Anda di halaman 1dari 134

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir berupa penyusunan buku dengan
judul “Bimbingan dan Konseling Dalam Konteks Pendidikan Biologi”.
Tidak lupa solawat serta salam penulis curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW kepada keluarganya, para sahabatnya dan kepada
kita umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan buku ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Penulis menyadari bahwa
penyusunan buku ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Namun,
saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca sangat
kami hargai.
Besar harapan penyusun agar laporan buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca juga bermanfaat kembali bagi penulis.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Bandung, 07 Mei 2019

Penyusun
UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam jangka waktu penyelesaian atas penyusunan buku ini,


penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung, baik dari segi materi
maupun referensi. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang turut membantu, khususnya kepada Allah SWT, kedua
orang tua, dosen dan teman-teman Pendidikan Biologi-B 2018.
Semoga buku ini dapat bermanfaat sebagai mana mestinya baik untuk
pembaca maupun penulis.

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...................................................................................i
UCAPAN TERIMAKASIH.........................................................................ii
DAFTAR
ISI.................................................................................................iii
BAB I:
PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar
Belakang........................................................................................2
B. Rumusan
Maslah………………………………………………………3
C. Tujuan......................................................................................................
4
D. Manfaat…………………………………………………………………
4
E. Metode.....................................................................................................
5
BAB II: KAJIAN
TEORI..............................................................................7
BAGIAN I : Possi dan Urgensi Bimbingan dan
Konseling.............7
BAGIAN II :Definisi dan Fungsi Bimbingan dan
Konseling.........17
BAGIAN III :Komponen Layanan Bimbingan dan
Konseling........35

iii
BAGIAN IV : .Pengorganisasian Bimbingan dan
Konseling...........41
BAGIAN V : Teknik – teknik Dasar Pemahaman
Individu...........49
BAGIAN VI :Strategi Bimbingan dan
Konseling..............................71
BAGIAN VII : Layanan Berbasis Bimbingan dan Konseling
Memandirikan..........................................................................................7
9
BAFIAN VIII : Diagnostik Kesulitan
Belajar....................................85
BAB III:
PEMBAHASAN..............................................................................97
BAB IV :
PENUTUP………………………………………………………..99
A. Simpulan.................................................................................................
.99
B. Saran……………………………………………………………………
99
C. Kesan
Pesan…………………………………………………………..100
D. Autobiografi…………………………………………………………..
100

DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................101
LAMPIRAN………………………………………………………………...
105

iiii
iiiii
BAGIAN I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan secara umum diartikan sebagai usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran untuk peserta didik agar secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain,
tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Namun umumnya
pendidikan dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah
dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi,
universitas atau magang. Bentuk pendidikan dengan hadir di
sekolah adalah yang paling umum ada juga sebagian kecil orang
tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau
yang serupa.
Dalam proses pendidikan ini tidak selalu serta merta
berjalan lancar tanpa masalah. Salah satunya mengenai rasa
simpati dan empati. Untuk membantu memecahkan masalah
tersebut, bukan hanya teman, guru, keluarga saja yang dijadikaan
tempat mengasah rasa kepekaan dalam simpati dan empati.
Melainkan dengan membaca buku dan membaca cerita-cerita
yang terjadi di masyarakat.

Dengan adanya peran Bimbingan dan koseling yang

1
dilaksanakan di sekolah sebagai upaya untuk membantu
individu-individu yang memerlukan bantuan. Dalam
bimbingan dan konseling diperlukan berbagai persiapan agar
pelayanan yang diberikan dapat optimal.Bimbingan dan
koseling yang dilaksanakan sebagai upaya untuk membantu
individu-individu yang memerlukan bantuan. Dalam
bimbingan dan konseling diperlukan berbagai persiapan agar
pelayanan yang diberikan dapat optimal. Persiapan-persiapan
tersebut meliputi pengetahuan konselor mengenai urgensi
bimbingan dan konseling, konsep dasar bimbingan dan
konseling, komponen pelayanan bimbingan dan konseling,
pengorganisasian bimbingan dan konseling, teknik-teknik
dasar pemahaman individu, dan banyak lainnya. Bimbigan dan
konseling umumnya dilaksanakan di sekolah untuk membantu
siswa-siswi yang mengalamami masalah pribadi, masalah
sosial,masalah agama, maslaah belajar, maupun masalah-
masalah lain di bidang pendidikan yang dapat menghambat
proses belajar siswa-siswi tersebut.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling
dilaksanakan oleh guru pembingbing atau konselor dan peserta
didik atau konseli. Konselor tidak hanya guru bimbingan dan
konseling saja, melainkan konselor juga dapat dilakukan oleh
guru mata pelajaran dan juga staf sekolah.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana posisi serta urgensi BK dalam


praktek pendidikan ?
2. Bagaimana konsep dasar bimbingan dan konseling di
sekolah ?

3. Apa saja komponen layanan bimbingan dan konseling di


sekolah ?

4. Bagaimana pengorganisasian bimbingan dan konseling di


sekolah ?

5. Apa saja teknik-teknik dasar pemahaman individu ?

6. Apa saja masalah-masalah siswa di sekolah serta


pendekatan- pendekatan umum dalam
bimbingan dan konseling ?
7. Bagaimana pembelajaran berbasis bimbingan
atau pembelajaran yang memandirikan ?
8. Bagaimana konsep dasar diagnostik kesulitan
belajar dan pengajaran remedial dan langkah-
langkah operasional diagnostik dan remedial ?

3
C. Tujuan
Tujuan dilakukanya penyusunan buku sebagai berikut:
1. Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Bimbingan dan
Konseling
2. Mengetahui Bagaimana posisi dan urgensi Bimbingan dan
Konseling serta konsep dasar Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
3. Mengetahui komponen layanan dan struktur organisasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
4. Mengetahui cara menangani siswa yang bermasalah di
Sekolah
5. Mengetahui perbedaan pembelajaran berbasis bimbingan
dan mandiri
6. Mengetahui cara mendiagnostik siswa yang mengalami
kesulitan belajar

D. Manfaat
1. Membantu calon pendidik untuk mengetahui posisi dan
urgensi BK di lingkungan sekolah
2. Membantu guru mata pelajaran dalam mendiagnostik
siswa yang mengalami kesulitan belajar
3. Membantu menangani guru dalam menghadapi siswa
yang mengalami kesulitan belajar
4. Membantu memberikan informasi mengenai struktur
keorganisasian BK di sekolah

4
E. Metode
Penyusunan buku ini diawali dengan melakukan
pembuatan resume dari setiap materi yang terdapat dalam RPS
di mata kuliah Bimbingan dan Konseling. Lalu , menggabungkan
resume menjadi sebuah buku .

5
6
BAB II
KAJIAN TEORI
BAGIAN I
Posisi Dan Urgensi Bimbingan dan Konseling

A. Definis Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan konseling berasal dari dua suku kata
yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan menurut KBBI
yaitu petunjuk ( penjelasan ) cara mengerjakan sesuatu;
tuntutan; pimpinan. Sedangkan konseling adalah pemberian
bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan
menggunakan metode psikologis dan sebagainya;
pengarahan. Juga dapat diartikan sebagai pemberian bantuan
oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat
dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan. Sehingga
, dapat teratasinya masalah yang dihadapi oleh
konseli/peserta didik. Bimbingan dan Konseling ini juga bisa
bersifat individual ataupun kelompok. Bimbingan individual
biasanya lebih menekankan pada privasi diri sedangkan
bimbingan kelompok itu lebih kepada konsultasi secara
bersama-sama.
Gibson & Mitchel (2011) mendefiniskan bimbingan
dan konseling sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik
baik individu atau kelompok agar mandiri dan berkembang
secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar, karir;

7
dengan memberi berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung atas dasar norma-norma yang berlaku. Oleh
karena itu, adanya Bimbingan dan Konseling juga membantu
pembentukan pribadi seseorang , tidak hanya untuk
mengatasi masalah saja.
B. Factor – Faktor Munculnya Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah Formal
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri seorang peserta didik. Bimbingan konseling
biasanya berbicara mengenai aspek psikologis.
Bim bingan konseling juga sangat
p e n t i n g posisinya untuk membimbing peserta didik untuk
memotivasi bahwa mereka adalah suatu pribadi yang unik
dan mampu bersaing. Perlunya bimbingan konseling dapat
berfungsi sebagai pemantau masalah-masalah siswa yang
berkaitan tentang masalah kelainan tingkah laku dan
adaptasi,apalagi di zaman sep erti saat ini budaya
luar masuk tanpa batas yang tidak semua budaya itu
baik.
Berikut beberapa faktor internal yang berpengaruh
terhadap munculnya Bimbingan dan Konseling :
a. Kebutuhan
Setiap individu pasti memiliki kebutuhan.
Kebutuhan peserta didik yang umum yaitu sejalan
dengan pendidikan yang merupakan usaha sadar yang
bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan

8
potensi-potensinya (bakat, minat, dan
kemampuannya). Sesuai UU no.20 tahun 2003
b. Perilaku yang timbul
Perilaku-perilaku yang timbul dari peserta didik
terutama perilaku kurang baik adalah salah satu faktor
mengapa BK muncul, yaitu untuk mengatasi
penyimpangan perilaku yang muncul dari peserta
didik.
c. Tujuan yang dituju
Tujuan yang ingin dituju dari setiap orang pasti
berbeda. Maka dari itu perlu adanya pembimbing
untuk memfasilitasi juga mengarahkan peserta didik
menuju tujuan yang dituju seperti mendapat rangking
di kelas, melanjutkan sekolah ke instansi tertentu dan
lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor luar yang
mempengaruhi munculnya bimbingan dan konseling.
Berikut beberapa factor eksternal munculnya Bimbingan dan
Konseling :
1. Orang tua sebagai orang terdekat dari peserta didik
tentu saja menjadi alasan utama.
2. Guru sering kali mendapati kesulitan di kelas saat
mengajar peserta didik yang kurang baik perilakunya,
sehingga guru membutuhkan pihak yang lebih khusus
untuk menangani permasalahan tersebut, yaitu
bimbingan dan konseling.

9
3. Fasilitas di sekolah juga biasanya ada yang kurang
dimanfaatkan oleh peserta didik, sehingga bimbingan
khusus dibutuhkan untuk memanfaatkan dan
mengarahkan bagaimana menggunakan semua fasilitas
yang ada dengan bijak.

C. Urgensi Bimbingan dan Konseling

1. Landasan Psikologis
Psikologis merupakan kajian ilmu yang membahas
tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam
bimbingan dan konseling memberikan pemahaman dan
pengertian tentang tingkah laku individu/peserta didik
yang menjadi sasaran layanan BK.
2. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang
memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi
kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai salah satu faktor
yang mempengaruhi perilaku individu.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan
melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan
perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan
kepribadian individu yang bersangkutan, yang pada
akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu ang
besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.

10
3. Landasan Keagamaan
Di Indonesia, agama dipahami sebagai sistem
kepercayaan, tingkah laku, nilai, pengalamandan yang
terinstitusionalisasi, diorientasikan kepada masalah
spiritual-spiritual yang diterapkan dalam sebuh komunitas
dan diwariskan antar generasi dalam tradisi. Kondisi ini
yang telah mendorong kecenderungan berkembangnya
bimbingan dan konseling berlandaskan spiritual atau religi.
Pemahaman agama di sekolah sangat penting untuk
pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian
peserta didik.
4. Landasan Perkembangan IPTEK
Aspek Perkembangan IPTEK Di era sekarang ini
merupakan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi
berkembang sangat pesat dan mudah diakses secara luas.
Oleh karena itu, diperlukannya adanya Bimbingan dan
Konseling, agar individu dapat mengetahui dampak positif
dan negatifnya dari perkembangan tersebut. Lewat
Bimbingan dan Konseling, individu diarahkan kepada
dampak yang lebih positif dari IPTEK juga lebih ditujukan
pada penerapan teknologi yang harus dimilliki dan dikuasai
karena semakin kompleksnya jenis-jenis dan syarat
pekerjaan serta persaingan antar individu.
Salah satu tantangan guru BK yaitu jika dihadapkan pada
pilihan yang terus berubah (over choise). Para siswa
sekarang lebih dahsyat lagi menerima pengaruh global.
Kondisi ini menuntut guru BK tidak boleh ketingalan IPTEK.

11
Informasi mengenai dunia kerja, cara untuk belajar dan
menghadapi permasalahan sosial harus mampu diakses
guru BK lewat berbagai cara. Dengan demikian peran
teknologi tinggi dalam dunia pendidikan khususnya
Bimbingan dan Konseling sangat dibutuhkan juga menjadi
salah satu factor penting untuk mendapatkan hasil yang
sesuai dan maksimal.

5. Perspektif Anak Berkebutuhan Khusus


Tujuan BK adalah membantu seluruh peserta didik agar
mampu mengembangkan setiap potensinya masing-masing.
Anak berkebutuhan khusus seringkali mendapatkan
hambatan dan kesulitan sebagai dampak dari keluar
biasaannya. Bimbingan dan konseling untuk ABK diarahkan
pada pengembangan kepribadian dan keterampilan hidup
bagi ABK sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam
masyarakat dengan kemampuan dan kelebihannya masing-
masing serta tidak menjadi beban di keluarga maupun
masyarakat. Dalam memberikan layanan program
bimbingan dan konseling bagi ABK, terdapat beberapa
pendekatan yang bisa diterapkan untuk membantu ABK.
Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan individual dan kelompok
Dalam pendekatan individual, konselor berfokus pada
seorang konseli saja. Sedangkan, dalam pendekatan
kelompok, konselor menghadapi beberapa konseli
sekaligus dalam waktu yang sama. Fokus konselor adalah
para siswa, informasi yang diberikan, dan cara

12
memecahkan masalah yang berhubungan dengan tugas
perkembangan dan tugas sosial.
b. Pendekatan Behavior
Dalam pendekatan behavioral terdapat empat metode
yang dapat digunakan untuk bimbingan konseling ABK,
yaitu:
1) Operant learning
Metode ini berfokus pada penguatan yang
dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan. Serta
pemanfaatan situasi di luar siswa ABK yang dapat
memperkuat perilaku yang dikehendaki. Penguatan
hendaknya sesuai kebutuhan siswa ABK.

2) Unitative learning atau social modelling


Metode ini berfokus pada perlunya konselor
merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan
model bagi siswa ABK, baik dalam bentuk rekaman,
program pengajaran, video, film, dan
biografiCognitive learning
Metode ini menekankan terhadap pentingnya aspek
perubahan kognitif siswa ABK dilakukan melalui
pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor
dengan siswa ABK, dan bermain peran.
3) Emotional learning
Metode ini cocok diterapkan bagi individu
yang mengalami kecemasan yang berlebihan.
c. Pendekatan realita

13
Pendekatan ini berfokus untuk membantu siswa
ABK agar mempunyai emosi yang kuat dan rasional.
D. Posisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Formal

Manajemen dan
Supervisi

Pembelajaran
Bidang Studi

Bimbingan dan
Konseling

Gambar 1.1 Posisi Bimbingan dan Konseling

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang
BIMBINGAN DAN KONSELING menimbang bahwa dalam
rangka pengembangan kompetensi hidup, peserta didik
memerlukan system layanan pendidikan di satuan
pendidikan yang tidak hanya mengandalkan layanan
pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen,
tetapi juga layanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-
edukatif melalui layanan Bimbingan dan Konseling.
Kurikulum 2013 juga mengharuskan peserta didk
menentukan peminatan akademik, vokasi dan pilihan lintas
peminatan serta pedalaman peminatan yang memerukan
layanan Bimbingan dan Konseling. System pendidikan di
Indonesia diselengggarakan dalam 3 jalur yaitu jalur formal,
non-formal dan informal. Jalur formal merupakan pendidkan

14
yang terstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidkan dasar,
pendidkan manengah dan pendidikan tinggi (UU No.20
Tahun 2003).Dalam jalur pendidikan formal Bimbingan dan
Konseling merupakan bagian integral dari program
pendidikan. Ada 2 istilah yang berkaitan dengan Bimbingan
dan Konseling di dunia pendidikan Formal :
1. Konseli : orang yang mendapatkan bimbingan dan konseling
pada satuan pendidikan
2. Konselor : pendidikan professional yang berkualifikasi
akademik minimal S1 dalam bidangnya dan telah lulus PPG
( Pendidikan Profesi Guru ) BK.
Adapun tujuan dari adanya BK di dunia pendidikan
formal ini untuk membantu konseli mencapai perkembangan
optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi,
belajar, social dan karir. Posisi BK dalam tingkat SD mungkin
disini BK hanya menangani masalah-masalah yang pada
umunya terjadi pada anak usia 6 – 12 tahun, berbeda dengan
posisi BK di tingkat SMA disini BK dibutuhkan sebagai
konselor juga untuk pengarahan ke jenjang selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebut ada 3 komponen kegiatan utama BK
yaitu :
1. Manajemen dan supervise
Dalam bidang ini BK menyangkut kegiatan pengelolaan
program secara efesien, lebih ditekankan pada tanggung
jawab pemimpin.
2. Pembelajaran Bidang Studi

15
Bidang ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan pengembangan sikap dan lebih kepada
tanggung jawab guru
3. Bimbingan dan Konseling
Bidang ini terkait program pemberian layanan bantuan
kepada peserta didik, lebih kepada tanggung jawab guru
pembimbing atau konselor.

16
BAGIAN II
Definisi dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri
atas dua suku kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata
“guidance”) dan “konseling” (diambil dari kata “counseling”).
Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu
kesatuan kegiatan juga tujuan yang tidak dapat terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral (Tohirin, 2011: 15).
1. Pengertian Bimbingan Secara Etimologi
Menurut Winkel dalam Tohirin (2011: 15-16)
istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari
kata “guidance”. Kata “guidance”yang kata
dasarnya “guide”memiliki beberapa arti :

1) menunjukkan jalan (showing the way),


2) memimpin (leading),
3) memberikan petunjuk (giving instruction),
4) mengatur (regulating),
5) mengarahkan (governing), dan
6) memberi nasihat (giving advice).
Bimbingan sebagai suatu konsep, suatu bentuk
dan suatu program pendidikan dengan cara menolong
individu juga beberapa cara pengaturan dan berproses
untuk mencapai tujuan baik itu tujuan pendidikan
ataupun tujuan individu.
2. Pengertian Konseling

17
Istilah konseling diadopsi dari bahasa Inggris
“counseling” di dalam kamus artinya dikaitkan dengan
kata “counsel” memiliki beberapa arti, yaitu nasihat (to
obtain counsel), anjuran (to give counsel), dan
pembicaraan (to take counsel). Berdasarkan arti di atas,
konseling secara etimologis berarti pemberian nasihat,
anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran
(Tohirin, 2011: 21-22).
Konseling berarti juga hubungan antara
seorang konselor yang terlatih dengan konseli yang
bertujuan untuk membantu konseli (dalam hal
pendidikan yaitu peserta didik ) memberi motivasi
atau arahan juga pemahaman tentang masalah pribadi.
Karena tugas dari konselor yaitu memberikan
kesempatan pada klien / peserta didik untuk lebih
terbuka dengan masalah yang dihadapinya.
3. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Menurut Permendikbud nomor 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah adalah upaya
sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta
terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai
kemandirian dalam kehidupannya. Yang memiliki 2
aspek yaitu ada Konseli (sebagai penerima layanan)
juga Konselor ( pemberi layanan).

18
B. Fungsi Bimbingan Konseling

1. Fungsi pemahaman : membantu peserta didik atau


konseli dalam memahami dirinya sendiri agar
dapat mengembangkan potensi dirinya.
Contohnya : jika ada seorang siswa yang
sedang bimbang dengan pilihan sekolah
lanjutannya lalu siswa tersebut dating kepada
pihak BK dan melakukan bimbingan nah dalam
bimbingan tersebut pihak BK itu mengupas lebih
dalam mengenai siswa terebut juga membantu
memberi saran dan arahan untuk siswa tersebut
agar dapat terus mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
2. Fungsi preventif : pengantisipasian masalah
dengan memberi pandangan juga masukan
mengenai penggambaran masalah atau contoh dari
masalah masalah yang sering dihadapi peserta
didik.
Contoh : jika ada beberapa orang peserta
didik yang mengetahui temannya mempunyai
suatu masalah lalu pihak BK itu memberi
gambaran mengenai dampaknya bagimana, baik
dan buruknya itu bagaimana dan bagaimana cara
peserta didik itu mengatasinya agar tidak terbawa
oleh arus.

19
3. Fungsi pengembangan : dalam hal ini pemberi
layanan lebih bersifat proaktif dalam tujuan untuk
mencapai tugas – tugas peserta didik.
4. Fungsi penyembuhan : pemberian layanan kepada
anak yang bermasalah baik masalah pribadi atau
lainnya.
Contoh : jika ada seorang anak didik yang
mempunyai masalah misalkan masalah keluarga
lalu dia menghubungi pihak BK , nah pihak BK itu
berfungsi sebagai pendengar yang baik bagi si
anak itu juga pemberi motivasi, support agar dia
bisa kembali bersemangat lagi.
5. Fungsi penyaluran : sebagai penyalur untuk
peserta didik juga pemberi ruang paham jika
mereka akan menentukan pilihan mengenai
sesuatu yang menyangkut pendidikan
Contoh : bagi siswa SMA terutama kelas 12
jika sudah akhir semester 2 bimbang menentukan
pilihan harus lanjut kemana, harus ambil apa dll
disini fungsi BK sebagai penyalur yaitu ada
SNMPTN BK disini sebagai penyalur antara
peserta didik dan tujuan yang dituju, atau lebih
bisa disimpulkan bahwa BK disini berperan
sebagai jemabatan fasilitator.
6. Fungsi adaptasi : membantu tugas guru dalam
memperlakukan peserta didik secara tepat dan
baik.

20
Contoh : pada awal masa SMA biasanya
dilakukannya tes psikotes dan penjurusan guna
mengetahui bakat dan potensi peserta didik, disini
BK membantu guru mata pelajaran untuk
memperlakukan peserta didik sesuai dengan hasil
dari tes tersebut.
7. Fungsi penyesuaian : penyesuaian peserta didik
untuk beradaptasi dengan baik terhadap
lingkungannya
8. Fungsi perbaikan : meluruskan pemikiran yang
membingungkan atau menyimpang
9. Fungsi fasilitas : memfasilitasi peserta didik agar
dapat bertumbuh kembang dengan optimal
10. Fungsi pemeliharaan : pemberian masukan saran
agar peserta didik dapat menjaga dirinya sendiri
dan mempertahankan situasi yang kondusif.

C. Prinsip Bimbingan Konseling

1. Diperuntukkan untuk semua dan tidak


diskriminatif
2. Merupakan proses individuasi
3. Menekankan pada nilai yang positif’
4. Merupakan tanggung jawab bersama
5. Bertugas membantu konseli secara bertanggung
jawab
6. Berlangsung dari berbagai latar kehidupan
7. Bagian integral dari pendidikan

21
8. Berbingkai budaya Indonesia
9. Memiliki sifat fleksibel juga adaptif secara
berkelanjutan
10. Dilaksanakan sesuai standar dan prosedur
prefesional BK
11. Disusun sesuai dengan kebutuhkan konseli.

D. Asas Bimbingan Konseling


1. Asas Kerahasiaan
Yaitu asas bimbingan konseling yang dituntut
untuk merahasiahkan segenap data dan keterangan
tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan,
Contoh :
Ada seorang murid yang yang bercerita kepada
gurunya (guru BK) bahwa dirinya mngidap penyakit
HIV Aids, maka guru tersebut harus menyimpan data
tersebut.
2. Asas Kesukarelaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta
didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan atau
kegiatan yang diperlukan baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.
Contoh :

22
Ada seorang peserta didik yang selalu tidak
masuk dikarenakan tidak suka pada salah satu mata
pelajaran di sekolahnya. Peran guru BK disini sebagai
pengarah dan pemberi gambaran bila mana peserta
didik itu kembali tidak mengikuti pelajaran tersebut
maka resikonya seperti apa dan juga memberi motivasi
terhadap mata pelajaran tersebut agar peserta didik
bias kembali mengikuti pelajaran dengan baik dan
penuh semangat.

3. Asas Keterbukaan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
memiliki tujuan agar peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran layanan atau kegiatan BK ini bersifat
terbuka, baik didalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna untuk
pengembangan dirinya sendiri. Dalam hal ini guru
pembimbing (BK) berkewajiban mengembangkan
keterbukaan kepada peserta didik (konseli).
Contoh :
Ada seorang murid yang memiliki sifat
tertutup,sebagai guru khususnya guru BK kita harus
dapat mengubah murid itu untuk berbicara secara
terbuka dan tidak berpura-pura dalam menceritakan

23
masalah pribadinya sendiri.sehingga murid tersebut
dapat berbicara jujur dan merasa nyaman dalam
menyampaikan masalahnya.
4. Asas Kegiatan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi secara
aktif dalam penyelenggaraan layanan atau kegiatan
bimbingan.Dalam hal ini guru pembimbing (BK) perlu
mendorong peserta didik agar aktif dalam setiap
layanan atau kegiatan bimbingn dan konseling yang
diperuntukkan baginya juga memiliki manfaat
untuknya.
Contoh :
Seorang guru harus bisa membuat suatu
program kegiatan.seperti ospek (maba) maupun MOS
(siswa baru)

24
Agar peserta didik dapat mengenali lingkungan yang
baru serta mampu untuk menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan yang baru.
5. Asas Kemandirian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
merujuk pada tujuan umum bimbingan dan
konseling, yakni : peserta didik (konseli) sebagai
sasaran layanan bimbingan dan konseling diharapkan
menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan cara
mengenal dan menerima diri sendiri juga dengan
lingkungannya,mampu mengambil keputusan dengan
bijak, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri.
Dalam hal ini guru pembimbing hendaknya mampu
mengarahkan layanan bimbingan dan konseling yang
diselengarakannya bagi berkembannnya kemandirian
peserta didik.
Contoh :
Ada seorang murid yang cacat fisik datang
pada kita sebagai konselor atau guru BK,dia
menceritakan bahwa dia tidak memiliki semangat
untuk meneruskan hidupnya. Sebagai guru yang
professional kita harus bisa menumbuhkan rasa
semangat hidup dengan cara memberikan
pemahaman agar murid tersebut mengenal dan
menerima dirinya dan lingkungan,dan mampu
mengambil sebuah keputusan agar muridi tersebut
menjadi diri yang mandiri.

25
6. Asas Kekinian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar obyek sasaran layanan BK ialah
permasalahan peserta didik (konseli) dalam
kondisinya saat ini.
Contoh :
Seorang guru tidak hanya fokus pada masalah
yang telah dihadapi,tetapi konselor harus terus
memantau perkembangan konseli baik fisik dan
psikisnya.
7. Asas Kedinamisan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layangan (konseli) yang sama kehendaknya

26
selalu bergerak maju, tidak membosankan dan terus
berkembang secara berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
Contoh :
Seorang guru harus mampu mengikuti
pergerakan jaman,agar guru dapat menyelesaikan
suatu permasalahan yang pada seorang murid yang
semakin kompleks.misalnya keluarga broken,serta
pergaulan bebas dikalangan pemuda.
8. Asas Keterpaduan
Yaitu asas bimbingan dan koseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh
guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis,dan terpadu. Untuk itu adanya
kerjasama antar guru pembimbing dan pihak-pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling harus terus dikembangkan.
Contoh :
Seorang guru melakukan kerjasama dengan
seorang psikologi seks maupun dokter
kandungan,dan mengundangnya kesekolah untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik di
sekolah agar konseli/peserta didik memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang lebih jelas tentang

27
seks agar mereka tidak terjerumus kedalam pergaulan
bebas seperti itu.
9. Asas Keharmonisan / kenormatifan
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling didasarkan oleh aturan dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu
nilai dan norma agama,hukum dan peraturan,adat
istadat,ilmu pengetahuan,dan kebiasaan yang berlaku.
Contoh :
Seorang guru dalam menjalankan
tugasnya,harus sesuai dengan norma,hukum, dan adat
istiadat.sehingga tercipta suasana yang harmonis
diantara murid dan guru .karena seorang guru yang
professional harus bisa menciptakan suasana yang
nyaman muridnya.

28
10. Asas keahlian
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselenggarakan sesuai kaidah-kaidah
professional. Dalam hal ini,para pelaksana bimbingan
dan konseling hendaklah tenaga professional yang
benar-benar ahli dalam bidangnya.
Contoh :
Apabila seorang murid mendatangi gurunya,
maka seorang guru harus bersikap sesuia
profesinya.bukan bersikap seperti dokter maupun
yang lainnya, dengan cara memberikan sepenuhnya
keputusan pada muridnya.
11. Asas Alih Tangan Khasus
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
secara cepat, tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (konseli) mengalih tangankan
permalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Jika
memang pihak BK sudah berupaya untuk mengatasi
namun perlu adanya bantuan dari pihak yang lebih
ahli.
Contoh :
Ada seorang peserta didik yang mengalami
stress gara-gara tidak lulus sekolah,seorang guru tidak
dapat bertidak sendiri dalam konteks ini.seorang guru
harus melakukan kerjasama dengan pihak yang lebih

29
kompeten dalam kasus ini.seperti membawa murid
tersebut pada seorang psikiater maupun dokter.
12. Asas Tut Wuri Handayani
Yaitu asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan
konseling secara keseluruhan menciptakan suasana
yang dapat mengayomi, mengembangkan
keteladanan dan juga memberikan rangsangan dan
dorongan serta kesempatan yang seluas-luasnya
kepada konseli untuk maju.
Contoh :
Seorang guru harus menjadi guru teladan dan
menyenangkan agar peserta didik tidak takut
menceritakan masalahnya kepada kita dan mampu
mengayomi peserta didik.

E. Ruang Lingkup Bimbingan Konseling di Sekolah


1. Pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai ruang
lingkup yang cukup luas, yaitu:
a. Segi fungsi
Dilihat dan segi fungsinya ruang lingkup bimbingan
dan konseling di sekolah mencakup bimbingan dalam
beberapafungsi:
(a) pencegahan,

(b) pengembangan,

30
(c) penyaluran,

(d) penyesuaian,

(e) perbaikan.

b. Segi sasaran
Bimbingan dan konseling di sekolah diperuntukkan
bagi seluruh siswa dengan tujuan agar siswa secara
perseorangan mencapai perkembangan optimal melalui
kemampuan pengungkapan-pengenalan-penerimaan diri dan
lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri, dan
perwujudan diri.
c. Segi Layanan
Dilihat dari layanan yang diberikan, layanan BK disekolah
meliputi :
1) Pengumpulan data, pengolahan dan penghimpunan
berbagai informasi tentang siswa beserta latar belakangnya.
Tujuannya untuk memperoleh pemahaman yang objektif
terhadap siswa dalam membantu mereka mencapai
perkembangan optimal

2) Pemberian informasi, tujuan layanan ini agar para siswa


memiliki informasi yang memadai baik informasi tentang
dirinya maupun informasi tentang lingkungan.

31
Informasi yang diterima oleh peserta didik merupakan
bantuan dalam aspek membuat keputusan secara tepat.

3) Penempatan, layanan untuk membantu para siswa agar


memperoleh wadah yang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya untuk mengembangkan diri.

4) Menghadapi masalah pribadi melalui teknik konseling dan


teknik pemberian bantuan lainnya.Tujuan layanan ini agar
pada akhirnya siswa yang menghadapi masalah pribadi
mampu memecahkannya sendiri.

5) Alih tangan (referal), yaitu layanan untuk melimpahkan


kepada pihak lain yang lebih mampu dan berwenang apabila
masalah yang ditangani itu di luar kemampuan dan
kewenangan petugas pemberi bantuan yang terdahulu.
Misalnya dengan cara mengirim peserta didik ke
psikolog/psikiater untuk pemeriksaan psikologis jika
memang dianggap tidak wajar seperti halnya peserta didik
yang lain, dan lain sebagainya.

6) Penilaian dan tindak lanjut yaitu layanan untuk menilai


keberhasilan usaha bimbingan yang telah diberikan. Sekaligus
secara tidak langsung layanan ini dapat berfungsi untuk
menilai keberhasilan program pendidikan secara keseluruhan.

d. Segi masalah

1) Jenis bimbingan yang membantu para siswa dalam


menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pendidikan.

32
Contohnya yaitu pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan,
cara belajar, perencanaan pendidikan lebih lanjut, dan lain
sebagainya.

2) Bimbingan karir yaitu suatu jenis bimbingan yang


membantu siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah-masalah yang menyangkut karir/masa depan
seperti: pemahaman terhadap dunia kerja, perencanaan karir,
penyesuaian pekerjaan, pemilihan lapangan kerja, dan
pemahaman terhadap keadaan pengembangan karir.

3) Bimbingan sosial-pribadi-emosional yaitu jenis bimbingan


yang membantu para siswa dalam menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi-emosional
seperti: masalah pergaulan, penyelesaian konflik,
penyesuaian diri, dll.

33
E. Perbandingan Psikologi Pendidikan dengan Guru BK
Table 2.1 Perbandingan Psikologi Pendidikan dengan Guru
BK

No. Aspek Psikolog Guru BK/BP


perbandingan Pendidikan
1. Ruang Pendidikan Pendidikan
lingkup
gerakan
2. Tugas membantu menempati bidang
sekolah secara pembimbingan siswa
keseluruhan, dalam keseluruhan
sehingga menjadi proses dan kegiatan
lebih efektif dalam pendidikan, yaitu
mendukung pengembangan diri
kebutuhan khusus peserta didik yang
dari murid dalam sesuai dengan
kebutuhan.

34
BAGIAN III
Komponen Layanan Bimbingan dan Konseling
A. Komponen layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Bowers and Hatch ( Fatur Rahman, 2009:3)


menyataka bahwa, program BK di sekolah tidak hanya
bersifat komprehensif (mampu menangkap dengan baik )
dalam suatu ruang lingkup, tetapi harus juga bersifat
preventif dalam design dan pengembangan dalam mencapai
tujuan. Sedikit penjelasan mengenai program Bimbingan
Konseling :

- Bersifat komprehensif : BK sebagai fasilitas dalam pencapaian


perkembangan peserta didik dalam aspek perkembangan.
- Bersifat preventif dalam desain : suatu bimbingan yang
bersifat antisipasi dan pencegahan yang bertujuan agar
peserta didik melakukan sikap dan tindakan yang tepat dalam
aspek perkembangan psikologis.
- Bersifat pengembangan : konselor bertugas sebagai pemenuh
kebutuhan pserta didik sesuai dengan aspek perkembangan.

Layanan Bimbingan klasikal merupakan sebuah


layanan yang memiliki fungsi sebagai pencegahan ,
pemahaman , pemeliharaan dan pengembangan yang
memiliki proses secara proaktif juga spesifik. Beberapa
komponen pelayanan Bimbingan dan Konseling:

35
a) Layanan dasar
Layanan ini memiliki sifat sistematis, terstruktur juga
perkembangan mental untuk meningkatan potensi diri dalam
berbagai aspek. Isi dari layanan ini yaitu Keimanan dan
Ketakwaan terhadap Tuhan YME; Kerjasama dengan suatu
kelompok; pengembangan sikap dan perilaku; pemahaman
nilai-nilai etika kehidupan; pengembangan intelektual.
(Nurihsan, 2006: 45).
Beberapa strategi layanan dasar BK :
a) Bimbingan Klasikal : bimbingan yang diperuntukan
untuk seluruh peserta didik dengan cara kontak
langsung dengan konselor atau sebaliknya secara
terjadwal guna memberi pandangan mengenai
beberapa hal yang dianggap bermanfaat untuk peserta
didik.
b) Bimbingan Kelompok : layanan konselor terhadap
kelompok kecil yang bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan juga minta peserta didik.
c) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali
kelas : konselor melakukan kolaborasi untuk
mendapatkan informasi peserta didik baik itu
membantu pemecahan masalah atau juga melakukan
identifikasi apa saja aspek bimbingan yang dapat
dilakukan juga oleh guru mata pelajaran atau wali
kelas.
d) Berkolaborasi dengan orang tua : dalam hal ini
konselor dan orang tua bekerja sama untuk melakukan

36
bimbingan yang tidak saat pas jam sekolah saja tetapi
saat jam luar sekolah juga.
b) Layanan Responsif
Layanan yang bertujuan untuk membantu
pemenuhan kebutuhan yang dianggap penting oleh
peserta didik saat ini. Isi dari layanan responsive yaitu
bidang pendidikan ( saat pemilihan jurusan di SMA sesuai
dengan minat dan bakat ), bidang belajar ( memberi tips
and trick mengenai belajar efektif); bidang social ( cara
bergaul di lingkungan yang baik juga mengatasi konflik
dengan teman sebaya ); bidang pribadi ( pembentukan
karakter, pengenalan diri sendiri juga pengenalan masa
yang akan dating ); bidang disiplin ( pengenalan dan
pengembangan perilaku pendisiplinan ); bidang narkotika
( pengenalan tentang bahaya dan cara mencegah narkotika
); bidang perilaku seksual ( pengenalan dan pencegahan
mengenai perilaku penyimpangan seks) (Nurihsan, 2006:
45-46).
Beberapa strategi layanan responsive BK :
a) Konsultasi : konsultasi pihak terkait guna
membangun satu persepsi dan satu tujuan yang
sama.
b) Konseling individual atau kelompok : membantuk
memecahkan permaslaahan juga mencari jalan
keluar yang tepat atas suatu masalah.

37
c) Rujukan : memberi rujukan atau meng alih
tangankan konseli yang memiliki masalah yang
cukup berat kepada pihak yang lebih berwenang.
d) Bimbingan teman sebaya : hal ini bisa disebut juga
sebagai sesi curhat antar peserta didik untuk
membantu pemecahan suatu permasalahan atau
semacamnya.

c) Layanan perencanaan individual


Layanan ini bertujuan untuk membantu peserta
didik dalam membuat plan baik dalam bidang karier,
pendidkikan juga kehidupan di masa mendatang. Isi
layanan ini yaitu bidang pendidikan ( plan mengenai
pembelajaraan lanjutan ); bidang karier ( perencanaan
untuk melakukan sesuatu yang bersifat produktif );
bidang social-pribadi ( pengembangan diri menjadi lebih
baik lagi juga mengetahui cara bersosialisasi yang baik ).
Strategi layanan perencanaan individual :
a) Penilaian individual atau kelompok : bersama-
sama antara konselor atau guru dengan siswa
melakukan evaluasi penilaian guna
mengetahui kelebihan dan kekurangan siswa
tersebut.
b) Individual or small-group advicement :
pemberian saran dari hasil penilaian peserta
didik tersebut.

38
d) Layanan dukungan sistem

Memanage kegiatan yang bertujuan untuk


memantapkan, memelihara juga meningkatkan BK (
Eric dalam Nurihsan, 2006: 47). Kegiatan tersebut
diarahkan kepada pengembangan program dan staf;
pemanfaatan SDM; penataan suatu kebijakan dan
prosedur juga teknik BK. ( Nurihsan, 2006: 47).

Strategi layanan dukungan system :

a) Pengembangan profesi : selalu update mengenai


pengetahuan dan keterampilan dalam beberapa
bidang salah satunya melanjutkan studi ke tingkat
lebih lanjut ( Pascasarjana ).
b) Manajemen program : melakukan sesuatu secara
terstruktur dan jelas juga memiliki arah tujuan.
c) Riset dan pengembangan : melakukan suatu riset
penelitian dan lain semacamnya.

39
40
BAGIAN IV

Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling

A. Pengorganisasian BK di Tingkat Sekolah

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling

Keterangan :
- Unsur Kan Depdiknas : orang yang memiliki tugas
melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
- Kepala sekolah (bersama Wakil Kepala Sekolah) :
selaku penanggung jawab pada satuan
pendidikan secara keseluruhan, termasuk juga

41
penanggung jawab dalam pembuat kebijakan
dalam layanan bimbingan dan konseling.
- Koordinator Bimbingan dan Konseling (bersama
konselor sekolah) yaitu pelaksanaan utama dalam
bidang pelayanan BK.
- Guru mata Pelajaran : sebagai pelaksanaan
pengajaran, praktik juga latihan untuk kecerdasan
peserta didik.
- Wali Kelas adalah guru yang diberi
tanggungjawan amanah secara khusus untuk
mengurus pembinaan dan adminitrasi (seperti
nilai rapor, kenaikan kelas, kehadiran siswa) dari
beberapa orang siswa yang berada dalam satu
kalas tertentu.
- Siswa memiliki peran sebagai peserta didik yang
menerima beberapa pelayanan yaitu pengajaran,
praktik/latihan, dan juga bimbingan di sekolah.
- Tata Usaha adalah membantu Kepala Sekolah
dalam penyelenggara dan pengalokasian dana
untuk urusan adminitrasi atau juga ketatausahaan.
- Komite Sekolah yaitu sebuah organisasi yang
terdiri dari salah satu unsure sekolah, orang tua
dan tokoh masyarakat yang
berperan membantu penyelenggaraan satuan
pendidikan.
- Kesimpulan yang dapat diambil dari gambar
diatas yaitu adanya sifat hubungan secara variatif.

42
Hubungan antara Unsur satu dengan lainnya yang
saling bekerjasama dan berkesinambungan
dalammelaksanakan tugasnya demi mencapai
suatu tujuan pendidikan yang seimbang antara
kulitatif peserta didik juga kuantitatif yang
didapatkan dari hasil pelayanan BK ini.

B. Peran dan Fungsi Kepala Sekolah dalam Kegiatan


Bimbingan dan Konseling
Kepala sekolah yang memegang peranan penting
sebagai pengelola satuan instansi pendidikan bertanggung
jawab atas seluruh program atau komponen pelaksanaan
sekolah. Ditinjau dari sisi kelembagaan, peran kepala sekolah
sebagai kekuatan sentral yang utama yang memiliki juga
memahami tugas dan fungsinya kepada staff juga kepada
siswa untuk keberhasilan suatu sekolah. Berdasarkan
petunjuk pelaksaan Bimbingan dan Konseling , kepala sekolah
memiliki beberapa tugas yaitu :
- Merencakan program
- Melaksanakan program
- Melakukan penilaian terhadap suatu program
- Memiliki tanggung jawab terhadap proses
pelaksaan BK

Dalam panduan umum mengenai Bimbingan dan


Konseling di sekolah dikemukakan bahwa fasilitas juga
intrumensi BK itu dijamin oleh kepala sekolah termasuk

43
didalamnya penetapan pola organisasi sekolah, kewajiban
serta tugas personalia pelaksanaan.

Dalam segi menjalankan fungsinya sebagai pemimpin


suatu sekolah , kepala sekolah itu sebaiknya dan seharusnya
memiliki beberapa kemauan juga pengetahuan yang cukup
untuk mengorganisasikan seluruh staff sesuai dengan
bidangnya untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Maka
dari itu, kepala sekolah berfungsi sebagai pendidik ; pengelola
; pengawas ; pemimpin ; pemberharu ; penggerak ; juga
sebagai pemberi motivasi kepada seluruh aspek sekolah baik
itu staff, pemberdaya juga siswa. Berkaitan dengan Bimbingan
dan Konseling, kepala sekolah berada pada fungsi dan peran
sebagai pengkoordinasi kegiatan pendidikan , sebagai
pemberi sarana dan fasilitas pelengkap, pelaksanakan
program BK, pengawas Bk, menetapkan coordinator ,
menetapkan juga pemberi penugasan guru BK , persetujuan
dalam hal surat pernyataan yang dikeluarkan oleh BK,
melakukan kerjasama antar instansi , dan juga sebagai
pelaksana kegiatan BK.

C. Perbedaan Peran dan Fungsi wakasek kesiswaan dengan


guru BK
Guru Bimbingan dan Konseling yaitu seorang
pendidik yang memberi layanan khusus kepada konseli
(dalam hal ini siswa) agar dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi juga mampu untuk mengembangkan potensi
dirinya dengan optimal. Wakil kepala sekolah yang biasa lebih

44
dikenal dengan singkatan “waka” yaitu orang yang
membantu pelaksanaan beberapa tugas kepala sekolah. Atau
juga bisa diartikan sebagai pemegangan kewenangan kedua
setelah kepala sekolah. Adapaun pengertian dari bidang
kesiswaan yaitu bidang yang mengcover beberapa fungsi dan
kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara
pribadi agar setiap siswa itu dapat berkembang sesuai dengan
bakat, potensi, minat juga tahapan perkembangan yang harus
dilaluinya. Peranan dan fungsi wakasek bidang kesiswaan ini
ada dalam mengatasi kedisiplinan guna meningkatkan
kualitas siswa agar mematuhi peraturan yang telah dibuat dan
juga melatih sikap tanggung jawab dengan apa yang telah
dilakukannya. Perbedaan antara peran dan fungsi wakasek
kesiswaan dengan guru BK yaitu jika suatu masalah sudah
dianggap lebih serius maka permasalahan tersebut akan
dilimpahkan kepada wakasek kesiswaan oleh BK karena yang
memutuskan suatu pernyataan berada pada tangan wakasek
kesiswaan. Wakasek kesiswaan biasanya lebih dominan
kepada pertanggung jawaban sebuah event sekolah biasanya
berkaitan dengan organisasi Osis/Mpk, sedangkan guru BK
itu lebih kepada palayanan untuk berkonsultasi baik secara
pribadi maupun kelompok.
D. Peran dan Fungsi Wali Kelas dalam kegiatan BK
Peran dan fungsi wali kelas dalam kegiatan BK
yaitu :
- Membantu guru BK melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya, berarti dalam hal ini wali

45
kelas bekerja sama dengan BK terkait permaslahan
absensi, sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran, pencapaian nilai. wali kelas bekerja
sama dengan BK agar anak wali yang dibinanya
mencapai taraf keberhasilan.
- Membantu pelaksanaan tugas, , dalam bagian ini
wali kelas dan guru BK berkerja sama agar
keduanya saling menyatukan persepsi sesuai
dengan bakat dan potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
- Memberikan kesempatan untuk adanya layanan
BK , disini wali kelas memberi izin kepada peserta
didik jika memang peserta didik tersebut memiliki
masalah dan sedang berhubungan dengan guru BK
- Berpastisipasi aktif dalam kegiatan BK , wali kelas
aktif bertanya mengenai keadaan anak walinya
apakah ada yang bermasalah atau tidak juga
berusaha menyelesaikan suatu permasalahan
dengan tanggap
- Mengalihkan peserta didik yang membutuhkan
layanan BK, maksudnya wali kelas mengarahkan
anak walinya yang membutuhkan layanan BK ,
memberi waktu untuk mengikuti proses
bimbingan yang diperlukan.
- bimbingan yang diperlukan.

46
E. Peran dan Fungsi guru mata pelajaran dalam kegiatan BK
Pentingnya koordinasi antara guru mata pelajaran
dengan guru BK karena, guru BK disini pemegang dokumen
peminatan siswa hasil dari tes psikotes yang telah dilakukan.
Apa maksudnya? Jika seorang siswa lemah dalam mata
pelajaran A maka guru mata pelajaran A tersebut harusnya
bisa lebih tepat untuk menghadapinya.
Table 4.1 perbedaan guru mata pelajaran dengan guru BK.
Aspek Guru Mata Guru BK
pelajaran
Tugas Mendidik dengan Memberi layanan
menjalankan dengan hubungan
fungsinya sebagai konseli – konselor
guru
Sasaran Mengembangkan Pengembangan
kemampuan dalam lebih kepada nilai
penguasaan materi social, jenjang
karier dan masalah
masalahnya.

Standar Bersifat kuantitatif, Bersifat kualitatif


keberhasilan bertujuan kepada
standar
komepetensi

Perencanaan Kebutuhan Pengembangan


pembelajaran ditetapkan lebih ditetapkan dengan
dulu

47
adanya fasilitator
yaitu guru BK

Pelaksanaan Penyesuaian susai Proses lebih lentur


pembelajaran dengan proses dan terbukan
respons yang lebih antara konseli
terstruktur (siswa) – konselor
(guru)

F. Peran dan Fungsi Staff lainnya dalam organisasi BK


Staf dalam organisasi BK ini memiliki peran dan
fungsi sebagai :
- Membantu guru Bk dalam bidang
pengadministrasian kegiatan yang digagas oleh BK
- Membantu persiapan kegiatan yang dilaksanakan
oleh BK
- Membantu menyiapkan sarana dan fasilitas yang
diperlukan oleh BK untuk memenuhi
kesejahteraan pendidikan untuk mecapai tujuan
- Membantu melakukan pencacatan dokumen
sebagai salinan yang sebelumnya dilakukan oleh
BK.

48
BAGIAN V
Teknik – Teknik Dasar Pemahaman Individu

1. Teknik Dasar Pemahaman Individu ( tes dan non tes )

1.1 Teknik Tes


A. Tes kecerdasan

Kecerdasan diartikan sebagai kemampuan


berpikir yang bersifat abstrak. Kecerdasan juga
dapat diartikan sebagai kemampuan umum suatu
individu untuk berperilaku yang memiliki tujuan
dengan jelas, berpikir secara rasional, dan
berhubungan dengan lingkungannya secara efektif
(Budiamin, 2011: 32). Tingkat kecerdasan (IQ)
memiliki beberapa klasifikasi :

1. Superior atau genius adalah peserta didik yang memiliki


kemampuan berlebih yaitu dapat menyelesaikan pekerjaan
dengan mudah dan cepat.
2. Normal adalah peserta didik yang memiliki kemampuan
seperti umunya peserta didik lain
3. Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded
adalah peserta didik yang memiliki keterlambatan dalam
hal melakukan segala sesuatu juga sering mengalami
kesulitan baik dalam belajar ataupun beraktivitas.

49
B. Tes Bakat
Tes bakat dilakukan untuk mengukur
kecerdasan potensial yang bersifat khusus yang
dimiliki oleh peserta didik (Budiamin, 2011: 32).
Untuk mengetahui bakat tersebut, terdapat
beberapa macam tes yaitu :

1. Rekonik : Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik,


persepsi dan berpikir mekanis.
2. Tes bakat musik.
3. Tes bakat artistik.
4. Tes bakat klerikal (perkantoran).
5. Tes bakat yang multifactor : Tes bakat untuk mengukur
berbagai kemampuan khusus.
C. Tes Prestasi Belajar ( Achievement Test )
Tes prestasi belajar adalah seperangkat
kegiatan atau alat yang dimaksudkan untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang
telah dirancang sebelumnya dalam domain kognitif,
afektif dan psikomotor (Budiamin, 2011: 32 ).
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar
bagi guru MI/SD bertujuan:
1. Menilai kemampuan belajar peserta didik
2. Memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik
3. Mengecek kemajuan belajar peserta didik
4. Memahami kesulitan-kesulitan belajar
5. Memperbaiki teknik mengajar bagi guru
6. Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru

50
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasil
pembelajaran atau kemajuan belajar murid. Tes ini
meliputi:
1. Tes diagnostic : dirancang agar guru dapat menentukan
letak kesulitan murid dalam mata pelajaran yang diajarkan.
2. Tes prestasi belajar kelompok
3. Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru untuk
mengukur kemampuan siswa

1.2. Tenik Non Tes


A. Observasi ( pengamatan )
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Dilakukan sesuai dengan tujuan yang sebelumnya sudah
dirumuskan
2. Direncanakan secara sistematis
3. Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Perlu diperiksa ketelitiannya
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa jenis:
1. Observasi sehari-hari (daily observation)
2. Observasi sistematis (systematic observation)
3. Observasi partisipatif (participative observation)
4. Observasi non-partisipasif (non participative observation)
(Budiamin, 2011: 33)
B. Wawancara ( interview )

51
teknik untuk mengumpulkan informasi melalui
komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta
informasi). Bisa dilakukan secara sampling atau perorangan.
1. Kelebihan wawancara:
a. Merupakan teknik yang paling tepat
b. Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
c. Dapat diselenggarakan serempak dengan cara
observasi
d. Digunakan untuk melengkapi data yang dikumpulkan
dengan teknik lain.
2. Kelemahan wawancara:
a. Tidak efisien
b. Sangat ketergantungan antara pewawancara dan
narasumber
c. Menuntut penguasaan bahasa dari pihak
pewawancara.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal
beberapa macam wawancara, yaitu:
a. Wawancara pengumpulan data (informational
interview)
b. Wawancara konseling (counseling interview)
c. Wawancara disiplin (diciplinary interview)
d. Wawancara penempatan (placement interview)
(Budiamin, 2011: 33)

52
C. Angket ( Kuisioner )
Alat pengumpul data melalui komunikasi tidak
langsung, yaitu melalui tulisan. Beberapa petunjuk untuk
menyusun angket :
1. Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
2. Susunan kalimat sederhana tetapi jelas
3. Hindari kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung
perasaan responder / narasumber.
(Budiamin, 2011: 33)
D. Catatan Anekdot
Catatan otentik dari hasil observasi. Dari catatan
anekdot, guru dapat :
1. Memperoleh pemahaman yang lebih tepat mengenai
perkembangan murid
2. Memperoleh pemahaman tentang penyebab tingkah laku
murid
3. Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan murid.
Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai
berikut :
a. Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang
perilaku murid
b. Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid
secara lengkap tentang suatu peristiwa mengenai murid
c. Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat
(Budiamin, 2011: 34)

53
E. Otobiografi ( Riwayat atau Karangan ) dan Catatan
Harian
Karangan pribadi berupa ungkapan murid mengenai
pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb.
Karangan pribadi ini dalam pembuatannya dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu :
1. Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan
tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya
2. Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat
karangan pribadi secara bebas
(Budiamin, 2011: 34)
F. Sosiometri
Bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
hubungan atau interaksi sosial (saling penerimaan atau
penolakan) di antara murid dalam suatu kelas, kelompok
belajar, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll.
Melalui teknik ini guru dapat mengetahui tentang:
1. Murid yang populer
2. Murid yang terisolir
3. Klik (kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri dapat digunakan untuk :
a. Memperbaiki hubungan insani
b. Menentukan kelompok belajar/kerja.
c. Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid)
dala kelompok.
(Budiamin, 2011: 35-36)

54
G. Studi Kasus
Teknik mempelajari perkembangan seorang murid
secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap
seluruh aspek pribadi murid yang datanya diperoleh dari
berbagai pihak. Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat
ditempuh langkah-langkah :
1. Menentukan murid yang bermasalah
2. Memperoleh data
3. Menganalisis data
4. Memberikan layanan bantuan.
(Budiamin, 2011: 36)

H. Konferensi Kasus
Suatu pertemuan di antara beberapa unsur di sekolah
untuk membicarakan seorang atau bebrapa murid yang
mempunyai masalah. Unsur-unsur yang dapat turut
berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat terdiri atas :
konselor ; guru-guru yang mengenal benar murid yang
menjadi kasus ; kepala sekolah ; psikolog ; dokter ; petugas
perpustakaan ; orang tua siswa atau personel lain yang
mengenal dekat dengan murid (Budiamin, 2011: 37).

55
2 Fungsi Pemahaman Individu dalam BK dan Pembelajaran
pada Umumnya
Hal yang penting dalam bimbingan dan konseling
ialah memahami individu secara keseluruhan baik masalah
yang dihadapi maupun latar belakangnya. Dengan demikian
individu akan memperoleh bantuan yang tepat dan terarah.
Pemahaman individu dalam layanan bimbingan dan
konseling bertujuan agar:
1. Kita semakin mampu menerima keadaan individu (siswa)
seperti apa adanya dan sekaligus keberadaan siswa baik
dari segi kelebihan maupun kekurangan
2. Kita semakin mampu memperlakukan siswa sebagaimana
mestinya dalam arti bantuan seperti yang lain mampu
memberikan bantuan seperti yang dikehendaki oleh siswa
3. Kita terhindar dari gangguan komunikasi, sehingga
mampu menciptakan relasi yang semakin baik.
2.1. Fungsi Pemahaman Individu
1. Memudahkan untuk mengenali individu yang dibimbing
2. Memahami secara utuh dan menyeluruh terhadap masing-
masing individu
3. Memahami sifat peserta didik secara mendalam
4. Diperoleh pemahaman yang utuh terhadap peserta didik
sehingga mempermudah guru atau konselor dalam
memberi pertolongan secara tepat
5. Mengenali secara mendalam peserta didik sehingga dapat
menghindarkan munculnya konflik.

56
3 Keuntungan teknik pengumpulan data dengan aspek
Angket atau kuesioner merupakan instrumen
penelitian yang berupa daftar pertanyaan untuk memperoleh
keterangan dari sejumlah respoden (sumber yang diambil
datanya melalui angket), Angket atau kuesioner dapat disebut
sebagai wawancara tertulis karena isi kuensioner merupakan
satu rangkaian pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden dan diisi sendiri oleh responden.
3.1. Keuntungan dan kelemahan teknik pengumpulan data
dengan angket
Dalam suatu penelitian, pengumpulan data dengan
menggunakan angket memiliki beberapa keuntungan yaitu :
1. Tidak memerlukan kehadiran seorang peneliti.
2. Dapat dibagikan secara serentak kepada responden.
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan
masing-masing dan menurut waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim, sehingga responden bebas, jujur
dan tidak malu-malu menjawab.
5. Dapat dibuat terstandar, sehingga bagi semua responden
dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama.
6. Mudah pengisiannya karena responden tidak perlu
menuliskan buah pikirannya.
7. Tidak memerlukan banyak waktu untuk mengisinya.
8. Lebih besar harapan untuk dikembalikan.
9. Lebih mudah pengolahannya.
10. Dapat menjangkau responden dalam jumlah besar.

57
Selain memiliki beberapa keuntungan, pengumpulan
data dengan menggunakan angket juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu :
a. Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga
ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab.
b. Seringkali sukar diberi validitasnya.
c. Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden
dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul
atau tidak jujur.
d. Seringkali angket tidak dikembalikan terutama jika
dikirim lewat pos.
e. Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahkan
kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
f. Pilihan jawaban mungkin tidak mencakup apa yang
terkadung dalam hati responden.
g. Jawaban responden sudah diarahkan oleh peneliti,
sehingga kurang ada kebebasan secara leluasa dari
responden. Jawaban dari responden terkadang seadanya
dapat jadi tidak dalam keadaan yang sesungguhnya
karena dalam pilihan jawaban ada yang apaling baik adan
pilihan itu cenderung dipilih oleh responden, padahal
dalam kenyataannya tidak seperti itu.
4 Aspek – aspek individu yang perlu oleh BK
4.1. Aspek Fisik
1. SMP
Fisik peserta didik/konseli pada masa SMP tumbuh
secara cepat sebagai akibat dari hormon-hormon dan

58
organ tubuh terutama terkait dengan hormon dan organ-
organ seksual. Pertumbuhan fisik yang cepat pada masa
ini membawa konsekuensi pada perubahan-perubahan
aspek- aspek lainnya seperti seksualitas, emosionalitas,
dan aspek-aspek psikososialnya. (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan:2016)
2. SMA
Peserta didik/konseli SMA berada pada masa remaja
madya yang telah mencapai kematangan fisik
diantaranya: perubahan bentuk tubuh, ukuran, tinggi,
berat badan, danproporsi muka serta badan yang tidak
lagi menggambarkan anak-anak. Hal iniditunjukkan
dengan terbentuknya fisik khas laki-laki dan perempuan.
Perkembangan fisikyang telah sempurna diiringi dengan
perkembangan psikoseksual dengan kematanganorgan-
organ seksualnya. Mereka menjadi lebih memberikan
perhatian terhadappenampilan fisiknya serta mulai
tertarik pada lawan jenisnya. (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan: 2016)
4.2. Aspek Kognitif
1. SMP
Aspek kognitif peserta didik/konseli berubah secara
fundamental dibandingkan dengan masa kanak-kanak
yang menyebabkan remaja mampu berfikir abstrak.
Akibatnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
egosentris, dan menganggap orang dewasa tidak dapat
memahami mereka. Hal demikian menyebabkan remaja

59
banyak mengalami konflik dengan orang lain, terutama
dengan orang dewasa. (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: 2016)
2. SMA
Perkembangan pemikiran peserta didik/konseli mulai
menunjukkan kemampuan berpikir logis yang lebih baik.
Mereka mulai mampu berfikir yang menghubungkan
sebab dan akibat dari kejadian-kejadian di lingkungannya.
Pemahaman terhadap diri serta lingkungannya mulai lebih
meluas dan mendalam. Mereka cenderung berfikir secara
ideal,sehingga seringkali mengkritisi maupun menentang
pemikiran orang dewasa. Peserta didik/konseli juga
menampakkan egosentrisme berfikir, yang menganggap
dirinyabenar serta cenderung menentang pemikiran orang
dewasa maupun aturan-aturan di lingkungannya.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2016).
4.3. Aspek Social

1. SMP

Masyarakat memandang peserta didik SMP bukan lagi


anak-anak, namun belum juga diakui sebagai individu
dewasa. Keadaan ini membuat peserta didik SMP (remaja)
merasa diperlakukan secara tidak konsisten.Selain itu,
remaja juga tidak suka jika diperlakukan seperti kanak-
kanak, namun merasa keberatan jika dituntut bertanggung
jawab penuh sebagaimana orang dewasa pada umumnya.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2016)

60
2. SMA

Pada aspeksosial, peserta didik/konseli mulai tumbuh


kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini
mendorongnya menjalin hubungan sosial dengan teman
sebaya. Mereka menjalin hubungan pertemanan yang erat
dan menciptakan identitas kelompok yang khas.

Perkembangan konformitas dapat berdampak positif


atau negatif, Tergantung kepada kualitas kelompok
dimana konformitasitu dilakukan. Ada beberapa sikap
yang sering ditampilkan peserta didik dan konseli antara
lain kompetisi atau persaingan, konformitas, menarik
perhatian, menentang otoritas, sering menolak aturan dan
campur tangan orang dewasa dalam hal urusan-urusan
pribadinya. Kondisi ini mengakibatkan pandangan negatif
masyarakat pada peserta didik dikelompok usia tersebut.
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2016).
4.4. Aspek Emosi
1. SMP

Peserta didik/konseli SMP pada umumnya memiliki


emosionalitas yang labil. Transisi pada aspek fisik,
kognitif, dan sosial menyebabkan emosionalitas remaja
mudah berubah- ubah. Perasaan remaja terhadap suatu
obyek tertentu mudah berubah. Keadaan yang demikian
jika tidak dipahami dengan baik sangat potensial
menimbulkan konflik. (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: 2016).

61
2. SMA

Pesertadidik/konseli SMA merupakan kelompok usia


remaja digambarkan dalam keadaanyang tidak menentu,
tidak stabil, dan emosi yang meledak-ledak. Meningginya
emosi terjadi karena adanya tekanan tuntutan sosial
terhadap peran peran baru selayaknya orang dewasa.
Pada umumnya mereka tumbuh rasa jatuhcinta yang
terkadang berlanjut sampai pacaran.Bagiremaja yang
kurang memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-
control), perilaku pacaran ini dapat berlanjut kepergaulan
bebas (free-sex). (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan: 2016).
4.5. Aspek Moral
1. SMP

Moralitas berisi kemampuan peserta didik membuat


pertimbangan tentang baik-buruk, benar-salah, boleh atau
tidak boleh dalam melakukan sesuatu.Aspek ini sangat
terkait dengan perkembangan kognitif. Oleh karena itu,
peserta didik/konseli SMP sering mempersoalkan hal- hal
yang terkait dengan moralitas yang sebelumnya telah
dihayati dan diyakini benar. (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan: 2016).

2. SMA
Melalui pengalaman berinteraksi social dengan orang
tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.

62
Tingkat moralitas peserta ddik / konseli SMA sudah lebih
matang jika dibandingkan dengan usia anak atau remaja
awal. Mereka sudah lebih mengenal nilai-nilai moral atau
konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan
dan kedisiplinan. Peserta didik / konseli sudah dapat
menginternalisasikan penilaian-penilaian moral dan
menjadikannya sebagai nilai pribadi.

4.6. Aspek Religius


1. SMP
Aspek religious berkaitan dengan keyakinan dan
pengakuan individu terhadap kekuatan di luar dirinya
yang mengatur kehidupan manusia. Pada masa sebelum
SMP, peserta didik menerima keyakinan – keyakinan
tersebut secara digmatik. Sejalan dengan perkembangan
kognitifnya, peserta didik/konseli SMP sering
mempersoalkan religiusitas yang sebelumnya telah
diyakini dan dipegang teguh. Akibatnya, banyak remaja
mempersoalkan kembalu keyakinan keagamaan mereka,
mengalami penurunan ibadah akibat keraguan atas
keyakinan sebelumnya, di sisi lain, keraguan ini pada
beberapa peserta didik SMP mendorong mereka lebih giat
mencari informasi dan menguji kebenaran yang mereka
yakini (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: 2016).

2. SMA
Peserta didik sudah dapat membedakan agama sebagai
ajaran dengan manusia sebagai penganutnya. Kegiatan ibadah

63
yang dilakukan bukan lagi berdasar dogma semata,
melainkan berdasar kesadaran diri untuk menjalankan
perintah agama. Dalam mewujudkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka peserta didik
seharusnya mengamalkan nilai-nilai akidah, obadah dan
akhlakul karimah dalam kehidupannya sehari-hari. (
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan: 2016).

5 Alasan perlunya memahami bakat, minat intelegensi dan


kepribadian dalam menunjang pembelajaran
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 39 ayat (2) menyebutkan
pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksannakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Sedangkan dalam pasal 32 ayat (1) disebutkan bahwa
pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik
yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
konteks ini guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator daripada pengarah yang menentukan segala-galanya
bagi peserta didik. Sebagai fasilitator guru lebih banyak
mendorong peserta didik (motivator untuk mengembangkan
inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus lebih

64
terbuka menerima gagasan-gagasan peserta didik dan lebih
berusaha menghilangkan ketakutan dan kecemasan peserta
didik yang menghambat pemikiran dan pemecahan masalah
secara kreatif.
Selain itu, identifikasilah kecerdasan apa yang dimiliki
oleh peserta didik agar dapat menyesuaikan cara belajar yang
tepat dan efektif. Perlu diketahui bahwa ada delapan
kecerdasan yang menjadi kemungkinan kecerdasan seorang
peserta didik :
1. KecerdasanLinguistik(Word Smart)
2. KecerdasanLogis-Matematis(Number Smart)
3. KecerdasanSpasial(Picture Smart)
4. KecerdasanKinestetik-Jasmani(Body Smart)
5. KecerdasanMusikal(Music Smart)
6. KecerdasanIntrapribadi(Self Smart)
7. KecerdasanNaturalis(Nature Smart)
8. KecerdasanAntarpribadi(People Smart)
Pembelajaran menggunakan pendekatan kompetensi, antara
lain dalam proses pembelajaran, guru:
a. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bermain dan berkreativitas;
b. Memberi suasana aman dan bebas secara psikologi;
c. Menerapkan disiplin yang tidak kaku, peserta didik boleh
mempunyai gagasan sendiri dan dapat berpartisipasi secara
aktif;
d. Memberi kebebasan berpikir kreatif dan partisipasi secara
aktif.

65
Semua ini akan memungkinkan peserta didik
mengembangkan seluruh potensi bakat dan minat secara
optimal. Suasana kegiatan belajar mengajar yang menarik,
interaktif, merangsang kesua belahan otak peserta didik secara
seimbang, memerhatikan keunikan tiap individu, serta
melibatkan partisipasi aktif setiap peserta didik akan membuat
potensi bakat dan minat peserta didik berkembang secara
optimal.
Salah satu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam
proses pembelajaran adalah dengan mengetahui kepribadian
dan karakter siswa. Untuk membangun dua hal tersebut tentu
tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Lingkungan yang ada
di sekolah tentunya tidak lepas dari peranan para guru. Seorang
guru yang baik hendaknya dapat mengenal kepribadian siswa
yang nantinya dapat membantu untuk melihat karakter siswa
tersebut. Guru harus mampu memotivasi siswanya agar siswa
dapat menjadi diri mereka yang terbaik, dapat memperbaiki
kekurangan mereka dan meningkatkan terus kelebihan-
kelebihan yang mereka miliki.
Setiap siswa memiliki kepribadian dan karakter yang
berbeda-beda. Setiap jenis karakterpun pasti memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita tidak dapat
menilai siswa “A” lebih baik dari siswa “B”. Lebih bijaksanalah
dalam menilai siswa, karena dari dua individu itu pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

66
Banyak manfaat yang dapat dipetik bila seorang guru
mampu mengenal kepribadian dan karakter siswanya dengan
baik. Beberapa manfaat tersebut yaitu:
1) Mengetahui kelebihan yang mereka miliki dan dapat
meningkatkannya
2) Mendeteksi kelemahan yang mereka miliki dan
memperbaikinya
3) Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan
mengoptimalkannya untuk kesuksesan dimasa yang akan
datang
4) Menyadarkan mereka bahwa mereka masih memiliki
banyak kekurangan sehingga pantang untuk bersikap
sombong dan merendahkan orang lain
5) Dapat mengetahui jenis pekerjaan apa yang paling cocok
untuk mereka dimasa akan datang sesuai dengan
kepribadian dan karakter mereka sehingga kita dapat
mengarahkannya menjadi lebih baik
6) Mengenal diri sendiri dapat membantu anak didik untuk
berkompromi dengan diri sendiri dan orang lain dalam
berbagai situasi
7) Mengenal kepribadian (personality) diri dapat membantu
mereka menerima dengan ikhlas segala kelebihan dan
kekurangan diri sendiri, sekaligus bertoleransi terhadap
kelebihan dan kelemahan orang lain.

67
6 Aspek – Aspek yang diperlukan Guru dalam Kegiatan BK
6.1. Latar belakang masyarakat
Latar belakang masyarakat sangatlah mempengaruhi
terhadap bimbingan konseling peserta didik karna biasanya
pengaruh masyarakat di lingkungannya lah yang
mempengaruhi terhadap pola pikir, perilaku, dan etika
etiketnya ketika menghadapi orang lain. Masyarakat dijadikan
sebagai aspek penting karna biasanya masyarakat adalah ranah
pembelajaran ke-2 setelah keluarganya.
6.2. Latar belakang keluarga
Latar belakang keluarga baik itu ayah, ibu, nenek, kakek,
tante, bibi, om, dan lain-lainya merupakab bagian dari
keluarga, hal tersebut dapat berpengaruh terhadap bimbingan
dan konseling peserta didik karena keluarga merupakan ranah
pertama bagi setiap individu belajar dan sifat dari
pembelajaran itu pada masanya yaitu dengan cara meniru, jadi
apa yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarganya pasti
akan ditiru oleh anak.
1. Tingkati Integritas
tingkat integritas sangat berpengaruh terhadap
jalannya kegiatan bimbingan dan konseling sebab hal itu
menentukan bagaimana perilaku anak atau peserta didik
dalam menghadapi segala masalahnya baik di lingkungan
pembelajaran maupun diluar lingkungan pembelajaran.
2. Hasil belajar
Hasil belajar atau prestasi belajar adalah realisasi dari
kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang

68
dimiliki seseorang. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bimbingan dan konseling harus mendukung dan
membimbing hal tersebut karena setiap anak didik perlu
di bimbing agar hasil atau prestasi belajarnya dapat
terarah dan diarahkan ke arah yang baik atau positif.
3. Kesehatan badan
Aspek kesehatan badan perlulah sangat dipahami
dalam kegiatan bimbingan dan konseling sebab setiap
anak didik tentunya memiliki batasan atau tingkat
kemampuan untuk melakukan berbagai hal sesuai
dengan tingkat kesehatannya baik itu kesehatan badan
dan mental.
4. Hubungan antar pribadi
Tujuan komunikasi interpersonal dalam Peranan
Bimbingan dan Konseling Terhadap Komunikasi
Internasional Siswa di Sekolah) mencakup berikut :
a. Menukan diri sendiri
b. Menemukan dunia luar
c. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
d. Berubah sikap dan tingkah laku
e. Untuk bermain dan kesenangan
f. Untuk membantu
5. Kebutuan-kebutuhan emosional
Setiap orang memiliki kebutuhan emosional terutama
rasa sayang dan rasa ingin dianggap ada oleh siapapun,
dan terkadang situasi emosional dapat mempengaruhi
terhadap kemampuan belajar dan menyerap informasi

69
peserta didik, pada saat inilah bimbingan dan konseling
diperlukan.
6. Sifat-sifat kepribadian
Sifat dan kepribadian seseorang tentunya berbeda-
beda tergantung dari bagaimana pendidikannya saat
bersama orang tuanya.
7. Bermacam-macam minat dan bakat
Minat adalah suatu proses pengembangan dalam
mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan
individu kepada suatu kegiatan yang diminatinya. Bakat adalah
kemampuan dasar seseorang untuk belajar dalam tempo yang relatif
pendek dibandingkan orang lain, namun hasilnya justru lebih baik .
Hubungan kedua hal tersebut sangat erat kaitannya dengan
bimbingan dan konseling disini diharapkan dapat mendorong dan
memberi semangat pada peserta didik untuk lebih baik lagi.

70
BAGIAN VI
Strategi Bimbingan dan Konseling

A. Mengindentifikasi Masalah Peserta didik di Sekolah


1. Mengidentifikasi Masalah menggunakan Daftar Cek
Masalah (DCM)
Daftar Cek Masalah (DCM) adalah daftar yang berisi
pernyataan – pernyataan sesuai dengan masalah yang
diasumsikan yang biasa dialami oleh peserta didik dalam
tingkat perkembangan tertentu. DCM ini digunakan
sebagai alat pancing untuk peserta didik agar peserta
didik dapat menceritakan masalah yang dialaminya.
Fungsi dari Daftar Cek Masalah yaitu :
- Memudahkan Peserta didik untuk mengungkapkan
masalah yang sedang atau pernah dialami.
- Memudahkan dalam proses analisis masalah sesuai
dengan data yang diperoleh.
- Memudahkan pihak BK untuk menyusun perencanaan
yang akan di lakukan sesuai dengan permasalahan
dan kebutuhan peserta didik tersebut.

Keuntungan dari Daftar Cek Masalah yaitu :

- Untuk melengkapi data peserta didik yang sudah ada


- Untuk lebih mengenal peserta didik dalam pemberian
layanan konseling
- Sebagai pedoman penyusunan BK klasikal dan BK
kelompok

71
- Untuk mendalami masalah peserta didik (Triyanto,
2011)

Langkah Penyelenggaraan Daftar Cek Masalah yaitu :


Pada penggunaan asesmen DCM, konselor perlu
memahami langkah penyelenggaraan yang benar,
sehingga proses pelaksanaan berjalan baik dan hasil data
yang diperoleh memiliki akurasi yang baik (Rimonda,
2013). Beberapa langkah yang harus dilakukan memiliki
beberapa tahapan yaitu:
a. Perencanaan

Menetapkan waktu, sasaran dan jumlah peserta


didik yang akan mendapatkan layanan asesmen.

Menyiapkan lembar asesmen DCM sesuai jumlah


peserta didik.

Menyiapkan lembar jawaban DCM.

Menyiapkan ruang dengan situasi tenang,


pencahayaan baik, kursi yang nyaman

b. Pelaksanaan

Memberikan verbal setting sebelum mulai


(menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan).

Meminta individu menyiapkan alat tulis.

Membagi lembar asesmen dan lembar jawaban


DCM.

72
Memberi instruksi cara pengerjaan DCM.

Menginformasikan bahwa pengerjaan DCM tidak


memiliki batas waktu.

Melakukan pemeriksaan ketepatan peserta didik


dalam cara mengisi DCM.

Mengumpulkan hasil pengisian DCM.

c. Pengolahan Hasil

Konselor melakukan pengolahan hasil DCM dengan


melakukan penghitungan secara kuantitatif
menggunakan format tabulasi pengolahan dan rumus
yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil pengolahan secara kuantitatif,


konselor melakukan analisis kualitatif.

Pengolahan hasil DCM harus dilakukan paling


lambat satu minggu setelah pengisian, mengingat
permasalahan individu bersifat dinamis dan bisa
mengalami perubahan (Rimonda, 2013).

d.Analisis Data
Menurut (Triyanto, 2011) dalam pengolahannya DCM
ini dapat dianalisa secara individu dan kelompok,
sedangkan aspek yang dianalisa adalah per-butir
masalah dan per-topik.

73
a. Analisis Data Individual

Laporan Individual

Grafik Analisis Individual

b. Analisis Data Kelompok

Analisis Per‐Topik Masalah

Grafik Analisis Per‐Topik Masalah

2. Mengidentifikasi Masalah menggunakan Inventori Tugas


Perkembangan (ITP)
Inventori Tugas Perkembangan (ITP) adalah
instrument yang digunakan untuk memahami tingkat
perkembangan individu. Tujuan utama dari ITP ini untuk
menunjang tugas BK di sekolah dalam memahami
perkembangan peserta didik.
Perumusan ITP didasarkan kepada hasil penelaahan
terhadap tugas-tugas perkembangan peserta didik di
semua jenjang pendidikan. Data yang diperoleh melalui
ITP (Inventori tugas perkembangan) kemudian dianalisis
melalui ATP (analisis tugas perkembangan) sebagai
perangkat lunak yang dirancang untuk mengolah data
secara “Computerized”.

Sepuluh aspek menurut (Sunaryo, 2000) mengenai


perkembangan siswa yang diukur melalui Inventori
Tugas Perkembangan (ITP):

74
a. Landasan hidup religious contohnya :Sholat dan
berdoa, Belajar agama, Keimanan, Sabar.
b. Landasan perilaku etis contohnya :Jujur, Hormat
kepada orang tua, Sikap sopan dan santun, Ketertiban
dan kepatuhan.
c. Kematangan emosional contohnya : Kebebasan
dalam mengemukakan pendapat, tidak cemas,
pengendalikan emosi, kemampuan menjaga stabiitas
emosi.
d. Kematangan intelektual contohnya : Sikap kritis,
sikap rasional, kemampuan membela hak pribadi,
kemampuan.
e. Kesadaran tanggung jawab contohnya : Mawas diri,
tanggung jawab atas tindakan pribadi, partisipasi pada
lingkungan, disiplin.
f. Peran sosial sebagai pria atau wanita contohnya :
Perbedaan sosial laki-laki dan perempuan, peran sosial
sesuai jenis kelamin, tingkah laku dan kegiatan sesuai
jenis kelamin, cita-cita sesuai jenis kelamin.
g. Penerimaan diri dan pengembangannya, contohnya
: Kondisi fisik, kondisi mental, pengembangan cita-
cita, pengembangan pribadi.
h. Kemandirian prilaku ekonomis, contohnya : upaya
menghasilkan uang, sikap hemat dan menabung,
bekerja keras dan ulet, tidak mengharap pemberian
orang.

75
i. Wawasan persiapan karir, contohnya : Pemahaman
jenis karir, kesungguhan belajar, upaya meningkatkan
keahlian, perencanaan karir.
j. Kematangan hubungan dengan teman sebaya,
contohnya : Pemahaman tingkah laku orang lain,
kemampuan berempati, kerja sama, kemampuan
hubungan social.
3. Teknik Bimbingan dan Konseling Individual dan Kelompok
Dalam Penyelesaian Masalah
Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
yaitu Tehnik yang dipergunakan dalam membantu
peserta didik atau sekelompok peserta didik
memecahkan masalah-masalah melalui kegiatan
kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh
kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok.

Individual Guidance Counseling (Bimbingan


Konseling Individu) Bimbingan konseling individu
yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan
peserta didik mendapat layanan langsung tatap muka
dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang sifatnya pribadi yang dialaminya.
Dalam konseling ini hendaknya konselor bersikap
penuh simpati dan empati. Dengan sikap ini klien akan
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada
konselor. Dan ini sangat membantu keberhasilan

76
konseling. Beberapa Masalah yang biasanya terdapat
dalam individual guidance counseling diantaranya:

 Masalah-masalah yang sifatnya pribadi.


 Dilakukan dengan face to Face relationship.
 Metode wawancara antara konselor dab kasus.
 Konselor harus bersikap penuh simpati dan empati.

Bimbingan Preventif dalam BK ini


memkasudkan adanya pencegahan sejak dini.
Bimbingan ini ada sebagai pencegah timbulnya
masalah masalah yang menimpa peserta didik agar
tidak terdampak atau dapat mencegah sejak
sini.bimbingan kuratif ada sebagai layanan BK untuk
menasehati atau memberi dukungan kepada peserta
didik yang terdampak masalah. Sedangkan bimbingan
developmental yaitu uasaha dari pihak BK untuk
meningkatkan kemampuan yang ada pada diri peserta
didik baiki itu minat ataupun bakatnya, disini BK
sebagai fasilitator dalam bidang perkembangan
potensi peserta didik.

77
78
BAGIAN VII
Pembelajaran Berbasis Bimbingan Dan Pembelajaran Memandirikan

A. Pembelajaran Bimbingan yang Memandirikan


Pembelajaran merupakan proses yang disengaja untuk
mengubah perilaku dalam kehidupan Individu (Akbaba,
2008). Dalam hal pembelajaran ini keluarga dan sekolah
formal berkolaborasi memainkan peranan penting dalam
bidang pengembangan peserta didik yang sedang mengalami
transformasi structural, emosional dan interaksional.
Pengenalan dan pemahaman peserta didik secara psikologis
memberikan energy positif terhadap bidang layanan BK di
sekolah. Bimbingan dan Konseling di dunia pendidikan
formal ada untuk membantu peserta didik dalam
mengembangkan dan menggunakan aura positif tentang diri
sendiri, sikap positif yang ada kehidupan sehari-hari, nilai-
nilai individualitas, memahami perasaan atau sikap toleran,
adanya kesadaran tentang pentingnya nilai, dan
mengembangkan nilai secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat.
Adapun tujuan dari adanya layanan BK terhadap
kemandirian peserta didik yaitu :
- Membantu peserta didik dalam memahami diri dan juga
lingkungan sekitar
- Mampu mengembangkan keterampilan dari bakat dan
minat

79
- Peserta didik dapat mengidentifikasi tanggung jawab dan
tingkah laku dalam aspek adaptasi
- Mampu menangani permasalahan dan kebutuhan secara
tepat
- Mampu memilah mana yang menjadi hambatan atau
bukan hambatan bagi dirinya sendiri
- Peserta didik mampu menyusun tahapan untuk masa
depannya sesuai dengan potensi yang dimiliki

Factor – factor yang mempengaruhi kemandirian peserta


didik :

- Pola asuh orang tua, karena peserta didik mendapatkan


pelajaran pertama kali dalam keluarganya sehingga
kebiasaan dalam keluarganya pun ikut menentukan
kemandirian.
- Umur , umumnya jika umur semakin bertambah dewasa
maka perilaku untuk mandiri itu dapat berkembang sesuai
dengan keadaan
- Pendidikan , sekolah berperan menentukan kemandirikan
dalam pemberian pelajaran dengan upaya mendidik,
membimbing dan melatih
- Dukungan social, disini peserta didik membutuhkan
dukungan sebagai motivasi bagi dirinya agar dapat lebih
percaya diri yang merupakan aspek penting dalam
kemandiria. (Eviana, 2004).

Dalam aspek ini, konselor memiliki tugas untuk ekspetasi


dari sebuah pekerjaanya. Konselor memiliki kompetensi

80
akademik untuk menjadi seorang konselor professional yaitu
memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan layanan ahli
bimbingan dan konseling yang memandirikan. ( Gysbers &
Henderson, 2006 dalam Depdiknas, 2008), seorang konselor
harus memiliki kemampuan merancang kegiatan pelayanan
BK, mengimplementasikan layanan kegiatan BK dan menilai
proses dan hasil kegiatan BK serta melakukan perbaikan
seiring berjalannya kegiatan tersebut.

Peran bimbingan dan konseling di sekolah dalam


memandirikan peserta didik terwujud dalam ikatan antara
konselor dan konseli dalam hal individualitas, kebebasan
memilih, pengambilan keputusan mandiri secara bijaksana
dan memahami perkembangan konseli juga mengedepankan
kemaslahatan konseli.

B. Manfaat Model Pembelajaran Memandirikan


( Astawan, 2010) manfaat dari pembelajaran yang
memandirikan :
- Memberikan kesempatan bagi siswa untuk menyelesaikan
pelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
- Menuntut untuk menanamkan rasa percaya diri dan
tanggung jawab pribadi dalam program pembelajaran
- Memberi kesempatan yang lebih luas kepada peserta didik
untuk berinteraksi
- Kegiatan dan tanggung jawab pengajar untuk memantau
siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi
perseorangan.

81
- Membentuk siswa yang mandiri dan bertanggung jawab.
- Siswa mendapatkan kepuasan belajar melalui tugas-tugas
yang diselesaikan.
- Siswa mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam
hal penelusuran literatur, penelitian, analisis dan
pemecahan masalah, jika dalam menyelesaikan tugas-
tugasnya siswa berkelompok menjadi
semakin bertambah, karena melalui kelompok tesebut
siswa akan belajar tentang kerja sama, kepemimpinan dan
pengambilan keputusan.
- Mencapai tujuan akhir dan pendidikan yaitu siswa dapat
menjadi guru bagi dirinya sendiri
C. Tujuan Pembelajaran Secara Umum
Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang
spesifik yang diwujudkan dalam perilaku dan penampilan
dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar
yang diharapkan. Ketercapaian tujuan pembelajaran
merupakan dampak dari proses pembelajaran itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran guru tidak hanya bertugas
menstransfer pengetahuan, sikap dan keterampilan. Proses
pembelajaran sebagai suatu proses membantu peserta didik
belajar, mengembangkan dalam perubahan perilaku (
kognitif; afektif dan psikomotorik) menjadi lebih berguna dan
bermakna.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang
Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran
memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran,

82
menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk
dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur
pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk
mengukur prestasi belajar siswa.
D. Ciri – ciri Pembelajaran Inklusi
Sekolah inklusi merupakan sekolah yang menyediakan
dan menampung anak-anak berkebutuhan khusus untuk
dapat di didik di lingkungan sekolah yang berbaur dengan
anak normal lainnya. Program inklusi adalah sebuah program
yang memungkinkan diterimanya siswa – siswa
berkebutuhan khusus untuk belajar dan memperoleh
pendidikan di sekolah – sekolah biasa.
UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional , pasal 15 pendidikan khusus merupakan pendidikan
untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
mempunyai kecerdasan luar biasa, yang diselenggarakan
secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan manengah. Melalui pendidikan
inklusi ini ini anak yang mempunyai kebutuhan khusus
bersamaan dengan peserta didik pada biasanya (normal)
untuk memiliki potensi yang dimilikinya.

Ciri-ciri Sekolah atau bimbingan Inklusi :


1. Memberikan layanan bimbingan pembelajaran dalam
pendidikan pada semua peserta didik
2. Sarana fisik memadai dan membuat siswa nyaman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran

83
3. Lingkungan sosial dan sekolah menghargai perbedaaan
kebutuhan peserta didik
4. Kurikulum bersifat fleksibel dan dinamis (menyesuaikan
kebutuhan serta kondisi peserta didik)
5. Adanya partisipasi peran orang tua dan masyarakat
6. Evaluasi dengan menggunakan portofolio.
Dengan demikian, adanya sekolah inklusi ini untuk
menyamaratakan fasilitas juga untuk sama sama berkembang
baik peserta didik normal maupun yang memiliki kebutuhan
khusus.

84
BAGIAN VIII
Diagnostic Kesulitan Belajar

A. Definisi Diagnostik

Diagnosa atau diagnosis berasal dari kata Yunani atau


Greek “dia” (“apart”) dan gignoskein yang berarti mengetahui.
Gnosis berarti pengetahuan/pengenalan/ilmu. Jadi, diagnosis
berarti kefasihan dalam membedakan penyakit yang satu
dengan yang lain atau penentuan penyakit dengan
menggunakan ilmu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
diagnosis /di·ag·no·sis/ adalah penentuan jenis penyakit
dengan cara meneliti (memeriksa) gejala-gejalanya. Maka
dapat disimpulkan bahwa diagnosik adalah penentuan jenis
masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang
penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala
yang tampak.

B. Latar Belakang Perlunya Diagnostik Kesulitan Belajar bagi


Guru Mata Pelajaran

Definisi kesulitan belajar (lerarning disability) yang


dikemukakan oleh The United States Office of Education (USEO)
pada tahun 1977, sebagaimana yang dikutip oleh Hallahan,
Kauffman, dan I.Loydyatu sebagai berikut:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang
mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau
tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri

85
dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,
membaca, menulis, mengeja, atau menghitung.
Karen aitu, peran guru dalam rangka memberikan
suatu pelayanan bimbingan menghadapi kesulitan belajar
siswa di sekolah, perlu diperhatikan terlebih apa yang menjadi
factor atau kendala yang dihadapi siswa dalam aktivitas
belajarnya, sehingga siswa tersebut mengalami kesulitan
dalam belajar melalui pelaksanaan tes diagnostic belajar.

C. Makna dan Tujuan Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan salah satu bidang


bimbingan. Perngertian bimbingan menurut Crow & Crow
(Prayitno, 2004:94) adalah bantuan yang diberikan oleh
seseorang yang memiliki kepribadian yang memadai dan
terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia
untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri,
mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat
keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.

1. Tujuan Bimbingan Belajar di Lembaga Bimbingan Tes

Tujuan bimbingan belajar dalam Lembaga


Bimbingan Tes lebih mengutamakan unsure
kuantitatifnya, seperti diantaranya:
a. Agar siswa dapat menambah dan memperdalam
materi pembelajaran yang dirasa kurang di sekolah
b. Meningkatkan nilai-nilai yang telah di dapat oleh
siswa tersebut sebelumnya
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa

86
2. Tujuan Bimbingan Belajar menurut Bimbingan Konseling

Menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan


(2005: 15) tujuan bimbingan belajar sendiri adalah:
a. Mempunyai sikap dan kebiasaan belajar yang positif
b. Mempunyai motif yang tinggi untuk belajar
c.Mempunyai keterampilan atau teknik belajar yang
efektif
d. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk
menghadapi ujian

D. Konsep Dasar Pembelajaran Diagnostik

Menurut Harriman dalam bukunya Handbook of


Psychological Term, diagnostik adalah suatu analisis terhadap
kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya.
Untuk mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan
dengan melaksanakan program perbaikan (remedial). Dalam
hal ini, perlu ada beberapa hal yang harus selalu diingat oleh
seorang guru dalam pelaksanaannya:
a. Kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa
disebabkan oleh faktor-faktor yang beranekaragam
b. Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang siswa
disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat
kompleks.
c. Suatu usaha untuk membantu memecahkan
permasalahan kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa, tetapi belum tentu berhasil pula bila

87
digunakan untuk memberikan bantuan kepada
siswa yang lain.

1. Langkah-Langkah atau Prosedur Pembelajaran


Diagnostik

Secara umum, ada lima langkah diagnosis


kesulitan belajar ini, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Ross dan Stanley yang dikutip Program Akta Mengajar V-B,
yaitu:
a. Identifikasi kasus, yaitu menentukan siapa-siapa
siswa yang mengalami gangguan dalam belajar
b. Lokalisasi jenis dan sifat kesulitan, yaitu
menentukan di manakah kelemahan-kelemahan
itu dapat dilokasikan
c. Menetapkan faktor-faktor penyebab kesulitan
belajar untuk mengetahui mengapa kelemahan-
kelemahan itu terjadi
d. Mengadakan pragnosis, yaitu melakukan estimasi
terhadap kesulitan belajar yang dialami oleh siswa
untuk menentukan penyembuhan-penyembuhan
apakah disarankan
e. Mengadakan terapi, yaitu untuk menemukan
berbagai kemungkinan tentang bagiamana
kelemahan itu dapat dicegah/diatasi

E. Cara Menilai Pembelajaran Diagnostik

Dalam menfsirkan data hasil belajar itu dapat


dipergunakan citerion-referenced atau norm-referenced (PAP

88
atau PAN). Dengan berasumsi bahwa instrumen evaluasi atau
soal yang dipergunakan telahdikembangkan dengan
memenuhi syarat caranyadengan langkah-langkah sebagai
berikut.
(1) Tetapkan angka nilai kualifikasi minimal yang
dapat diterima sebagai batas lulus (passing grade)
(2) Kemudian bandingkan angka nilai (prestasi) dari
setiap siswa dengan angka nilai batas lulus
tersebut.
(3) Himpunan semua siswa yang angka nilai
prestasinya berada dibawah nilai batas lulus
tersebut.
(4) Kalau ingin mengadakan prioritas layanan kepada
mereka yang diduga paling berat kesulitannya
atau paling banyak membuat salah, kita dapat
membuat ranking.
Alternatif kedua kita menggunakan norm references
dimana nilai prestasi rata-rata yang dijadikan ukuran
pembanding bagi setiap nilai prestasi siswa secara
individual.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
(1) Cari atau hitunglah nilai rata-rata kelas tau kelompok.
(2) Kemudian tandailah siswa-siswa yang angka nilai
prestasinya berada dibawah rata-rata prestasi
kelasnya.
(3) Kalau ingin diadakan prioritas layanan bimbingan,
buatlah ranking seperti sebelumnya.

89
Kasus kesulitan belajar dapat pula dideteksi dari
catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajar
mengajar. Diantara catatan proses belajar, yaitu :
(1) Penggunaan Catatan Waktu Belajar Efektif
(2) Pengunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan
Ketidakhadiran (Absensi)
(3) Penggunaan Catatan atau Bagan Partisipasi
(4) Pengunaan Catatan dan Bagan Sosiometrik
1. Ciri-ciri orang yang mengalami kesulitan
1) Gangguan Persepsi Visual
a. Melihat huruf/angka dengan posisi yang berbeda dari
yang tertulis, sehingga seringkali terbalik dalam
menuliskannya kembali.
b. Sering tertinggal huruf dalam menulis.
c. Menuliskan kata dengan urutan yang salah misalnya:
ibu ditulis ubi.
d. Kacau (sulit memahami) antara kanan dan kiri.
e. Bingung membedakan antara obyek utama dan latar
belakang.
f. Sulit mengkoordinasi antara mata (penglihatan) dengan
tindakan (tangan, kaki dan lain-lain).

2) Gangguan Persepsi Auditori


a. Sulit membedakan bunyi; menangkap secara berbeda
apa yang didengarnya.
b. Sulit memahami perintah, terutama beberapa perintah
sekaligus.

90
c. Bingung/kacau dengan bunyi yang datang dari
berbagai penjuru (sulit menyaring) sehingga susah
mengikuti diskusi, karena sementara mencoba
memahami apa yang sedang didengar, sudah datang
suara (masalah) lain.

3) Gangguan Belajar Bahasa


a. Sulit memahami/menangkap apa yang dikatakan
orang kepadanya.
b. Sulit mengkoordinasikan/mengatakan apa yang
sedang dipikirkan.

4) Gangguan Perseptual-Motorik

a. Kesulitan motorik halus

b. Memiliki masalah dalam koordinasi dan disorientasi


yang mengakibatkan canggung dan kaku dalam
gerakannya.

5) Hiperaktivitas

a. Sukar mengontrol aktifitas motorik dan selalu


bergerak

b. Berpindah-pindah dari satu tugas ke tugas lainnya


tanpa menyelesaikannya

6) Kacau (Distractability)

a. Tidak dapat membedakan stimulus yang penting


dan tidak penting

91
b. Tidak teratur, karena tidak memiliki urutan-urutan
dalam proses pemikiran.

c. Perhatiannya sering berbeda dengan apa yang


sedang dikerjakan

7) Cara mengidentifikasi masalah.

Untuk mengidentifikasi kasus peserta didik,


Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen
untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang
disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat
membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi
kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek :

 Jasmani dan kesehatan


 Diri pribadi
 Hubungan social
 Ekonomi dan keuangan
 Karier dan pekerjaan
 Pendidikan dan pelajaranAgama, nilai, dan moral
 Hubungan muda-mudi
 Keadaan dan hubungan keluarga saat waktu
senggang.

Robinson menyarankan berbagai cara untuk


memotivasi kasus agar datang kekonselor meminta
bantuan, antara lain:

 Call them in approach

92
 Maintain good relation atau open-door policy
 Developing a desire for counseling
 Lakukan analisis presentasi belajar kasus
 Lakukan analisis sosiometri

2. Mengetahui perbedaan tujuan layanan diagnostik dan


prognostik

Pelaksanaan kegiatan Diagnosis Kesulitan Belajar


melibatkan guru dan siswa, maka tujuan yang ingin dicapai
juga berbeda antara guru dan siswa.

a. Siswa

Tujuan yang hendak dicapai setelah pelaksanaan


kegiatan diagnosis kesulitan belajar bagi siswa adalah:

 Siswa memahami dan mengetahui kekeliruannya


 Siswa memperbaiki kesalahannya
 Siswa dapat memiliki cara atau metode untuk
memperbaiki kesalahannya
 Siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik
 Siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya

b. Guru

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan diagnosis


kesulitan belajar bagi guru adalah :

1. Guru mengetahui kelemahan dalam proses belajar-


mengajar.

93
2. Guru dapat memperbaiki kelemahannya tersebut.
3. Guru dapat memberikan layanan yang optimal
kepada siswa sesuai dengan keadaan diri siswa
perkembangannya siswa dapat terlaksana dengan
baik

Prognosis adalah yang digunakan dalam


menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi
perjalanan penyakit yang didasarkan pada informasi
diagnosis yang tersedia. istilah medis ini yang menunjukkan
prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang,
dan apakah ada kemungkinan pemulihan.

Tujuan dari prognosis adalah untuk


mengkomunikasikan prediksi dari kondisi pasien di masa
datang, dengan penyakit yang telah dideritanya.

Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana


terapi selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan
dan rehabilitasi

Kesulitan belajar siswa yang dihadapi oleh siswa bisa


disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor yang terdapat dalam
dirinya (intern) maupun yang terdapat di luar dirinya. Adapun
kedua faktor yang bisa menghambat proses belajar siswa menurut
Mohammad Surya (1992: 87) adalah sebagai berikut:

a. Faktor yang terdapat dalam diri siswa (intern):


1) Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa
2) Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu

94
3) Kurangnya motivasi atau dorongan untuk belajar
4) Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-
siswa tertentu
5) Faktor jasmaniah
6) Faktor bawaan seperti buta warna, dan sebagainya
b. Faktor yang terdapat di luar diri siswa (eksternal):

1) Faktor lingkungan sekolah yang kurang memadai

2) Situasi dalam keluarga yang kurang mendukung

3) Situasi lingkungan sosial yang mengganggu


keadaan anak

8) Cara-cara menangani kesulitan belajar

1. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah


perhatian :
-Ubahlah cara mengajar dan jumlah materi baru yang
akan diajarkan
-Adakanlah pertemuan dengan siswa
-Bimbing siswa lebih dekat ke proses pengajaran
-Berikan dorongan secara langsung dan berulang-
ulang
-Utamakan ketekunan perhatian daripada kecepatan
menyelesaikan tugas.
-Ajarkan self monitoring of attention
2. Strategi pengajaran untuk anak dengan masalah daya
ingat :
-Ajarkan menggunakan high lighting untuk membantu

95
memancing ingatan
-Perbolehkan menggunakan alat bantu memori
-Biarkan siswa yang mengalami masalah sulit
mengingat untuk mengambil tahapan yang lebih kecil
dalam pengajaran
-Ajarkan siswa yang bermasalah dengan daya ingat
untuk berlatih mengulang dan mengingat

3. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah


kognisi:
-Berikan materi yang dipelajari dalam konteks “high
meaning”
-Menunda ujian akhir dan penilaian
-Tempatkan siswa dalam konteks pembelajaran yang
“tidak pernah gagal”.

4. Strategi pembelajaran untuk anak dengan masalah


social dan emosional:
-Buatlah system penghargaan kelas yang dapat
diterima dan dapat diakses
-Membentuk kesadaran tentang diri dan orang lain
-Mengajarkan sikap positif

96
BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan dengan pemaparan di BAB sebelumnya, bahwa


posisi dan urgensi BK di dalam dunia pendidkan memiliki tujuan
yaitu untuk membantu konseli ( siswa ) agar mencapai
perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek
pribadi, belajar, social dan karir disesuaikan dengan pendekatan-
pendekatan ayng dilakukan guru BK. Adapaun pengertian BK
Menurut Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan
dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta
terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan
Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli
untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Yang memiliki 2
aspek yaitu ada Konseli (sebagai penerima layanan) juga Konselor (
pemberi layanan). Pelayana yang diberikan oleh BK disesuaikan
dengan 10 fungsi BK , 12 asas BK dan jenis pelayanan yang
diberikannya. Bk untuk sebagian siswa mungkin terlihat menakutkan
karena biasanya siswa bermasalah lah yang sering mengunjungi dan
juga melakukan diskusi dengan guru BK. Guru BK pun berperan
dalam membantu wali kelas dalam mendiagnostik siswa yang
mempunyai masalah pembelajaran sekaligus membantu memberi
bimbingan kepada siswa tersebut. Sebagian orang mungkin
memandang guru BK itu sama dengan psikolog , walaupun
mempelajari bidang yang sama tetapi keduanya berbeda dari segi
ruang lingkup dan cakupan masalah yang dihadapinya.

97
98
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam buku ini , ada banyak informasi yang di dapat. Dimulai
dari pengertian Bimbingan dan Konseling , fungsi adanya
Bimbingan dan Konseling dalam suatu instansi sekolah , prinsip
yang dimiliki oleh guru Bimbingan dan Konseling juga beberapa
asas yang digunakan dalam penangan masalah. Adanya
perbandingan antara guru Bimbingan dan Konseling dengan
Psikologi walaupun pada dasarnya keduanya terlihat sama.
Ruang lingkup yang dapat dicakup oleh Bimbingan dan
Konseling juga macam – macam teknik yang digunakan guru
Bimbingan dan Konseling dalam menangani siswa. Disini juga ,
guru BK mempunyai berbagai macam strategi untuk mencari dan
menangani siswa yang memiliki masalah, bias dengan
pembelajaran yang berbasis memandirikan ataupun berbasis
kelompok. Dan sesuai dengan tugas utama dari guru Bimbingan
dan Konseling ini yaitu dapat membantu guru mata pelajaran
dalam mendiagnostik siswa yang memerlukan penangan khusus
( bermasalah ) dan mencari jalan keluar yang tepat untuk
menangani siswa dengan beragam permasalahannya tersebut.
B. Saran
Saran penulis dalam terselesaikannya penulisan buku ini yaitu
penulis menyadari masih banyak kekurangan juga ketidak
tepatan dalam penyusunan buku ini, oleh karena itu penulis

99
menyarankan agar para pembaca tidak terpatok terhadap buku
ini saja tetapi juga mencari referensi lain baik dari segi perktaan
ataupun materi yang terdapat dalam buku ini. Karena ,
kesempurnaan hanya milik Allah, penulis hanya berusaha
menyajikan yang terbaik.
C. Kesan Pesan Perkuliahan
Kesan saya selama mengikuti perkuliahan Bimbingan dan
Konseling ini yaitu pertama saya mengucapkan terimakasih sekali
kepada Pak Dadang juga Pak Rifqy yang telah membimbing saya
selama 1 semester ini, baik Pak Dadang maupun Pak Rifqy
keduanya sama-sama seru, baik, juga pandai membuat lelucon
ketika suasana kelas mulai sepi. Pesan saya yaitu tetap seperti
sekarang dosennya dapat membangkitkan mood mahasiswa jika
keadaan kelas sudah mulai mengantuk juga tetap pertahankan
kekonsistenan untuk selalu menyempatkan hadir di kelas dalam
keadaan apapun.
D. Autobiografi

Nama saya Imelda Gita Fitria, lahir di Sukabumi, 03 Januari


2000. Saya adalah anak sulung dari dua bersaudara, buah dari
pasangan Ujang Deni dan Elis Susilawati. Imel adalah panggilan
akrabku. Ayah saya seorang wiraswasta di bidang peternakan
ayam. Sedangkan Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga.Saya
mempunyai adik bernama Rindu Dhea Lestari , ia baru duduk di
kelas 1 SD. Saya dan keluarga saya bertempat tinggal di Jalan Raya
Cireunghas no.45 rt 01 / 02 Desa Bencoy, Kec. Cireunghas , Kab.
Sukabumi, Jawa Barat. Sejak kecil Ayah selalu menasehati saya
agar rajin beribadah, bersikap jujur dan baik terhadap sesama.

100
Ketika berumur 6 tahun, saya mulai bersekolah di SDN Dewi
Sartika CBM Sukabumi, kemudian setelah lulus melanjutkan
pedidikan di SMPN 2 Sukabumi di tahun 2012. Selepas lulus SMP
di tahun 2015 Aku melanjutkan pendidikan di salah satu SMA di
Kota Sukabumi tepatnya SMAN 3 Sukabumi. Ketika menginjak
kelas X SMA, aku memberanikan diri untuk aktif di struktur
keorganisasian kelas juga menjadi siswa yang aktif bertanya
kepada guru.Di SMA saya masuk ke dalam rumpun kelas MIPA.
Setelah lulus SMA di tahun 2018, saya melanjutkan ke salah satu
Perguruan Tinggi Negeri di Bandung yaitu UPI ( Universitas
Pendidikan Indonesia ) jurusan Pendidikan Biologi program S-1.

E. Referensi
- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Manengah.
Jakarta : Kemendikbud RI
- Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta : Kemendikbud RI
- Gibson, R.L. & Mitchel, M.H. 2008.
Introduction to Counseling and Guidance. New
Jersey: Pearson Prentice Hall.
- Luddin, Abu Bakar M. 2010. Dasar Dasar
Konseling. Bandung : Citapustaka Media
Perintis.

101
- Kamaluddin. 2011. Bimbingan dan Konseling
Sekolah. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Vol.17, no 4.
- Nurihsan, A. J. (2006). Bimbingan dan
Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandun: PT Refika Aditama
- Makrifah, Fanistika L. (2014). Pengembangan
Paket Peminatan Dalam Layanan Bimbingan
Klasikal Untuk Siswa SMP. Jurnal BK, 4, 1.
- Kurniawan, Luky. (2015). Pengembangan
Program Layanan Bimbingan dan Konseling
Komprehensif di SMA. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Konseling, 1, 4.
- Saputra, Ardi W. 2017. “KOLABORASI
GURU BK DENGAN WAKIL KEPALA
SEKOLAHBIDANG KESISWAAN DALAM
MENGATASI KEDISIPLINAN SISWADI
SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID”. Fakultas
Dakwah dan Komunikasi. UIN Sunan
Kalijaga. Yogyakarta.
- Anna, dkk. 2019. PENGORGANISASIAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

(PERAN GURU DAN STAF LAIN DALAM


KEGIATAN BK DI SEKOLAH UNTUK
JENJANG SD/SLTP/SLTA). Makalah
dipresentasikan pada Mata Kuliah

102
Bimbingan dan Konseling, Maret 15,
Bandung.

- Farozin, Muh. dkk. 2016. Panduan


Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan
- Pogram, Laura A. dkk. 2019. Teknik-Teknik
Dasar Pemahaman Individu. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia Mata
Kuliah Bimbingan dan Konseling.

- Farozin, Muh. dkk. 2016. Panduan


Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah Atas (SMA).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
- Rahmadia, dkk. 2019. Mengindentifikasi
Permasalahan Yang Dialami Peserta Didik Di
Sekolah Dengan Menggunakan Metode Inventori.
Hal. 2-10. Pada Tanggal 04 April.
- Khoiriah, Ainin. 2010. Pemanfaatan Inventori
Tugas Perkembangan (ITP) Dalam Pembuatan
Program Bimbingan Dan Konseling di SMPN 21
Pekanbaru.Skripsi.Riau : Universitas Islam
Negri Syarif Kasim.

103
- Arjanto, Paul. 2015. Identifikasi Masalah
Menggunakan Teknik Problem Check List
Pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan
dan Konseling Universitas Patimura.
Konseling Indonesia. 1(1) : 1-2.
- Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15.
- Shari,Ihdina . 2019. Diagnostik Kesulitan
Belajar. Hal. 3-13. Pada Tanggal 05 April.
- Busono, Mardiati. (1988). Diagnosis dalam
Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
- Crow & Crow . (1984). Psikologi Pendidikan
(Terjemahan Kasijaniz). Surabaya: BinaIlmu.
- Juntika, Achmad. (2006). Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Reftika Aditama.
- Yusuf, Syamsu & Juntika Nurihsan. 2005.
Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung;
OT Remaja Rosda Karya.

104
LAMPIRAN

105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124

Anda mungkin juga menyukai