Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling


1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua hal yang saling terkait dalam
bidang pendidikan. Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling kepada
individu atau kelompok dalam mengatasi masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Proses ini dilakukan dengan mengembangkan hubungan antara konselor atau guru
bimbingan dan konseling dan siswa secara empati, saling percaya, dan
menghormati privasi siswa.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, bimbingan adalah suatu proses pemberian
bantuan yang terus tercapai dalam sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri,
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dalam penyesuaian diri
lingkungan. Maka dari itu, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang lebih ahli kepada seseorang
atau sekelompok, agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat, dan
kemampuan yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-
persoalan sehinggga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain).
Menurut Bimo Walgito, konseling adalah bantuan yang diberikan kepada
individual dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dan
cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Menurut Prayitno dan Erman Amti konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh
klien. Maka konseling dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara konseling oleh konseli atau konselor kepada individu

6
yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah
yang dihadapi oleh klien.
Secara umum, bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk
membantu siswa mengatasi masalah sosial dan emosional, serta meningkatkan
prestasi akademik dan karir mereka. Kedua hal ini juga bertujuan untuk membantu
siswa mencapai kesejahteraan yang optimal di masa depan. Bimbingan dan
konseling pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu siswa
mencapai potensi maksimalnya dan mengatasi masalah yang dihadapinya. Namun,
perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan. Bimbingan cenderung
bersifat preventif dan bersifat umum, bertujuan untuk membantu individu dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sementara itu, konseling lebih bersifat
kuratif dan bersifat khusus, bertujuan untuk membantu individu yang sudah
mengalami masalah untuk memperoleh pemahaman dan penyelesaian terhadap
masalah tersebut. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam
sistem pendidikan, terutama untuk memfasilitasi perkembangan dan kesejahteraan
siswa di sekolah. Oleh karena itu, para konselor dan guru BK diharapkan mampu
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan baik untuk memberikan bimbingan dan
konseling yang efektif kepada siswa.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa, layanan bimbingan dan konseling adalah
suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan
sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus
untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkunagannya,
serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan
kesejahteraan masyarakat.
2. Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan orientasi, yaitu layanan dalam rangka membantu individu,
mengenal dan memahami lingkungan atau sekolah yang baru
dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar penyesuaian diri
sehingga membantunya untuk berperan aktif dilingkungan yang baru itu.

7
b. Layanan informasi, yaitu layanan dalam rangka membantu individu
menerima dan memahami berbagai informasi seperti informasi pendidikan
dan informasi jabatan yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan pertimbangan lainnya
untuk kepentingan mereka.
c. Layanan penempatan/penyaluran, adalah layanan dalam rangka membantu
individu memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat, sesuai
dengan potensi, kemampuan, bakat, minat, citacita serta kondisi
pribadinya.
d. Layanan penguasaan konten, adalah layanan konseling dalam rangka
membantu individu mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, menguasai materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar
peserta didik mengembangkan aspek berbagai tujuan dan kegiatan belajar
lainnya yang berguna bagi kehidupan dan perkembangan peserta didik.
e. Layanan konseling perorangan, adalah konseling dalam rangka membantu
individu membahas dan mengentaskan masalah yang dialaminya dengan
bertatap muka secara langsung dengan pembimbing.
f. Layanan bimbingan kelompok, adalah layanan dalam rangka membantu
sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan
dari narasumber yang berguna untuk menunjang kehidupannya, baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar untuk dapat menyesuaikan diri
dalam suasana kelompok, menerima secara terbuka persamaan dan
perbedaan antar anggota kelompok.
g. Layanan konseling kelompok, adalah layanan konseling dalam rangka
membantu peserta didik secara bersama-sama membahas dan
mengentaskan masalah yang dialami masing-masing anggota kelompok.
h. Layanan konsultasi, adalah layanan konseling yang dilaksanakan oleh
konselor terhadap konsulti yang memungkinkan konsulti memperoleh
wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam
memahami kondisi dan/atau permasalahan pihak ketiga.

8
i. Layanan mediasi, adalah layanan yang dilaksanakan konselor terhadap dua
pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan
kecocokan.
3. Bidang Bimbingan dan Konseling
a. Bidang pribadi, yaitu membantu individu menilai kecakapan, minat, bakat
dan karakteristik kepribadian diri sendiri untuk mengembangkan diri
secara realistik.
b. Bidang sosial, yaitu membantu individu menilai dan mencari alternatif
hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya dengan
lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Bidang belajar, yaitu membantu individu dalam kegiatan belajarnya dalam
rangka mengikuti jenjang dan jalur pendidikan tertentu dan/atau dalam
rangka menguasai sesuatu kecakapan dan keterampilan tertentu.
d. Bidang karir, yaitu membantu individu dalam mencari dan menetapkan
pilihan serta mengambil keputusan berkenaan dengan karir tertentu baik
karir dimasa depan maupun karir yang sedang dijalani.
e. Bidang keluarga, yaitu membantu individu dalam mencari dan
menetapkan serta mengambil keputusan berkenaan dengan rencana
perkawinan dan/atau kehidupan berkeluarga yang dijalaninya.
f. Bidang agama, yaitu membantu individu dalam memantapkan diri
berkenaan dengan perilaku berkeagamaan menurut agama yang dianutnya.
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungan
(pendidikan, pekerjaan, dan norma-norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan secara dinamis
dan konstruktif.
b. Fungsi pencegahan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang muingkin terjadi dan
berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui

9
fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya sendiri.
c. Fungsi pengentasan, menurut Prayitno dalam riswani fungsi pengentasan
yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permaslahan yang di alami
individu. Fungsi pengentasan pelayanan konselor tidak sama dengan
fungsi penyembuhan pelayanan dokter walaupun keduanya berangkat dari
permasalahan individu.
d. Fungsi pemeliharaan dan Pengembangan, menurut prayitno dalam
riswani, fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan
dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangnya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap berkelanjutan.
5. Peran Bimbingan dan Konseling
Peranan bimbingan dan konseling adalah mengembangkan sikap-nilai
positif seperti ulet, tidak gampang putus asa serta tidak takut gagal. Peranan guru
bimbingan konseling tidak kalah pentingnya terutama dalam pengembangan
pikiran dan sikap positif, inisiatif, kerjasama, pemecahan masalah, pengemabilan
keputusan serta komunikasi. Peran guru bimbingan dan konseling yaitu (1)
mengusahakan agar peserta didik dapat memahami diri, kecakapan-kecakapan,
sikap dan pembawaannya, (2) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku
sosial yang baik, (3) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi peserta didik untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Kedudukan guru bimbingan konseling dalam
penanganan efektif memegang peranan utama. Ia sekaligus sebagai perencana,
pelaksana, pengelola, pengendali, penilai, dan pada akhirnya menjadi pelapor dari
hasil pelaksanaan layanannya.
B. Masalah Sosial Siswa
1. Pengertian Masalah Sosial Siswa
Menurut Kartini Kartono, yang disebut masalah sosial adalah semua
bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkokoh adat istiadat masyarakat

10
(dan adat-istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup
bersama). Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat
sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak.
2. Jenis-jenis Masalah Sosial Siswa
a. Siswa tidak toleran dan bersikap superior
b. Kaku dalam bergaul
c. Peniruan buta terhadap teman sebaya
d. Kontrol orang tua
e. Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
f. Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap
permusuhannya.
Selain itu, masih banyak lagi jenis-jenis masalah yang menjadi keluhan
remaja-remaja pada saat ini seperti sebagai berikut:
a. Tidak mempunyai kawan akrab, hubungan sosial terbatas, terisolir.
b. Canggung dan/atau tidak lancar berkomunikasi dengan orang lain.
c. Tidak lincah dan kurang mengetahui tentang tata karma pergaulan
d. Kurang pantas memimpin dan/atau mudah dipengaruhi orang lain.
e. Sering membantah atau tidak menyukai suatu yang dikatakan/yang
dirasakan orang lain, atau dikatakan sombong.
f. Mudah tersinggung atau sakit hati jika berhubungan dengan orang lain.
Bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri remaja dengan
lingkungan kelompok sosialnya dilihat sebagai berikut: Tidak bertanggung jawab,
tampak dalam prilaku mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang
dan mendapatkan dukungan sosial.
3. Faktor Penyebab Masalah Sosial Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya siswa bermasalah dalam
hubungan sosial, dapat dilihat dari kondisi-kondisi yang menyebabkan diterima
atau tidaknya siswa dalam kelompok sosial, yaitu sebagai berikut:
a. Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang
menarik atau sikap yang menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri.
b. Terkenal sebagai orang yang tidak sportif.

11
c. Penampilan yang tidak sesuai dengan standar kelompok dalam hal daya
tarik fisik atau tentang kerapian.
d. Perilaku sosial yang ditandai oleh prilaku menonjolkan diri, mengganggu
dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja
sama dan kurang bijaksana.
e. Kurangnya kematangan, terutama kelihatan dalam hal pengendalian
emosi, ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan
f. Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan
diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah.
g. Status sosial dan ekonomi dibawah status sosial dan ekonomi kelompok
dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
h. Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggung jawab keluarga
atau kerja sambilan.
Selain dari kondisi-kondisi yang menyebabkan diterima atautidaknya
siswa dalam kelompok sosial, faktor yang lain dapat jugadilihat dari kondisikondisi
yang mempengaruhi konsep diri remaja, sebagai berikut:
a. Usia Kematangan
Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak,
merasa salah dimengerti dan bernasib kurang kurang baik sehingga
cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.
b. Penampilan Diri
Tiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan
perasaan rendah diri. Sebaliknya, daya tarik fisik menimbulkan penilaian
yan menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan
sosial.
c. Nama dan Julukan
Remaja peka dan merasa malu bila teman-temansekelompok menilai
namanya buruk atau bila mereka memberinama julukan yang bernada
cemoohan.

12
d. Hubungan Keluarga
Anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan
ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama
jenis, remaja akan tertolong untuk jenis seksnya.
e. Teman-teman Sebaya
Teman-teman mempengaruhi pola kepribadian remajadalam dua cara.
Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminandari anggapan tentang
konsep teman-teman tentang dirinya dankedua, ia berada dalam tekanan
untuk mengembangkan ciri-cirikepribadian yang diakui oleh kelompok.
4. Upaya Mengatasi Masalah Sosial Siswa
Upaya ini di lakukan dengan melibatkan semua komponen di sekolah baik
itu kepala sekolah, guru bk, waka kesiswaan, wali kelas, dan guru mapel lain,
terutama peserta didik yang diharapkan mampu bekerja sama dengan baik. Upaya
yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Upaya Preventif
Menurut Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry preventif adalah
tindakan pencegahan yang berarti mencegah. Upaya tersebut adalah usaha
atau kegiatan yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk
mencegah terjadinya perilaku yang menyimpang secara sosial dikalangan
siswa SMAN 11 Samarinda. Dampak perilaku menyimpang seperti:
membolos saat jam pelajaran berlangsung, merokok di area sekolah,
berkelahi dengan teman, berpakaian tidak lengkap, main HP saat
pembelajaran berlangsung, terlambat datang ke sekolah. Upaya Preventif
yang dilakukan BK meliputi: perkelahian preventifnya adalah dengan cara
memberikan pendidikan agama, bekerja sama dengan wali murid.
Merokok bentuk preventifnya adalah: Razia barang non fasilitas
pendidikan, oprasi pelanggaran di lapangan. Membolos bentuk
preventifnya adalah memperketat perizinan, pos jaga sekolah. Terlambat
masuk sekolah bentuk preventifnya adalah pemantauan langsung oleh
jajaran pejabat dan guru sekolah. Tidak pakai atribut lengkap bentuk
preventifnya adalah penyediaan atribut di koperasi.

13
b. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dalam menanggulangi masalah perilaku menyimpang ialah
upaya antisipasi terhadap gejala-gejala tersebut supaya perilaku
penyimpangan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Peserta didik
yang berperilaku menyimpang akan diberikan tindakan dengan cara guru
BK mengambil tindakan dalam membantu peserta didiknya yaitu dengan
memberikan layanan bimbingan kelompok secara efektif. Jika masih
belum tuntas pihak sekolah akan melakukan dengan tiga cara, yaitu: (1)
pemanggilan orang tua, (2) melakukan perjanjian tertulis, (3) diberikannya
surat pengunduran diri alias pihak sekolah akan mengembalikan peserta
didik kepada orang tua/wali yang bersangkutan.
C. Masalah Emosional Siswa
1. Pengertian Masalah Emosional Siswa
Masalah emosional adalah keadaan emosi yang menyebabkan gangguan
pada diri seseorang, baik karena emosi yang timbul terlalu kuat atau emosi yang
tidak hadir. Karena pada hakikatnya tidak ada emosi yang positif dan negatif,
tergantung persepsi individu yang terkait dan akibat yang akan dialaminya.
2. Jenis-jenis Masalah Emosional Siswa
a. Gangguan Kecemasan
Kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan bahaya,
ketegangan dan distress yang diantisipasikan oleh system syaraf
parasintetik. Pencetus kecemasan menurut Freud ada dua sebab yang
menjadi pencetus kecemasan diantaranya adalah: Bahaya yang berasal dari
dunia nyata (misal terjebak dalam lift), Kesadaran akan datangnya
hukuman yang berkaitan dengan pelampiasan dorongan seperti seksual
dan tindakan amoral lainnya yang pada dasarnya di larang oleh norma
agama.
b. Depresi
Depresi merupakan respon normal terhadap berbagai stress kehidupan.
Situasi yang paling menyebabkan depresi adalah kegagalan, kehilangan
seseorang yang dicintai. Depresi akan dinggap abnormal bila depresi

14
tersebut diluar kewajaran dan berlanjut sampai masa-masa dimana orang
tersebut tidak dapat pulih kembali. Dan menyebabkan orang lain merasa
terganggu.
c. Stres
Menurut Kyrisco & Suteliffe stress adalah segala kejadian yang dianggap
sebagai ancaman terhadap harga diri atau rasa aman individual. Sedangkan
menurut Pandji Anaroga stess adalah suatu bentuk tanggapan seseorang
baik sevara fisik maupun mental terhadap suatu perubahan lingkungan
yang dirasakan mengganggudan mengakibatkan dirinya terancam. Gejala-
gejala stress dari yang ringan sampai yang beresiko. Gejala badan: sakit
kepala, maag, mudah kaget, banyak keluar keringat dingin tenggorokan
tersumbat, sering pingsan. Gejala emosional: pelupa sukar konsentrasi
sulit dalam mengambil keputusan cemas dan mudah putus asa. Gejala
sosial: mudah tersinggung.
d. Amnesia
Individu yang bersangkutan tiba-tiba akan lupa sama sekali informasi yang
ada pada dirinya. Lupa ini dapat berlangsung selama beberapa menit tetapi
juga beberapa tahun.
f. Figure
Hampir sama dengan amnesia yang melupakan informasi pada dirinya,
akan tetapi perbedaannya individu tersebut seolah-olah pindah ketempat
baru atau memulai hidupnya yang baru. Individu ini dapat berkembang
dengan baik di lingkungan barunya, tetapi sebelumnya dia tidak mampu
sama sekali mengingat siapa dirinya.
d. Marah
Marah adalah suatu pola perilaku yang dirancang untuk memperingatkan
pengganggu untuk menghentikan perilaku mengancam mereka. Menurut
Wahyuni & Ma’shum, marah merupakan sesuatu yang bersifat sosial dan
biasanya terjadi jika mendapat perlakuan tidak adil atau tidak
menyenangkan di dalam interaksi sosial. Di saat seseorang marah maka

15
denyut jantung menjadi lebih cepat dan tekanan darah menjadi naik, napas
tersengalsengal dan pendek, serta otot-otot menjadi tegang.
3. Faktor Penyebab Masalah Emosional Siswa
a. Faktor Fisik
1) Kelelahan yang berlebihan. Misalnya orang terlalu lelah karena kerja
keras, akan lebih mudah marah dan mudah sekali tersinggung.
2) Zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah. Misalnya jika otak
kurang mendapat zat asam, orang itu lebih mudah marah
3) Hormon kelamin dapat mempengaruhi emosional seseorang. Kita
dapat melihat dan membuktikan sendiri pada sebagian wanita yang
sedang menstruasi, rasa marah merupakan ciri khas yang utama.
b. Faktor Psikis
1) Rasa rendah diri yaitu menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang
sebenarnya. Orang ini akan mudah sekali tersinggung karena segala
sesuatu dinilai sebagai yang merendahkannya.
2) Sombong yaitu menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataan yang
sebenarnya. Orang yang sombong sangat menuntut banyak pujian
bagi dirinya.
3) Egoistis atau terlalu mementingkan dirinya sendiri, yang menilai
dirinya lebih penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat
demikian akan mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan
sosial yang bersifat apatis (masa bodoh), sehingga orang yang egoistis
tersebut merasa tidak diperlakukan dengan semestinya dalam
pergaulan sosial. Mereka biasanya diselimuti rasa marah yang
berkepanjangan.
4. Upaya Mengatasi Masalah Emosional Siswa
Individu yang mempunyai pengendalian emosi akan lebih baikdalam
menangani ketegangan emosi, karena ia memiliki kemampuan mengelola emosi
yang baik dalam hal ini individu akan dengan mudah dalam menghadapi dan
memecahkan konflik interpersoanl dan kehidupan dengan lebih baik. Menurut
Yahdinil Firda Nadhiroh (2015) Pengendalian emosi sangat penting dilakukan

16
dalam kehidupan manusia, khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul
akibat emosi yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan
hormonal didalam tubuh, dan memunculkan ketegangan psikis, terutama pada
emosi-emosi negatif. Saat sedang mengalami emosi hendaknya tidak langsung
melakukan dan mengambil tindakan sebaiknya diam sebentar, kemudian perlahan
menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya secara perlahan, agar emosi
yang dirasakan dapat menjadi reda, kemudian dapat menenangkan diri sejenak
supaya kita bisa berpikir lebih baik untuk menjaga supaya tindakan yang akan kita
lakukan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Wijongko (2002) pengendalian emosi perlu memperhatiakn
strategi diantaranya yang dapat digunakan adalah:
a. Mengendalikan apa yang dirasakan
b. Menghargai emosi
c. Memahami pesan yang diberikan oleh emosi
d. Memiliki kepercayaan dan belajar dari pengalaman
e. Bersemangat dalam mengambil tindakan
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
Berdasarakan kepustakaan yang peneliti baca maka ditemukan beberapa
penelitian yang terdahulu, diantaranya:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Wulan Dwi Anggaswari (2015)
dengan judul “Gambaran Kebutuhan Psikologis Pada Anak Dengan
Gangguan Emosi Dan Perilaku” menyatakan penelitian kualitatif ini
menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini
adalah seorang anak perempuan berusia 12 tahun dengan gangguan emosi
dan perilaku. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dengan menggunakan media art therapy dan
catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik
analis studi kasus menurut Cresswell (2007). Berdasarkan hasil analisis
data, ditemukan bahwa terdapat 23 kategori yang dapat dikelompokan
menjadi tiga pola. Pola-pola tersebut adalah 1) faktor penyebab anak

18
dengan gangguan emosi dan perilaku; 2) karakteristik psikologis; dan 3)
kebutuhan psikologis pada anak dengan gangguan emosi dan perilaku.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Elvi Makhrina (2016) dengan judul
“Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Meningkatkan Interaksi Sosial Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1
Kutacane”. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pengaruh
layanan bimbingan kelompok diperoleh data pre-test interaksi sosial siswa
rata-rata 59,5 dan rata-rata post-test interaksi sosial siswa adalah sebesar
79,8, dan teradapat peningkatan internal interaksi sosial siswa senilai
34,11%. Hal ini dapat dilihat dari tabel nilai kritis J untuk uji jenjang
bertanda Wilcoxon untuk n= 10, 𝛼 = 0,05 pengujuan dua arah 𝐽0,05= 8.
Oleh karena J (0) < 𝐽0,05= (8) maka Hipotesis diterima. Ini berarti bahwa
interaksi sosial siswa antara sebelum dan sesudah pemberian layanan
bimbingan kelompok tidaklah sama, dalam hal ini siswa yang telah
mendapatkan pemberian layanan bimbingan kelompok memiliki
peningkatan interaksi sosial yang lebih tinggi.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Saman (2017) dengan judul
“Mengatasi Kecemasan Sosial Melalui Pendekatan Behavioral
Rehearsal”. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui strategi mengatasi
kecemasan Sosial pada siswa melalui pendekatan Behavioral Rehearsal
dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan sosial. Metode
penelitian ini menggunakan penelitian berbasis literatur atau studi pustaka
yang dilakukan dengan mengkaji dan menggali berbagai teori dan praktis
melalui literatur mulai dari buku, jurnal ilmiah nasional dan internasional,
e-book, makalah dan berbagai data serta fakta yang mutakhir di dalam
masyarakat. Hasil pembahasan adalah mengatasi kecemasan sosial dapat
dilakukan melalui pendekatan behavioral rehearsal dengan cara latihan/
roleplaying melalui cara: mempraktekkan perilaku dicontohkan melalui
modelling, membangun motivasi klien melalui strategi-strategi
reinforcement (penguatan) positif, memberikan umpan balik konkrit
terfokus; melakukan orang, dengan menggunakan kata saya secara reguler.

18
E. Kerangka Berpikir
Memahami Proses Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Masalah
Sosial dan Emosional Siswa di Sekolah Menengah Atas (Studi Kasus di
SMAN 11 Samarinda)

Fenomena
SMA Negeri 11 Samarinda menjadi salah satu sekolah menengah atas di kota
Samarinda yang memiliki beberapa masalah sosial dan emosional yang banyak
dihadapi oleh para siswanya, seperti konflik antar individu, depresi, kecemasan,
dan kesulitan dalam belajar. Hingga saat ini, masalah sosial dan emosional siswa
di sekolah masih menjadi masalah yang cukup kompleks dan belum sepenuhnya
terselesaikan.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling di SMA Negeri 11 Samarinda
dalam mengatasi masalah sosial dan emosional siswa?
2. Apa saja masalah sosial dan emosional yang sering dialami oleh siswa di
SMA Negeri 11 Samarinda?
3. Apa saja strategi yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling
untuk mengatasi masalah sosial dan emosional siswa di SMA Negeri 11
Samarinda?
4. Bagaimana efektivitas proses bimbingan dan konseling dalam mengatasi
masalah sosial dan emosional siswa di SMA Negeri 11 Samarinda?

Pengumpulan Data
Wawancara, observasi lapangan dan dokumentasi

Analisis Data
Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
Gambar 1.1
Diadopsi dari penelitian oleh Nurlaila Rahmadhani (2022)

19
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadhani, Nurlaila. 2022. “Analisis Pengelolaan Iuran Kematian pada Desa
BalikBuaya (Studi Kasus Rukun Kematian Balik Buaya Kota
Samarinda)”. Skripsi. Program Studi Akuntansi. Universitas Mulawarman
Samarinda.

Sari, P.S. 2022. “Upaya Guru BK Dalam Mengatasi Perilaku Sosiopatik Peserta
Didik di SMA Negeri 1 Bandar Lampung”. Skripsi. Program Studi
Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam. Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung.

Hutagaol, Tuppak. 2019. “Penanganan Kasus Kecemasan Sosial Siswa dalam


Layanan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus di Sekolah Menengah
Kejuruan Muhammadiyah 3 Terpadu Pekanbaru)”. Skripsi. Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam Konsentrasi Bimbingan Konseling.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Sari, Nurlayna. 2018. “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi


Masalah Hubungan Sosial Siswa Unpopular di MAN 4 Medan”. Skripsi.
Program Studi Bimbingan Konseling Islam. Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.

M. Iqmal. S. 2021. “Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk


Meningkatkan Pengendalian Emosi Siswa Kelas XI MAS PAB 4
Klumpang Tahun Ajaran 2020/2021”. Skripsi. Program Studi Bimbingan
dan Konseling. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

Nur’Aini. 2018. “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Siswa
yang Mengalami Gangguan Emosional di Madrasah Aliyah Swasta PAB
1 Sampali”. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam.
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

20

Anda mungkin juga menyukai