi pendidikan dan kliennya dibatasi


terutama kepada siswa-siswa yang memiliki keragaman derajat kemantapan dan
tanggung jawab sendiri.

b) Pandangannya terlalu menekankan kepada pengendalian konselor dan hasil yang


dicapai pada diri klien lebih banyak tergantung kepada keunggulan konselor dalam
mengarahkan dan membatasi klien.

c) Banyak meminimalkan atau mengabaikan aspek afektif klien yang justru seharusnya
menjadi kepedulian konselor.

d) Terlalu banyak pertimbangan yang ditekankan pada data obyektif. Penggunaan dam
keyakinan yang berlebihan terhdap data ini kurang tepat karena keterbatasan
reliabilitas, validitas, dan kelengkapan alat dan datanya.

e) Suatu dilema bagi konselor karena ia harus mendorong dan meyakinkan klien
mewujudkan kemampuannya, tetapi ia harus melakukannya tanpa persuasi.
K. CONTOH KASUS

Rina merupakan siswa kelas XII sekolah swasta di kota Semangka. Rina sedang bingung karena
keinginannya untuk melanjutkan kuliah di Universitas A tidak direstui oleh orang tuanya. Orang
tua Rina menginginkan supaya Rina kuliahnya di universitas B. Menurut ayah Rina bahwa masa
depan anaknya kelak setelah lulus dari universitas A akan sulit untuk mencari pekerjaan. Namun
disisi lain, Rina minatnya tetap di universitas A. Terkadang Rina sempat memikirkan pendapat
ayahnya dan membenarkannya, Hingga akhirnya Rina sudah tidak berminat untuk melanjutkan
kuliah lagi karena kebingungan ini dan memutuskan untuk menemui konselor.

KONSELING

Menurut Trait and Factor bahwa Manusia berhadapan dengan pengintroduksi (orangtua, guru,
teman) konsep hidup yang baik yang menghadapkannya pada pilihan-pilihan. Disini klien
dihadapkan pada pilihan dirinya dan pilihan orang tua. Hingga akhirnya klien tidak membuat
pilihan karena merasa kebingungan. Oleh karena itu konseling trait and factor membantu
individu merasa lebih baik dengan menerima pandangan dirinya sendiri dan membantu individu
berpikir lebih jernih dalam memecahkan masalah dan mengontrol perkembangannya secara
rasional.

Dari permasalahan klien tersebut, maka konselor mengusahakan pemahaman diri (cultivating
self understanding), yaitu teknik membantu klien agar mampu memahami diri sendiri baik itu
yang mencakup kelebihan atau kelemahannya. Untuk itu konselor membutuhkan hasil aplikasi
instrumentasi data tes dan non tes dalam kepentingan interpretasi berikut pengkomunikasiannya
kepada klien.

Konselor mengumpulkan data tentang siswa yang relevan, yaitu taraf inteligensi, bakat khusus,
dan minat melalui testing psikologis. Kemudian dari data hasil testing yang masuk akan
diketahui bertaraf inteligensi, bakat klien. Klien mengatakan bahwa dia pernah memikirkan.
program studi arsitektur. Dari data yang terkumpul melalui tes dan non tes sebenarnya ada
kecocokan antara milik/bekal kemampuan kognitif dengan kualifikasi yang dituntut dalam
bidang studi itu, adapun program studi yang dipilihkan orang tua adalah manajemen,informatika
yang mana kemampuan klien kurang mendukung pada program studi tersebut.

Dengan demikian inti problemnya adalah menentukan/memilih suatu bidang studi yang
menuntut pola kualifikasi yang sesuai, baik dengan kemampuan di bidang kognitif maupun
dengan arah minat.
Peninjauan itu dilaksanakan dalam wawancara dengan konselor, sampai klien ahirnya memilih
program studi Arsitektur dan memberitahukan informasi dari konselor kepada orang tua nya.
Konseli menghadap kembali kalau ternyata timbul kesulitan dalam pelaksanaan keputusannya.
DAFTAR PUSTAKA

Zumaroh, S. (2012). Studi Kasus Penerapan Model Konseling Trait and Factor dalam Membantu
Mengatasi Siswa Lamban Belajar di Kelas 111 MI NU Thoriqotussa’diyah Colo Tahun Pelajaran
2011,2012

Tarsidi, D. (2007). Teori perkembangan karir. Artikel.[Online]. Tersedia di http D-TARSIDI.


BLOGSPOT. COM20010010TEORI-PERKEMBANGANKARIR. HTML.

Agung Hutomo, R. (2013). STUDI KASUS TERHADAP SISWA YANG MENGALAMI


KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING
TRAIT AND FACTOR PADA KELAS VII-G SMP 1 MEJOBO KUDUS TAHUN
PELAJARAN 2012,2013

Oktariana,Yohana.2016.Teori-teori Konseling.Bandar Lampung.tidak ditebitkan

Anda mungkin juga menyukai