Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KARAKTERISTIK GURU

BIMBINGAN DAN KONSELING YANG BAIK

Dosen Pengampu:
Dr. Yulinda Siregar, M.Pd

Disusun oleh:

Gita Rona Meifina


201801500135

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari proses
pendidikan. Layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan, senantiasa terkait dengan
perubahan yang terjadi pada kehidupan siswa dan masyarakatnya. Layanan
bimbingan dan konseling dilaksanakan sebagai upaya membantu siswa agar
berkembang optimal dan dapat menyesuaikan diri, serta dapat
mengaktualisasikan kemampuan-kemampuannya (Suherman, 2008).
Rochman Natawijaya (1988:7) mengemukakan bahwa guru bimbingan
dan konseling sesungguhnya memegang peranan penting dalam pelaksanaan
program bimbingan di sekolah. Guru bimbingan dan konseling merupakan
seseorang yang banyak memiliki kesempatan untuk berhubungan dengan
siswa. Untuk itu hendaknya aktivitas konseling akan berkualitas jika guru
bimbingan dan konselingnyanya memiliki kualitas pribadi yang baik, yaitu
dari sisi pendidikan dan pribadinya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peranan seorang guru BK dalam pelaksanaan bimbingan di
sekolah?
2. Apa saja karakteristik baik yang perlu dimiliki seorang guru BK?
3. Apa saja syarat-syarat menjadi guru BK yang baik?

C. Tujuan
1. Memahami peranan seorang guru BK dalam pelaksanaan bimbingan di
sekolah.
2. Mengetahui apa saja karateristik baik yang perlu dimiliki seorang guru BK
di sekolah.
3. Mengetahui apa saja syarat-syarat yang dibutuhkan untuk menjadi seorang
guru BK yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan dan fungsi Guru BK di Sekolah


Soetjipto dan Kosasi (2009:107-111) menyatakan bahwa peranan guru
dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah dapat dibedakan menjadi dua: (1)
tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan (2) di luar kelas.
Dalam layanan bimbingan, guru mempunyai beberapa tugas utama,
antara lain:
1. Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas
Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas
yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan ini dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan
dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan
itu.
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena
itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan
belajar-mengajar. Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaya dan
Moh. Surya dalam Soetjipto dan Kosasi (2009:108) mengemukakan
beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-
mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta
mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b) Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c) Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenanagkan.
d) Pemahaman siswa secara empatik.
e) Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.
f) Penampilan diri secara ahli (genuine) tidak berpura-pura di depan
siswa.
g) Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h) Penerimaan siswa secara apa adanya.
i) Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j) Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu.
k) Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut
pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
l) Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
Abu Ahmadi (1977) dalam Soetjipto dan Kosasi (2009:109)
mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan
proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a) Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian.
b) Mengusahakan aagar siswa-siswa dapat memahami dirinya,
kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya.
c) Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang
baik.
d) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.
e) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan, dan minatnya.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-
tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut:
a) Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini
guru mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa.
b) Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.
2. Tugas Guru dalam Opersional Bimbingan di Luar Kelas
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan
proses belajar-mengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-
kegiatan bimbingan di luar kelas. Tugas-tugas bimbingan itu antara lain:
a) Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching).
b) Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa.
c) Melakukan kunjungan rumah (home visit).
d) Menyelenggarakan kelompok belajar, yang bermanfaat untuk:
1) Membiasakan anak untuk bergaul dengan teman-temannya,
bagaimana mengemukakan pendapatnya dan menerima
pendapat dari teman lain.
2) Merealisasikan tujuan pendidikan dan pengajaran melalui
belajar secara kelompok.
3) Mengatasi kesulitan-kesulitan, terutema dalam hal pelajaran
secara bersama-sama.
4) Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggungdi dalam
masyarakat yang lebih luas.
5) Memupuk rasa kegotong-royongan.
Beberapa contoh kegiatan tersebut memberikan bukti bahwa tugas guru
dalam kegiatan bimbingan sangat penting. Kegiatan bimbingan tidak semata-
mata tugas konselor saja. Tanpa peran serta guru, pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah tidak dapat terwujud secara optimal. Gibson dan
Mitchell dalam soetjipto dan kosasi (2009:111) menyatakan bahwa guru
mempunyai peranan yang besar dalam program bimbingan dan konseling di
sekolah.

B. Karakteristik Baik Yang Perlu Dimiliki Seorang Guru BK


Bimbingan dan konseling dalam sudut pandang pendidikan adalah
kegiatan pendidikan yang menyentuh aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (perilaku/keterampilan) siswa (klien)
Namun, berbeda dengan aktivitas pembelajaran di sekolah yang selama
ini lebih menyentuh sisi kognitif, bimbingan dan konseling seharusnya lebih
menyentuh sisi afektif siswa. Guru BK dituntut untuk dapat menyentuh hati
konseli daripada otaknya. Artinya, guru BK (konselor) sebagai pendidik lebih
dihadapkan pada tugas penanaman nilai daripada pengajaran. Dia bertugas
mengubah sikap dan perilaku siswa (klien). Pendidikan (baca: bimbingan dan
konseling) seperti inilah yang dipandang efektif.
Dalam perspektif dakwah dan komunikasi, guru BK (konselor)
memainkan peran sebagai komunikator yang menyampaikan pesan kepada
siswa (konseli) sebagai komunikan agar dapat memiliki sikap dan perilaku
tertentu. Apabila hal ini tercapai, maka komunikasi yang dilakukan oleh guru
BK dipandang efektif. Komunikator yang berhasil adalah mereka yang
memiliki dua ciri, yaitu trustworthy dan expertise. Trustworthy adalah sifat
jujur dan percaya. Kedua sifat ini sangat menentukan komunikan (klien) akan
mengikuti ajakan (bimbingan) guru BK ataukah tidak. Indikator trustworthy
adalah kesesuaian antara apa yang dikatakan dengan apa yang diperbuat.
Expertise adalah keahlian; pengetahuan dan penguasaan seseorang dalam
bidang tertentu. Dua ciri inilah yang akan membentuk dan membangun
kredibilitas konselor di mata klien.
Dalam istilah retorika, kredibilitas (dalam arti thrusworthy) menempati
urutan pertama dalam proses kegiatan komunikasi. Proses tersebut adalah
ethos, pathos, logos. Ethos berarti kredibilitas atau keteladanan yang dimiliki
seseorang atau sikap dan perilaku sehari-hari. Pathos adalah kemampuan
komunikator dalam menjalin kedekatan terhadap komunikannya (dalam
istilah konseling disebut rapport). Logos adalah isi atau pesan yang
disampaikan. Pathos lebih menyentuh emosi atau perasaan, sementara logos
lebih menyentuh rasionalitas seseorang.
Beberapa pakar konseling telah mengadakan penelitian seperti Carkhuff
dan Truax (1965), Waren (1960), Virginia Satir (1967). Semua pakar tersebut
menemukan dari penelitiannya yaitu bahwa keefektifan konselor banyak
ditentukan oleh kualitas pribadiannya.
Konselor maupun guru BK sebagai tenaga profesional dalam bidang
bimbingan dan konseling (guidence and counseling) merupakan tenaga
khusus yang memiliki karakteristik atau ciri-ciri dalam aspek kepribadian,
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
1. Karakteristik Kepribadian
a) Karakterisrik umum
Karakteristik kepribadian konselor secara umum menurut
Sukartini sebagai berikut:
1) Beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa
2) Berpandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spritual, bermoral, individual dan sosial
3) Menghargai harkat dan martabat manusia dan hak asasinya serta
bersikap demokratis
4) Menampilkan nilai norma dan moral yang berlaku dan
berakhlak mulia
5) Menampilkan integritas dan stabilitas kepribadian dan
kematangan emosional
6) Cerdas, kreatif, mandiri dan berpenampilan menarik
b) Karakteristik khusus
Secara khusus Corey mengemukakan karakteristik kepribadian
konselor sebagai berikut:
1) Memiliki cara-cara sendiri
2) Memiliki kehormatan diri dan apresiasi diri
3) Mempunyai kekuatan yang utuh mengenal dan menerima
kemampuan diri sendiri
4) Terbuka terhadap perubahan dan mau mengambil risiko yang
lebih besar
5) Terlibat dalam proses-proses pengembangan kesadaran tentang
diri dan klien
6) Memiliki kesanggupan untuk menerima dan memberikan
toleransi terhadap ketidakmenentuan
7) Memiliki identitas diri
8) Mempunyai rasa empati yang tidak posesif
9) Hidup (eksistensi)
10) Autentik, nyata, sejalan, jujur dan bijak
11) Memberi dan menerima kasih sayang
12) Hidup masa kini
13) Dapat berbuat salah dan mau mengakui kesalahan
14) Dapat terlibat secara mendalam dengan pekerjaan-pekerjaan dan
kegiatan-kegiatan kreatif, menyerap makna yang kaya dalam
hidup melalui kegiatan-kegiatan. 
Kemudian, Comb A mengungkapkan bahwa dimensi
kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang konselor ialah sebagai
berikut:
1) Spontanitas
2) Fleksibilitas
3) Konsentrasi
4) Keterbukaan
5) Stabilitas emosi
6) Berkeyakinan akan kemampuan untuk berubah
7) Komitmen pada rasa kemanusiaan
8) Kemauan membantu klien mengubah lingkungannya
9) Pengetahuan konselor
10) Totalitas
Selain itu, menurut Cavanagh kualitas pribadi konselor ditandai
dengan ciri-ciri sebagai berikut:     
1) Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena
konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka
dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain
dan konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga
akan memahami orang lain.
2) Kompetensi (Competence)
a. Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b. Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c. Penguasaan kemampuan assesmen
d. Penguasaan kemampuan mengembangkan progaram
bimbingan dan konseling
e. Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi
layanan bimbingan dan konseling
f. Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g. Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan
profesi
h. Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting
kebutuhan khusus      
3) Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk memiliki kesehatan
psikologis yang baik bagi kliennya. Kesehatan psikologis
konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan
konseling. Hal itu dikarena apabila konselor kurang sehat
psikisnya, maka Ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan
sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru dan
kebingungan.
4) Dapat Dipercaya (Trustworthness)
a. Memilki pribadi yang konsisten
b. Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun
perbuatannya.
c. Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d. Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara
utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
5) Kejujuran (Honest)
Konselor itu diharuskan memiliki sifat yang terbuka,
autentik dan sejati dalam pemberian layananya kepada klien.
Jujur disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau
kesesuaian dalam kualitas diri actual (real-self) dengan
penilaian orang lain terhadap dirinya (public-self).
6) Kekuatan atau Daya (Strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam
konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien
memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabah dalam
menghadapi masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi
masalahnya dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah
pribadi.
7) Kehangatan (Warmth)
Hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan
kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa
hangat tersebut dan melakukan sharing dengan konseling. Bila
hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang
nyaman.
8) Pendengar yang Aktif (Active Responsiveness)
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses
konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan
mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari
kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan,
memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat
menimbulkan respon yang bermakna dan berkeinginan untuk
berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam
konseling.
9) Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat
membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami.
Dan sikap sabar konselor menunjukkan bahwa konselor lebih
memperhatikan diri klien daripada hasilnya. 
10) Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan
kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor
sendiri. Kepekaan diri konselor akan memberikan rasa aman
bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila
berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.
11) Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa
konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya secara
serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang
yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa
konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang
menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi
yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya.
Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi,
sosial, seksual, dan moral-spiritual.
2. Karakteristik Pengetahuan
Dilihat dari aspek pengetahuan (knowledge), konselor maupun guru
BK adalah tenaga ahli dalam bidang pendidikan dan psikologis
(psikopedagosis). Ia memiliki pengetahuan luas tentang teori-teori
psikologi, konseling dan pendidikan, sehingga dapat mengembangkan
dan menerapkannya dalam pelayanan konseling kepada klien.
Dari aspek psikologi, konselor memiliki pengetahuan dan
pemahaman luas tentang dinamika perilaku dan perkembangan individu
yang meliputi motif yang mendasari tingkah laku, teori-teori
perkembangan, tahap-tahap perkembangan.
Dari aspek teori konseling, konselor memiliki pengetahuan dan
pemahaman luas tentang model-model konseling. Dari aspek pendidikan,
konselor mempunyai pengetahuan dan pemahaman luas tentang: 1)
hubungan pendidikan yang di dalamnya terlibat unsur-unsur pendidikan;
2) kaidah-kaidah belajar yang meliputi prinsip belajar, suasana belajar
dan proses pembelajaran; 3) alat-alat pembelajaran mencakup kurikulum,
teknologi pembelajaran, media pembelajaran, sumber dan lingkungan
belajar, dan lain-lain.
3. Karakteristik Keterampilan
Konselor sebagai tenaga profesional memiliki keterampilan
(skill) yang memadai dalam memberikan pelayanan konseling.
Keterampilan konselor ini meliputi:
Keterampilan dalam meciptakan dan membina hubungan konseling
kepada klien (helping relationship). Dalam hubungan konseling,
konselor mampu menciptakan suasana yang hangat, simpatik, empati
yang didukung sikap dan perilaku konselor yang tulus dan ikhlas untuk
membantu konseli, jujur dan bertanggungjawab, terbuka, toleran dan
setia.
Keterampilan dalam menerapkan wawancara konseling. Menurut
Hosking dan Brammer terdapat beberapa keterampilan dasar wawancara
konseling yang harus dikuasai oleh konselor seperti keterampilan
membuka percakapan, keterampilan memberi informasi dan lain-lain.
Selain itu, ada tujuh keterampilan dan kualitas seorang konselor
yang efektif yaitu:
a) Keterampilan Interpersonal. Konselor yang efektif mampu
mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati,
kehadiran, kesadaran, komunikasi nonverbal, sensitivitas terhadap
kualitas suara, responsivitas terhadap ekspresi emosi, pengambil-
alihan, menstruktur waktu, menggunakan bahasa.
b) Keyakinan dan Sikap Personal. Kapasitas untuk menerima yang lain,
yakin adanya potensi untuk berubah, kesadaran terhadap etika dan
moral, sensitifitas terhadap nilai yang dipegang oleh klien dan diri.
c) Kemampuan Konseptual. Kemampuan untuk memahami dan menilai
masalah klien, mengantisipasi konsekuensi tindakan di masa depan,
memahami proses kilat dalam kerangka skema konseptual yang lebih
luas, mengingat informasi yang berkenaan dengan klien, fleksibilitas
kognitif dan keterampilan dalam memecahkan masalah.
d) Ketegaran Personal. Tidak adanya kebutuhan peribadi atau
keyakinan irrasional yang sangat merusak hubungan konseling,
percaya diri, kemampuan untuk menolerasi perasaan yang kuat atau
tak nyaman dalam hubungan dengan klien, batasan pribadi yang
aman mampu untuk menjadi klien.
e) Menguasai Teknik. Pengetahuan tentang kapan dan dimana
melaksanakan intervensi tertentu, kemampuan untuk menilai
efektifitas intervensi, memahami dasar pemikiran dibelakang teknik,
memiliki simpanan intervensi yang cukup.
f) Kemampuan untuk Paham dan Bekerja dalam Sistem Sosial.
Termasuk kesadaran akan keluarga, dan hubungan kerja dengan
klien, sensitif terhadap dunia klien yang mungkin bersumber dari
perbedaan gender, etnis, orientasi seks atau kelompok umur.
g) Terbuka untuk Belajar dan Bertanya. Kemampuan untuk waspada
terhadap latar belakang dan masalah klien. Terbuka terhadap
pengetahuan baru, menggunakan riset untuk menginformasikan
praktik.
4. Karakteristik Pengalaman
Di samping karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, menjadi konselor professional juga memerlukan
pengalaman kerja dalam menjalankan praktik konseling baik di
sekolah maupun di luar sekolah.
Kompetensi inti konselor (common comperencies) adalah
seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan bersama yang
dikuasai konselor dalam setting manapun. Setiap setting bimbingan
dan konseling menghendaki kompetensi khusus yang harus dikuasai
konselor untuk dapat memberikan pelayanan dalam setting tersebut.
Kompetensi konselor merujuk kepada penguasaan konsep,
penghayatan dan perwujudan nilai serta penampilan ppribadi yang
bersifat membantu (helping personal) dan unjuk kerja professional
yang akuntabel. Kompetensi konselor dibangun dari landasan
filosofis tentang hakekat manusia dan kehidupannya sebagai
makhluk Allah Yang Maha Kuasa, makhluk pribadi, dan warga
Negara yang berbasis budaya Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling di
Indonesia dewasa ini serta mengacu kepada Undang-undang RI
Nomer 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) konselor adalah pendidik. Dalam kapasitas sebagai
pendidik, konselor berperan dan berfungsi sebagai pendidik
psikologis (psychological educator atau psychoeducator), dengan
perangkat pengetahuan dan keterampilan psikologis yang
dimilikinya, Ia berperan memfasilitasi perkembangan peserta didik.
Kompetensi inti konselor Indonesia telah dirumuskan dan
ditetapkan sebagai kesepakatan bersama oleh Asosiasi Bimbingan
dan Konseling Indonesia sebagai Standart Kompetensi Konselor
Indonesia (SKKI) yang terdiri dari 7 butir kompetensi; 27 butir sub
kompetensi, dan 107 butir indikator kompetensi. Ketujuh butir
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
a) Menguasai konsep dan praksis pendidikan;
b) Memiliki kesadaran dan komitmen etika profesional;
c) Menguasai konsep dan praksis assessment;
d) Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling;
e) Memiliki kemampuan mengelola program bimbingan dan
konseling; dan
f) Menguasai konsep dan praksis riset dalam bimbingan dan
konseling.
Di dalam proses konseling, semua aspek tersebut saling terkait,
sehingga tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Seorang konselor
profesional akan lebih berhasil dalam memberikaan pelayanan
konseling kepada kliennya, bila dibandingkan dengan konselor yang
belum professional (konselor pemula). Hal ini disebabkan oleh
karena konselor professional memiliki perangkat pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang lebih luas tentang konseling,
serta lebih mempunyai sifat-sifat kepribadian yang mantap, seperti:
kewibawaan, kehangatan, kestabilan emosi, simpatik, empati,
kejujuran, tanggung jawab, dan dapat dipercaya.
Di pihak lain, seorang klien memiliki keunikan tertentu yang
berbeda dengan klien lainnya, sehingga bila konselor tidak mampu
memahami hal ini, Ia tidak akan mempu menciptakan hubungan
konseling yang efektif. Seorang konselor profesional harus mampu
memanfaatkan segala kondisi yang menunjang proses konseling dan
menghindari faktor-faktor yang dapat menghambat konseling. Di
antara kondisi yang menunjang adalah menciptakan keamanan dan
kebebasan psikologis, ketulusan dan kejujuran, kehangatan dan
penuh penerimaan, empati, perasaan yang menyenangkan, perasaan
mencapai prestasi, memiliki harapan dan ketenangan. Di samping
itu, konselor profesional juga harus mampu menghindari perilaku
yang merugikan diri seperti: berbohong, tidak bertanggung jawab,
tidak berwibawa, egois, amarah, rendah diri, cemburu, motivasi yang
rendah untuk membantu klien, yang dapat disebabkan oleh
rendahnya penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.
Selain itu, Virginia Satir (1967) menemukan beberapa karakteristik
konselor sehubungan dengan pribadinya yang membuat konseling berjalan
efektif. Karakteristik-karakteristik tersebut antara lain:
1. Resource Person, artinya konselor adalah orang yang banyak mempunyai
informasi dan senang memberikan dan menjelaskan informasinya.
Konselor bukanlah pribadi yang maha kuasa yang tidak mau berbagi
dengan orang lain;
2. Model of Communication, yaitu bagus dalam berkomunikasi, mampu
menjadi pendengar yang baik dan komunikator yang terampil. Dia bukan
orang yang sok pintar dan mengejar pamor diri sendiri. Dia mampu
menghargai orang lain dan dapat bertindak sesuai dengan realitas yang ada
baik pada diri maupun di lingkungan.
Menurut Willis, karakteristik konselor pada kondisi di Indonesia secara
umum dia memiliki kepribadian sebagai berikut:
1. Beriman, bertaqwa
2. Menyenangi manusia
3. Komunikator yang terampil; pendengar yang baik
4. Memiliki ilmu dan wawasan tentang manusia, sosial-budaya; merupakan
narasumber yang kompeten
5. Fleksibel, tenang, dan sabar.
6. Menguasai keterampilan teknik, memiliki intuisi.
7. Memahami etika profesi.
8. Respek, jujur, asli, menghargai, tidak menilai.
9. Empati, memahami, menerima, hangat, bersahabat.
10. Fasilitator, motivator.
11. Emosi stabil; pikiran jernih; cepat dan mampu.
12. Objektif, rasional, logis, konkrit.
13. Konsisten, tanggungjawab.
Selain itu, Willis juga menganggap peran humor menjadi penting untuk
dimiliki oleh pribadi konselor. Humor dianggap oleh umum mempunyai
kekuatan efektif untuk membantu klien jika digunakan konselor. Namun hal
ini amat sedikit bukti penelitiannya. Hasil penelitian Labrentz dalam
disertasinya membuktikan dengan data bahwa rasa humor konselor amat
membantu perubahan perilaku klien yang terganggu. Namun ada tiga
observasi mengenai penggunaan humor oleh konselor dalam situasi
konseling. Pertama, penggunaan humor untuk menutup rasa permusuhan, jadi
destruktif hasilnya. Kedua, humor sebagai perangsang untuk menggairahkan
klien. Ketiga, penggunaan humor mungkin bisa menurunkan kecemasan,
stres, jadi berfungsi adaptif.

C. Syarat-syarat Menjadi Guru BK yang Baik


Guru Pembimbing adalah guru yang bertugas di bagian BK (Bimbingan
Konseling) di sekolah. Tugas pokok guru BK adalah untuk membimbing para
siswa di sekolah. Dengan adanya guru BK, diharapkan siswa yang
berkelakuan menyimpang dapat dibina sehingga dapat menjadi lebih baik
lagi.
Berikut adalah beberapa syarat untuk menjadi guru BK yang baik di
sekolah, yaitu antara lain:
1. Menjunjung tinggi kode etik guru BK
Kode etik dapat diartikan pola aturan, tata cara, pedoman etis dalam
melakukan suatu profesi. Kode etik sendiri merupakan tatanan etika yang
telah disepakati oleh sekelompok masyarakat tertentu.
Berikut adalah kode etik Bimbingan dan Konseling berdasarkan
rumusan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia, yaitu:
a) Pembimbing menghormati harkat klien
b) Pembimbing menempatkan kepentingan klien di atas kepentingan
pribadi
c) Pembimbing tidak membedakan kliennya
d) Pembimbing dapat menguasai dirinya, dalam arti kata kekurangan-
kekurangannya dan prasangka-prasangka pada dirinya.
e) Pembimbing mempunyai sifat rendah hati sederhana dan sabar.
f) Pembimbing terbuka terhadap saran yang diberikan pada klien.
g) Pembimbing memiliki sifat tanggung jawab terhadap lembaga
ataupun orang yang dilayani.
h) Pembimbing mengusahakan mutu kerjanya sebaik mungkin.
i) Pembimbing mengetahui pengetahuan dasar yang memadai tentang
tingkah laku orang, serta tehnik dan prosedur layanan bimbingan
guna memberikan layanan sebaik-baiknya.
j) Peluruh catatan tentang klien bersifat rahasia.
k) Suatu tes hanya boleh diberikan kepada petugas yang berwenang
menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
Prinsip-prinsip di atas wajib dipegang teguh oleh guru BK. Guru BK
juga tidak diperkenankan untuk menggunakan tenaga pembantu (asisten)
yang tidak ahli bimbingan dan konseling. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya kesalahan mengambil sikap atau tindakan
ketika bimbingn dan konseling berlangsung, karena sikap atau
tindakandari guru BK sebenarnya banyak mempengaruhi kondisi
perkembangan psikologi siswa.
2. Memiliki kompetensi menjadi guru BK
Memiliki kompetensi dalam bidangnya merupakan syarat mutlak
dalam setiap profesi. Mustahi jika seorang guru misalnya, tidak memiliki
kompetensi sebagai seorang guru. Berikut adalah kompetensi yang perlu
dimiliki seorang guru BK, yaitu antara lain:
a) Memiliki wawasan terpadu tentang konseling (pengertian, tujuan,
prinsip, tujuan, asas dan landasan
b) Menguasai pendekatan, strategi, dan teknik melalui berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung pelayanan konseling.
c) Mampu menyusun program pelayanan konseling
d) Dapat menggunakan sumber dan media pelayanan konseling
e) Dapat melakukan asesmen dan evaluasi hasil dan proses layanan
konseling
f) Mampu melakukan Pengelolaan pelayanan bimbingan dan konseling
Keenam poin diatas harus dikuasai dan dimiliki oleh guru karena
kompetensi sendiri merupakan fondasi awal sebagai guru BK.
3. Memahami tugas yang dipikulnya
Berikut merupakan tugas-tugas yang harus dipahami dan
dilaksanakan guru BK, yaitu antara lain:
a) Melakukan studi kelayakan dan penilaian kebutuhan bimbingan dan
konseling
b) Menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling
yang
c) Membahas jadwal kegiatan, metode bimbingan konseling, serta
mengelola data hasil bimbingan dan konseling.  Program bimbingan
dan konseling dilaksanakan untuk satuan-satuan waktu tertentu.
Program-program tersebut dikemas dalam program harian atau
mingguan, bulanan, semesteran, dan tahunan  
d) Melaksanakan program pelayanan bimbingan dan konseling
e) Proses konsultasi dan hasil pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling
f) Menganalisis hasil konsultasi dan konseling
g) Melaksanakan tindak lanjut atas hasil konsultasi dan konseling.
h) Mempersiapkan diri, menerima dan mengatur kegiatan
kepengawasan oleh pengawas sekolah atau madrasah bidang
Bimbingan dan Konseling.
i) Berkolaborasi dengan guru mata pelajaran dan wali kelas serta pihak
terkait dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
j) Mengadakan koordinasi dengan kelas wali, guru bidang studi dan
ketua jurusan serta urusan kesiswaan dalam rangka pembinaan siswa
dan mengelola wali siswa.
k) Bersama wali kelas dam kesiswaan dalam diskusi kesiswaan yang
terkait dengan psikis dengan kenakalan siswa, penyimpangan
disiplin dan pembelajaran belajar
l) Mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat siswa
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Peranan guru BK dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah memiliki dua
tugas utama yaitu tugas dalam layanan bimbingan dalam kelas dan tugas
dalam layanan bimbingan di luar kelas. Tanpa peran serta guru BK,
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah tidak dapat terwujud
secara optimal.
2. Konselor maupun guru BK sebagai tenaga profesional dalam bidang
bimbingan dan konseling (guidence and counseling) merupakan tenaga
khusus yang secara garis besar memiliki karakteristik atau ciri-ciri dalam
aspek kepribadian, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
3. Syarat-syarat untuk menjadi guru BK yang baik di sekolah, yaitu antara
lain:
a) Menjunjung tinggi kode etik guru BK
b) Memiliki kompetensi menjadi guru BK
c) Memahami tugas yang dipikulnya
DAFTAR PUSTAKA

1. Takatoshi Uchida, Rero. 2011, “Peranan Guru BK di Sekolah”,


https://www.scribd.com/doc/76497107/PERANAN-GURU-BK-
Disekolah#download, di akses pada Senin, 18 November 2019 pukul 16.33
2. Ubudiyah, Farikhatul. “KARAKTERISTIK PRIBADI KONSELOR”,
https://www.academia.edu/27710986/KARAKTERISTIK_PRIBADI_KONS
ELOR, di akses pada Senin, 18 November 2019 pukul 16.42
3. Hati, Cahaya. 2015, “Karakteristik Konselor”,
http://cahayahatimimifemje.blogspot.com/2015/01/karakteristik-
konselor.html, di akses pada Senin, 18 November 2019 pukul 20.25
4. Arthur, Kiki. “PSIKOLOGI KONSELING”,
https://www.academia.edu/36778065/PSIKOLOGI_KONSELING, di akses
pada Senin, 18 November 2019 pukul 20.57
5. NN, Nicky. 2019, “Nggak Bisa Sembarang Orang Bisa Jdi Guru BK, Ini Dia
Syarat-syaratnya!”,
https://www.kompasiana.com/nicky14572/5d887e00097f367f214f5b92/ngga
k-bisa-sembarang-orang-jadi-guru-bk-ini-dia-syarat-syaratnya, di akses pada
Selasa, 19 November 2019 pukul 20.12

Anda mungkin juga menyukai