Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pengembangan Pribadi Konselor

“ Etika Profesi Konselor “

Dosen Pengampu :

Dr. Sulistiyana, S. Pd, M. Pd, Dr. Ali Rahman, M. Pd dan Akhmad Sugianto,
M. Pd

Oleh : Kelompok 11

Irwan 1810123210023

Mashita Listiyarini 1810123220019

Medi Hartono 1810123310010

Muhammad Exca Maulana 1810123110009

Nurul Hafizah 1810123220040

Ramadani 1810123210030

Rida Maulida 1810123220024

Yumna Sabila 1810123220016

Yuliana Kholishotul Ula 1301419085

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
izin, rahmat, dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas pertama
semester kelima untuk mata kuliah Pengembangan Kepribadian Konselor. Melalui
makalah ini, kami berharap agar pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai
nilai-nilai budaya Banjar.
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen pengampu Ibu Dr. Sulistiyana, S. Pd, M. Pd , Dr. Ali
Rahman, M .Pd dan Bapa Akhmad Sugianto, M. Pd yang bersedia membimbing
dan mengarahkan kami.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun kata bahasannya, dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kedepannya kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap agar makalah yang telah di susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi seluruh pembaca terutama untuk penulisnya, serta dapat
memberikan kuliatas yang baik.

Banjarmasin, Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Metode Penelitian ......................................................................................... 2
D. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
E. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Profesi .................................................................................... 4


B. Kode Etik Profesi Konselor .......................................................................... 5
C. Dasar Kode Etik Profesi Konselor ................................................................ 8
D. Ruang Lingkup Etika Profesi Konselor ........................................................ 9
E. Tujuan Dan Fungsi Kode Etik Konselor ....................................................... 10
F. Manfaat Kode Etik Konselor ........................................................................ 11
G. Prinsip Kode Etik Konselor .......................................................................... 12

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................13
B. Saran .............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan sangatlah
penting, dikarenakan mereka membantu peserta didik dalam
mengembangkan potensi, memenuhi tugas perkembangan hingga
menyelesaikan masalah akademik peserta didik. Dalam bimbingan dan
konseling guru BK juga memiliki kode etik nya sebagai guru BK. Berikut
dikemukakan pengertian kode etik profesi dari dua sumber. Pertama, kode
etik adalah sistem norma atau aturan yang tertulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang
salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh
seorang profesional. Kedua, kode Etik merupakan aturan-aturan susila, atau
sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para
anggota, yang tergabung dalam suatu kumpulan atau organisasi (organisasi
profesi) (Hunainah, 2016:03).
Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu bentuk persetujuan
bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota atau
dengan kata lain kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan
yang disepakati bersama guna mengatur tingkah laku para anggota
organisasi (Hunainah, 2016:03). Sebagai guru Bk yang profesional tentu saja
penting bagi kita mempelajari tentang apa saja kode etik guru BK, agar saat
melaksanakan layanan bimbingan maupun konseling, konseli kita merasa
nyaman saat ingin menceritakan permasalahan yang ia alami, entah itu
dalam hal akademik maupun hal yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi etika profesi ?
2. Apa itu kode etik profesi konselor?
3. Bagaimana dasar kode etik profesi konselor?
4. Apa saja ruang lingkup etika profesi konselor?

1
5. Apa saja tujuan dan fungsi kode etik konselor?
6. Apa saja manfaat kode etik konselor?
7. Apa saja prinsip kode etik konselor?
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode pustaka serta
diskusi. Metode Pustaka merupakan metode di mana kami mempelajari dan
mengumpulkan data pustaka yang berhubungan dengan alat seperti buku dan
jurnal. Lalu kemudian kami diskusikan bersama dengan harapan mampu
menguasai keseluruhan materi dengan baik. Informasi yang ditemukan
berbagai sumber bacaan kemudian disusun dalam penyajian makalah
berdasarkan urutan yang sesuai. Pembahasan yang dilakukan disesuaikan
dan dikaitkan dengan materi yang dibahas. Setelah itu diurutkan dan
disajikan berbentuk makalah.
D. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi etika profesi.
2. Untuk mengetahui kode etik profesi konselor.
3. Untuk mengetahui dasar kode etik profesi konselor.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup etika profesi konselor.
5. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi kode etik konselor.
6. Untuk mengetahui manfaat kode etik konselor.
7. Untuk mengetahui prinsip kode etik konselor.
E. Manfaat penulisan
1. Manfaat Teoritis, penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis, sekurang-kurangnnya penulisan ini dapat berguna
sebagai pemikiran yang baik untuk para pembaca.
2. Manfaat Praktis, bagi penulis menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai hal yang berkaitan dengan etika profesi konselor (definisi,
kode etik, dasar kode etik, ruang lingkup, tujuan, dan fungsi serta
manfaat kode etik konselor).
3. Agar pemakalah maupun pembaca dapat memahami tentang etika
profesi konselor.

2
4. Pemakalah dapat lebih mandiri dalam mencari, mengumpulkan, dan
menyusun informasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Profesi
a. Definisi Etika
Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani
“Ethos” (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam
pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan hidup yang
baik, yaitu baik pada diri seseorang maupun pada suatu masyarakat
atau kelompok masyarakat ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai
tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan semua kebiasaan
yang dianut dan diwariskan secara turun temurun.
Menurut Prakoso (2015:44) , etika merupakan nilai-nilai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang/suatu
kelompok masyarakat dalam mengatur perilakunya.
b. Definisi Profesi
Menurut Prakoso (2015:67), profesi adalah sebutan atau jabatan
di mana orang yang menyandangnya memiliki pengetahuan khusus
yang diperolehnya melalui minimal training atau pengalaman lain atau
bahkan diperoleh melalui keduanya, sehingga dapat membimbing atau
memberi nasihat/saran juga melayani orang lain dalam bidangnya
sendiri.
Menurut Muchtar (2016:53), profesi merupakan suatu konsep
yang lebih spesifik dibandingkan dengan pekerjaan. Istilah pekerjaan
memiliki konotasi yang lebih luas dari pada profesi. Setiap profesi
adalah pekerjaan, akan tetapi tidak semua pekerjaan merupakan
profesi.
c. Definisi Etika Profesi
Menurut Prakoso (2015:59), etika profesi merupakan etika sosial
dalam etika khusus mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada ilmu
dan profesi yang disandangnya. Menurut Muchtar (2016:95) etika

4
profesi merupakan aturan perilaku yang memiliki kekuatan mengikat
bagi setiap pemegang profesi. Maka dapat disimpulkan etika profesi
merupakan suatu tujuan agar setiap pemegang profesi tetap berada
dalam nilai-nilai profesional, bertanggung jawab dan menjunjung
tinggi profesi yang dipegangnya.
B. Hakikat Kode Etik Profesi Konselor
Kode etik profesi bimbingan dan konseling merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan dan pekerjaan guru bimbingan dan
konseling (konselor). Setiap konselor sejak di bangku kuliah sudah dibekali
kode etik profesi konselor baik secara teoretik dan praktik. Ketika calon
konselor praktik di kelas, di laboratorium, di sekolah, ataupun di luar
sekolah, mereka harus melaksanakan kode etik tersebut sehingga
terinternalisasikan dalam setiap kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling.
Untuk menjaga standar mutu pelayanan bimbingan dan konseling telah
ditetapkan Kode Etik Profesi Bimbingan dan Konseling di Indonesia
(Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia, 2010). Ia
merupakan norma-norma yang harus diindahkan dan dipatuhi oleh setiap
konselor dalam menjalankan tugas profesinya dalam kehidupannya di
masyarakat. Norma-norma yang tercantum dalam kode etik profesi ini berisi
apa yang tidak boleh, apa yang seharusnya dilakukan, dan apa yang
diharapkan dari tenaga profesi konselor. Substansi yang mencakup tiga hal
sebagaimana dimaksudkan itu melekat pada tenaga profesional dalam
bidang bimbingan dan konseling, yaitu Konselor.
Kinerja konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling, dan
juga aspek-aspek kependidikan dan kepribadian konselor yang terkait
langsung dengan pelayanan bimbingan dan konseling, sepenuhnya berada
dalam fokus diberlakukannya kode etik profesi yang dimaksudkan.
Berdasarkan keputusan pengurus besar asosiasi bimbingan dan konseling
Indonesia (PBABKIN) nomor 010 tahun 2006 tentang penetapan kode etik

5
profesi bimbingan dan konseling, maka sebaian dari kode etik itu adalah
sebagai berikut:
1. Kualifikasi konselor dalam nilai, sikap,keterampilan, pengetahuan dan
wawasan.
a. Konselor wajib terus menerus mengembangkan dan menguasai
dirinya. Ia wajib mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangka pada dirinya sendiri, yang dapat mempengarui
hubunganya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya
mutu pelayanan profesional serta merugikan klien.
b. Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati,
sabar, menepati jajni, dapat dipercaya, jujur,tertib dan hormat.
c. Konselor wajib memiliki rasa tangggung jawab terhadap saran
maupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari
rekan –rekan seprofesi dalam hubunyanga dengan pelaksanaan
ketentuan-keteentuaan tingkah laku profesional sebagaimana di
atur dalam Kode Etik ini.
d. Konselor wajib mengutamakan mutu kerja setinggi mungkin dan
tidak mengutamakan kepentingan pribadi, termasuk keuntungan
material, finansial, dan popularitas.
e. Konselor wajib memiiki keterampilan menggunakan tekhnik dan
prosedur khusus yang dikembangkan ataas dasar wawasan yang
luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
2. Penyimpanan dan Penggunann Informasi.
a. Catatan tentang diri klien yang meliputi data hasil wawancara,
testing, surat menyurat, perekaman dan data lain, semuanya
merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh
digunakan untuk kepentingan klien. Penggunaan data/ informasi
untuk keperlian riiset atau pendidikan calon konselor
dimungkinkan, sepanjang identitas kien di rahasiakan.
b. Penyampaian informasi klien kepada keluarga atau kepada
anggota profesi lain membutuhka persetujuan klien.

6
c. Penggunaan informasi tentang klien dengan anggota profesi yang
sama atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan
klien dan tidak meruikan klien. d. Keterangan mengenai informasi
profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang
menafsirkan dan menggunakanya.
3. Hubungan dengan Penberian pada Pelayanan.
a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam
hubungan antara klien dengan konselor.
b. Klien sepenuhnya berhk mengakhiri hubungsn dengan konselor,
meskipun proses konseling belum mencapai suatu hasil yang
kongkrit. Sebaliknya konselor tidak akan melanjutkan hubugan
apabila klien ternyata tidak memperoleh manfaat dari hubungan
itu.
4. Hubungan dengan Klien.
a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan
keyakinan klien.
b. Konselor wajib menempatkan kepetingan klienya di atas
kepentingan pribadinya.
c. Dalam melakukan tugasnya konselor tidak mengadakan
pembedaan klien atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama atau
status sosial ekonomi.
d. Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada
seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.
e. Konselor wajib memberikan bantuan kkepada siapapun lebih-
lebih dalam keadaan darurat atau banyak orang yang
menghendaki.
f. Konselor wajib memberikan pelayanan hingga tuntas sepanjang
dikehendaki oleh klien.
g. Konselor wajib menjelaskan kepasa klien sifat hubungan yang
sedang dibinadan batas-batas tanggung jawab masig-masing
dalam hubungan profesional.

7
h. Konselor wajib mengutamakan perhatian kepada klien, apabila
timbul masalah dalam kesitiaan ini, maka wajib diperhatikan
kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan
profesinya sebagai konselor
i. Konselor tidak bisa memberikan bantuan kepada sanak keluarga,
teman-teman karibnya, sepanjang hubunganya profesional.
5. Konsultasi dengan Rekan Sejawat.
Dalam rangka pemberian pelayanan kepada seorang klien, kalau
konselor merasa ragu-ragu tentang suatu hal, maka ia wajib
berkonsultasi dengan sejawat selingkungan profesi. Untuk hal itu ia
harus mendapat izin terlebih dahulu dari kliennya.
6. Alih Tangan Kasus
Yaitu kode etik yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya
dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih ahli.
C. Dasar Kode Etik Profesi Konselor
Kode etik bimbingan dan konseling merupakan suatu ketentuan yang
harus dipatuhi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam bimbingan dan
konseling. Dengan adanya kode etik bimbingan dan konseling diharapkan
proses bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baikatau bahkan
lebih baik lagi. Kode etik merupakan hal yang tidak boleh di langgar karena
dapat menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan sebagai hukuman dari
perbuatan nya karena melanggar kode etik tersebut.
Menurut Afifudin (2010) mengatakan dasar kode etik konselor adalah
(1) Pancasila, mengingat bahwa layanan bimbingan dan konseling
merupakan usaha untuk membantu sesama manusia dalam rangka membina
warga negara menjadi bertanggung jawab, (2) Profesi, mengacu pada
kebutuhan dan kebahagiaan peserta didik sesuai dengan norma norma
tertentu.

8
Dasar kode etik profesi bimbingan dan konseling Menurut Mika dan
Ruri (2018) adalah sebagai berikut:
1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3. Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat1,2 dan 3 tentang
standar pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru.
D. Ruang Lingkup Etika Profesi Konselor
Menurut buku etika profesi bimbingan dan konseling karya Hunainah
(2016:4), ruang lingkup etika profesi bimbingan dan konseling Indonesia
membahas 5 bab berikut:
1. Dasar Kode Etik Profesi BK
2. Kualifikasi dan Kegiatan Profesional Konselor
3. Hubungan Kelembagaan
4. Praktik Mandiri dan Laporan kepada Pihak Lain
5. Ketaatan kepada Profesi
Sementara Kode Etik American Counseling association (ACA) terdiri
atas delapan bagian yang membahas bidangbidang berikut:
1. Hubungan Konseling
2. Kerahasiaan, Komunikasi Pribadi dan Privasi
3. Tanggungjawab Profesional
4. Hubungan dengan Profesi Lain
5. Evaluasi, Penilaian, dan Interpretasi
6. Pengawasan, Pelatihan, dan Interpretasi
7. Penelitian dan Publikasi
8. Pemecahan Masalah Etika

9
E. Tujuan dan Fungsi Kode Etik Konselor
Dalam buku etika profesi bimbingan dan konseling karya Hunainah
(2016:5) disebutkan bahwa tujuan dan fungsi kode etik konselor yaitu:
a. Tujuan Etik Profesi, antara lain:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
6. Untuk meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat
8. Menentukan baku standarnya sendiri
b. Fungsi Etik profesi, antara lain:
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika
profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang.
Dalam buku etika profesi bimbingan dan konseling karya Hunainah
(2016:6) dijelaskan bahwa tujuan kode etik American Counseling
association (ACA) 2005, yaitu:
1. Untuk menjelaskan kepada anggota saat ini, calon anggota masa depan
dan mereka yang mendapat layanan dari anggota, sifat dari tanggung
jawab etika yang secara umum dianut oleh anggota ACA.
2. Untuk mendukung misi asosiasi
3. Menegakkan prinsip dan perilaku etika terbaik bagi anggota asosiasi
4. Memberi pedoman dan mekanisme yang jelas dalam memberi layanan
profesi konseling yang berkualitas.

10
5. Memberi dasar acuan dalam memproses keluhan tentang etika dan
mengatasi permasalahan pelanggaran etika profesi.
F. Manfaat Kode Etik Konselor
Munro dalam Peter W.F.Davies (1997:97-106), menegaskan,
sekurang-kurangnya terdapat empat manfaat kode etik profesi yaitu:
1. Kode etik profesi dapat meningkatkan kredibilitas korporasi atau
perusahaan. Adanya kode etik profesi, secara internal mengikat semua
pihak dengan norma-norma moral yang sama sehingga akan
mempermudah pimpinan untuk mengambil keputusan dan kebijakan
yang sama untuk kasus-kasus sejenis.

2. Kode etik profesi menyediakan kemungkinan untuk mengatur dirinya


sendiri, bagi sebuah korporasi dan bisnis-bisnis pada umumnya. Pada
aras ini, kode etik profesi dapat mendewasakan sebuah korporasi
dalam arti kode etik profesi dapat membantu semua yang terlibat
secara internal dalm korporasi itu untuk meminimalisir ketimpangan-
ketimpangan yang biasanya terjadi pada masa sebelum ada kode etik
profesi. Pada tataran kongret, hadirnya kode etik profesi dapat
meminimalisir campur tangan pemerintah khususnya dalam ikatannnya
dengan kasus-kasus ketenagakerjaan dan prosedur perdagangan.
3. Kode etik profesi dapat menjadi alat atau sarana untuk menilai dan
mengapresiasi tanggung jawab sosial perusahaan. Dari segi efisiensi,
rumusan dalam kode etik profesi mengenai tanggung jawab sosial
perusahaan hendaknya tidak terlalu umum. Sebaliknya, harus disertai
dengan keterangan yang cukup agar menghindarkan korporasi atau
perusahaan dari kecenderungan untuk melaksankan tanggung jawab
sosial hanya pada tataran minmal.
4. Kode etik profesi merupakan alat yang ampuh untuk menghilangkan
hal-hal yang belum jelas menyangkut norma-norma moral, khususnya
ketika terjadi konflik nilai.

11
G. Prinsip Kode Etik Konselor
Menurut buku etika profesi bimbingan dan konseling karya Hunainah
(2016:10) disebutkan bahwa Prinsip-prinsip etis yang didasarkan kepada
nilai-nilai sosial dalam profesi konseling antara lain:
1. Tanggung jawab; konselor memiliki tanggung jawab untuk melakukan
performa dan standar layanan profesi yang terbaik.
2. Kompetensi; konselor perlu memelihara standar kompetensi profesi
yang terbaik.
3. Standar moral dan legal; publik akan sangat peka terhadap kualitas
layanan yang diberikan para konselor.
4. Kerahasiaan; melindungi infomasi konseli dari pihak yang tidak
semestinya.
5. Kesejahteraan konseli; konselor menghormati dan melindungi
6. Hubungan profesional; konselor harus memberikan hak, kompetensi,
dan kewajiban-kewajiban sejawat, profesional lain dan organisasi
profesi tempat mereka bernaung.
7. Penggunaan instrumen; konselor menggunakan instrumen yang
relevan untuk mengembangkan dan menggunakan teknik-teknik
pengukuran yang diarahkan untuk kepentingan dan kesejahteraan
konseli.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi merupakan suatu tujuan agar setiap pemegang profesi
tetap berada dalam nilai-nilai profesional, bertanggung jawab dan
menjunjung tinggi profesi yang dipegangnya. Kode etik bimbingan dan
konseling merupakan suatu ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap orang
yang berkecimpung dalam bimbingan dan konseling. Dasar kode etik profesi
konselor yaitu : Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Peraturan
pemerintah Republik Indonesia, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia. Adapun ruang lingkup etika profesi konselor antara
lain: 1) dasar kode etik profesi BK, 2) kualifikasi dan kegiatan profesional
konselor, 3) hubungan kelembagaan, 4) praktik mandiri dan laporan kepada
pihak lain, dan 5) ketaatan kepada profesi. Tujuan adanya kode etik profesi
konselor yaitu untuk menjunjung tinggi martabat profesi dan meningkatkan
mutu profesi. Salah satu manfaat dari kode etik profesi konselor adalah
Kode etik profesi dapat meningkatkan kredibilitas korporasi atau
perusahaan. Fungsi kode etik profesi sendiri yaitu memberikan pedoman
bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
Prinsip-prinsip etika dalam profesi konselor yaitu tanggung jawab,
kompetensi, standar moral dan legal, kerahasiaan, kesejahteraan konseli,
hubungan profesional, dan penggunaan instrumen.
B. Saran
Sebaiknya kode etik profesi konselor ini dipahami secara mendalam
agar nantinya seorang konselor dapat menjalankan tugasnya dengan baik
dan dapat mempertanggung jawabkan profesi yang dikerjakan. Berdasarkan
definisi kode etik sendiri yaitu norma-norma yang harus diindahkan dan
dipatuhi oleh setiap konselor dalam menjalankan tugas profesinya dalam
kehidupannya di masyarakat. Maka, ketika para konselor melaksanakan
tugasnya dengan berpedoman pada kode etik, maka hal itu akan menjadi

13
sebuah kepercayaan untuk seluruh stakeholder dan orang sekitar. Kemudian
pada konseli, akan menjadi sebuah kepercayaan untuk tetap melaksanakan
sebuah kepercayaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abintoro Prakoso, 2015, Etika Profesi Hukum,Telaah Historis, Filosofis dan


Teoritis Kode Etik Notaris, Advokat, Polisi, Jaksa dan Hakim. Surabaya:
Laksabang
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. 2002. Kode Etik Jabatan Profesional
Konselor. Bandung: ABKIN.
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. 2005. Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga. ABKIN
Hunainah.2016.ETIKA PROFESI BIMBINGAN KONSELING. Bandung: RIZQI
PRESS
Hidayah Quraisy dan Suhardi, Bimbingan dan Konseling di Sekolah. 2016
M. Ridwan Hambali, dkk. 2021. Etika Profesi.Jawa Timur: Agravana Media
Masrudi Muchtar. 2016. Etika Profesi Dan Hukum Kesehatan Prospektif Profesi
Bidan Dalam Pelayanan Kebidanan di Indonesia. Yogyakarta: PUSTAKA
BARU PRESS.
Mika Oktarina dan Ruri Maiseptya Sari. 2018. Deepublish.Yogyakarta
Nuzliah & Irman Siswanto. 2019. Standarisasi Kode Etik Profesi Bimbingan Dan
Konseling. JURNAL EDUKASI Jurnal Bimbingan Konseling. 64-75.
Rahardjo, Susilo & Agung Slamet Kusmanto. 2017. Pelaksanaan Kode Etik
Profesi Guru Bimbingan Dan Konseling Smp/Mts Kabupaten Kudus.
Jurnal Konseling GUSJIGANG. 185-196.

15

Anda mungkin juga menyukai