Oleh Kelompok 7 :
Dosen Pengampu :
HENIATI, M.Pd
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan rahmat, karunia, serta
Taufik, Inayah dan Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “Kegiatan
Layanan dalam bimbingan dan Konseling di sekolah”ini dengan baik. Kami berharap
makalah ini dapat menambah pengetahuan danpengalaman bagi pembaca tentang pada
Bimbingan Konseling,. Dan pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat serta dukungan dalam pembuatan
makalah ini.Kepada kedua Orangtua kami yang telah memberikan banyak kontribusi berupa
Doa bagi pembuatan makalah ini serta pada Ibu Heniati, M.Pd selaku dosen pembimbing
mata kuliah Bimbingan Konseling UIN Raden Fatah Palembang yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.
Penulis
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dan peran kepala sekolah juga diperlukan dalam bimbingan dan konseling ini, guna
mengkoordinir segenap kegiatan yang diperogamkan dan dan berlangsung disekolah
sehingga semua kegiatan berjalan dengan baik.
Pada makalah ini penulis akan membahas tentang peranan konselor, kepala sekolah
dan guru dalam bimbingan konseling.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran konselor dalam bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimana peran kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling ?
3. Bagaimana peran guru dalam bimbingan dan konseling ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana peran konselor dalam bimbingan dan konseling.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah dalam bimbingan dan konseling.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam bimbingan dan konseling.
3
PEMBAHASAN
Menurut Baruth dan Robinson, peran adalah apa yang diharapkan dari posisi yang
dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut.
Sedangkan peran konselor menurut Baruth dan Robinson adalah peran yang inheren ada dan
disandang oleh seseorang yang berfungsi sebagai konselor. 1
Ada banyak teori mengenai peran konselor, teori tersebut bermacam-macam sesuai
dengan asumsi tingkah laku serta tujuan yang akan dicapai oleh seorang konselor.
Dalam pandangan Rogers, koselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam
memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak
memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan,
dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.2
Selain itu peran konselor menurut Rogers adalah fasilitator dan reflektor. Disebut
fasilitator karena konselor memfasilitasi atau mengakomodasi konseli mencapai pemahaman
diri. Disebut reflektor karena konselor mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada
klien perasaan dan sikap yang diekspresikannya terhadap konselor sebagai representasi orang
lain.
Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai, maka konselor
perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan hubungan konseling.
Kondisi konseling ini menurut Rogers satu keharusan dan cukup memadai untuk
pertumbuhan, sehingga dia menyebutnya sebagai necessary and sufficient conditions for
therapiutic change. Kondisi-kondisi yang perlu diciptakan itu adalah sebagai berikut:
1
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 32
2
Ibd, hlm 73
4
e) Konselor menunjukkan adanya rasa empati dan memahami tentang kerangka acuan
klien dan memberitahukan pemahamannya kepada klien.
f) Klien menyadari (setidaknya pada tingkat minimal) usaha konselor yang
menunjukkan sikap empatik berkomunikasi dan unconditioning positive regard
kepada klien.
Kontak psikologis, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Rogers terjadi ketika dua
orang berinteraksi. Setiap orang mencapai kesadaran yang berbeda dalam lapangan
pengalaman dari yang lain. Dari penggunaan pendekatan menurut Rogers ini sejumlah
perubahan yang diharapkan muncul dengan sukses adalah :
a) Klien bisa melihat dirinya dengan cara yang berbeda dari sebelumnya.
b) Klien dapat menerima diri dan perasaannya lebih utuh.
c) Klien menjadi lebih percaya diri (self confident) dan sanggup mengarahkan diri (self
directing).
d) Klien sanggup menjadi pribadi yang diinginkan.
e) Klien sanggup mengadopsi tujuan-tujuan yang lebih realistik.
f) Klien mampu bersikap lebih dewasa.
g) Klien sanggup mengubah perilaku ketidakmampuan menyesuaikan dirinya.
h) Klien berubah dalam karakteristik kepribadian dasarnya dengan caracara yang
konstruktif.
Pada dasarnya kepala sekolah pada suatu lembaga pendidikan adalah berfungsi sebagai
konselor dan bertanggung jawab atas program bimbingan dan konseling. Namun demikian
titik berat tanggung jawab tersebut adalah koordinator kegiatan bimbingan dan konseling,
yaitu guru yang sudah ditunjuk dan memiliki spesifikasi khusus mengenai bimbingan dan
konseling. Sedangkan personil lainnya adalah sebagai informan, dan sebagai pembantu
pelaksana kegiatan bimbingan dan konseling.
Peran kepala sekolah dalam program bimbingan dan konseling dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan yang ingin mereka capai, termasuk seluk beluk
(mekanisme) yang diterapkan dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.
5
Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan, yang meliputi
kegiatan pengajaran, pelatihan, dan bimbingan di sekolah berperan:
3
Achmad Juntika Nurihsan., Manajemen Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:PT. Gramedia. 2005) , hlm. 31-32.
4
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta. 2000), hlm. 52.
6
b. Faktor Eksternal, atau dorongan yang datang dari luar diri individu pemegang
peranan/ tugas itu sendiri, yang teridiri atas pendidikan dan pengalaman pemegang
peranan/tugas. Agar pelaksanaan tugas dalam hal program bimbingan dan
konseling dapat berjalan secara efektif dan efesien, maka seorang kepala sekolah
harus memperhatikan kelengkapan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan
program bimbingan dan konseling.
Guru seyogyanya melaksanakan tugas di sekolah dengan berfungsi sebagai pendidik dan
pengajar dan berfungsi sebagai pembimbing. Dalam hal ini guru tidak semata-mata hanya
memberikan materi pelajaran saja, melainkan lebih dari itu. Sehubungan tugas atau peran
guru sebagai pembimbing, maka penulis mengutip dari buku Sutirna, bahwa ada tiga tugas
pokok guru:
Menurut Fenti Hikmawati, guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Berikut tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling:
5
Sutirna, Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Nonformal dan Informal, (Yogyakarta: ANDI
OFFSET, 2013), hlm..79.
7
9) Berpartisipasi upaya pencegahan masalah pengembangan potensi.6
Adapun tugas guru bidang studi dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah:
a. Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan
konseling.
b. Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.
c. Memberikan layanan instruksional (pengajaran).
d. Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
e. Memberikan informasi kepada siswa.
f. Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
g. Menilai hasil kemajuan belajar siswa.
h. Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
i. Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa.
j. Membantu memecahkan masalah siswa.
k. Mengirimkan (referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya kepada
konselor.
l. Mengidentifikasi, menyalurkan, dan membina bakat.7
Deskripsi tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran sebagai personal bimbingan dan
konseling di sekolah, yaitu:
6
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 23.
7
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.103-104.
8
g. Menerapkan nilai-nilai bimbingan dalam PBM atau berinteraksi dengan siswa,
seperti: bersikap respek kepada semua siswa, memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, atau berpendapat, memberikan reward kepada siswa yang
berperilaku/prestasi baik, menampilkan pribadi sebagai figur moral yang berfungsi
sebagai “uswah khasanah”.
h. Bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan kepada siswa dengan
perbandingan 1:150 orang.8
Berbagai fungsi yang terdapat dalam diri seorang guru, menuntut guru untuk memiliki
beragam keahlian. Dari fungsi di atas, tugas guru memiliki banyak tujuan. Mulai dari
perancang pengajaran, pengelola pengajaran, evaluator dalam pembelajaran siswa hingga
sebagai pembimbing, guru memiliki tugas yang sangat berat dalam ranah pendidikan. Karena
keberhasilan guru akan tercermin dari hasil prestasi anak didiknya. Maka diharapkan melalui
bimbingan seorang guru, siswa dapat mengetahui, memiliki, mengembangkan potensi yang
ada sehingga potensi tersebut mencetak prestasi yang membanggakan.
Dapat dipahami bahwa guru mata pelajaran yang seyogyanya mengajar di dalam kelas,
ternyata fungsinya sebagai pembimbing juga. Jika tugasnya sebagai pembimbing
dilaksanakan, maka bimbingan dan konseling dapat membantu pendidikan siswa menjadi
lebih baik. Upaya peningkatan pendidikan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Di sekolah/madrasah, guru merupakan sumber daya manusia yang
paling menunjang dalam proses keberhasilan kegiatan pendidikan khususnya pada proses
pembelajaran dan pembentukan karakter siswa.
Dari beberapa pendapat di atas, tugas dan tanggung jawab guru mata pelajaran maupun
guru pembimbing memiliki poin-poin tersendiri. Selain mengajar dan mendidik di dalam
kelas, guru memiliki banyak rincian tugas yang harus dilakukan untuk memenuhi tanggung
jawabnya sebagai seorang guru. Melalui pemenuhan tugas dan tanggung jawab ini maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik.
8
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan konseling di Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2012), cet.I, hlm..116-
117
9
Maka penulis memahami bahwa kesimpulan dari pendapat-pendapat para ahli ternyata
peran guru mata pelajaran termasuk dalam membantu guru bimbingan dan konseling dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.
Apabila di rinci ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh seorang guru, ketika ia
diminta mengambil bagian dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
Peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan
menjadi dua:
9
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm..21.
10
Guru dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti
berikut:
a) Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari
atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
(1) Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan jalan melihat
prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada di bawah nilai rata-rata
kelasnya.
(2) Mengidentifikasikan mata pelajaran di mana siswa mendapat nilai rendah (di
bawah rata-rata kelas).
(4) Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan, atau bimbingan
dari guru secara khusus, atau tindakan –tindakan lainnya.
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajar-
mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-
tugas bimbingan itu antara lain:
Menurut Anas Solahudin, peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut:
10
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm..107-110.
11
a) Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
b) Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta mengumpulkan data tentang
siswa-siswi.
c) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing/konselor.
d) Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang
menurut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan mengajar/latihan khusus
(seperti pengajaran/latihan perbaikan, program pengayaan).
e) Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan
antarsiswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
f) Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang dimaksudkan.
g) Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi
kasus.
h) Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian
pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.11
Dapat disimpulkan bahwa peran guru mata pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling merupakan salah satu alasan yang mendasar bahwa guru mata pelajaran adalah
unsur bimbingan dan konseling. Karena dalam proses belajar mengajar di sekolah hanya guru
mata pelajaran saja yang posisinya paling strategis. Sehingga jika peran-peran guru mata
pelajaran dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan baik, maka
prestasi peserta didik pasti akan meningkat dan menunjukkan kemajuan yang baik bagi
sekolah.
Selain mengajar guru juga memiliki suatu tuntutan dalam membentuk dan membimbing
peserta didik untuk menjadi cikal bakal generasi penerus bangsa. Tidak hanya guru
pembimbing yang harus melakukan kegiatan pelaksanaan bimbingan dan konseling,
melainkan guru mata pelajaran memiliki beberapa tugas dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling.
11
Zainal Aqib, Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Bandung: Yrama Widya, 2012), cet.I, hlm.113.
12
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Rogers peran konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah
sebagai fasilitator dan reflektor. Disebut fasilitator karena konselor memfasilitasi atau
mengakomodasi konseli mencapai pemahaman diri. Disebut reflektor karena konselor
mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada klien perasaan dan sikap yang
diekspresikannya terhadap konselor sebagai representasi orang lain.
Selain konselor dalam bimbingan konseling guru juga mempunyai peran penting dalam
bimbingan dan konseling, yaitu untuk membantu siswa agar bisa menjalani proses
pendidikkan di sekolah dengan baik. Selain guru pengajar peran kepala sekolah juga
memiliki peran sangat penting dalam bimbingan dan konseling kepala sekolah bertanggung
jawab terhadap kelancaran pelaksanaan seluruh program sekolah, khususnya program
layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang dipimpinnya. Karena posisinya yang
sentral, kepala sekolah adalah orang yang paling berpengaruh dalam pengembangan atau
peningkatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolahnya. Sebagai supervisor, kepala
sekolah bertanggung jawab dalam melaksanakan program-program penilaian, penelitian dan
perbaikan atau peningkatan layanan bimbingan dan konseling. Ia membantu mengembangkan
kebijakan dan prosedur-prosedur bagi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolahnya.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari segi penulisan maupun dalam pemilihan kata. Oleh karena itu, penulis sangat
menghargai akan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini. Semoga dari apa yang telah di tulis pada makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Dengan adanya makalah ini, semoga bisa menjai salah satu
referensi bacaan yang diharap dapat menambah wawasan bagi kita semua. Dan juga, semoga
denga adanya makalah ini dapat menarik minat para pembaca dan juga dapat membangkitkan
semangat kita dalam mengasah kemampuan berliterasi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Cet.1.
2012.
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program BK di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
2000
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta. Cet.3. 2007.
14