Anda di halaman 1dari 6

Nama : Haiz Tafdlila Shofia Izzati

NIM : 521200131

1. Mengapa dalam melakukan konseling perlu adanya teori sebagai dasarnya?


Jawab : Teori membantu konselor mengatur data klinis, membuat proses yang kompleks
menjadi koheren, dan memberikan panduan konseptual untuk berbagai intervensi” (Hensen,
2006, p.291). Konselor menentukan teori yang akan digunakan berdasarkan latar belakang
pendidikan, filosofi, dan kebutuhan kliennya karena teori adalah model yang di pergunakan
konselor sebagai panduan untuk merumuskan pembentukan solusi atas suatu masalah
sehingga konselor harus pandai memilah-milah dalam hal menggunakan teorinya kepada
kilennya secara hati-hati dan tepat. Perlu tidaknya suatu teori karena akan memungkinkan
konselor untuk membedakan tingkah laku mana yang normal-rasional dan mana yang
abnormal-irasional teori membantu memahami penyebab tingkah laku serta sarana untuk
mengorganisasi apa yang di dapat selama proses konseling teori juga membantu konselor
memfokuskan data yang relevan dan menunjukan apa yang harus dilihat teori membantu
klien melakukan modifikasi yang efektif dari tingkah lakunya teori membantu konselor
mengevalusi pendekatan-pendekatan yang sama dan yang baru terhadap proses konseling
tanpa teori konselor akan bekerja secara sembarangan dengan cara trial dan error konselor
menggunakan teori untuk mengarahkan pemikirannya dan memandunya dalam menemukan
solusi yang paling efektif bagi klien.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konseling keluarga?


Jawab : Konseling keluarga memfokuskan masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi keluarga dan penyelenggaraanya melibatkan anggota keluarga sehingga proses
komunikasi antara konselor dengan klien (Keluarga : remaja dan orang tua remaja) dalam
hubungan yang membantu, sehingga keluarga dan atau masing-masing anggota keluarga
mampu membuat keputusan, merubah perilaku secara positif dan mengembangkan suasana
kehidupan keluarga sehingga konstelasi keluarga berfungsi secara keseluruhan,
meningkatkan ketahanan keluarga serta mengembangkan potensi masing-masing anggota
keluarga sebagai pribadi maupun sebagai anggota keluarga.

3. Mengapa teknik bermain banyak digunakan pada konseling anak?


Jawab : Karena dunia anak adalah dunia bermain jika dilakukan teknik konseling selain
bermain maka anak tidak akan atau sulit menangkap apa yang diinginkan konselor sehingga
menyulitkan proses konseling dan akan menghasilkan analisis yang kurang tepat alangkah
baiknya konselor menyesuaikan kondisi usia klien dan kondisi klien. Konseling pada anak
haruslah memperhatikan pola pikir mereka yang egosentrsis, lebih intituitif dan konkret
dalam bepikir. Anak kecil lebih berorientasi pada masa sekarang maka dari itu proses
konseling akan lebih bermakna bila anak memperoleh kesempatab untuk melakukan
eksplorasi (bermain) secara konkret.

4. Permasalahan-permasalahan apa yang biasanya timbul pada konseling remaja?


Jawab : Permasalahan yang biasa timbul pada konseling remaja adalah sebagai berikut
a. Masalah Emosi, Akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, emosi remaja seringkali sangat
kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak irasional. Hal ini dapat dilihat dari
gejala yang tampak pada mereka, misalnya mudah marah, mudah dirangsang,emosinya
meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering
menimbulkan berbagai permasalahan remaja. Sekolah sebagai lembaga formal yang diberi
tugas dan tanggung jawabuntuk membantu subjek didik menuju kearah kedewasaan yang
optimal harus mempunyai langkah-langkah konkrit untuk mencegah
dan mengatasi masalahemosional ini. Dalam layanan bimbingan dan konseling kelompok
anak dapat berlatih menjadi pendengar yang baik, bagaimana cara mengemukakan masalah,
bagaimana cara mengendalikan diri baik dalam menggapai masalah sesama anggota
maupun masalahnya sendiri.
b. Masalah Penyesuaian Diri, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja
harus membuat banyak penyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak di luar
rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau
pengaruh teman sebaya dalam segala pola perilaku , sikap, minat, dan gaya hidupnya
lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat tergantung dari pola-
pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah dalam bergaul,dalam
keadaan demikian remaja cenderung akan mengikuti pergaulan yang salahtersebut tanpa
mempedulikan berbagai akibat yang akan menimpa dirinya karenakebutuhan akan
penerimaan dalam kelompok sebaya dianggap paling penting.
c. Masalah Perilaku Seksual, pada masa puber (masa remaja), remaja sudah mulai tertarik
pada lawan jenis sehingga timbul keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan
perhatian dari lawan jenis, sebagai akibatnya, remaja mempunya minat
yang tinggi pada seks. Seharusnya mereka mencari atau memperoleh informasi tentang
seluk-beluk seks dari orang tua, tetapi kenyataannya mereka lebih banyak mencari informasi
dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai akibat dari
informasi yang tidak tepat tersebut dapat menimbulkan perilaku seks remaja yang apabila
ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidak layak untuk dilakukan. Untuk menanggulangi
dan mangatasi masalah tersebut, sekolah hendaknya melakukan tindakan nyata, misalnya
pendidikan seks.
d. Masalah Perilaku Sosial, adanya diskriminasi terhadap mereka yang berlatar belakang ras,
agama,atau sosial ekonomi yang berbeda dapat melahirkan geng-geng atau kelompok
remaja yang pembentukannya berdasarkan atas kesamaan latar belakang agama,suku, dan
sosial ekonomi, hal ini dapat memicu terjadinya permusuhan antar
kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah tersebut , sekolah dapat
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang
suku, agama, ras dan sosial ekonomi.
e. Masalah Moral, masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh
ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini
disebabkan oleh ketidak konsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai
kegiatan keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti.
f. Masalah Keluarga, Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum
pertentangan keluarga selama masa remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin,
hubungan dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah
palang pintu. Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan
modern berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara
mereka.Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga tentang
penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat berhubungan
terutama teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus meningkatkan kerjasama
dengan orang tua.
5. Selain kemampuan mendengar, mengapa kemampuan untuk mengamati, melihat tingkah
laku klien sangat diperlukan oleh konselor?
Jawab : melalui mengamati individu dalam layanan bimbingan dan konseling, diharapkan
klien dapat memperoleh bantuan yang sesuai dengan kemampuan dan potensinya agar apa
yang diharapkannya dapat tercapai kemampuan ini agar dapat mengajak klien berpartisipasi
secara penuh dalam proses konseling dan menganalisis karakter klien tersebut. Inti dari
tujuan tersebut adalah agar klien bersedia melakukan sesuatu, misalnya menyuruh klien
untuk bermain peran dengan konselor, atau mengkhayalkan sesuatu yang artinya individu
dapat mencapai penyesuaian diri dengan dirinya sendiri, lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat sesuai dengan apa yang diminati/disukai klien agar proses konseling lebih
nyaman, mudah, dan terbuka.

6. Jelaskan bagaimana cara agar konselor dapat memperoleh data secara akurat mengenai
klien?
Jawab : Konseling merupakan proses interaksi atau komunikasi oleh seorang psikolog pada
kliennya untuk membantu mengklarifikasi dan menyelesaikan masalah klien. Langkah-
langkah dalam psikologi konseling adalah :

Menyatakan Kepedulian dan Kebutuhan terhadap Bantuan

Kepedulian menyatakan akan adanya keinginan untuk memahami klien dengan menjalin
hubungan lebih dekat. Rasa kepedulian yang dijalin akan memberikan kesempatan pada
klien untuk bisa bercerita atau mengungkapkan segala keresahannya lebih banyak lagi dan
secara jujur. Rasa peduli dan respon jujur klien menyatakan pemahaman perlunya
kegiatan konseling ini dilakukan untuk membantu menyelesaikan masalahnya.

Membentuk Hubungan

Hubungan antara konselor dan klien dibangun dengan rasa kepercayaan, keyakinan dan
didasari oleh keterbukaan dan kejujuran dari pernyataan yang disampaikan oleh klien. Tanpa
hal–hal tersebut, tujuan konseling dan prosesnya tidak akan berjalan dengan maksimal.
Dengan rasa saling percaya dan kejujuran atas apa yang diungkapkan, konselor bisa
lebih membantu lagi dengan cara mendengarkan dan memahami keluhan klien. Kemudian,
jalinan hubungan atas dasar rasa saling percaya ini merupakan dasar tercapainya
tujuan konseling. Klien bisa dengan leluasa menceritakan seluruh asal permasalahannya dan
konselor bisa dengan maksimal dan optimal memberikan seluruh pengetahuand an
pengalamannya untuk membantu klien. Hal seperti ini akan menjadi proses pencapaian
tujuan yang cepat dan baik.

Menentukan Tujuan
Pada awal konseling, menentukan tujuan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan.
Maksud dan tujuan konseling yang dilakukan agar :
Muncul perubahan pada diri klien baik secara fisik maupun psikis.
Terbentuknya perasaan diterima tentang keluhan keluhan yang diutarakan klien.
Terciptanya pemahaman klien terhdap masalahnya.
Mampu menyelesaikan masalahnya dan masalah – masalah lain yang mungkin akan datang.

Menyelesaikan Masalah
Konselor membuat klien bisa menentukan masalah utamanya dan masalah mana yang
penting untuk diselesaikan terlebih dahulu. Pembuatan prioritas masalah dan kesadaran
klien terhadap masalah yang perlu diselesaikan lebih dahulu akan mempercepat proses
konseling dengan efektif.

Menumbuhkan Kesadaran

Konselor berusaha menyadarkan klien terhadap permasalahan yang sedang dihadapi, asal
mula perkara, apa yang harus dikerjakan dalam menyelesaikannya. Konselor bertugas
mengarahkan klien untuk mencapai insight atau pemahaman.

Merencanakan Cara Bertindak

Salah satu kebimbangan seorang klien untuk menyelesaikan masalahnya adalah langkah
pertama yang harus dilakukan. Disinilah peran konselor membantu klien untuk
merencanakan tindakan atau keputusan untuk menyelesaikan masalahnya. Tindakan –
tindakan itu bisa dibuat atau disusun bersama dengan memberikan berbagai pilihan yang
baik.

Menilai Hasil / Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah akhir untuk menilai apakah konseling ini berakhir sesuai tujuan
awal. Konseling diakhiri sesuai dengan persetujuan klien dan jika dirasa sudah cukup oleh
klien dan sudah didapatkan solusi yang baik untuk permasalahannya. Keputusan akhir
penyelesaian masalah merupakan hasil usaha bersama dari konselor dan klien. Evaluasi ini
juga bisa dijadikan bahan untuk follow up untuk proses konseling selanjutnya.

7. Tindakan apa yang perlu dilakukan oleh konselor jika mendapati klien menjadi tergantung
pada konselor.
Jawab : Ketergantungan terjadi ketika klien berharap konselor mampu menyelesaikan
masalahnya . Konselor yang menggunakan pendekatan directive tidak akan kesulitan
menghadapi keinginan klien tapi akan bermasalah bila menggunakan pendekatan non-
directive karena klien di paksa untuk memberi solusi masalahnya sendiri. Hal ini tidak akan
terjadi apabila konselor menggunakan metode / teori yang tepat dengan mengganti metode
konseling atau memberikan rekomendasi konselor yang lain/lebih senior jika memang
permasalahan diluar kemampuan konselor.

8. Apa yang perlu dilakukan oleh konselor jika menghadapi klien yang sulit berbicara (enggan
untuk berkomunikasi) dalam proses wawancara konseling.
Jawab : konselor membantu klien menyaring ide dan ekspresi klien karena sebagian besar
orang kesulitan menganalisis masalah mereka sendiri dan konselor memberikan waktu dan
banyak probing untuk mengetahui maksud dan reaksi klien untuk memudahkan klien
mengungkapkan masalahnya biasanya beberapa konselor membicarakan hal lain terlebih
dahulu sebelum mempertanyakan inti permasalahan klien tersebut.

9. Dalam melakukan perannya, mengapa konselor perlu mengikuti (taat) pada etika konseling?
Jawab : kode etik bagi seorang konselor adalah memberikan dasar untuk melakukan
peniliaian atas kegiatan profesional yang dilakukannya, menjaga nama baik profesi terhadap
masyakarakat (public trust) dengan mengusahakan standar mutu pelayanan dengan
kecakapan tinggi dan menghindari perilaku tidak layak atau tidak patut/pantas, memberikan
pedoman bebuat bagi konselor jika menghadapi delima etis, menunjukkan kepada konselor
standar etika yang mencerminkan penghargaan masyarakat maka dari itu dalam
menjalankan tugasnya konselor dituntut untuk menunjukkan kinerjanya dengan penguasaan
kompetensi profesional, sosial, personal, emosional, dan spiritual kode etik menjadi penting
sebagaipedoman kerja bagi konselor dalam menjalankan tugas profesinya pelanggaran
terhadap norma-norma tersebut akan mendapatkan sanksi.

10. Jelaskan bilamana suatu proses konseling berakhir!

Jawab : Tidak ada batasan tegas kapan konseling harus atau bisa diakhiri, namun beberapa
pertanyaan berikut dapat menjadi panduan kapan proses dapat diakhiri:

a. Apakah klien sudah mencapai tujuan yang ada dalam kontrak dalam aspek kognitif,
afektif, dan perilaku? Jika sudah maka dapat diakhiri.
b. Apakah klien dapat secara konkret menunjukkan kemajuan yang sudah mereka buat
seperti yang mereka inginkan? Dalam situasi ini, kemajuan yang spesifik dapat
menjadi dasar pengambilan keputusan untuk mengakhiri proses.
c. Apakah proses konseling yang berjalan dapat mebantu klien? Jika konselor atau klien
merasa bahwa proses konseling tidak membantu sebaiknya diakhiri.
d. Apakah konteks ketika konseling dimulai berubah? Misalnya, konselor atau klien
pindah tempat tinggal atau sakit yang cukup lama, maka sebaiknya diakhiri saja
prosesnya.

a. Mengakhiri sesi individual


Pada pertemuan awal harus didefinisikan dengan jelas batas waktu dalam proses konseling.  
Konseling individual per sesi berkisar antara 45 sampai 50 menit, untuk menyesuaikan kemampuan
konsentrasi klien-konselor. Jika terlalu pendek atau terlalu panjang tidak efektif.  Konselor dapat
menutup pembicaraan dengan berbagai cara, mis. dengan pernyataan singkat bahwa waktu sudah
habis. Perlu diperhatikan, menjelang akhir sesi konselor sebaiknya membuat ringkasan apa yang
terjadi selama satu sesi untuk mengantarkan kepada penutupan sesi. Ringkasan harus singkat,
langsung, dan tanpa interpretasi. Bagian penting dalam menutup sesi konseling individual adalah
membuat rencana pertemuan berikutnya, baik waktu maupun materinya.

b. Mengakhiri hubungan dalam proses konseling


Hubungan konseling berbeda-beda baik dalam panjangnya maupun tujuannya.  Konselor dan klien
harus sepakat kapan proses konseling dapat diakhiri tepat waktu dan sudah cukup membantu.
Secara umum, mereka masing-masing memberi pernyataan verbal tentang kesiapan mengakhiri
proses. Misalnya, klien mengatakan bahwa dia sudah sangat banyak membuat kemajuan dan
terbantu sehingga merasa cukup. Atau konselornya merasa bahwa untuk masalah klien ini
sepertinya bantuannya sudah dirasa cukup.  Ada beberapa perilaku yang dapat menjadi tanda
bahwa proses akan diakhiri, misalnya:  menurunnya intensitas dalam proses, lebih banyak
humornya, peningkatan ke  mampuan coping yang konsisten, komitmen verbal untuk waktu yad,
dan menurunnya penolakan, penarikan diri, kemarahan, rasa sedih, atau ketergantungan.

Maholick & Turner menunjukkan beberapa area spesifik yang harus diperhatikan ketika memutuskan
untuk mengakhiri proses konseling, yaitu:

-          melihat apakah masalah atau gejala awal klien sudah berkurang atau hilang

-          kepastian bahwa tekanan/stress yang menganggu klien sudah berkurang atau belum

-          pengukuran kemampuan coping klien dan tingkat pemahaman diri dan orang lain

-          kepastian apakah klien sudah dapat menjalin hubungan dengan orang lain secara lebih baik dan
dapat mencintai dan dicintai

-          kepastian apakah klien sudah mampu merencanakan dan bekerja secara produktif

-          evaluasi apakah klien dapat lebih menikmati hidup dengan lebih baik

Anda mungkin juga menyukai