Anda di halaman 1dari 4

Konsep Model dan Pendekatan Layanan Konseling Pernikahan, Pasangan,

dan Keluarga

A. PENGERTIAN KONSELING KELUARGA


Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada
individu anggota keluarga melalui system keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar
potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan
membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap
keluarga. Masalah ini pada dasarnya bersifat pribadi karena dialami oleh klien sendiri. akan
tetapi, konselor menganggap permasalahan yang dialami klien tidak semata disebabkan oleh
klien sendiri melainkan dipengaruhi oleh system yang terdapat dalam keluarga klien
sehingga keluarga diharapkan ikut serta dalam menggali dan menyelesaikan masalah klien.

B. TUJUAN KONSELING KELUARGA


Tujuan umum Konseling Keluarga menurut pendapat Glick dan Kessler (dikutip dari Latipun
2001) yaitu:
1. Menfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga
2. Mengubah gangguan dan ketidakfleksibelan peran dan kondisi
3. Memberikan pelayanan sebagai model dan pendidikan peran tertentu yang ditunjukan
kepada anggota keluarga

Selanjutnya Tujuan Khusus Konseling Keluarga Menurut Sofyan Willis:


1. Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap cara-
cara yang istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan- keunggulan anggota lain.
2. Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami
frustasi atau kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena factor system
keluarga atau di luar system keluarga
3. Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota keluarga dengan cara
mendorong (mensupport), memberi semangat, dan mengingatatkan anggota tersebut

1
4. Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai
dengan anggota-anggota lain.

C. Model dalam Konseling Keluarga


Menurut Boywen Terdapat lima model konseling perkawinan yang menekankan pada
relasi keluarga yaitu terapi keluarga multigenerasi, strategis, eksperiensal, struktural, dan
konstruktif.
1. Multigenerasi
Model keluarga multigenerasi memusatkan perhatian membantu keluarga
mengembangkan wawasan-wawasan kehidupan perkawinan. Pemikiran utamanya
diberikan pada pentingnya differentiating anggota keluarga. Diferentiating
memaparkan pada pembeda konsep intrapsikis dan interpersonal pada keluarga .
Dinamika keluarga yang terbentuk pada kehidupan perkawinan ditularkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Cara untuk mengubah masalah kehidupan
perkawinan dengan mengubah interaksi-interaksi individu dengan keluarga asalnya.

2. Strategis
Model keluarga strategis adalah terapi yang mendasarkan pada pemanfaatan
sibernetika untuk menjelaskan dinamika keluarga. Konsep sibernetik memberikan
keterangan masalah dalam keluarga pada saat keluarga menunjukkan reaksi terhadap
suatu masalah, dan menerapkan solusi yang tepat atas masalah. Orientasi terapi yang
dilakukan adalah reframing (mengubah sudut pandang suatu perilaku). Konselor pada
konsep ini berperan sebagai konsultan ahli yang berfungsi memandu para keluarga
mengubah cara berperilaku dalam relasi dengan keluarga lainnya.

3. Eksperiensal
Model keluarga eksperiensial bermaksud untuk memaknai eksistensi manusia
(keluarga) berdasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi. Pengalaman-
pengalaman pribadi ini membawa anggota keluarga berhubungan dengan emosi-
emosinya selama proses konseling. Orientasi dasarnya mengedepankan adanya
keyakinan, kearifan alamiah, komunikasi, emosi yang jujur, akal yang kreatif,
bersemangat, penuh cinta, dan bersifat produktif. Keluarga yang sehat dalam
pandangan teori ini adalah keluarga yang memberikan keleluasaan individual, tidak

2
mengabaikan kebersamaan, memiliki cukup rasa aman, kasih sayang dan cinta, jujur
memelihara perasaan, dan cukup memberikan kebebasan menjadi diri sendiri.

4. Struktural
Model keluarga struktural menekankan pada struktur keluarga, subsistem
keluarga, dan batasan-batasan. Keluarga dalam kehidupan perkawinan akan
berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam rangkainan pola terorganisasi secara
spesifik. Keluarga sebagian besar memmpunyai struktur hierarkis anatara orang
dewasa, dan anak-anak dalam kekuatan dan otoritas berbeda. Struktur hierarki orang
dewasa sangat penting dalam rangka mengelola keluarga, sehingga diharapkan
mampu mengubah struktur keluarga, dan para anggotanya mampu menyesuaikan diri
dengan berbagai kondisi yang berubah serta berkembang.

5. Konstruktif.
Model keluarga konstruktif mendasarkan pemahaman tentang makna
keluarga. Menyadari makna keluarga dilakukan dengan membantu anggota keluarga
untuk bergaul dan berinteraksi secara, berkomunikasi dan konstruksi bersama, serta
memiliki kepekaan terhadap relasi dan nilai. Praktik konseling ini mengedepankan
terjadinya proses refleksi sehingga hal-hal yang diasumsikan tidak membantu dapat
ditangguhkan. Akibatnya terapi keluarga membantu terjadinya pergeseran pendekatan
dari penerapan pengetahuan menjadi perimbangan nilai-nilai yang inheren. Terjadi
adopsi posisi yang awalnya tidak diketahui, tidak ditanyakan menjadi pemahaman
dan eksternalisasi masalah, sehingga terbentuk modivikasi solusi atas masalah yang
dihadapi keluarga.

D. Pendekatan dalam Konseling Keluarga


1. Pendekatan Eksperensial atau Humanistik
Para konselor keluarga eksperensial atau humanistik menggunakan
”immediacy” terapeutik dalam menghadapi anggota-anggota keluarga untuk
membantu memudahkan keluarga itu berkembang dan memenuhi potensi-potensi
individunya. Pada dasarnya, pendekatan ini tidak menekankan pada teoritis dan latar
belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada tindakan daripada wawasan

3
dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman-pengalaman dalam
meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan keluarga.

2. Pendekatan Strategis atau Komunikasi


Pendekatan konseling keluarga strategis ditandai oleh taktik-taktik yang
terencana dan hati-hati, serta langsung menangani masalah-masalah keluarga yang
ada. Haley sangat memengaruhi para praktisi dalam menggunakan perintah-perintah
atau penyelesaian tugastugas sebaik intervensi-intervensi paradoksional yang sifatnya
tidak langsung. Madanes, konselor keluarga strategis lainnya menggunakan teknik-
teknik ”pretend” (menganggap diri) dan intervensi-intervensinya yang tidak
konfrontattif diarahkan pada tercapainya perubahan tanpa mengundang penolakan

3. Pendekatan Behavioral
Konseling keluarga behavioral, terakhir masuk dalam bidang konseling
keluarga, berupaya membawa metode ilmiah dalam proses-proses terapeutik
mengembangkan monitoring secara tetap dan mengembangnkan prosedur-prosedur
intervensi berdasarkan data. Pendekatan ini mengambil prinsip-prinsip belajar
manusia, seperi classical dan operant conditioning, penguatan positif dan negatif,
pembentukan, extinction, dan belajar sosial. Pendekatan behavioral menekankan
lingkungan, situasional, dan faktor-faktor sosial dari perilaku. Konselor yang
berorientasi behavioral berupaya untuk meningkatkan inteaksi yang positif diantara
anggota-anggota keluarga, mengubah kondisi-kondisi lingkungan yang menentang
atau menghambat interaksi-interaksi, dan melatih orang untuk memelihara
perubahan-perubahan perilaku positif yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai