Anda di halaman 1dari 8

A.

PEDOMAN APA ITU KONSELING KELUARGA


Proses komunikasi antara konselor dan klien (Keluarga: remaja dan orang tua remaja) dalam
hubungan yang saling membantu, sehingga keluarga dan/atau setiap anggota keluarga
mampu mengambil keputusan, mengubah perilaku secara positif dan berkembang suasana
kehidupan keluarga agar konstelasi keluarga berfungsi secara utuh, meningkatkan
ketahanan keluarga dan mengembangkan potensi setiap anggota keluarga sebagai individu
dan sebagai anggota keluarga.

APA TAHAP-TAHAP KONSELING KELUARGA


Tahapan dalam konseling keluarga adalah
1. membangun hubungan dengan keluarga dan setiap anggota keluarga
2. membahas prinsip-prinsip konseling dan membuat komitmen
3. menetapkan tujuan konseling dan peran setiap anggota keluarga untuk mencapai tujuan
4. mengeksplorasi masalah
5. personalisasi
6. mengembangkan rencana aksi, pemantauan dan evaluasi.
TUJUAN
Klien (keluarga) memiliki pengetahuan, pemahaman dan ketahanan keluarga tentang nafza
sehingga konstelasi keluarga berfungsi secara optimal.
PRINSIP-PRINSIP KONSELING KELUARGA
1. Keluarga adalah suatu sistem, anggota keluarga merupakan bagian integral yang saling
membutuhkan dan harus saling mendukung

PRINSIP-PRINSIP KONSELING KELUARGA


1. Keluarga adalah suatu sistem, anggota keluarga merupakan bagian integral yang saling
membutuhkan dan harus saling mendukung

Konselor

Sasaran konseling keluarga

Konselor keluarga penanggulangan nafza adalah

Tempat

Teknik
EVALUASI
1. langsung dalam bentuk lisan dan observas
2. 2. bentuk evaluasi:
a. proses dengan fokus pada keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam
mengembangkan suasana keluarga dan memecahkan masalah
b. Hasil dengan fokus pada keputusan tindakan dan pelaksanaan tindakan

3. Instrumen evaluasi berupa portofolio untuk keluarga dan setiap anggota keluarga yang
menggambarkan perkembangan dan dampak konseling.

CATATAN

1. Ditulis dalam buku konsultasi, memuat: hari, tanggal, tempat, identitas, fokus atau pembahasan
konseling, proses konseling dan rancangan tindak lanjut

2. pencatatan dilakukan segera setelah konseling berakhir

3. catatan digunakan sebagai pelayanan catatan dan bahan referensi untuk konseling selanjutnya.

Fokus konseling keluarga adalah memfungsikan konstelasi keluarga agar keluarga dan anggota
keluarga di dalamnya dapat memenuhi kebutuhan manusia secara fisik, sosial, emosional, psikologis,
pendidikan dan agama. Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari suami dan anak yang
dibentuk oleh ikatan perkawinan dalam rangka memelihara harkat dan martabat manusia, mencapai
kesejahteraan lahir dan batin serta kebahagiaan di akhirat.

Keluarga berperan dalam perkembangan pribadi anak, lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan
manusia dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan psikologis anak. Secara psikologis 18/6
berfungsi memberikan rasa aman, sumber pemenuhan kebutuhan, sumber kasih sayang dan
penerimaan, model pola perilaku sosial, pengembangan perilaku sosial, tempat belajar memecahkan
masalah menyesuaikan diri dengan kehidupan, motorik, verbal dan sosial, stimulator perkembangan
kemampuan/potensi. untuk unggul dalam mengembangkan aspirasi dan sumber persahabatan.

Keluarga adalah lembaga sosial yang memberikan legalitas untuk memenuhi kebutuhan biologis
dasar, berfungsi secara ekonomi, menyediakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi
anak, menyemai masyarakat masa depan karena keluarga adalah miniatur masyarakat, melindungi
anggota keluarga dari gangguan fisik dan mental. ancaman psikologis, terhadap lingkungan yang
memberikan kenyamanan, kehangatan dan kenyamanan. kegembiraan, menanamkan nilai-nilai
agama kepada anggota keluarga agar memiliki pedoman hidup yang benar.

2. Tahapan

1) membangun hubungan.

Kunci dari proses konseling adalah hubungan yang harmonis antara konselor dan konseli. Konselor
harus dapat menyapa konseli dengan baik agar konseli merasa dirinya diterima. Segala atribut yang
akan mengganggu harus diminimalisir, baik itu terkait tempat, pakaian, status sosial ekonomi,
Persepsi dan pemikiran Konselor tentang Konselor. Pengamatan keberadaan konseli harus dilakukan
dengan cermat agar konseli tidak merasa dihakimi. Hal-hal yang harus diperhatikan dari konseli
adalah penampilan fisik, motivasi, indikator kecemasan atau penolakan. Melalui tahapan ini, konseli
diharapkan terlibat dalam proses konseling, sehingga konseli mampu mengungkapkan dan
mengungkapkan apa yang terjadi dalam pikiran dan perasaannya. Membangun hubungan dalam
konseling keluarga harus dilakukan dengan keluarga secara keseluruhan maupun dengan anggota
keluarga secara individu. Proses ini membutuhkan waktu dan kesabaran karena minat dan minat
individu setiap anggota keluarga akan sangat bervariasi.

2) membahas prinsip dan tujuan konseling.

Konseli harus mengetahui apa saja hak, kewajiban dan peran selama proses konseling, karena
subjek dan objek konseling adalah konseli. Tujuan konseling harus ditetapkan bersama dengan
konseli, sehingga tumbuh rasa tanggung jawab untuk memecahkan masalah, mengubah perilaku dan
keinginan untuk mengembangkan diri. Berapa lama konseling akan berlangsung dan kapan
konseling akan dilakukan perlu disepakati oleh semua anggota keluarga.

Pada tahap ini kesepakatan seluruh anggota keluarga terhadap masalah yang akan dibahas menjadi
fokus penelitian. Menanamkan pikiran dan perasaan bahwa masalah yang dihadapi adalah masalah
umum dan akan mengganggu sistem keluarga jika tidak diselesaikan. Kesediaan dan keikhlasan
anggota keluarga untuk terlibat, saling membantu dalam membantu menyelesaikan masalah
keluarga merupakan modal awal untuk mendalami masalah secara komprehensif.

3) mengeksplorasi masalah.

Pada tahap ini konselor harus mengembangkan berbagai pertanyaan dan pernyataan yang akan
mendorong konseli untuk mengeksplorasi masalah yang dihadapiTujuan yang ingin dicapai melalui
tahap ini adalah pemahaman konseli terhadap masalah yang dihadapi dan bagaimana hubungan
atau dampak masalah tersebut pada diri sendiri. Pertanyaan dan pernyataan dapat dikembangkan
dari lima kata kunci, yaitu 5WH, What (apa), why (mengapa), when (kapan), where (di mana), who
(siapa) dan How (bagaimana). Pernyataan atau pernyataan dalam menanggapi ungkapan atau
pernyataan konseli serta umpan balik dapat berupa sebab akibat, pemilahan berdasarkan minat
konseli, pemilahan berdasarkan waktu terjadinya dan makna peristiwa bagi konseli. Melalui tahapan
ini diharapkan konseli mampu menggambarkan dengan jelas situasi yang dihadapi, memberi makna
pada situasi dan menggali perasaan dalam peristiwa yang dialami.

Eksplorasi masalah dimulai dengan bagaimana setiap anggota keluarga memandang masalah dan
dampak masalah tersebut bagi dirinya secara pribadi. Langkah kedua adalah mengembangkan
persepsi dan keterkaitan atau masalah hubungan dengan setiap anggota keluarga dan langkah ketiga
adalah menarik kesimpulan tentang akar penyebab masalah individu dan keluarga sebagai suatu
sistem.

4) personalisasi .

Prinsip personalisasi adalah bahwa klien menyadari masalah dan bertanggung jawab untuk
menyelesaikannya. Besar kecilnya masalah sangat tergantung pada persepsi konseli terhadap
masalahnya, sehingga kita dapat mengurangi kecemasan, frustasi atau stres dalam diri konseli
dengan menempatkan masalah secara proporsional dan mendorong konseli untuk berpikir positif
tentang dirinya sendiri. Pada tahap ini klien diharapkan memiliki pemahaman sehingga mampu
menerjemahkan kesadaran, perasaan dan nalar ke dalam makna yang lebih personal menurut
perspektifnya sendiri. Dengan kata lain, konseli mampu memahami keadaan kekurangan kekuatan
psikologis dan merumuskan tujuan untuk mengatasinya. Kesadaran akan pentingnya keluarga dan
berfungsinya keluarga bagi kelangsungan hidup anggota keluarga merupakan sesuatu yang harus
dicapai pada tahap ini. Setiap anggota keluarga harus mampu melihat dan menempatkan dirinya
pada posisi peran dan tanggung jawab sebagai anggota keluarga dan sebagai pribadi. Sebagai
pribadi, Anda tidak boleh kehilangan integritas Anda, tetapi sebagai anggota keluarga Anda harus
memiliki konsep diri dan konsep anggota masyarakat.

5) menyusun rencana tindakan serta memantau atau mengevaluasi tindakan

Tugas konselor pada tahap ini adalah mendukung konseli untuk dapat merencanakan tindakan apa
yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dimulai dengan penetapan tujuan
yang ingin dicapai, tahapan kegiatan yang akan dilakukan, waktu pelaksanaan, pelibatan orang lain
dalam penggunaan alat bantu dan bagaimana konselor dapat membantu memantau atau
memberikan umpan balik atas upaya yang dilakukan oleh konselor. konseli. Konselor harus mampu
memberikan dukungan agar konseli memiliki kekuatan mental untuk dapat melakukannya.
Tentukan dengan tegas kapan aktivitas akan dimulai. Jika memungkinkan konselor dapat membantu
tanpa sepengetahuan konseli untuk menciptakan berbagai kondisi yang mendukung pelaksanaan
kegiatan. Rencana yang dibuat terdiri dari pertama perencanaan pribadi setiap anggota keluarga
sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing dan kedua perencanaan keluarga untuk
membangun berfungsinya konstelasi keluarga dan memperbaharui budaya keluarga.

3. Tujuan dan Prinsip

Konseling diarahkan pada pembentukan keluarga yang fungsional. Ciri-ciri keluarga


fungsional adalah peduli, mencintai, menghormati, menghargai dan penuh kasih sayang;
bersikap terbuka dan jujur; orang tua mendengarkan, menerima perasaan, menghargai
pendapat dan melindungi anak; anggota keluarga berbagi masalah dan/atau pendapat;
mampu berjuang mengatasi masalah hidup, beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
dan kekurangan menghormati pendapat dan melindungi anak; anggota keluarga
berbagi masalah dan/atau pendapat; mampu berjuang mengatasi masalah hidup,
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dan tidak adanya perselisihan antara orang
tua dan anak; anggota keluarga menyesuaikan dan mengakomodasi satu sama lain;
komunikasi antar anggota keluarga berjalan dengan baik, adanya kesempatan untuk
menyampaikan keinginan dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah; kesempatan
untuk mandiri dalam berperilaku, disiplin; keluarga memenuhi kebutuhan psikososial,
mewariskan nilai-nilai budaya, berkecukupan dalam bidang ekonomi, mengamalkan
nilai-nilai moral dan agama serta orang tua memiliki kestabilan ekonomi.

Keluarga yang mengalami disfungsi memiliki resiko yang besar terhadap masalah baik
sebagai suatu sistem maupun bagi individu di dalamnya. Dampak pertama dari
disfungsi keluarga adalah terganggunya proses tumbuh kembang anak. Hubungan
interpersonal dalam keluarga yang tidak sehat merupakan faktor utama terjadinya
masalah mental.

Melalui Konseling, keluarga didorong untuk menjadi keluarga yang efektif, yaitu
keluarga yang memiliki budaya keluarga yang indah. Budaya . Keluarga yang indah
ditandai dengan rasa memiliki dari seluruh anggota keluarga dengan tulus dan penuh
kasih sayang, memberikan kesempatan. agar seluruh anggota tumbuh dan berkembang
, membangun masa depan keluarga , menjadikan keluarga sebagai prioritas , saling
mendukung dan menghormati dengan prinsip win - win solution , mengembangkan
kekuatan dan ketangguhan keluarga serta selalu memperbaharui semangat
kekeluargaan . keluarga .

Prinsip peran keluarga menurut Covey ( Syamsu Yusuf , 2000 : 35 37 ) adalah :

a. keteladanan, orang tua adalah contoh atau model yang pertama dan utama dan
merupakan pola bagi jalan hidup anak. Pada Dalam kehidupan keluarga, terdapat
pewarisan cara berpikir dan bertindak dari orang tua kepada anak.

b. pendampingan , kemampuan untuk menjalin atau membangun hubungan , investasi


emosional atau memberikan perlindungan kepada orang lain dengan cara yang
mendalam , jujur , pribadi dan impersonal . bersyarat. Diwujudkan dalam bentuk
empati, berbagi, memberi keyakinan, keteguhan dan semangat, berdoa dengan tulus
dan rela berkorban untuk orang lain.

c . pengorganisasian, keluarga merupakan suatu tim kerja, sehingga antar anggota


keluarga harus bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dan memenuhi kebutuhan
keluarga.

d . mengajar, orang tua bertindak sebagai guru bagi anak-anak tentang hukum-hukum
dasar kehidupan. Orang tua berusaha memberdayakan prinsip-prinsip kehidupan agar
anak memahami, menerapkan dan meyakini prinsip-prinsip tersebut dan pada akhirnya
memiliki kompetensi atau kemampuan yang disadari

4. Konselor
Aspek penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh seorang konselor adalah
kepribadian dan keterampilan. Keduanya harus seimbang dan harus terintegrasi
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
1). kepribadian :
a) menerima konseli apa adanya, artinya konselor harus siap menerima konseli
apapun kondisi dan latar belakangnya. Menerima dan menghargainya sebagai
pribadi yang utuh tanpa label yang lebih negatif tentang dirinya, tetapi melihat
sesuatu yang positif dalam diri konseli.
b) hangat, seseorang akan memiliki keberanian untuk mengatakan sesuatu jika
orang yang dihadapinya hangat dan peduli. Menyapa konseli dengan tulus untuk i)
Konkret, konselor menanggapi apa yang disampaikan konseli sesuai kebutuhan,
tanpa banyak basa-basi. ) Sensitif, memiliki kepekaan yang tajam terhadap kondisi
sosial psikologis yang dialami konseli, sehingga ia mampu melihat masalahnya lebih
tajam bukan hanya gejala yang terlihat.

2) Konselor yang efektif adalah konselor yang memiliki:

a) percaya diri. Sulit bagi konseli untuk percaya dan memperoleh kepastian bahwa
konselor dapat membantu jika konselor tidak percaya diri. Percaya diri berarti siap
menghadapi orang lain dan percaya bahwa mereka mampu menyelesaikan apa yang
sedang dihadapi.
b) berpengetahuan. Konselor harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang
nafza dan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari dan melepaskan
diri dari ketergantungan pada nafza. Konselor juga harus memiliki pengetahuan
yang luas tentang perilaku manusia, kondisi sosial budaya, norma dan aturan
agama, komunikasi dan hubungan sosial, upaya mengemas informasi dan
penggunaan media komunikasi. memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Cara
menyapa seseorang, kalimat apa yang digunakan, kapan waktu yang tepat untuk
mengatakan sesuatu, sikap dan bahasa tubuh apa yang harus ditampilkan adalah
hal-hal yang harus diperhatikan konsulat saat memberikan konseling.
d) mampu memahami persepsi konseli, konselor perlu memahami kerangka
berpikir konseli tentang apa yang dihadapinya. Apa dasar yang digunakan konseli,
prasangka yang dipikirkan konseli, ketakutan apa yang ada dalam 13/18 konseli,
bagaimana konseli memandang masalahnya dan apa arti masalah itu baginya. e)
ciptakan suasana bersahabat, hubungan akan berjalan lancar jika tercipta suasana
bersahabat antara konselor dan konseli. Pemilihan tempat, pakaian, waktu dan alat
yang digunakan akan membantu menciptakan suasana. f) Memahami prinsip dan
konsep tentang keluarga, sikap atau perlakuan orang tua dan dampaknya terhadap
kepribadian anak, perkembangan anak, dan upaya mensejahterakan keluarga. e)
ciptakan suasana bersahabat, hubungan akan berjalan lancar jika tercipta suasana
bersahabat antara konselor dan konseli. Pemilihan tempat, pakaian, waktu dan alat
yang digunakan akan membantu menciptakan suasana. f) Memahami prinsip dan
konsep tentang keluarga, sikap atau perlakuan orang tua dan dampaknya terhadap
kepribadian anak, perkembangan anak, dan upaya mensejahterakan keluarga.
kesenangan, menerima kemungkinan atau rangsangan baru, menemukan harapan,
menemukan tujuan hidup yang jelas. b) kompetensi intrapersonal, yaitu
kemampuan berhubungan dengan orang lain. Terdiri dari kompetensi pemahaman
diri, pengarahan diri dan penerimaan diri. c) kompetensi interpersonal, adalah
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain secara baik dan saling
memenuhi. Ini termasuk kepekaan, ketegasan, kenyamanan berdampingan,
kebebasan dari tekanan. kompetensi keagamaan, kemampuan melaksanakan
kewajiban dan tuntutan hidup sebagai ibadah menurut keyakinan. Individu dan
keluarga yang tidak memiliki kompetensi atau tidak mampu memenuhi keempat
dimensi tersebut memiliki kekuatan psikologis yang kurang.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan limpahan rizki dan kesehatan kepada kami, sehingga kami diberikan
kesempatan untuk menyelesaikan makalah “ Menganalisis proses dan Tahap-Tahap
konseling keluarga ”. Makalah ini ditulis untuk memenuhi persyaratan nilai mata kuliah
Bimbingan Konseling.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah mendukung dan membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
selesai. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada:
Hotimah, S.pd. Si. ,M.pd sebagai pembimbing atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna dan
kesalahan-kesalahan yang kami yakini diluar batas kemampuan kami. Oleh karena itu, kami
dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan komponen penting dalam proses pendidikan sebagai suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya membimbing sikap siswa,
terutama dalam menghadapi perubahan dalam diri menuju tingkat usia yang lebih maju.
Layanan bimbingan dan konseling itu sendiri harus dikonseptualisasikan dengan baik karena
layanan ini dapat membantu meningkatkan perkembangan siswa dan membantu membuat
pilihan yang bermakna untuk setiap fase pendidikan yang dialami siswa. Potensi peserta didik
yang harus dikembangkan tidak hanya berkaitan dengan kecerdasan dan keterampilan, tetapi
juga menyangkut seluruh aspek kepribadian. Dalam UU no. 14 tahun 2015 pasal 1 yang
menyatakan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas pokok mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia
dini melalui pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dengan
memahami konsep bimbingan dan konseling, guru diharapkan mampu berfungsi sebagai
fasilitator perkembangan siswa, baik yang menyangkut aspek intelektual, emosional, sosial,
maupun mental spiritual.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu konseling keluarga
2. Apa tahapan konseling keluarga
3. Prinsip konseling keluarga
4. Sasaran konseling keluarga
5. Konselor keluarga penanggulangan nafza
6. Definisi konseling keluarga
7. Tahapan-Tahapan
8. Tujuan dan prinsip

Anda mungkin juga menyukai