Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

TERAPI KELUARGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :

Ajeng Indriani C.0105.20.102 Putri Sofianie S C.0105.20.138


Aldi Heldi P C.0105.20.103 Rahmat Nurmansyah C.0105.20.139
Ibrahim Akbar C.0105.20.159 Shella Saumidayanti C.0105.20.145
Juju C.0105.20.127 Sopiyan Hardiansyah C.0105.20.148
Lestiana Rahmawati C.0105.20.132 Utari Putri Mahendra C.0105.20.153

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebuah keluarga adalah sebuah sistem sosial yang alami, dimana seseorang menyusun
aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, cara mendiskusikan pemecahan
masalah sehingga dapat melaksanakan berbagai kegiatan dengan lebih efektif. Dalam
penjelasan yang lain dikatakan bahwa keluarga adalah suatu unit yang berfungsi sesuai
atau tidak sesuai menurut tingkat persepsi peran dan interaksi di antara kinerja peran dari
macam-macam anggota keluarga.
Masalah gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan yang seringkali
memberikan dampak tidak hanya kepada keluarga tapi juga bagi masyarakat. Permasalahan
ini disebabkan oleh masalah social ekonomi, ketatnya persaingan hidup dan masalah
psikologis yang berasal dari keluarga. Keluarga merupakan sumber utama konsep sehat
sakit dan perilaku sehat dan berpengaruh besar terhadap kesehatan fisik maupun mental
anggotanya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan
proses terapi pada setiap tahap sehat dan sakit anggota keluarga dari keadaan sejahtera
hingga tahap diagnosis, terapi dan tahap pemulihan. Ungkapan lain juga dikemukakan oleh
Friedmen (2010) bahwa kesehatan keluarga baik fisik maupun mental saling
ketergantungan dan 2 saling mempengaruhi, kesehatan fisik maupun kesehatan mental
anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh kesehatan yang ada dalam anggota.
Masalah kesehatan mental mendapat perhatian dari WHO karena menjadi beban
keluarga. Masalah kesehatan mental dapat muncul karena adanya masalah kesehatan fisik
yang di derita selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan
mental di akibatkan dari besarnya beban yang di tanggung keluarga saat merawat anggota
keluarga sakit. Beban tersebut melebihi beban yang di akibatkan oleh penyakit tuberkulosis
dan kanker. Pengenalan dini dan kecepatan dalam melakukan penanganan bagi pasien
gangguan jiwa dapat dilakukan oleh keluarga. Salah satu cara penanganan masalah tersebut
dengan memberikan terapi keluarga.
Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang,
memahami perilaku, perkembangan simptom dan cara pemecahannya. Model terapi yang
diterapkan dalam keluarga antara lain Experiential/Humanistic, Bowenian, Psikodinamika
dan Behavioral. Terapi keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak
memerlukan orang lain, terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat
menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu dengan yang lain berbeda. Perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu memberikan perawatan atau
terapi spesialis sebagi seorang perawat spesialis jiwa pada klien yang mangalami ansietas
ataupun pada keluarga yang mengalami ansietas karena kondisi atau masalah fisik pada
anggota keluarganya. Pemberian terapi spesialis pada klien ataupun anggota keluarga
memberikan dampak yang sangat besar bagi kesembuhan klien terhadap penyakit fisiknya.
Terapi yang diberikan adalah Psikoedukasi keluarga salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi, edukasi melalui komunikasi
yang terapeutik.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep Terapi Keluarga
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Terapi Keluarga
2. Mahasiswa mampu mengetahui Tujuan Terapi Keluarga
3. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat Terapi Keluarga
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara melakukan Terapi Keluarga
5. Mahasiswa mampu mengetahui Teori Komunikasi dalam Terapi Keluarga
6. Mahasiswa mampu mengetahui Teori Konsep Harga Diri Rendah
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Terapi Keluarga


Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan langsung pada
setiap keadaan klien. Umunya, keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka
tidak sanggung lagi merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus
langsung kepada keluarga bukan hanya memulihkan klien tetapi bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan keluarga tsb.
Keluarga adalah sekumpulan orang yang memiliki ikatan perkawinan, kelahiran dan
adopsi yang memiliki tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, emosional, mental dan sosial dari setiap anggota
keluarga. ( Duvall dan Logan dalam Suprajitno, 2010)
Terapi Keluarga adalah cara untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami
perilaku, perkembangan symptom dan cara pemecahannya. Terapi keluarga dapat
dilakukan sesame anggota keluarga dan tidak memerlukan oranglain, terapis keluarga
mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada saat antara yang satu
dengan yang lain berbeda (Almasitoh, 2012). Terapi keluarga merupakan pendekatan
terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan menitik beratkan pada proses interpersonal.
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita
gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti 5 dan
menangani penderita gangguan mental. Kemudian konseling keluarga tidak hanya berguna
untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak
berfungsi baik.

2.2 Tujuan Terapi Keluarga


1. Psychodynamic Family Therapy
Tujuan dari terapi keluarga yang berorientasi psikodinamik yaitu untuk menolong
anggota keluarga mencapai pengertian tentang dirinya dan caranya beraksi satu sama
lain di dalam keluarga
2. Behavioral Family Therapy
Terapi perilaku dalam keluarga diawali dengan mempelajari pola perilaku
keluarganya untuk menentukan keadaan yang menimbulkan masalah perilaku tersebut.
Tujuan utamanya adalah meningkatkan perilaku uang positif yang diinginkan dan
menghilangkan perilaku negatif.
3. Group Therapy Approaches
Tujuannya adalah menolong anggota keluarga mendapatkan insight melalui
proses interaksi didalam kelompok. Keluarga dapat meningkatkan kemampuannya
dalam membantu pasien dalam rehabilitas.

2.3 Manfaat Terapi Keluarga


1. Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik
dari setiap anggota keluarga.
2. Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustasi, ketika terjadi konflik
dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
3. Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati
dan mengembangkan anggota lainnya.
4. Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi
anggota keluarga.

2.4 Cara Melakukan Terapi Keluarga


Menurut Almasitoh (2012) terdapat empat langkah dalam proses terapi keluarga, antara
lain :
1. Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapis mendapat
informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok
untuk membantu pemecahan problem keluarga.
2. Menilai masalah, mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan
keluarga dan riwayatnya.
3. Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan dengan menentukan
intervensi yang sesuai dengan tujuan.
4. Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan
terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan
memberikan support.

2.5 Teori Komunikasi dalam Terapi Keluarga


Terapi keluarga menggunakan teori komunikasi proses komunikasi yang terjadi didalam
keluarga dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komunikasi dan kognisi
Terapist dari kelompok ini menaruh perhatian untuk menolong keluarga dan
menjelaskan arti komunikasi yang terjadi diantara mereka. Terapist menyuruh anggota
keluarga meneliti apa yang dimaksud oleh anggota keluarga yang lain saat menyatakan
sesuatu. Terapist juga memperhatikan punktuasi dari proses komunikasi yang terjadi
pada keluarga dengan tujuan memperjelas kesalah pengertian, juga diperhatikan bahwa
non verbal yang digunakan.
2. Komunikasi dan kekuatan
Haley mengatakan bahwa bila seseorang mengkomunikasikan pesan pada orang
lain berati dia sedang membuat siasat untuk menentukan hubungan. Contoh : orang tua
bertanggung jawab terhadap anak – anak dan dia punya hak untuk membatasi perilaku
anak jika anak sudah besar, dia punya hak sendiri untuk mengambil keputusan. Cara ini
sering ditemukan pada terapi struktural dimana tujuan proses, terapi untuk merubah
posisi dari batasan diatara sub sistem yang berbeda dalam keluarga.
3. Komunikasi dan Perasaan.
Virginia safir adalah orang yang banyak memberi penekanan komunikasi dari
perasaan. Dikatakan bahwa pasangan perkawinan yang mempunyai kebutuhan
emosional diharapkan ditentukan dalam perkawinan jika kita menemukan kebutuhan
emosional hari setiap orang maka komunikasi perasaan ini sangat penting artinya :
Tujuan dari terapi adalah memperbaiki bila terdapat ketidakpuasan.
2.6 Konsep Harga Diri Rendah
1. Pengertian Harga Diri Rendah.
a. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga, tidak berarti,
rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (Keliat, 2011).
b. Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
c. Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria, 2012).
d. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan
yang dimiliki, yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi
negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam
mencapai keinginan.

2. Rentang Respon Harga Diri Rendah Kronis Adapun tentang respon konsep diri dapat
dilihat pada gambar berikut ini:

Rentang respon Konsep Diri menurut (Stuart, 2007)


Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi:
a. Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat
mengapresiasikan kemampuan yang dimilikinya.
b. Konsep diri positif Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dalam
menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis.

Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi:


a. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kekacauan identitas Suatu kegagalan individu mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kendala kepribadian psikososial dewasa yang
harmonis.
c. Depersonalisasi Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan sdirinya
dengan orang lain.

3. Faktor Predisposisi Harga Diri Rendah


Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang.
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut:
a. Faktor Biologis.
Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma kepala.
b. Faktor psikologis.
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak realisitis,
dan pengaruh penilaian internal individu.
c. Faktor sosial budaya
Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan terhadap pasien
yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan
lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak, dan tingkat pendidikan rendah.

4. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah.


Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan
bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang
menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
situasional atau kronik. Secara situsional misalnya karena trauma yang muncul tiba-
tiba, sedangkan yang kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum
dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep,
2009).
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
1) Trauma: penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan: perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat dan
keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh;
perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal; prosedur medis dan
keperawatan.

5. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis


Harga diri rendah dapat terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed
back dari lingkungan tentang prilaku klien sebelumnya bahkan kecendrungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri
rendah. Harga diri rendah terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha
menyelesaikan krisis tetapi tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan
peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi
dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus
akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.

6. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah.


Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang
menunjukkan penilaian tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara dan
observasi (Kemenkes, RI)
a. Data subjektif Pasien mengungkapkan tentang:
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain.
2) Perasaan tidak mampu.
3) Pandangan hidup yang pesimis.
4) Penolakan terhadap kemampuan diri.
b. Data objektif.
1) Penurunan produktifitas.
2) Tidak berani menatap lawan bicara.
3) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi.
4) Bicara lambat dengan nada suara rendah

Manifestasi yang bisa muncul pada klien gangguan jiwa dengan harga diri rendah
menurut Fitria (2009) adalah:
1) Mengkritik diri sendiri.
2) Perasaan tidak mampu.
3) Pandangan hidup yang pesimistis.
4) Tidak menerima pujian.
5) Penurunan produktivitas.
6) Penolakan terhadap kemampuan diri.
7) Kurang memperhatikan perawatan diri.
8) Berpakaian tidak rapi.
9) selera makan kurang.
10) Tidak berani menatap lawan bicara.
11) Lebih banyak menunduk.
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

7. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah.


Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi (2015)
adalah:
a. Jangka pendek.
1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis: pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton TV terus menerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial, keagaman,
politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga kontes
popularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara (penyalahgunaan obat).
b. Jangka panjang
1) Menutup identitas.
2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.

8. Penatalaksanaan Keperawatan Harga Diri Rendah


Strategi pelaksanaan tindakan dan komunikasi (SP/SK) merupakan suatu metoda
bimbingan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang berdasarkan kebutuhan
pasien dan mengacu pada standar dengan mengimplementasikan komunikasi yang
efektif. Penatalaksanaan harga diri rendah tindakan keperawatan pada pasien menurut
Suhron (2017) diantaranya:
1. Tujuan keperawatan: pasien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan.
d. Menetapkan atau memilih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
e. Merencanakan kegiatan yang telah dilatih.
2. Tindakan keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Ucapkan setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Perkenalkan diri dengan pasien.
3) Tanyakan perasaan dan keluhan saat ini.
4) Buat kontrak asuhan.
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi.
6) Tunjukkan sikap empati terhadap klien.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien:
1) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan).
2) Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif
setiap kali bertemu dengan pasien.
c. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
2) Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
d. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan berdasarkan kegiatan
yang dilakukan.
1) Diskusikan kegiatan yang dipilih untuk dilatih saat pertemuan.
2) Bantu pasien memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan.
e. Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan.
1) Latih kegiatan yang dipilih (alat atau cara melakukannnya).
2) Bantu pasien memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan dua kali
perhari.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan pasien
4) Bantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya
menyusun rencana kegiatan.
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
6) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
7) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
8) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
9) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien

Inisial : Nn. N

Alamat : Yosomulyo, metro

Umur : 12 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pelajar

Suku/Bahasa : Sunda/Indonesia

Agama : Islam

Informan : Klien, Perawat, Ibu

Tgl masuk RS : 20 Maret 2020

Tgl pengkajian : 20 Maret 2021

No. Register : 02.90.62

2. Identitas penanggung jawab

Nama : Ny. R

Alamat : Yosomulyo, metro

Umur : 42 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan
Suku/bahasa : Sunda/Indonesia

Agama : Islam

Hubungan keluarga : Ibu Kandung


3. Alasan Masuk
Pasien masuk rumah sakit karena kedapatan oleh ibu pasien bahwa pasien sedang
mencoba melakukan percobaan bunuh diri dengan menyayat tangan nya dengan
pisau, ibu pasien mencoba untuk menenangkan klien tetapi tidak berhasil dan
akhirnya dipaksa untuk masuk ke rumah sakit untuk diberikan terapi
4. Faktor Predisposisi
Pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa. Pasien tidak pernah diberikan
pengobatan gangguan jiwa. Pasien mengatakan bahwa ia baru saja pindah ke sekolah
baru mengikuti ibunya yang bercerai. Di sekolah baru, N merasa bahwa ia tidak
disukai temannya. Ia kecewa adanya diskriminasi sehingga ia hanya dapat
membangun hubungan baik dengan sedikit teman. Teman-teman menghina dirinya
karena ia memiliki tubuh yang gendut. Di sekolah, ia selalu makan siang sendirian.
Selama 13 bulan terakhir N mengalami masa sulit. Orang tuanya berkonflik hingga
akhirnya bercerai. Ibunya kemudian membawanya pindah, memisahkan dirinya
dengan ayah dan adik perempuannya yang berusia 6 tahun. Peristiwa ini membuatnya
trauma karena N sangat dekat dengan ayah dan adiknya namun sekarang ia tidak
diperbolehkan untuk menghubungi mereka.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mMhg
N : 80 x/menit
S : 36,5 0C
RR : 22 x/menit
b. Ukur

TB : 150 cm

BB : 70 kg

c. Keluhan fisik
Klien mengatakan selalu merasa lemas

6. Psikososial
1. Genogram

: Laki-laki : Klien

: Perempuan : Meninggal

: Garis Keturunan : Tinggal 1 Rumah

: Garis Perkawinan
Penjelasan:
Klien dirunah tinggal bersama ibunya. Klien merupakan anak ke 1 dari 2
bersaudara. Klien belum menikah. Pengambilan keputusan dilakukan oleh
ibunya. Klien mengatakan adiknya yaitu perempuan dan sekarang berpisah
karena adiknya tinggal Bersama ayahnya.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak menyukai bentuk tubuh nya karena gemuk
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang anak SMP , pasien merasa rendah diri karena sering di
acuhkan dilingkungan nya
c. Peran
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, pasien memiliki adik
perempuan tetapi berpisah semenjak orang tua nya bercerai, pasien kesulitan
berkonsentrasi saat belajar karena selalu memikirkan nasib keluarganya
d. Harga diri
Pasien merasa tidak diterima oleh keluarga dan lingkungan sekolah nya, dia
selalu diejek oleh teman-teman nya karena memiliki fisik yang gemuk
sehingga pasien menarik diri dari lingkungan social nya.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
Klien mengatakan tidak dekat dengan ibunya karena sibuk bekerja, dengan
ayah dan adik nya sangat jarang bertemu karena dilarang oleh ibunya, klien
mengatakan jarang mengikuti kegiatan dimasyarakat saat dirumah, selama di
rumah sakit jiwa klien mengikuti kegiatan yang ada diruangan seperti senam.
Klien mengatakan jarang mengobrol dengan temannya, klien sering
menyendiri dikamar, klien mengatakan lebih nyaman sendiri, klien
mengatakan kurang nyaman jika berkumpul dengan temannya.
(masalah keperawatan: isolasi social)
4. Spiritual
Klien beragama islam dan klien yakin dengan adanya Allah SWT dan sakit
yang dialaminya adalah ujian dari Allah SWT. Klien mengatakan jarang
beribadah.

7. Status Mental
1. Penampilan.
Penampilan pasien kurang rapih, rambut berantakan, terdapat luka sayat ditangan
sebelah kiri, kuku terlihat panjang

2. Pembicaraan
Saat berbicara pasien tampak ketakutan, tidak merasa percaya diri dan cenderung
melihat kebawah

3. Aktivitas motoric
Lesu, tegang, gelisah, jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan tangan
dan merentangkan jari-jari.

4. Alam perasaan.
Sedih, putus asa, pasien merasa ketakutan berlebihan pada orang asing

5. Afek
Pasien terlihat bahwa emosi nya cepat berubah-ubah. Ketika bercerita keluarga nya dia
merasa sedih, tetapi ketika dia bercerita tentang teman-teman nya dia sangat marah

6. lnteraksi selama wawancara


Kontak mata kurang - tidak mau menatap lawan bicara.

7. Persepsi
Pasien mengatakan sering mendengar ada orang yang menyuruhnya untuk menyayat
tangan nya supaya hidup nya tenang, pasien mendengar hal itu setiap malam dan
frekuensi nya cukup sering.
8. Proses piker
Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.

9. lsi pikir.
Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau
lingkungan.

10. Tingkat kesadaran


Bingung . tampak bingung dan kacau , Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan,
gerakan-gerakan yang diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap
canggung dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi
dilingkungan.

11. Memori.
Data diperoleh melalui wawancara

Pasien selalu mengingat kejadian yang menyakitkan termasuk perceraian keluarganya,


dan bullying dari teman-temannya selama 6 tahun.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan

13. Kemampuan penilaian


Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil keputusan
walaupun dibantu orang lain. Contoh ketika diberi pertanyaan apakah pasien memilih
untuk berangkat sekolah naik bus atau naik motor, mana yang lebih mudah. Pasien
tidak bisa memilih

14. Daya tilik diri


Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : pasien mengatakan semua ini terjadi karena
keluarga nya bercerai, kemudian dia jadi gila makan dan akhirnya gemuk sehingga di
ejek dan di kucilkan oleh lingkungannya.

8. Kebutuhan persiapan pulang


1. Makan
Pasien makan sehari 3x , pasien tidak suka makanan yang terlalu menyengat

2. BAB/BAK,
Pasien BAB sehari 1x, dan BAK 5x sehari

3. Mandi
Pasien mandi sehari 2x, gosok gigi dan keramas

4. Berpakaian
Pasien senang memakai pakaian berwarna biru muda

5. lstirahat dan tidur

Pasien tidur malam selama 6 jam, dan siang 1 jam, sebelum tidur pasien cuci tangan
kaki dan gigi

6. Penggunaan obat

Pasien memerlukan bantuan minimal

7. Pemeliharaan kesehatan

Pasien memerlukan perawatan lanjutan dan pendukung

8. Kegiatan di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam:

- Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan : bantuan minimal


- Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel) : bantuan
minimal
- Mencuci pakaian sendiri : bantuan minimal
- Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari : bantuan minimal
9. Kegiatan di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien :

- Belanja untuk keperluan sehari-hari : bantuan minimal


- Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan
kendaraan pribadi, kendaraan umum) : bantuan minimal
- Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air,
kantor pos dan bank) : bantuan minimal
9. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Klien mau mengikuti kegiatan yang ada di rumah sakit jiwa.
b. Maladaptif
Saat di rumah sakit jiwa klien hanya mau berbicara dengan orang-orang tertentu
saja dan jika ada masalah klien lebih baik diam. Saat dirumah pun klien seperti
itu, lebih banyak diam tanpa menceritakannya kepada siapapun dan jika klien ada
masalah klien memilih memendamnya sendiri dan klien minum minuman
beralkohol.
(masalah keperawatan: koping individu tidak efektif).
10. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
a. Klien berhubungan dengan dukungan kelompok spesifik
Klien mendapat dukungan dari keluarga untuk kesembuhannya.
b. Klien berhubungan dengan lingkungan fisik
Klien mengatakan berhubungan baik dengan lingkungannya.
c. Klien berhubungan dengan pendidikan spesifik
Klien mengatakan masih SMP.
d. Klien berhubungan dengan pekerjaan spesifik
Klien mengatakan belum bekerja
e. Klien berhubungan dengan perumahan spesifik
Klien tinggal Bersama ibunya

f. Klien berhubungan dengan ekonomi spesifik


Klien mengatakan ekonomi nya cukup sulit

g. Klien berhubungan dengan pelayanan kesehatan


Klien mengatakan jika sakit berobat ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

11. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien mengatakan sedang berada di rumah sakit jiwa, klien mengatakan
mengetahui tentang penyakitnya yaitu halusinasi
12. Aspek Medis
Diagnosa saat ini skizofrenia paranoid
Terapi medik:
Chlorpromazine (cpz) 1x1/2, 100mg
Haloperidol (hlp) 2x1, 5mg
Trihexyphenidyl (thp) 2x2 mg

13. Data Fokus


Ds:
- Klien mengatakan malu untuk mengobrol dengan temannya karna merasa
tidak nyambung
- Klien mengatakan tidak percaya diri dengan badan nya
- Klien mengatakan malu dengan semua orang
- Klien mengatakan malu karna masuk rumah sakit jiwa
- Klien mengatakan malu dengan lingkungan
- Klien mengatakan lebih nyaman sendiri
- Klien mengatakan lebih suka dikamar
- Klien mengatakan kurang nyaman jika berkumpul dengan teman-temannya
- Klien mengatakan jika ada masalah selalu dipendam sendiri
- Klien mengatakan jika ada masalah lebih baik diam
- Klien mengatakan belum pernah dijenguk oleh orang tuannya
- Klien mengatakan merasa ditelantarkan oleh orang tuanya
- Klien mengatakan orang tuanya berpisah sejak klien berusia 6 tahun
Do:
- Klien memegangi rambutnya saat ditanya apa yang membuat tidak percaya
diri
- Nada bicara klien pelan
- Kontakmata klien kurang
- Klien terlihat lesu
- Afek klien tumpul
- Klien lebih sering tidur
- Cara bicara klien lambat
- Klien terlihat sering sendiri
- Klien terlihat jarang berkomunikasi
- Klien terlihat lebih sering dikamar
- Klien tampak melamun
- Klien terlihat sedih saat bercerita tentang keluarganya
14. Analisa Data

No. DATA MASALAH


1. Ds: Harga diri rendah

- Klien mengatakan malu untuk


mengobrol dengan temannya karna
merasa tidak nyambung
- Klien mengatakan tidak percaya diri
dengan gaya rambutnya
- Klien mengatakan malu dengan
semua orang
- Klien mengatakan malu karna masuk
rumah sakit jiwa
- Klien mengatakan malu dengan
lingkungan
Do:

- Klien memegangi rambutnya saat


ditanya apa yang mebuat tidak
percaya diri
- Nada bicara klien pelan

- Kontak mata klien kurang

- Klien terlihat lesu

- Afek klien tumpul

- Klien lebih sering tidur


2. Ds: Isolasi sosial

- Klien mengatakan lebih nyaman


sendiri
- Klien mengatakan lebih suka
Dikamar

- Klien mengatakan kurang nyaman


jika berkumpul dengan teman-
temannya

Do: - Klien terlihat sering sendiri

- Klien terlihat jarang berkomunikasi

- Klien terlihat lebih sering dikamar


3. Ds: Koping individu
- Klien mengtakan jika ada masalah tidak efektif
selalu dipendam sendiri
- Klien mengatakan jika ada masalah
lebih baik diam
- Klien tampak melamun

Do:
4. Ds: Koping keluarga
- Klien mengatakan belum pernah tidak efektif
dijenguk oleh orang tuanya
- Klien mengatakan merasa
ditelantarkan oleh orang tuanya
- Klien mengatakan orang tua nya
berpisah sejak klien berusia 6 tahun
- Klien terlihat sedih saat bercerita
tentang keluarganya

Do:
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Koping individu tidak efektif
4. Koping keluarga tidak efektif

 Pohon Masalah

Isolasi sosial

Harga diri rendah


Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif


C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Tanggal Dx. Kep Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. 22 Maret Harga TUM: Setelah 1x interaks, BHSP dengan Hubungan saling
2020 diri klien menunjukkan menggunakan prinsip percaya yang baik
Klien
rendah tanda-tanda komunikasi terapeutik: merupakan dasaryang
memiliki
percaya pada 1. Sapa klien dengan kuat bagi keluarga
konsep
perawat ramah baik verbal dalam mengekspresikan
diri:
A. Klien dapat maupun non verbal perasaannya.
percaya
berinteraksi 2. Perkenalkan nama,  Mununjukan
diri yang
secara aktif nama panggilan keramahan dan sikap
optimal
dengan perawat dan tujuan bersahabat
TUK 1:
perawat, yang perawat berkenalan  Agar klien tidak ragu
Klien
ditunjukkan 3. Tanyakan nama kepada perawat
dapat
dengan: lengkap dan nama  Menunjukan bahwa
membina
1. Ekspresi panggilan yang perawat ingin kenal
hubungan
wajah disukai klien dengan klien
saling
bersahabat 4. Tunjukkan sikap  Agar klien percaya
percaya
2. Menunjukk jujur dan menepati dengan perawat
dengan
janji setiap  Penerimaan yang
perawat an rasa
senang berinteraksi dengan sesuai dengan
klien keadaan yang
3. Ada
5. Tunjukkan sikap sebenarnya dapat
kontakmata
empati dan menerima meningkatkan
4. Mu berjabat
klien apa adanya keyakinan pada
tangan
6. Tanyakan perasaan keluarga serta
5. Mau
klien dan masalah merasa adanya suatu
menyebutka
yang dihadapi klien pengakuan
n nama
7. Hindari respon yang  Perhatian yang
6. Mau duduk
mengkritik/menyalah diberikan dapat
berdamping
kan saat klien meningkatkan harga
an dengan
mengungkapkan diri klien
perawat
perasaannya  Repon mengkritik
7. Bersedia
8. Buat kontrak atau
mengungka
interaksiyang jelas menyalahkandapat
pkan
menimbulkan
masalah
adanya sikap
yang
penolakan
dihadapi
 Member info tentang
kontrak waktu
22 Maret TUK 2: Setelah 2x 1. Diskusikan bersama  klien adalah individu
2020 interaksi klien klien aspek posotif yang
Klien
dapat menyebutkan yang dimiliki bertangggungjawab
dapat
aspek positif yang 2. Bersama klien terhadap diri sendiri
mengidenti
dimiliki klien, membuat daftar  klien sudah
fikasi
keluarga, mengenai: bertindak secara
aspek
lingkungan serta  aspek positif klien realistis
positif dan
kemampuan yang  memberi kesempatan
kemampua  kemampuan yang
dimiliki klien kepada klien untuk
n yang dimiliki klien
mandiri
dimiliki 3. beri pujian yang
klien realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif
TUK 3: Setelah 2x 1. diskusikan dengan 
22 Maret
interaksi klien klien kemampuan
2021 Klien
menyebutkan yang dapat dilakukan
dapat
kemampuan yang 2. diskusikan
menilai
dapat dilaksanakan
kemampua
kemampuan yang
n yang dpat dilanjutkan
dimiliki pelaksanaannya
untuk
dilaksanak
an
2 TUK 4: Setelah 2x 1. Rencanakan bersama  Member kesempatan
23 Maret
interaksi, klien klien aktivitas yang klien mandiri, dpat
2020 Klien
melakukan dilakukan mandiri meningkatkan harga
dapat
kegiatan sesuai tanpa bantuan diri
merencana
jadwal yang dibuat
kan
kegiatan
sesuai
dengan
kemampua
n yang
Dimiliki
TUK 5: Setelah 2x 1. Anjurkan klien  Inforcement positif
23 Maret
Klien interaksi, klien melaksanakan meningkatkan harga
2020
dapat melakukan kegiatan yang dirin klien
melakukan kegiatan sesuai Dilaksanakan
kegiatan jadwal yang dibuat
2. Pantau kegiatan klien
sesuai
3. Beri pujian atas usaha
dengan
klien
rencana
yang
dibuat
TUK 6: Setelah 2x 1. Beri pendidikan  Pendidikan
23 Maret
interaksi, klien kesehatan pada kesehatan dapat
2020 Klien
memanfaatkan keluarga dengan cara meningkatkan
dapat
system pendukung merawat klien informasi dan
memanfaat
yang ada 2. Bantu keluarga pengetahuan tentang
kan system
dikeluarga memberikan merawat pasien
pendukung
dukungan selama harga diri rendah
yang ada
klien dirumah
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
No. Implementasi Evaluasi
1. Tgl : 22 Maret S:
2020
 Klien mengatakan senang diajak
Pkl : 10:20 Wib
No. Implementasi Evaluasi
mengobrol
2. TglDS:: 22 Maret S:
 Klien mengatakan bisa menyapu
2020
 Klien mengatakan tidak percaya O:Klien mengatakan senang
Pkl : 10:35 Wib
diri dengan gaya rambutnya diajarkan
Klien maucara membersihkan
mengikuti intruksi
 Klien mengatakan malu karena tempat tidur
 Klien mampu mengulangi cara
DS:
masuk rumah sakit jiwa  Klien mengatakan ingat tahap-
menyapu
 Klienmengatakan
Klien mengatakanmalumalu untuk tahap membersihkan tempat tidur
dengan
A: Harga Diri Rendah
mengobrol
semua orang dengan temannyaO:
P:
 Klienkarena merasa tidak
mengatakan nyambung
malu dengan
 Klien bisa membersihkan
Latihan kegiatan tempat
menyapu
DO:lingkungan
tidur
2x/hari
 Klien mengatakan takut tidak
 Klien memegangi rambutnya saat Tempat tidur klien terlihat rapih
diterima oleh lingkungan
ditanya apa yang membuat tidakA: Harga Diri Rendah
percaya diri P:
DO:
 Nada bicara klien lembut
 Latihan kegiatan menyapu
 Klien sering memegangi
 Klien tersenyum 2x/hari
rambutnya
Diagnosa Keperawatan:  Latihan membersihkan tempat
 Nada bicara klien lembut
Haraga diri Rendah tidur 2x/hari

Diagnosa
Tindakan: Keperawatan:
Haraga diri Rendah kegiatan sehari-hari
SP1 mengajarkan
Tindakan:
yaitu menyapu

SP2
RTL:
mengajarkan
Latih SP2kegiatan
yaitu membereskan
sehari-hari Perawat
yaitu
tempat
membereskan
tidur tempat tidur

RTL:
Evaluasi SP1 dan SP2 yaitu menyapu
dan membereskan tempat tidur
Perawat
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang terjadi antara teori

dan kasus pada Nn. N dengan masalah gangguan konsep diri harga diri rendah

melalui proses pendekatan keperawatan yang di mulai dari pengkajian sampai

evaluasi, dimana dalam memberikan asuhan keperawatan penulis memperhatikan

kondisi klien yang di sesuaikan dengan tinjuan teori.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik

fisik, mental, sosial dan lingkungan. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh

meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual, dengan menekan pada aspek psikologis

klien.Dalam pengkajian penulis berdasarkan dari format pengkajian keperawatan

kesehatan jiwa.

1. Berdasarkan Definisi harga diri rendah dapat disimpulkan semua nilai-nilai,

keyakinan, dan gagasan yang berkontribusi terhadap pengetahuan diri

seseorang dan mempengaruhi hubungan yang satu dengan yang lain


interaksi dengan orang lain dan lingkungan nilai-nilai yang terkait dengan

pengalaman, tujuan dan cita-cita. Harga diri rendah digambarkan sebagai

perasaan negatif terhadap diri sendiri termasuk hilangnya percaya diri dan

harga diri, dan konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu kecil tatapi

dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam diri sendiri

dengan orang terdekat,dan dengan realistas dunia. Maka peran terapi keluarga

sangat penting supaya memunculkan rasa percaya diri pada klien, sehingga

klien merasa dirinya dibutuhkan.

2. Landasan teori Harga diri (self esterem) merupakan salah satu komponen dari

konsep diri. Harga diri merupakan penilain pribadi berdasarkan seberapa baik

prilaku sesuai dengan ideal diri (stuart,2009).

3. Faktor yang mempengaruhi harga diri yang berasal dari diri sendiri seperti

kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan

yang berasal dari orang lain adalah penolakan orang tua, harapan orang tua

yang tidak realistik.

4. Faktor yang perlu dikaji pada klien dengan harga diri rendah antra lain adalah

faktor predisposisi / penyebab yang terdiri dari, factor biologis neuroantomi,

neurotransmitter, psikologis, sosial budaya. Dan dari teori tersebut yang

ditemukan data senjang adalah pada psikologis dan sosial budaya.


a. Data prediposisi harga diri rendah pada Nn. N yaitu pada factor biologis

neuroanatomi, pada kasus pun tidak ditemukan adanya penyakit kronis

yang dapat menyebabkan gangguan jiwa. Tapi masih ada kemungkinan

terjadi kerusakan struktur pada sistem limbik dan lobus frontal serta lobus

temporal sehingga terjadi gangguan pada otak yang dapat mengubah

kemampuan individu, sehingga menyebabkan atau muncul perilaku Harga

dir rendah pada klien Nn. N. Kerusakan sistem lembik menimbulkan

beberapa gejala interik sepeti hambatan emosi, perubahan kepribadian

hambatan emosi yang kadang berubah seperti sedih dan terus tidak berguna

atau gagal terus menerus akan membuat klien mengalami harga diri rendah.

Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motifasi

sehinga malas melakukan sesuatu dan kerusakan lobus frorintal dapat

menyebabkan gangguan berfikir dan gangguan dalam berbicara serta tidak

mampu mengontrol emosi sehinga kognitif negative tentang diri, orang lain

dan lingkungan.

b. Factor Neurotransmitter berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan

orientasi proses pembelajaran dan memori. jika terjadi penurunan kadar

akan dapat memberikan kelemahan dan peningkatan harga diri


rendah. Tetapi kemungkinan terjadi rendahnya neurotransmitter serotinin

pada klien yang di kaitkan dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam

pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (prilaku). Nn. N mengalami

peningkatan kadar ocetylcholine dapat menurunkan stressor dan mood,

adanya gejala kurang perhatian dan malas dalam beraktifitas.Terjadinya

Deporsinine mencakup kordinasi kemampuan pemecahan masalah secara

voluser adanya kognitif, kognitif negative, pasien selalu dalam keadaan

sedih berkepanjangan serta menunjukan prilaku yang seperti menarik diri

dan berkemungkinan untuk melakukan bunuh diri. Pada faktor ini

ditemukan data penunjang yang menunjukkan terjanya Peningkatan atau

penurunan zat kimia di neurotransmitter yang dapat mempengaruhi prilaku

pada klien.

c. Lalu faktor Psikologis, pada faktor ini yang mempengaruhi harga diri

rendah meliputi, kegagalan yang berulang kali kurang mempunyai tangung

jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak

realistis, penampilan peran, tuntutan peran kerja, dan harapan peran

cultural. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak

percayaan orang tua, tekanan kelompok sebaya dan perubahan dalam

setruktur social. dari data penunjang yang dilihat dari klien yaitu

mendapatkan penguatan pribadi ketika mengalami harga diri rendah. Di

lingkungan rumah klien, klien mengatakan takut tidak


diterima oleh lingkungannya dan klien mengatakan merasa beda dengan

yang lain sehinga lebih suka sendiri dan berdiam diri sebagai cara untuk

memecahkan masalah.

d. Faktor sosial budaya, di Lingkungan keluarga yang tidak efektif dapat

mempegaruhi kepribadian klien dan lingkungan tidak kondusif beresiko

terganggunya perkembangan jiwa atau kepribadian anak. Masalah sosial

dapat menimbulkan harga diri rendah, antara lain kemiskinan, tempat

tinggal daerah kumuh dan rawan kriminal.Tuntutan peran, tuntutan peran

sesuai kebudayaan juga meningkatkan harga diri rendah kronis antara lain :

Klien anak sekolah SMP yang tinggal hanya Bersama ibunya, lama

berpisah dengan ayah dan adiknya sehingga dia merasa kesepian sendiri,

dan merasa tidak ada yang peduli, selain itu lingkungan sekolah yang

melakukan bullying yang membuat klien menarik diri.

5. Selanjutnya faktor yang perlu dikaji pada klien dengan harga diri rendah

antra lain adalah faktor presipitasi / pencetus yang terdiri dari faktor trauma

dan kerengangan.

a. Trauma Seperti penganiyaan fisik, seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan (menyaksikan

kejahatan, atau aksi teroris),data yang ditemukan klien tidak pernah


mengalami penganiyaan fisik, seksual dan meyaksikan kejadian yang

mengancam hidupnya.

b. Ketegangan peran seperti transisi peran situasi yaitu klien mengalami

kehilangan anggota keluarganya selama bertahun-tahun.

6. Sumber koping

Skizofrenia penyakit yang menakutkan dan sangat menjengkelkan yang

memerlukan penyesuaian baik diri klien maupun keluarga.ordinarinnes/

kesiapan kembali seperti sebelum sakit dan ditandai dengan kemampuan

untuk secara konsisten dapat diandalakan dan dapat dilibatkan dalam kegiatan

yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan sehari-hari mencerminkan

tujuan presicosis. Dan sumber koping pada klien adalah dirinya sendiri dan

keluarga yang memberikan dukungan dan support yang dapat mempengaruhi

jalannya penyesuaian postpsikotic.

7. Mekanisme koping

Pada masa aktif psikosis klien menggunakan beberapa mekanisme pertahanan

diri dalam upaya untuk melindungi diri dari pengalaman yang menakutkan

yang disebabkan oleh penyakit mereka. Klien menggunakan mekanisme

koping penarikan diri yaitu klien berkaitan dengan masalah membangun

kepercayaan dan keasyikan dengan pengalaman internal.


8. Data yang perlu di kaji

Tanda dan gejala pasien dengan harga diri rendah yaitu ungkapan negatif

tentang diri sendiri dalam waktu lama dan terus menerus. Perilaku yang

ditampilkan berupa sikap malu, minder, rasa bersalah, kontak mata kurang

atau tidak ada, selalu mengatakan ketidak mampuan atau kesulitan untuk

mencoba sesuatu, bergantung pada orang lain, tidak asertif, pasif dan

hipoaktif.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan gangguan konsep diri

harga diri rendah yang secara teori NANDA (dalam stuart,2009) yang

berhubungan dengan respon konsep diri mal adaftif

1. Gangguan penyesuaian

2. Ansietas

3. Gangguan citra tubuh

4. Hambatan komunikasi verbal

5. Ketidak efektifan koping

6. Keputusasaaan

7. Gangguan identitas
8. Resiko kesepian

9. Ketidak bedayaan

10. Resiko ketidak bedayaan

11. Ketidak efektifan performa

peran

12. Defisit perawatan diri

13. Resiko harga diri rendah

situasional

14. Gangguan persepsi sensori

15. Isolasi sosial

16. Ketidak efektifan pola

seksualitas

17. Hambatan interaksi sosial

18. Distress spiritual

19. Gangguan proses pikir

20. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri

Diagnosa yang muncul pada Nn. N yaitu:

1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

2. Isolasi sosial

3. Koping individu tidak efektif

4. Koping keluarga tidak efektif


Sedangkan diagnosa tambahan yang muncul seperti :

1. Isolasi sosial telah ditemukan data-data yang menuju untuk menegakan

diagnosa tersebut seperti didapatkan data klien terlihat sering menyendiri

klien mengatakan lebih nyaman sendiri, klien mengatakan lebih suka dikamar,

klien juga mengatakan kurang nyaman jika berkumpul dengan teman-

temannya. Dan data objektif yang didapatkan adalah klien terlihat jarang

berkomunikasi, klien terlihat lebih sering dikamar, klien terlihat sering

menyendiri, cara bicara klien lambat dan nada bicara klien pelan, kontak mata

klien kurang. Sesuai data yang diperoleh klien mengalami isolasi sosial
2. Koping individu tidak efektif ditemukan data yang mengarah ke koping

individu tidak efektif seperti klien lebih memilih jika ada masalah selalu

dipendam sendiri dan kalien mengatakan jika ada masalah lebih baik diam.

Data objektif yang didapatkan adalah klien sering terlihat melamun.

3. Koping keluarga tidak efektif ditemukan data yang mengarah ke koping

keluarga tidak efektif seperti klien belum pernah dijenguk oleh keluarganya,

klien merasa ditelantarkan oleh keluarganya karena orang tua klien berpisah

sejak klien berusia 6 tahun dank lien hanya tinggal bersama neneknya.

C. Intervensi

Dalam menentukan intervensi yang terdapat pada laporan kasus ini terhadap Nn. N

sesuai dengan intervensi yang terdapat pada teori. Penulis dalam melakukan hanya

berfokus pada satu diagnose saja yaitu gangguan harga diri rendah, Hal ini

disebabkan karena keterbatasan waktu. Selain itu penulis melakukan intervensi

juga berdasarkan pada tujuan yang ada dalam pembuatan tujuan penulis membuat

batasan waktu dalam perawatan klien yaitu selama 2 hari, ini disebabkan juga

karena keterbatasan waktu sehingga penulis menetapkan tujuan dan kriteria hasil

diupayakan agar sesuai dengan kondisi klien. Pada intervensi ini penulis sudah

berlandaskan pada teori yang ada yaitu rencana keperawatan sesuai matrix.

a. Rencana keperawatan yang dilakukan pada klien dengan masalah utama

gangguan konsep diri rendah yaitu :


1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien

membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan

melatih kemampuan yang sudah di pilih dan menyusun jadual pelaksanaan

kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

2. Melatih pasien melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan kemampuan

pasien:

a. Bersama klien mencoba salah satu kemampuan klien

b. Evaluasi kemampuan klien yang lain

c. Susun jadual kegiatan kapan dan mau mencoba kemapuan yang lain

dan masukan kejadual

3. Melatih kemapuan positif klien yang ketiga sesuai dengan kemampuan

pasien

a. Evalusi kegiatan yang sudah dilatih

b. Bantu pasien memilih kegiatan selajutnya

c. Melatih kemampuaan pasien di kegiatan ketiga

d. Evaluasi kemampuan klien yang lain

e. Susun jadual kegiatan untuk mencoba kemampuan yang lain dan

masukan jadual

4. Melatih kegiatan ke empat yang di pilih klien sesuai kemampuan pasien

a. Evaluasi kegiatan sebelumnya


b. Mendiskusikan kegiatan yang akan dilakukan sesuai kemampuan

c. Melatih kegiatan yang dipilih pasien

d. Susun jadual kegiatan harian untuk melatih kegiatan yang lain dan

masukan ke jadual

5. Evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan pasien sesuai yang di jadualkan

menilai apakah harga diri pasien meningkat.

D. Penatalaksaan Kemampuan / Implementasi

Implementasi merupakan wujud atau pelaksaan dari rencana keperawatan yang

telah disusun oleh penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah dibuat dan

disesuaikan dengan kondisi klien, dalam hal ini penulis semaksimal mungkin

untuk melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan.

Dalam pelaksanaanya penulis menggunakan SP karena didalam SP sudah termuat

berbagai tujuan dan perawat juga melibatkan peran serta klien, karena klien

merupakan objek dan subjek yang berpengaruh dalam keberhasilan asuhan

keperawatan.Implementasi yang dilakukan dengan masalah utama gangguan

konsep diri : harga diri rendah sesuai dengan landasan teori keperawatan mengacu

pada pola proses keperawatan dumulai dari SP 1 – SP 5 evaluasi pada SP keluarga

tidak dilakukan karena pada saat implementasi tidak ada keluarga yang

berkunjung.
E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek tindakan

keperawatan kepada Nn. N Setelah melakukan tindakan keperawatan

pada Nn. N didapatkan sebagai berikut: Untuk tahap bina hubungan

saling percaya atau perkenalan terbina dengan baik, SP 1 Melatih

kegiatan yang dipilih klien yaitu menyapu (alat & cara). SP 2 evaluasi

kegiatan pertama yang telah dilatih, latihan kegitan kedua :

membereskan tempat tidur (cara), pada pukul 14.00 wib Evaluasi yang

dilakukan pada klien adalah SP 1 dan SP2 dikarenakan keterbatasan

waktu klien.

Sedangkan SP keluarga tidak dapat dilakukan karena 2 hari penulis

melakukan asuhan keperawatan pada Nn. N tidak ada keluarga klien

yang berkunjung dan juga karena keterbatasan waktu yaitu hanya 2 hari.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
Keluarga merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat yang
memberikan respon terhadap suatu peristiwa baik didalam maupun diluar
keluarga. Kehidupan dalam keluarga tidak dapat dihindarkan dari suatu
stressor, baik stressor itu positif atau stressor negatif. Keluarga sebagai
suatu unit yang mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi dapat
bereaksi terhadap kejadian yang penuh stress dan menjelaskan faktorfaktor
yang meningkatkan adaptasi keluarga terhadap peristiwa tersebut.
Psikoedukasi keluarga adalah salah satu elemen program perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan cara pemberian informasi dan edukasi
melalui komunikasi yang terapeutik.
Program psikoedukasi merupakan pendekatan yang bersifat
edukasi dan pragmatik (Stuart & Laraia, 2005). Carson (2000),
psikoedukasi merupakan alat terapi keluarga yang makin popular sebagai
suatu strategi untuk menurunkan faktor-faktor resiko yang berhubungan
dengan perkembangan gejala-gejala perilaku. Jadi pada prinsipnya
psikoedukasi dapat membantu anggota keluarga dalam meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit melalui pemberian informasi dan edukasi
yang dapat mendukung pengobatan dan rehabilitasi pasien dan
meningkatkan dukungan bagi anggota keluarga itu sendiri. Selain
psikoedukasi, ada juga terapi keluarga lainnya yaitu triangle terapi.
Triangle terapi merupakan salah satu terapi yang dapat mempengaruhi atau
memperbaiki respon koping keluarga dalam pengambilan keputusan untuk
menyelesaikan masalah yang dirasakan oleh keluarga. Triangle adalah
suatu unit sosial yang fundamental, dan triangulasi (keterlibatan pihak
ketiga) adalah suatu proses sosial yang bisa terjadi dimana saja. Terapi
keluarga triangles adalah terapi keluarga yang dilakukan dengan
melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan untuk menyelesaikan
masalah keluarga.

B. Saran
Saran Diharapkan dari makalah ini perawat dapat menerapkan terapi
keluarga dan mengaplikasikannya dilingkungan. Di institusi keperawatan
agar dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai terapi
keluarga untuk mengatasi masalah-masalah yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Almasitoh, U. H. (2012). Model terapi dalam keluarga. Jurnal Magistra No. 80,
ISSN 0215, 9511.

Pardede, J. A. (2018). Pelaksanaan Tugas Keluarga Dengan Frekuensi


Kekambuhan Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 6(2).

Stuart, G.W (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th edition).
St Louis : Mosb

Hawari, D. 2007. Pendekatan Holistik pada Ganguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta:


FK- UI.

FIK-UI. 2014. Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa,


Workshops ke-7, Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia. Jakarta.

Keliat, B. A., & Akemat. 2010. Model Keperawatan Profesional. Jakarta:

EGC. NANDA. 2011. Nursing Diagnoses: Defenitions & Classification

2009-2011.Philadelphia: NANDA International.

Notoadmodjo, S. 2010. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Prilaku.


Jakarta: Rineka Cipta.

Stuart, & Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta :

EGC. Stuart,G. W & Laraia, M. T. 2005. Principles and Practice of

Psyciatric Nurshing,
8th ed. Missouri: Mosby, Inc.

Stuart, G. W. 2009. Principles and Practice of Psyciatric Nursing, 9th ed.


Missouri: Mosby, Inc.
Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care
in Evidence- Based Practice. 6th ed. Philadelphia:F. A. Davis Company.
Yossy Yanti Ary. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Harga Diri Rendah.
Lampung : Stikes Muhammadiyah Lampung

Anda mungkin juga menyukai