PEMBAHASAN
Dari penjelasan yang telah di uraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa supervisee
konseling merupakan pengawasan dan pembinaan yang diberikan kepada pembimbing atau
konselor untuk membantu anak-anak yang dalam tahap perkembangan pendidikannya
lambat, sehingga situasi belajar-mengajar menjadi lebih optimal. Adapun, program kegiatan
supervisee bukan merupakan konseling/psikoterapi, pemaksaan (imposing), kritik negatif
(negative criticism), memperdayakan (disempowering), pertemanan (friendship), mencari
kesalahan (fault finding), hukuman (funishment), maupun untuk konselor yang baru
(vovicecounselor).
Dalam kaitannya dengan penelitian instrumen supervisi, instrumen adalah semua alat
yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan. Berdasarkan pengertian tersebut
pentingnya instrumen supervisi pada guru BK membantu guru dalam memahami tujuan
pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Idealnya instumen
supervisi BK dapat mengukur keterlaksanaan kompetensi profesional guru bimbingan dan
konseling. Selama ini pengawas melakukan supervisi untuk melakukan penilaian terhadap
kinerja guru BK menggunakan instrumen supervisi BK. Pada instrumen/alat penilaian
supervisi layanan bimbingan dan konseling meliputi beberapa komponen diantaranya: 1)
Guru pembimbing; 2) Siswa Asuh 3) Program kerja; 4) Dukungan sistem; 5) Aktivitas
Layanan; 6) Evaluasi, Rencana, Tindak Lanjut, dan Pelaporan. Ketidaksesuaian dengan
karakter instrumen supervisi BK ada pada domain/wilayah tupoksi komptensi profesional
guru BK maupun ada pada indikator kinerja komponen. Dalam instrumen supervisi BK
dengan merujuk pada Permendiknas No.27 tahun 2008 tentang SKAKK bahwasanya standar
kompetensi profesional konselor dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola program,
yaitu : merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan merancang tindak lanjut atau
mendesain perbaikan atau pengembangan program BK.
Guiffrida, Douglas A. and Rachel Jordan at ll, (Journal of Counseling &
Development, 2007) memaparkan bahwa pengawasan umumnya dikonseptualisasikan
sebagai suatu proses yang melibatkan kemajuan melalui berbagai tahap perkembangan. Pada
saat ini,proses ini menjadi pengalaman yang yang kurang baikdan bergolak untuk
supervisor. Dalam pengawasan, pengawas sering berfungsi sebagai panduan untuk
membantu objek atau person dalam memahami proses perkembangan menjadi seorang
konselor sehingga dengan supervisi dapat memfasilitasi perkembangannya.
Salah satu kerampilan yang diperlukan oleh seorang kepala sekolah untuk membantu
konselor dalam proses konseling adalah penguasaan tentang supervisi. Pada dasarnya,
supervisi diarahkan pada dua aspek, yakni supervisi akademis dan manajerial. Supervisi
akademis menitikberatkan pada pengamatan pengawasan terhadap kegiatan akademis berupa
konseling, baik di dalam maupun luar sekolah. Supervisi manajerial menitikberatkan
pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai
pendukung (suppprting) terlaksanya konseling.
Ada beberapa tujuan yang diharapkan tercapai dalam supervisi BK di sekolah, yaitu
meningkatkan kompetensi professional konselor, meningkatkan kesadaran dan identitas
profesional, mendorong perkembangan pribadi dan profesional, mempromosikan kinerja
profesional, mendorong perkembangan pribadi dan professional, mempromosikan kinerja
professional, serta memberikan jaminan mutu terhadap praktik professional. Namun
demikian, dalam pelaksanaan supervisi BK perlu diperhatikan beberapa prinsip dasar
supervisi BK, sehingga proses yang dilakukan bisa terukur dan dipertanggungjawabkan.
Secara garis besar, berikut ini prinsip supervisi BK.
1. Prinsip Umum
Supervisi harus bersifat praktis, dalan arti dapat dikerjakan sesuai dengab situasi
dan kondisi sekolah.
a. Hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber informasi bagi staf sekolah untuk
mengembangkan proses belajar mengajar/bimbingan konseling.
b. Supervisi dilaksanakan dengan mekanisme yang menunjang kurikulum yang berlaku.
2. Prinsip Khusus
Jenis supervisi yang dibutuhkan oleh konselor adalah supervisi klinis, supervisi
pengembangan, dan supervisi administrasi. Tujuan dari supervisi klinis adalah peningkatan
keterampilan professional dan fungsi-fungsi etis konselor. Sumber data yang mendukung
supervisi klinis meliputi pengamatan atas konselor yang sedang menerapkan keterampilan
professional konseling dan nilai-nilainya. Dalam setting sekolah, peluang khas pengumpulan
data untuk mendukung supervisi klinis cukup tersedia, seperti rekaman langsung, observasi,
presentasi kasus, dan konsultasi. Para supervisor klinis harus seorang konselir senior yang
mempunyai kompetensi memadai tentang teori dan teknik konseling pada umumnya.
(Mashudi, 2018: 175)
Dalam konteks peningkatan mutu professional, konselor ketiga jenis supervisi inilah
yang mempunyai peranan amat penting. Kinerja konselor akan terganggu ketika supervisi
administrasi dilakukan kepala sekolah atau pengawas yang tidak mempunyai kompetensi dan
latar belakang bimbingan dan konseling. Sebab, dia tidak memahami peran dan fungsi
konselor atau standar-standar etik yang dipegang teguh oleh konselor. (Mashudi, 2018: 176)
Menurut Asrori (Mashudi, 2018: 177), ada lima langkah utama dalam melakukan
supervisi, di antaranya sebagai berikut:
Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu dengan
mengembangkan sendiri dengan cara menyadur (adaption). Menurut Arikunto (Mashudi,
2018:178), langkah-langkah yang harus dilalui dalam penyusun instrumen apa pun, termasuk
instrumen pengawasan sekolah, adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang telah di susun. Contoh:
tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar
dengan modul.
2. Membuat kisi-kisi yang merancangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen
yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. Contoh: untuk
mengumpulkan data tentang kegiatan belajar-mengajar di kelas diperlukan angket,
wawancara, observasi dan dokumen.
3. Membuat butir-butir instrumen. Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah.
Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen merupakan
pekerjaan yang membosankan dan menyebalkan. Sebelum memulai pekerjaan, mereka
menganggap bahwa menyusun instrumen itu mudah. Setelah tahu bahwa langkah awal
adalah membuat kisi-kisi yang menuntut kejelian luar biasa, tidak mengherankan kalau
banyak di antara pengawas yang merasa kesulitan.
4. Menyunting instrumen. Apabila butir-butir instrumen sudah selesai dilakukan, maka
penilai atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusun instrumen, yaitu
mengadakan penyuntingan (editing). Berikut ini hal-hal yang dilakukan dalam tahap ini.
a. Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas
untuk mempermudah pengolahan data.
b. Menuliskan petunjuk pengisian, identitas, dan sebagainya.
c. Membuar pengantar permohonan pengisian bagi angket yang diberikan kepada orang
lain. (Mashudi, 2018:180)
E. Komponen-Komponen Pengembangan Instrumen Supervisi
Instrumen supervisi BK pengembangan telah diuji secara kualitatif. Hasil uji
kualitatif menunjukkan bahwa intstrumen supervisi BK yang dikembangkan telah mampu
menggali semua komponen dan indikator yang seharusnya menjadi domain kerja guru BK
serta mampu membedakan guru BK yang telah melaksanakan unjuk kerja secara maksimal
maupun guru BK yang belum menunjukkan unjuk kerja secara maksimal.
1. Komponen persiapan dan manajemen program, instrumen supervisi BK pengembangan
disusun dengan memperhatikan agar indikatorindikator pada komponen ini dapat
menggali kejelasan arah pelaksanaan program BK, tentang bagaimana kemudahan
mengontrol kegiatan BK, dan tentang bagaimana program BK dapat terlaksana secara
efektif dan efisien. Selanjutnya komponen SDM untuk menjalankan kegiatankegiatan
manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan meningkatkan program
bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat
yang lebih luas, manajemen program, penelitian maupun pengembangan.
2. Komponen layanan dasar, instrumen supervisi BK pengembangan disusun dengan
memperhatikan semua agar dapat menggali semua indikator pada komponen layanan
dasar yang meliputi layanan orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok,
bimbingan klasikal maupun aplikasi instrumentasi pada unjuk kerja guru BK dalam
melaksanakan program pelayanan BK di sekolah.
3. Komponen pelayanan pengembangan, terapeutik dan pelayanan diperluas pada insrtumen
supervisi BK pengembangan disusun dengan memperhatikan agar dapat menggali
tentang bagaimana unjuk kerja guru BK pada pelayanan ini yang bertujuan untuk
membantu peserta didik agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah
yang dialaminya atau membantu peserta didik yang mengalami hambatan, kegagalan
dalam mencapai tugastugas perkembangannya yang berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi, karir, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
4. Komponen pelayanan arah peminatan untuk penjabaran aspek kompetensi profesional
dalam layanan BK berdasarkan Permendikbud Nomor 81.A Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum pada instrumen supervisi BK pengembangan disusun dengan
memperhatikan agar dapat menggali unjuk kerja guru BK yang terjabarkan pada kegiatan
BK untuk pengembangan aspek akademik, karir, dan sosial-pribadi yang fokus
cakupannya antara lain mencakup pengembangan aspek (a) akademik, (b) karir, dan (c)
pribadi sosial.
5. Komponen laporan evaluasi dan tindak lanjut, instrumen supervisi BK pengembangan
disusun dengan memperhatikan agar dapat menggali tentang bagaimana unjuk kerja guru
BK dalam melakukan penilaian kegiatan BK di sekolah sebagai upaya upaya, tindakan
atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-
patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
F.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pentingnya instrumen supervisi pada guru BK membantu guru dalam memahami
tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Idealnya
instumen supervisi BK dapat mengukur keterlaksanaan kompetensi profesional guru
bimbingan dan konseling. Selama ini pengawas melakukan supervisi untuk melakukan
penilaian terhadap kinerja guru BK menggunakan instrumen supervisi BK. Salah satu
kerampilan yang diperlukan oleh seorang kepala sekolah untuk membantu konselor dalam
proses konseling adalah penguasaan tentang supervisi. Pada dasarnya, supervisi diarahkan
pada dua aspek, yakni supervisi akademis dan manajerial. Jenis supervisi yang dibutuhkan
oleh konselor adalah supervisi klinis, supervisi pengembangan, dan supervisi administrasi.
Semakin baik instrumen yang digunakan, semakin valid data pengawasan sekolah yang
terkumpul. Sebaliknya, bila instrumen pengumpulan data yang digunakan berkualitas rendah
maka data yang terkumpulkan tidak akan menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Instrumen dapat diibaratkan sebagai alat pendiagnosis penyimpangan pelaksanaan. Melalui
instrumen pengawasan, akan terdeteksi letak penyimpangan pelaksanaan kegiatan di suatu
sekolah.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Maka dari itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapakn demi kesempurnaan penulisan makalah di kemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA