Anda di halaman 1dari 6

KONSEP MODEL DAN PENDEKATAN LAYANAN KONSELING DI

SEKOLAH

A. Model Bimbingan Konseling

Model-model bimbingan konseling bermula dari gerakan bimbingan konseling di


Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan
pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah. Istilah model menurut Shertzer dan Stone
(1981) yaitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belum memenuhi
semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang
tertentu untuk mengahdapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan
lingkungan pendidikan sekolah.

Model-model bimbingan ini mengalami perkembangan mulai dari awal hingga akhir.
Berikut ini yang termasuk model bimbingan priode awal adalah sebagai berikut:

1. Model Parsonian
Upaya ini Frank Parson menjodohkan karakteristik yang meliputi,
kemampuan, minat, dan tempramen individu dengan sayrat-syarat yang dituntun
suatu pekerjaan. Maksudnya, ketika individu bekerja pada pekerjaan yang sesuai
dengan karakteristiknya, maka ia akan menguntungkan dirinya dan juga masyarakat
atau tempat ia bekerja. Ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasialan memilih
pekerjaan menurut Parson, yaitu :

Man Analysis

Dalam hal ini konselor dan klien bekerjasama untuk memahami apa minat,
bakat, dan kemampuan yang dimiliki klien.

Job Analysis
Individu mempelajari tetang berbagai lini pekerjaan, apa persyaratannya,
bagaimana peluangnya, dan bagaimana prospek pekerjaan tersebut.
Joint and Cooperative Comparison of These Two Sets of Analysis
Konselor bersama klien memadukan atau menjodohkan kedua data hasil
analisis di atas. Dengan manganalisis individu itu sendiri dan pekerjaan yang akan
dipilih, hasil dari kedua analisis tadi digabungkan untuk membuat keputusan
mengenai pekerjaan yang akan diambil. Model ini memberikan kontribusi dalam
perkembangan bimbingan, terutama dalam membantu individu memilih pekerjaan.

2. Model Bimbingan dan Konseling Identik dengan Pendidikan


Yang mengemukakan bahwa konsep bimbingan identik dengan pendidikan
adalah Brewer, Melalui bukunya Education as Guidance, yang dipublikasikan
pada tahun 1932.
Browser berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan
para siswa (peserta didik) agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan
yang bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Bimbingan memberika
bantuan kepada
individu agar dapat membimbing diri sendiri dan lebih baik. Selanjutnya
model-model bimbingan priode berikutnya adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan sebagai Distribusi dan Penyesuaian
bimbingan harus menekankan pada fungsi pokok sebagai berikut:
a. Distribusi. Konselor membantu individu untuk menentukan apa tujuannya dan
diharapkan dapat memahami tentang dirinya dan juga lingkungannya. Dalam hal
ini, individu dibantu untuk menemukan peluang-peluang dalam pendidikan dan
pekerjaan.
b. Penyesuaian. Dalam hal ini siswa dibantu untuk menyesuaikan diri.
2. Bimbingan sebagai Proses Klinis
Dalam model klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik
untuk mengenai konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi
diagnostik.Sehingga dengan model klinis ini kegiatan bimbingan menjadi lebih
efektif, lebih objektif, lebih ilmiah dalam mengumpulkan data klien.
3. Bimbingan sebagai Pengambilan Keputusan
Model bimbingan ini berasumsi bahwa keragaman antara individu cukup
berarti, baik dalam aspek abilitas maupun interes dan permasalahan tidak dapat
diselesaikan oleh individu itu sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam hal ini
konselor bertugas untuk mendorong individu memahami pilihannya dalam
mengambil keputusan serta memberikan informasi kepada klien tentang peluang-
peluang dari setiap alternatif pilihan yang ada.

4. Bimbingan sebagai Sistem elektrik.


Bimbingan sebagai sistem elektrik tidak dapat didefinisikan dengan satu
teori tunggal, tetapi merupakan representasi dari pendapat atau teori Strang, Traxler,
Erickson, Froechlich, Darley, Thorne, dan yang lainnya. Model bimbingan ini
merupakan kompromi dari beberapa teori dalam upaya mereduksi polarisasi dua
kutub pelayanan yang pendekatannya sangat berbeda, yaitu kutub pelayanan yang
pendekatannya sangat berbeda, yaitu  kutub konseling direktif dari Williansom dan
kutub konseling non-direktif dari Rogers.

3. Model Bimbingan Kontemporer

1. Bimbingan sebagai Konstelasi Layanan


Kenneth B. Hoyt mengemukakan bahwa program bimbingan bukan hanya
tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung jawab dari komponen
sekolah, ini berarti konselor tidak bekerja sendiri.
2. Bimbingan Perkembangan
Pada model ini, bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses
perkembangan yang menekankan pada upaya membantu semua individu dalam
fase perkembangannya agar dapat tumbuh secara optimal. Layanan bimbingan
pengembangan bersifar komperhensif, meliputi semua rentang kehidupan.
Perhatian utama model ini adalah perkembangan positif semua aspek
perkembangan individu yang dalam penyelenggaraannya bekerjasama dengan
semua pihak

3. Bimbingan sebagai Ilmu Pengetahuan tentang Kegiatan yang Bertujuan


tiedeman dan Field mendefinisikan bimbingan sebagai kegiatan professional
yang menggunakan suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan bertujuan dalam
struktur pendidikan yang spesifik. Mereka menekankan bahwa bimbingan harus
eksis dalam proses pendidikan, sehingga posisi konselor tidak dipandang berada
di samping pendidikan, tetapi ada di dalam pendidikan itu sendiri, serta
pencapaian aplikasi bimbingan ini akan lebih efektif.

4. Bimbingan sebagai Rekonstruksi Sosial


Konselor merupakan pemimpin dalam merekonstruksi atau memperbaiki
keadaan sosial di sekolah. Tugas utama bimbingan adalah membantu
mengembangkan potensi inividu dan menemukan cara-cara mengekspesikan diri
individu itu sesuai dengan norma yang ada.
5. Bimbingan sebagai Pengembangan Pribadi
Model ini merupakan tahap awal dalam membangun kerangka kerja
konseling di sekolah.
6. Konseling Keterampilan Hidup (Life Skils Counseling)
Konseling keterampilan hidup dalam melaksanakan pendekatannya
didasarkan kepada 4 asumsi berikut.
o Banyak masalah yang di bawa kepada konselor merupakan refleksi hasil
belajar klien.
o Walaupun faktor-faktor ekternal berkontribusi terhadaf masalah klien, tetafi
yang paling berpengaruh adalah kelemahan klien dalam berfikir dan
bertindak untuk mengatasi masalah tersebut.
o Konselor yang efektif adalah yang mampu menciftakan “supertive helping,
relationshifc.   
o Tujuan utama konseling adalah membantu klien agar mampu membantu
dirinya sendiri. proses konseling keterampilan hidup

7. Konseling resfectful (pemikiran baru tentang konseling diversitas)


Dalam upanya membantu konselor agar mampu memberikan layanan
konseling secara epektif klien yang beragam latar belakannnya, kerangaka kerja
konseling ini menekankan tentang perlunya konselor menyadari, bahwa
perkembangan psikologis, baik dirinya maupun klien di pengaruhi oleh faktor-
faktor yang multi dimensi.
8. Konseling relegius (Islami)
Imam Magid mengemukakan bahwa konseling islami itu diorentasikan
untuk memecahkan masalah pernikahan dan keluarga kesehatan mental dan
kesadaran beragama. Menurut dia konseling ini memiliki prinsif yaitu,
keberhasilan, kepercayaan, kecintaan berbuat baik kepada orang lain,
mengembangkan sikap persaudaraan, atau menciftakan sikap damai di antara
sikaf persaudaraan, atau menciftakan sikaf damai di antara sesama.

B. Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pendekatan dalam bimbingan dan konseling yang sering dipakai antara lain
pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif, dan pendekatan
perkembangan..Pendekatan-pendekatan tersebut diambil sesuai dengan karakteristik
permasalahan dan ruang lingkup bimbingan konseling yang ditangani.

1. Pendekatan krisis
Pendekatan ini menyadarkan diri pada teori-teori psikoanalisis yang berpusat
padapengaruh masa lampau sebagai akar dari krisis pesserta didik saat ini.
Pendekatan ini merupakan pendektan yang berorientasi dan diarahkan pada
upaya untuk mengatasi krisis atau permasalahn-permasalahan yang dialami
peserta didik. Oleh sebab itu, pembimbing cenderung bersifat pasif karena
hanya menunggu peserta didik yang bermasalah datang, kemudian memberikan
bantuan sesuai dengan masalah yang dialami.

2. Pendekatan Remedial
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori-teori behavioristik yang
memahami perilaku peserta didik hanya pada saat ini yang sebgian besar
dipengaruhi liongkungan. Pendekatan ini mengarahkan pada upaya
memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam bentuk
pengoptimalisasikan kelemahan yang dimiliki peserta didik. Kegiatan layanan
yang diberikan lebih fokus pada usaha pemecahan masalah peserta didik
sehingga layanan hanya bagi peserta didik yang membutuhkan.

3. Pendekatan Preventif
Pendekatan ini mendasarkan diri pada teori yang kurang jelas. Namun
dmeikian, secara konseptual cukup bagus karena bergerak atas dasar upaya
untuk mengantisipasi munculnya masalah-masalah umum individu dan berusaha
mencegahnya agar jangan terjadi dan menimpa peserta didik. Oleh sebab itu,
proses bimbingan dan konseling lebih fokus pada bagaimana guru pembimbing
mengajarkan pengetahuan dan keterampilannya untuk mencegah munculnya
permasalaha.

4. Pendekatan Perkembangan
Menurut Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, pola pembimbingan dan
konselinng perkembangan memiliki kegiatan yang lebih kompleks dan
komprehensif dengan visi edukatif , pengembanagan, dan menyeluruh
(outreach). Edukatif artinya menekankan pada pencegahan dan pengembangan.
Pengembangan artinya tujuan yang ingin di capai adalah perkembangan peserta
didik secara optimal sesuai dengan tugas-tugas perkembangan melalui aktivitas
dan rekayasa lingkungan. Outreach artinya layanan bimbingan dan konseling
diberikan kepada seluruh peserta didik, baik yang bermasalah maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai