Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PENERAPAN BK DI SEKOLAH

Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di


Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidaknya adanya
landasan hukum (perundang-undang) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih
penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik (konseli), agar
mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-
sprtual).

Konseli sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses


berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan
atau kemandirian. Untuk mencapai ke arah kematangan tersebut, konseli
memerlukan bimbingan karena masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan
tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah
kehidupannya. Di samping itu, terdapat suatu keniscayaan bahwa proses
perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus atau bebas dari
masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam
alur linear, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dibuat.

A. Fungsi dan Tujuan BK Di Sekolah


Fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya:
1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu
konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi
dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
secara dinamis dan konstruktif.
2. Fungsi preventif. Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya, suapaya tidak dialami oleh konseli.
Melalui fungsi ini konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang
cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu
diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak di harapkan, di antaranya;bahayanya minuman
keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, dropout, dan pergaulan
bebas [free sex].
3. Fungsi pengembangan,yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
syifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa
berupaya untk menciptakan lingkungan belajara ynga kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel sekolah
/madrsah lainnya secra sinergi teamwork berkolaborasi atau bekerja sama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis
dan berkesinambungan dalam upaya membatu konseli untuk mencapai
tugas-tugasnya teknik bimbigan yang dapat digunakan disini adalah
pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat
(brain storming), home room, dan karya wisata.
4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi dari bimbingan konseling yang bersifat
kuratif. Fungsi ini berkaitran erat dengan upaya pemberian bantuan kepada
konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
soaial belajar, mauoun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah
konseling, dan remedial taeching.
5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan konseling dalam membantu
konseli memilih kegaiatan ekstrakurikuler, juruan atau program studi, dan
memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat,
bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan
fungsi ini konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun diuar lembaga pendidik.
6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi untuk membatu pelaksanaan pendidikan,
kepala sekolah/madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan
program pendidikan terhadap latarbelakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakn informasi yang
memadai mengenai konseli, pembimbing konselor dapat membantu para
guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan
menyususn matero sekolah/madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran maupun menyusn bahan pembelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan konseli.
7. Fungsi penyesuai, yaitu fungsi bimbingan dan konsseling dalam
membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan
lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu
konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir,
berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi
(memberikan perlakuan) terhadap konslei supaya memiliki pola berpikir
yang sehat, rasional dan memilki perasaan yang tepat sehingga dapat
menghantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan
normatif.
9. Fungsi fasilitasi, yaitu fungsi yang memberikan kemudahan kepada
konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk
membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi
kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi
konseli agar tyerhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan
produktifitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-
program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan), sesuai dengan
minat konseli.

Tujuan pelayanan bimbingan di sekolah ialah agar konseli dapat:

1. Merencakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta


kehidupannya dimasa yang akan datang.\
2. Mengembangkan potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin.
3. Menyusaikan diri dengan lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya .
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang di hadapi dalam studi,
penyusuaian dengan lingkungan sekolah, masyarakat, maupun lingkungan
kerja.

B. Pelayanan BK di Sekolah
Pelayasnan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah merupakan
usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan
karier. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan
fasilitasi pengembangan peserta didik., secara individu kelompok dan/atau
klasikan sesuai dengan kebutuhan, potensi,bakat, minat,
perkembangan,kondisi, serta peluang-puluang yang di miliki . pelayanan ini
juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik.
1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidan pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat, dan minat serta kondisi sesuai dengan krakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya,
anggota keluarga dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam
rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara
mandiri.
4. Pengembangan karier, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan
mengambil keputusan karier.
a. Orientasi yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan objek-
objek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah
dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karier/jabatan, dan
pendidikan lanjutan.
5. Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik
memeperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan
kegiatan ekstrakurikuler.
a. Penguasan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik
menguasi konen tertentu, terutama kompetensi dan kebiasaan yang
berguna dalam kehiduapan disekolah, keluarga, dan masyarakat.
b. Bimbingan dan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Bimbingan
kelompok, yaitu layanan membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar,
karier/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan
tertentu melalui dinamika kelompok.
c. Bimbingan dan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi
melalui dinamika kelompok.
d. Konsultasi yaitu, layanan yang membantu peserta didik melalui pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi atau masalah peserta
didik.
e. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan
permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.

C. Peran Guru Dalam Pelaksanan BK


Dalam kedudukan sebagai personel pelaksanaan proses pembelajaran
disekolah guru memiliki posisi strategis. Dibandingakan dengan guru
pembimbing atau konselor, misal: guru lebih sering berinteraksi dengan siswa
secara langsung. Apabila dirinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan
oleh seorang guru ketika ia diminta mengambil bagian dari penyelenggaraan
program bimbingan an konseling di sekolah.
1. Guru sebagai informatory
Guru dalam kinerja dapat berperan sebagai informator, berkaiatan
dengan tugasnya membantu guru pembimbing atau konselor dalam
memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa pada
umumnya.
2. Guru Sebagai Fasilitator
Guru berperan sebagai fasilitator terutama ketika dilangsungkan
layanan pembelajaran baik itu yang bersifat preventif atau kuratif.
Dibandingkan guru pembimbing guru lebih memahami tentang
ketrampilan belajar yang perlu dikuasai siswa pada matapelajaran yang
diajarkan.
3. Guru Sebagai Mediator
Guru dapat berperan sebagai mediator antara siswa dan guru
pembimbing. Misalnya saat diminta untuk melakukan kegiatan identifikasi
siswa yang memerlukan bimbingan dan pengalihtaganan siswa yang
memerlukan bimbingan dan konseling atau konselor sekolah.
4. Guru Sebagai Kolaborator
Sebagai mitra seprofesi yakni sama-sama sebagai tenaga pendidik,
disekolah, guru dapat berperan sebagai kolaborator. Konselor di sekolah
misal dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi informasi.

Berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing personel tersebut di anataranya:

1. Kepala sekolah
a. Mendukung kelancaran proses layanan bimbingan dan konseling.
b. Mengadakan kerjasama dengan instasi lain.
c. Menyiapkan surat pernyataan.
d. Membuat surat tugas guru.
e. Menetapkan koordinator guru
f. Melakukan supervisi pelaksanaan bimbingan dan konseling
g. Memberi kemudahan terlaksananya program bimbigan dan konseling.
h. Menyediakan dan melengkapi saran dan prasarana yang diperlukan
i. Mengkoordinasiakan kegiatan pendidikan.
2. Wakil Kepala Sekolah
a. Melaksanakan bimbingan dan konseling
b. Melaksanakan kebijakan pimpinan.
c. Mengkoordinasikan layanan dan bimbingan konseling.
3. Koordinator Guru Pembimbing
a. Memasyarakatkan pelayan bimbingan dan konseling.
b. Menyusun program.
c. Melaksanakan program
d. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
e. Menilai program
f. Mengadakan tindak lanjut
g. Membuat usualan kepada kepala sekolah.
h. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan bimbingan dan konseling
4. Guru Bimbingan dan Konseling
a. Mengadminitrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
b. Melaksanakan tindak lanjut hasil analisis evaluasi
c. Menganalisis hasil evaluasi
d. Mengevaluasi hasil proses bimbingan dan konseling
e. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
f. Melaksanakan layanan dibidang bimbingan
g. Melaksanakan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling
h. Merencanakan program bimbingan dan konseling
i. Memasyarakatkan bimbingan dan konseling
5. Guru Mata Pelajaran
a. Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling
b. Melakukan kerjasama dengan guru
c. Mengalihtangankan siswa
d. Mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan
e. Memberikan kesempatan pada siswa memperoleh layanan bimbingan
dan konseling
f. Membantu mengumpulkan informasi
g. Ikut dalam program bimbingan dan konseling
h. Berpartisipasi upaya pencegahan masalah pengembangan potensi
i. Berpartisipasi upaya pencegahan masalah pengembangan potensi
6. Wali Kelas
a. Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan
b. Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa
c. Memberikan informasi tentang siswa di kelas
d. Menginformasikan kepada guru tentang siswa yang perlu penanganan
khusu
e. Ikut serta dalam konferensi kasus
7. Staf/Tata Usaha/Administrasi
a. Membantu guru dalam mengadministrasi kgiatan bimbingan dan
konseling di sekolah
b. Mempersiapkan kegiatan bimbingan dan konseling
c. Menyiapkan sarana yang diperlukan dalam layanan bimbingan dan
konseling
d. Melengkapi dokumen tentang siswa

D. Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah


Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait
dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu: (1) pendekatan disiplin, (2) pendekatan bimbingan dan konseling.
1. Penaganan siswa bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada
aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah beserta sangsinya. Sebagai
salah satu komponen organisasi sekolah, tata tertib siswa beserta sangsinya
memang perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi terjadinya
berbagai penyimpagan perilaku siswa. Kendati demikian, sekolah bukan
“lembaga hukum” yang harus mengobral sangsi kepada siswa yang
mengalami gangguan penyimpangan perilaku.
2. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian
sanksi untuk menghasilakn efek jera, penanganan siswa bermasalah
melalui bimbingan dan konseling justru mengutamakan pada upaya
penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan tehnik yang
ada. Penggunaan layanan ini sama sekali tidak menggunakan bentuk
sanksi apapun, tetapi lebih mengandalkan pada tejadinya kualitas
hubungan interpersonal yang saling percaya di antara konselor dan siswa
yang bermasalah, sehingga setahap demi tahap siswa tersebut dapat
memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat
mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik.

Perlu dipahami bahwa tidak semua masalah siswa harus ditangani oleh guru
bimbingan dan konseling. Dalam hal ini Sofyan S. Willis (2007)
mengemukakan tentang tingkatan masalah beserta mekanisme dan petugas
yang menanganinya, sebagai berikut:

1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada


bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri. Kasus ringan dibimbing
okeh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala sekolah
(konselor/guru pembimbing) dan mengandalkan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan
perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekokah, kesulitan belajar karena
gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri
kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang
dibimbing oleh guru bimbingan dan konseling ahli/profesional, polisi,
guru dan sebagainya. Dapat pula mengadakan konferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan
alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh
diri, perkelahian menggunakan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat
dilakukan referal (alih tangan kasus) kepada psikologi, psikiater, dokter,
polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan
konferensi kasus.

E. Langkah-Langkah Pelaksanaan BK di Sekolah


1. Identifikasi masalah
Pada langkah ini yang hendaknya diperhatikan guru adalah
mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa.
Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menunjukkan tingkah
laku yang menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal ini
tidaklah mudah karena harus dilakukan secra teliti dan hati-hati dengan
memperhatikan gejala-gejala yang tidak tampak, kemudian dianalisis dan
selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku atau hal-
hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi
sebagai gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.
Contohnya, benin seorang siswa yang mempunyai prestasi belajar
bagus dalam semua mata pelajaran ia memperoleh nilai diatas rata-rata
kelas. Dia juga disenangi oleh teman-temannya mauoun guru karena
pandai bergaul, tidak sombong, dan baik hati. Sudah dua bulan ini benin
menjadi anak pendiam, prestasi belajarnya pun mulai menurun. Sebagai
seorang guru bimbingan dan konseling ibu heni mengadakan pertemuan
dengan guru untuk mengamati benin. Dari hasil laporan dan pengamatan
yang dilakukan oleh beberapa orang guru, ibu heni kemudian melakukan
evaluasi berdasarkan masalah benin dengan gejalayang tampak.
Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang dihadapi
benin tersebut. Dalam pengamatan penurunan prestasi belajar benin
menurun, maka dapat diperkirakan benin mengalami masalah”kurang
menguasi materi pelajaran”. Perkiraan tersebut dapat dijadikan sebagai
acuan langkah selamjutnya yaitu diagnosis.
2. Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan
“masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab
timbulnya masalah. Dalam kegiatan ini dilakukan pengumpulan data
mengenai berbagai hal yang muncul pada kasus benin, dilakukan
pengumpulan informasi dari berbagai pihak: yaitu dari orang tua, teman
dekat, guru dan juga benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul,
kemudian dilakukaan analisis maupun sintesis yang dilakukan dengan
menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang tampak.
Dari informasi yang didapat, benin terlihat menjadi pendiam dan
prestasi belajarnya menurun. Dari informasi keluarga didapatkan
keterangan bahwa kedua orang tua benin bercerai. Berdasarkan analisis
dan sitensis, kemudian diperkirakan jenis dan bentuk masalah yang ada
pada diri benin yaitu karena orang tua benin bercerai menyebabkan benin
menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, berarti benin sedang
mengalami masalah pribadi.
3. Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan
bantuan yang akan diberikan. Selanjutnya melakukan perencanaan
mengenai jenis dan bentuk masalah apa yang sedang dihadapi individu.
Seperti rumusan kasus benin, maka diperkirakan benin menghadapi
masalah rendah diri karena orang tua telah bercerai, sehingga merasa
jurabg mendapat perhatian dari mereka. Dari rumusan masalah dan jenis
masalah yang dihadapi benin maka dibuatkan alternatif tindakan bantuan,
seperti memberikan konseling individu yang bertujuan untuk memperbaiki
perasaan kurang diperhatikan, dan rendah diri. Dalam hal ini konselor
menawatkan dua alternatif layanan pada orang tua benin dan juga benin
sendiri untuk diberikan konseling. Penawaran itu berhubungan dengan
kesedian individu benin sebagai orang yang mempunyai masalah.
Dalam memberikan prognisis guru perlu memperhatikan: 1)
pendekatan yang akan memberikan dilakukan secara perorangan, 2) siapa
yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter, atau
individu lain yang lebih ahli 3) kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-
hal apa yang perlu dipertimbangkan.
4. Pemberian bantuan
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan maka selanjutnya
dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk banyuan
berdasarkan masalah dan latar belakang yang menjadi penyebabnya.
Langkah pemberian bantuan dilaksanakan dengan berbagai pendekatan
dan teknik pemberian bantuan. Pada kasus benin telah direncanakan
pemberian bantuan secara individu. Pada tahap awal diadakan oendekatan
secara pribadi pembimbing mengajak benin menceritakan masalahnya.
Dalam hal ini pembimbing dibutuhkan kesabaran untuk berbicara dengan
benin. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya seklai dua kali
pertemuan saa, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan jadwal
dan sifat dan pertemuan yang tidak terikat, kapan benin sebagai individu
yang mempuanyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan
masalahnya dan tersedia diberikan bantuan.

5. Evaluasi dan tindak lanjut


Setelah pembimbingan dan klien melakaukan beberapa kali
pertemuan dan mengumpulkan data dari berbegaia individu maka langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat
dilakukan selama proses pemberian banyuan langsung sampai pada akhir
pemberian bantuan pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti melalui wawancara, angket,
observasi, diskusi, dokumentasi, dan sebagainnya. Dalam kasus benin,
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara pembimbing
dengan benin sendiri. Pembimbing dengan orang tua benin, teman dekat
benin sendiri dan beberapa orang guru. Observasi juga dilakukan terhadap
benin pada jam istrahat, bagaiman benin bergaul dengan temannya,
bagaimana teman-temanya meperlakukan benin dan sebagainnya.

Anda mungkin juga menyukai