Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 9

BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAYA

“Konsep Pengolahan Konseling Sebaya, Diantaranya Peseleksian, Kopetensi, Program, Evaluasi,


dan Tindak Lanjut”

DOSEN

Dr. Yeni Karneli.M.Pd., Kons

Anita Zahara

20006126

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSIAS NEGERI PADANG

2021
A. Konsep Pengelolaan Konseling Sebaya

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sangat
bertanggung jawab dalam pelaksanaan Program. Kepala sekolah dalam hal ini dapat secara
langsung mengawasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, kepala sekolah juga bisa
menjalin berbagai hubungan/ relasi dengan berbagai pihak. menyediakan dan melengkapi
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
dan memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan konseling di
sekolah. Konselor memiliki tugas memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling
(terutama kepada siswa), merencanakan program bimbingan dan konseling bersama
koordinator BK, merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling, melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang menjadi tanggung jawabnya,
mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan konseling, menganalisis hasil
evaluasi, melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penilaian,
mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling, mempertanggungjawabkan tugas
dan kegiatan kepada koordinator guru pembimbing atau kepada kepala sekolah,
menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berakhlak mulia (seperti taat beribadah, jujur;
bertanggung jawab; sabar; disiplin; respek terhadap pimpinan, kolega, dan siswa) serta
berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan sekolah yang menunjang peningkatan mutu
pendidikan di sekolah.

Terdapat sembilan area dasar yang memiliki sumbangan penting terhadap perlunya
dikembangkan konseling teman sebaya yaitu:

a. Hanya sebagian kecil siswa yang memanfaatkan dan bersedia berkonsultasi langsung
dengan konselor. Para siswa lebih sering menjadiakn teman-teman mereka sebagai
sumber yang diharapkan dapat memnabtu memecahkan masalah yang mereka hadapi.
b. Berbagai keterampilan yang terkait dengan pemberian bantuan yang efektif dapat
dipelajari oleh orang awam sekalipun, termasuk oleh para profesional.
c. Hubungan pertemanan bagi remaja seringkali menjadi sumber terbasar terpenuhinya rasa
senang, dan juga menjadi sumber frustrasi yang paling mendalam. d. Konseling sebaya
dapat merupakan upaya preventif dalam gerakan kesehatan mental dan penerapan
konseling preventif dalam setting sekolah.
d. Individu memiliki kebutuhan untuk kuat, cerdas memahami situasi, berperan dan
bertanggung jawab dan harga diri. Sebagian orang tua kurang memahami keadaan ini,
sehingga remaja sering kali mencari sesama remaja yang memiliki perasaan sama,
mencari teman yang mau mendengarkan, dan bukan untuk memecahkan atau tidak
memecahkan problemnya, tetapi mencari orang yang mau menerima dan memahami
dirinya.
e. Suatu issue kunci pada masa remaja adalah kemandirian (independence), tetapi
sebagaimana dijelaskan adalah suatu hal yang penting bagi orang dewasa untuk
memahami kemandirian dalam kaitannya dengan perspektif budaya teman sebaya.
f. Secara umum, penelitian-penelitian yang dilakukan tentang pengaruh tutor sebaya
menunjukkan bahwa penggunaan teman sebaya (tutor sebaya) dapat memperbaiki
prestasi dan harga diri siswa-siswa lainnya. Beberapa siswa lebih senang belajar dari
teman sebayanya.
g. heningkatan kemampuan untuk dapat membantu diri sendiri (self help) atau kelompok
yang saling membantu juga merupakan dasar bagi perlunya konseling sebaya. Pada
dasarnya, kelompok ini dibentuk oleh sesama teman (sebaya) yang saling membutuhkan
dan sering tidak terjangkau atau tidak mau menggunakan layanan-layanan yang
disediakan oleh lembaga. Diantara teman sebaya mereka berbagi dan memiliki perhatian
yang sama, serta bersama-sama memecahkan problem, menggunakan dukungan dan
katarsis sebagai intervensi pemecahan masalah.
h. Landasan terakhir dari konseling sebaya didasarkan pada suplai dan biaya kerja manusia.
Layanan-layanan profesional dari waktu ke waktu terus bertambah, dengan ongkos
layanan yang semakin tak terjangkau oleh sebagian remaja. Sementara itu problem
remaja terus meningkat dan tidak semua dapat terjangkau oleh layanan formal.

1. Peseleksian Konseling Sebaya


a. Mendengarkan secara aktif Mendengarkan dengan baik merupakan setidaknya 50%
dari proses konseling sebaya. Konselor sebaya menggunakan keterampilan khusus
untuk memungkinkan dan mendorong klien untuk bicara.
b. Pemecahan masalah Konseling sebaya dapat digunakan untuk membantu penyandang
cacat untuk memecahkanmasalahnya sendiri. Konselor sebaya dapat mengajukan
pertanyaan dan memberikan teknik untuk membantu konseli mengklarifikasi
tindakan, jika ada, dia ingin mengambil dan kapan.
c. Kesadaran tubuh Pentingnya kesadaran tubuh terletak pada kenyataan bahwa, aspek
fisik, emosional, dan spiritual mental manusia semua saling terkait. Tidak ada teknik
kesadaran tubuh tertentu untuk konseling sebaya. Kesadaran tubuh adalah semata-
mata pada mengalami, melakukan kontak, sehingga napas dan gerak tubuh menjadi
perlu dan hal ini dapat menyenangkan.Teknik apa yang digunakan dan bagaimana
intensif, tergantung pada kebutuhan dan keinginan konseli, dan pada keterampilan
dan tingkat kesadaran tubuh konselor sebaya tersebut.
d. Perencanaan Dalam banyak kasus proses perencanaan akan terhubung dengan
pemecahan masalah. Perencanaan ini dilakukan oleh kedua belah pihak yakni
konselor sebaya dan konseli. Perencanaan tersebut untuk mencapai tujuan yakni
untuk menempatkan hal-hal yang perlu dilakukan dan kemudian melakukannya.
e. Pertumbuhan pribadi Konselor sebaya sendiri menghasilkan pertumbuhan pribadi,
kecuali yang tidak dilakukan dengan benar. Teknik-teknik yang dijelaskan di sini
membutuhkan pimpinan, dan karena mereka berhubungan langsung dengan
kehidupan batin seseorang.
2. Kompetensi Konseling Sebaya

Kompetensi Konselor Sebaya Dalam meningkatkan kemampuan konselor sebaya,


keterampilan konseling untuk diajarkan kepada konselor sebaya yang non profesional
meliputi:

a. Attending yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek, yang
ditunjukan ketika konselor memberikan perhatian penuh pada konseli, melalui
komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli.
Konselor menjadi pendengar aktif yang akan berpengaruh pada efektivitas bantuan.
Termasuk pada komunikasi verbal dan non verbal adalah; Empati
b. Summarizing yaitu dapat menyimpulkan berbagai pernyataan konseli menjadi satu
pernyataan. Ini berpengaruh pada kesadaran untuk mencari solusi masalah
c. Questioning yaitu: proses mencari apa yang ada di balik diskusi, dan seringkali berkaitan
dengan kenyataan yang dihadapi konseli. Pertanyaan yang efektif dari konselor adalah
yang tepat, bersifat mendalam untuk mengidentifikasi, untuk memperjelas masalah, dan
untuk mempertimbangkan alternatif,
d. Keaslian adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara meningkatkan
hubungan dengan dua atau lebih individu
e. Assertiveness/ketegasan, termasuk kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dan
perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada
orang lain
f. Confrontation adalah komunikasi yang ditandai dengan ketidak sesuaian/ ketidakcocokan
perilaku seseorang dengan yang lain
g. Problem Solving adalah proses perubahan sesorang dari fase mengeksplorasi satu
masalah, memahami sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang
mempengaruhi penyelesaian masalah itu (Ivey : 2003).

3. Program Konseling Sebaya


Pelaksanaan konseling sebaya secara sederhana dalam prakteknya dapat dilakukan dalam
beberapa tahap yaitu sebagai berikut:
a. Tahap awal konseling sebaya (waktu: 30 menit)
1) Konselor sebaya mendengarkan secara aktif permasalahan yang disampaikan konseli
sebaya.
2) Konselor sebaya mengenali dan menetapkan jenis masalah yang dihadapi konseli
sebaya.
3) Konselor sebaya melakukan penjajakan alternatif bantuan untuk mengatasi masalah
konseli sebaya.
4) Konselor sebaya menegosiasikan kontrak dengan konseli sebaya.
b. Tahap kerja konseling sebaya (waktu: 60-120 menit)
1) Konselor sebaya melakukan empati sambil menjelaskan dan mengeksplorasi masalah
empati sambil menjelajahi dan mengeksploirasi masalah yang sedang dihadapi
konseli sebaya.
2) Konselor sebaya membangun afeksi positif konseli sebaya dalam menghadapi
permasalahan seksualitas.
3) Konselor sebaya melatih konseli sebaya untuk membiasakan bertindak secara
konstruktif dalam menghadapi masalah seksualitas.
4) Konselor sebaya menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.
5) Konselor sebaya melakukan alih tangan (referal) dan konferensi kasus (case
conference) jika diperlukan kepada konselor ahli.
c. Tahab akhir konseling sebaya (waktu: 30 menit).
1) Konselor sebaya menanyakan keadaan konseli sebaya tentang pikiran dan
perasaannya setelah menjalani konseling sebaya.
2) Konselor sebaya menanyakan manfaat yang didapat dari konseling sebaya.
3) Konselor sebaya bersama konselor ahli mengamati perubahan sikap positif konseli
sebaya dalam menghadapi masalah perilaku seksual yang dialaminya.

4. Evaluasi Dan Tindak Lanjut Konseling Sebaya

Efektivitas pelaksanaan konseling teman sebaya dilihat dari frekuensi dan intensistas
terjadinya proses konseling diantara teman sebaya, dan atau prosesreveral dari
konselorsebaya kepada konselor ahli. Selain itu, munculnya sahabat yang hangat, penuh
perhatian, tulus membantu, tulus memberikan dukungan saat menghadapi situasi yang sulit,
serta dapat dipercaya juga merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan konseling teman
sebaya. Indikator tersebut, meningkatnya skor resiliensi anak yang diukur melalui resiliensi
inventori juga menjadi indikator keberhasilan.

 Aspek-Aspek Yang Dievaluasi

Ada dua macam aspek kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian
proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana keefektivan pelayanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil
dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektivan pelayanan bimbingan dilihat dari
hasilnya. Aspek yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:

a. Kesesuaian antara program dalam pelaksanaan


b. Keterlaksanaan program
c. Hambatan-hambatan yang dijumpai
d. Dampak pelayanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar
e. Respon peserta didik, personil sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap pelayanan
bimbingan
f. Perubahan kemajuan peserta didik dilihat dari pencapaian tujuan pelayanan bimbingan,
pencapain tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar, dan keberhasilan peserta didik
setelah menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupan di
masyarakat.
 Langkah-Langkah Evaluasi Dalam melakukan evaluasi ditempuh langkah-langkah
berikut:
a. Merumuskan masalah atau instrumen. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh
data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan
instrumen yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya terkait dengan
dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu tingkat keterlaksanaan program dan tingkat
ketercapaian tujuan program.
b. Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data
yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka
konselor perlu menyusun instrumen yang releven dengan kedua aspek tersebut.
Instrumen itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi
dan studi dokumentasi.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis,
yang menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan
mana saja yang telah dan belum tercapai.
d. Melakukan tindak lanjut. Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat dilakukan
kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan yaitu yang pertama
memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang lereven dengan
tujuan yang ingin dicapai dan yang kedua yaitu mengembangkan program, dengan cara
merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas.

5. Analisis Hasil Evaluasi dan Tindak Lanjut


Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan
peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program,
serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian prestasi
akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan
Hasil analisa harus ditindak lanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai
kesinambungan program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan
dan konseling lebih optimal, melakukan referral bagi peserta didik yang memerlukan
perlakuan khusus dari ahli lain, seta mengembangkan komitmen baru kebijakan orientasi
dan implementasi pelayanan bimbingan dan knseling selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Diniaty, Amirah. (2012). Evaluasi Bimbingan dan Konseling. Pekanbaru: Zanafa Publishing.

Hunainah. (2011). Teori dan Implementasi Model Konseling Sebaya. Bandung: Rizki Press.

Hunainah. (2012). Bimbingan Teknis Implementasi Model Konseling Sebaya. Bandung: Rizki
Press.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai