Anda di halaman 1dari 9

A.

Teori Terapi Keluarga

Teori terapi keluarga adalah campuran dari teori ilmu sosial dan teori praktik
keluarga. Baik teori ilmu sosial keluarga maupun teori keluarga memiliki riwayat singkat,
dengan teori terapi keluarga yang lebih baru. Selama lebih dari 35 tahun terdapat teori
perkembangan yang ekstensif dalam area terapi keluarga. Teori terapi keluarga disusun guna
bekerja dengan keluarga bermasalah dan, oleh karena itu, sebagian besar berorientasi pada
patologis (lihat Tabel 3-2). Juga, beberapa teori ini menggambarkan dinamika dan pola
sistem keluarga yang terdapat dalam semua keluarga sampai derajat tertentu. Karena aliran
teori ini memerhatikan tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi perubahan
pada keluarga yang "disfungsional" (Whall, 1983), aliran teori ini bersifat deskriptif dan
preskriptif (yang menunjukkan strategi terapi atau intervensi).

Terapi Keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang.


memahami perilaku, perkembangan symptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat
dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain, terapi keluarga
mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu
dengan yang lain berbeda (Almasitoh, 2012).

Sedangkan Imbercoopersmith (dalam Hasnidah, 2002) mengatakan bahwa Family


Conselor/Therapist harus memliki kemampuan menganalisa bagaimana pola triadic di dalam
keluarga, melakukan intervensi yang efektif bagi pola triadic dengan memberikan tugas-
tugas, dan menghindari hubungan yang kurang baik antara hubungan triadic para anggota
keluarga dengan professional. Namun Hasnidah (2002) berpendapat bahwa terapi keluarga
sebagai suatu proses interaktif yang berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan
homeositas, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).Tujuan
dari teori ini adalah menjelaskan disfungsi keluarga dan menuntun tindakan teraupetik maka
selanjutnya dikembangkan terapi klinis, terapi modalitas, dan terapi komplementer.

Beberapa bentuk model terapi keluarga yaitu sebagai berikut:

a. Bowenian family therapy


Teori Bowen menekankan pada kebutuhan diferensiasi dalam tingkat perilaku
dan kognitif untuk lebih baik interaksi interpersonal dan intrapersonal dan
mendefinisikan individu yang berbeda sebagai mereka yang mengendalikan situasi
dengan kesadaran akan pikiran, perasaan dan opini dalam situasi yang sangat
emosional. Sebaliknya, individu yang tidak dibedakan diatur oleh emosi mereka
dalam keputusan mereka bakat dan rentan untuk yang parah gejala dan penyakit
psikologis (Davies & Cummings, 1994).
Bowen mencoba menjembatani antara pendekatan berorientasi pada
psikodinamika yang yang menekankan pada perkembangan diri, isu-isu antar
generasi dan peran-peran masa lalu dengan pendekatan yang membatasi perhatian.
pada unit keluarga dan pengaruhnya di masa kini. Tujuan terapi adalah
memaksimalkan diferensiasi diri pada masing-masing anggota keluarga (Fatma,
2019).
b. Human Validation Process
Model Human validation process model yang dicetuskan oleh Virginia Satir
(1916-1988), seorang terapis yang berfokus kepada perkembangan holistik yang
sesuai dengan keperluan individu dan keluarga (Lee & Othman, 2007).
Human validation process model fokus terhadap proses peningkatan dan
validasi dari harga diri, aturan keluarga, dan keharmonisan pada pola komunikasi,
membantu, dan memelihara keluarga triadi dan pemetaan keluarga, fakta kejadian
kehidupan keluarga. Satir memandang akar permasalahan dari tiga generasi
kehidupan. Satir juga memusatkan perhatian pada pola kehidupan yang akan datang
perkembangan pemetaan keluarga. (genogram) dan fakta kejadian kehidupan.
Untuk mengetahui keperluan itu, maka perlu ada komunikasi antar anggota
keluarga dan orientasi humanistik mengupayakan harga diri dan penilaian diri
seluruh anggota keluarga (Nurihsan, 2014).
c. Terapi keluarga eksperiential (pengalaman)
Pendekatan eksperensial dalam konseling keluarga mengedepankan kondisi
sekarang dan saat ini (now and here experience) yang mengedepankan proses
komunikasi dan latihan dalam usaha membantu klien memecahkan masalahnya.
Pendekatan menjadi salah satu alternatif dalam pemecahan masalah klien yang
berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga mengingat banyak akar
permasalahan dalam keluarga disebabkan tidak terjalinnya komunikasi yang baik
serta tidak diperolehnya pengalaman yang berarti dalam kehidupan sehari-hari yang
mampu mengembangkan kehidupan keluarga menjadi damai, aman, sejahtera dan
langgeng (Afdal, 2015).
d. Terapi Keluarga Struktural
Levenson dalam Sholevar dan Schoweri (2003) mendeskripsikan ada 3
perkembangan paradigma yaitu model psikoanalisis, komunikasi dan organismik.
Terapi keluarga struktural (TKS) berbasis pada paradigma ketiga yaitu model
organismik. Hal tersebut dijabarkan bahwa jika seorang individu bermasalah maka
masalah bukan terletak dalam diri individu, melainkan dalam interaksi individu
dengan lingkungan sosial keluarganya. Interaksi khusus dalam keluarga dapat
menjadi pemicu suatu gangguan psikologis.
e. Terapi Keluarga Psikodinamika
Tujuan dari terapi psikodinamika ini adalah pertumbuhan, pemenuhan lebih
banyak pada pola interaksi yang lebih. Psikodinamika memandang keluarga sebagai
sistem dari interaksi kepribadian, dimana setiap individu mempunyai sub sistem yang
penting dalam keluarga, sebagaimana keluarga sebagai sebuah sub sistem dalam
sebuah komunitas. Terapis menjadi fasilitator yang menolong keluarga untuk
menentukan tujuannya sendiri dan bergerak kearah mereka sebagaimana sebuah
kelompok. Kerangka umum adalah masa lalu, sejarah dari pengalaman terdekat yang
perlu diungkap. Aturan dari ketidaksadaran adalah konflik dari masa lalu yang tidak
terselesaikan akan nampak pada perilaku sadar seseorang secara kontinu untuk
menghadapi situasi dan obyek yang ada sekarang. Fungsi utama dari terapis bersikap
netral artinya membuat intepretasi tehadap pola perilaku individu dan keluarga
(Almasitoh, 2012).
f. Terapi Edukasi Keluarga
Terapi edukasi keluarga adalah salah satu terapi yang efektif untuk mencegah
maupun membantu menyelesaikan masalah yang ada dalam lingkup keluarga melalui
komunikasi. Tugas pengasuhan dan komunikasi adalah elemen penting dalam
pengasuhan anak, didukung oleh bukti empiris saat ini, dan, tetap kuat dan
berhubungan dengan aspek pengasuhan dan kehidupan keluarga. Hasil ulasan ini
menguraikan apa yang dimaksud dengan tugas dan komunikasi dengan mengambil
tampilan baru pada ilmu pengasuhan dalam konteks normatif sehari-hari kehidupan
keluarga. Hasilnya adalah pengingat akan perlunya memahami pekerjaan pengasuhan
yang normatif dan mendorong orang tua dalam peran mereka dengan tepat. Anak-
anak berkembang ketika mereka didukung oleh orang tua (Herman & Kusbaryantlo,
2020).
g. Terapi komunikasi
Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi
didalam keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Komunikasi dan kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh
anggota keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang
lain saat menyatakan sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari
proses komunikasi yang terjadi pada keluarga dengan tujuan memperjelas
kesalah pengertian, juga diperhatikan bahwa non verbal yang digunakan.
b. Komunikasi dan kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada
orang lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan.
Contoh: orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan dia punya hak
untuk membatasi perilaku anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri
untuk mengambil keputusan. Cara ini sering ditemukan pada terapi struktural
dimana tujuan proses, terapi untuk merubah posisi dari batasan diatara sub
sistem yang berbeda dalam keluarga.
c. Komunikasi dan Perasaan
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai
kebutuhan emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita
menemukan kebutuhan emosional hari setiap orang maka komunikasi
perasaan ini sangat penting artinya: Tujuan dari terapi adalah memperbaiki
bila terdapat ketidakpuasan.
h. Family Psycho Education (FPE)
Family Psychoeducation therapy adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi melalui
komunikasi yang terapeutik. Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang
bersifat edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000) mengatakan
bahwa, psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai
suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan
perkembangan gejala-gejala perilaku.
Jadi pada prinsipnya psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan
edukasi yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan meningkatkan
dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri.
Psikoedukasi keluarga merupakan sebuah metode yang berdasarkan pada
penemuan klinik untuk pelatihan keluarga yang bekerjasama dengan tenaga
keperawatan jiwa profesional sebagai bagian dari keseluruhan intervensi klinik untuk
anggota keluarga yang mengalami gangguan.

Terapi ini menunjukkan adanya peningkatan outcomes pada klien dengan


schizofrenia dan gangguan jiwa berat lainnya (Levine, 2002). Target dari terapi
family psychoeducation adalah mengurangi tanda dan gejala yang dapat mengancam
kesejahteraan keluarga pada keluarga yang gagal menjalankan fungsinya.
 Manfaat Terapi Psikoedukasi Keluarga

Keluarga yang mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsinya akan


mengalami beberapa ketidak mampuan untuk mengatasi masalah atau
mendampingi anggota keluarga dalam mengambil keputusan. Terapi
psychoeducation pada keluarga ini bermanfaat untuk mendekatkan
kembali keluarga yang mengalami konflik, membantu keluarga dalam
memecahkan suatu masalah, dan mendampingi keluarga untuk mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Mc Farlane, Dixon. Lukens, dan Lucksted (2003) menyatakan bahwa


terapi family psychoeducation menurunkan angka kekambuhan,
meningkatkan pemulihan pasien. dan meningkatkan kesejahteraan
keluarga partisipan. Intervensi program family psychoeducation telah
dikembangkan dengan pendekatan empati, pendidikan, dukungan terus
menerus, sumber-sumber klinik selama masa krisis, peningkatan
hubungan sosial, kemampuan memecahkan masalah, dan membina
hubungan sosial. Manfaaat lain dari terapi psikoedukasi keluarga adalah
untuk menangani pasien dengan bipolar disorder, skizofrenia, gangguan
obsesive kompulsif dan pasien dengan harga diri rendah.

Levine (2003) mengatakan bahwa jika ada individu yang mengalami


penyakit mental yang serius, dan keluarganya mau mempelajari lebih
dalam tentang penyakit pasien tersebut dan tahu bagaimana mengatasi
penyakit tersebut maka terapi psiko edukasi ini dapat menjadikan
perubahan yang positif seperti, menurunnya gejala. menurunnya konflik
karena pengobatan, menurunnya isolasi, kehidupan keluarga dan aktifitas
sosialnya lebih berkembang, punya pilihan pekerjaan yang lebih baik, dan
dapat menurunkan depresi dan kecemasan.

 Tujuan Terapi Keluarga


Tujuan dari terapi psikoedukasi pada keluarga ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup dari pasien yang mengalami gangguan
jiwa, selain itu juga diharapkan mampu menjadikan individu dengan
gangguan mental, menjadi individu yang kembali siap menghadapi
hidupnya dalam bermasyarakat maupun didunia kerja. Levine (2002),
memaparkan bahwa tujuan psikoedukasi keluarga adalah untuk
mengurangi kekambuhan klien gangguan jiwa, meningkatkan fungsi
klien dan keluarga sehingga mempermudah klien kembali ke
lingkungan keluarga dan masyarakat dengan memberikan
penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi klien gangguan jiwa.

Ridwan, (2012) memaparkan bahwa tujuan dari psikoedukasi keluarga


ini adalah untuk memberi dukungan terhadap anggota keluarga yang
lain dalam mengurangi beban keluarga terutama beban fisik dan
mental dalam merawat klien gangguan jiwa untuk waktu yang lama.
Indikasi dari terapi psikoedukasi keluarga adalah anggota keluarga
dengan aspek psikososial dan gangguan jiwa. Terapi ini juga dapat
diberikan kepada keluarga yang membutuhkan pembelajaran tentang
mental, keluarga yang mempunyai anggota yang sakit mental/
mengalami masalah kesehatan dan keluarga yang ingin
mempertahankan kesehatan mentalnya dengan training/ latihan
keterampilan.
i. Triangle Therapy
Triangle terapi merupakan salah satu terapi yang dapat mempengaruhi atau
memperbaiki respon koping keluarga dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh keluarga. Triangle adalah suatu unit
social yang fundamental, dan triangulasi (keterlibatan pihak ketiga) adalah suatu
proses sosial yang bisa terjadi dimana saja. Terapi keluarga triangles adalah terapi
keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan
untuk menyelesaikan masalah keluarga. Tujuan penelitian menjelaskan pengaruh
terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.(Shives, 2005)
 Tujuan
Tujuan dari pelaksaan terapi triangle ini adalah untuk mencegah
triangulasi dan membantu pasangan atau individu berhubungan dalam
level kognitif, untuk mengehentikan pengulangan pengulangan
perilaku yang menimbulkan konflik pada intergenerasi dalam
hubungan keluarga. Terapi triangle ini dilakukan dengan tujuan untuk
membantu pasangan dan individu mengantisipasi berbagai cara dalam
menyelesaikan masalah masalah yang timbul (Kazak, Simms &
Rourke, 2002). Tujuan dari terapi triangle adalah untuk menggali
bagaimana peran segitiga ayah, ibu dan anak agar dapat mencapai
keseimbangan dan rasa aman dalam keluarga.
 Manfaat
Menurut Kazak, Simms & Rourke (2002), Manfaat terapi triangels ini
adalah 1) Orientasi berfokus pada keluarga bukan pada individu. 2)
Fokus pada pemahaman keluarga terhadap struktur keluarga, peran
fungsi, sosial dan budaya, yang akan mempengaruhi stabilitas
hubungan keluarga. 3) Menjelaskan timbal balik hubungan keluarga
sebagai tolok ukur keberhasilan. 4) Membantu keluarga yang
mempunyai masalah.
 Proses Pelaksanaan Triangle Terapi
Penting untuk dipahami bahwa sebelum melaksanakan terapi yang
harus dilakukan oleh terapis adalah mengidentifikasi keluarga yang
memiliki masalah. Setelah itu keluarga diberi penjelasan tentang terapi
ini. Dan jika keluarga setuju buat kontrak dengan keluarga yang
meliputi pertemuan selama 6 sesi dan siapa anggota keluarga yang
akan mengikuti terapi ini adalah orang yang sama. Kemudian terapis
mengidentifikasi masalah klien dan keluarga secara terpisah, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan persepsi yang sama. Setelah ditemukan
kesamaan dalam masalah yang dihadapi maka klien dan keluarga
dapat dipertemukan dalam terapi.
B. Cara melakukan Terapi Keluarga
Menurut Almasitoh (2012) terdapat empat langkah dalam proses terapi keluarga, antara
lain:
1. Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapis
mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang
strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2. Menilai masalah, mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan
keluarga dan riwayatnya.
3. Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan dengan menentukan
intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4. Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan
dengan terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan
keluarga dan memberikan support.

C. Manfaat Terapi Keluarga


Menurut Perez (1994 dalam Hasnidah, 2002) secara khusus Family Conseling/ terapi
bermanfaat untuk:
1. Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang
unik dari setiap anggota keluarga.
2. Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustasi, ketika terjadi
konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama
keluarga..
3. Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan
hati dan mengembangkan anggota lainnya.
4. Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi
anggota keluarga.

Referensi:

Wahyuni,Tri, Parliani, dan Dwiva Hayati. 2021. Buku Ajar Keperawatan Keluarga.
Pontianak:CV Jejak, Anggota IKAPI.

Amidos, Jek Pardede. 2020.Terapi Keluarga. Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara
Indonesia.https://www.researchgate.net/profile/JekAmidos/publication/
347572110_Terapi_Keluarga/links/5fe765ea45851553a0f5ab18/Terapi-Keluarga.pdf.
Diakses pada 14 Mei 2023.

Anda mungkin juga menyukai