Anda di halaman 1dari 8

2 SUPERVISI PENDIDIKAN Banyak persoalan yang dihadapi dalam proses pendidikan, kepala sekolah,

guru. murid, karyawan, dan steakholder pendidikan lainnya hampir dapat dipastikan mempu- nyai
persoalan atau masalah dalam kaitannya dengan pembelajaran. Guru sebagai salah satu steakholder
penting dalam pembelajaran juga tidak luput dari problem problem mengajar, karenanya dibutuhkan
pengalaman, masukan, bantuan dan pendapat dari orang lain guna memecahkan, memberikan alternatif
solusi atas persoalan yang diha- dapi guru tersebut. Pemberi masukan, pemecah persoalan, bantuan-
bantuan alternatif solusi baik persoalan pribadi guru, jabatan, maupun lembaga pendidikan/
pembelajaran disebut supervisor. Oleh karena itu, orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-
guru dalam menstimulasi guru-guru ke arah usaha mempertahankan suasana belajar dan mengajar yang
lebih baik disebut supervisor. Pekerjaan memberi bantuan tersebut disebut super- visi dan cara atau
strategi membantu memperbaki situasi pembelajaran disebut teknik- teknik supervisi. Kegiatan supervisi
dalam pendidikan telah lama dikenal, akan tetapi tidak semua orang yang terlibat dalam pendidikan
mengetahui hakikat supervisi. Banyak yang ber- pandangan bahwa supervisi sama dengan pengontrol
atau pekerjaan pengawas, super- visi sering juga dipahami sebagai inspeksi. Supervisor lebih banyak
mengawasi daripada berbagi ide pengalaman dan pencarian solusi, membantu guru dalam memperbaiki
cara mengajarnya bukan menjadi resah dan takut apabila disupervisi. Kegiatan supervisi le- bih banyak
top down bahwa kebutuhan supervisi berasal dari supervisor, dan bukan bot- tom up bahwa supervisi
memang sangat dibutuhkan dan keinginan dan kebutuhan para guru/kepala sekolah. Akibatnya, kadang
kebutuhan antara supervisor dan yang disu-

pervisi tidak ada titik temu, data yang diperoleh juga kadang tidak jelas. Jika demit halnya, maka
kegiatan supervisi tidak akan mendapatkan makna apa-apa. Selain banyak guru atau sekolah tidak suka
disupervisi walaupun terhadap tugas dan pekeria merelr sendiri. Berbagai pundangan tersebut
menyebabikan peran dan fungsi supervisi di lembu pendidikan menjadi lemah, kurang efektif, dan
efisien Pekerjaan supervisi seharus dilakukan oleh para profesional dan kompeten serta mempunyai visi
lebih luas memper baiki pengajaran. Supervisor memfokuskan pada hal-hal yang merijadi pusat
perhatian serta kebutuhan Melihat permasalahan supervisi pendidikan terscbut, maka perlu adanya
program supervisi yang baik, yang dapat mencapai sasaran dan tujuan supervisi yang hendak di capat.
Program supervisi biasanya berisikan kegiatan yang akan dijalankan untuk mew perbaiki kinerja guru
dalam meningkatkan situasi pembelajran yang menjadi tanggung jawabnya. Di dalam program supervisi
tertuang berbagai usaha dan tindakan yang perlu dijalankan supaya pembelajaran menjadi lebih baik,
sehingga akselerasi belajar peserta didik semakin cepat dalam mengembangkan potensi dirinya, karena
gurunya mampu mengajar dengan baik. Program supervisi harus realistik dan dapat dilaksanakan hingga
benar benar membantu mempertinggi kinerja guru. Program supervisi yang baik mencakup keseluruhan
proses pembelajaran yang membangun lingkungan belajar mengajar yang kondusif, di dalamnya
mencakup maksud dan tujuan, pengembangan kurikulum, metode mangajar, evaluasi, pengembangan
pengalaman belajar murid yang direncanakan baik dalam intra maupun ekstrakurikuler. (Suhardan,
2010: 52) Supervisi berasal dari dua kata, yaitu "super" dan "vision", super dapat diartikan ke- lebihan,
orang vang memiliki kelebihan. Adapun vision diartikan sebagai pandangan jauh ke depan. Dalam
Webster's New World Dictionary, istilah super berarti "higher in rank or position than, superior to
(superintendent), a greater or better than others (1991 1343), sedangkan kata vision berarti "the ability
to perceive something not actually vis ible, as througlh mental acuteness or keen foresight. (1991:
1492). Jadi, supervisi secarn harfiah dapat diartikan sebagai kelebihan yang dimiliki orang untuk melihat
jauh ke de- pan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa orang yang melakukan supervisi
disebut supervisor atau diartikan orang yang memiliki pandangan jauh ke depan, sedan- gkan orang
yang dikenai supervisi dikatakan supervise atau orang yang dikenai kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh pengawas. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pengawas untuk meneliti, menilai,
memperbaiki, kemudian meningkatkan kemampuan orang yang dikenai pengawasan itu dikatakan
sebagai kegiatan supervisi atau kegiatan guru di kelas dan bertindak sebagai agen pembaruan (agent of
chanye pengawasan. Kegiatan supervisi selalu dilakukan di setiap lembaga atau organisasi. Kegiatan ter-
sebut bertujuan untuk menciptakan kondisi kerja dan membentuk perilaku anggo organisasi sesuai
dengan norma dan budaya organisasi bagi kepentingan maksud dan tujuan organisasi. Oleh sebab itu,
istilah supervisi selalu dijumpai dalam setiap orga- nisasi. Dalam organisasi pendidikan, istilah supervisi
sudah lama dikenal dan dibicarakan, Perhatian utama supervisi pendidikan adalah masalah mutu
pengajaran dan upaya-upo

và perbaikannya. Supervisi pendidikan mengacu kepada misi utama organisasi pendidikan, yaitu
kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu akademik. Dengan kata lain,
supervisi pendidikan adalah kegiatan yang bierurusan dengan perbaikan dan peningkatan proses dan ha-
sil pembelajaran. Perbaikan dan peningkatan pembelajaran vang mampu menghasilkan peserta didik
yang berkualitas. Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan dan mirip dengan supervisi-terkadang
disamakan-yaitu peng- awasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengan- dung pengertian
sebuah kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat sebuah kegiatan yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan apa belum. Adapun inspeksi ditujukan untuk mengetahui kekurangan, penyimpangan
atau kesalahan yang perlu diperbaiki dalam sebuah pekerjaan. Kegiatan supervisi jelas berbeda dengan
ha- nya sekadar pengawasan, pemeriksaan, atau inspeksi. Supervisi adalah sebuah kegiatan yang
berkelanjutan dalam rangka membimbing, membina, dan mengarahkan para guru melalui proses yang
terencana dan terstruktur agar dapat meningkatkan kualitas kerja mereka di bidang pengajaran dengan
segala aspeknya. Para ahli telah banyak mendefinisikan tentang supervisi pendidikan atau dalam
berbagai literatur menggunakan istilah instructional supervision atau educational super- vision. Berikut
ini beberapa definisi mengenai supervisi pendidikan. "Program yang berencana untuk memperbaiki
pengajaran." -HF Adams dan Frank G. Dickey, Basic Pperinciple of Supervision, New York: American Book
Company, 1959 him. 1-2 "Usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-
petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan
jabatan, dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-ba- han
pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran" -Carter V. Good Dictionary of Education,
New York, McGraw-Hill Book Company Inc. 1973 -Chester Harris, Encyclopedia of Education Research,
New York. McGraw-Hill Book Company Inc, 1959, "Supervisi adalah suatu usaha menstimulasi,
menkoordinasi dan membimbing secara kon- finu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara
individual maupun kolektif agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran. Dengan demiki- an, mereka dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid
secara kontinu Serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern."
-Charles Boardman, Harl R. Doglass, Rudyard K. Bent, Democratic Supervision in Secondary School,
Cambridge Massacussetts, Houghton Mifflin Company, 1953, him, 3-5. Supervisi adalah prosedur
memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terha- dập proses pengajaran." -Chester T.
MeNerney. Educational Supervision, New York, McGraw-Hill Book Company, 1951.

"Suatu tekhik pelayanan yang tujuan utamanya mempelajari dan memperbaiki se sama-sama, faktor-
taktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ana -WH Burtoris Leo Brucknir, Supervision,
New York, Appienten Century:Crof ine jor Inti dari berbagai pengertian tentang supervisi pendidikan
adalah usaha menin katkan kompetensi dan kemampuan profesional guru dalam upaya mewujudkan
pro pembelajaran yang lebih baik melalui cara cara mengajar yang lebih baik yang akhirn berdampak
kepada peningkatan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, jelas balwa supervisi bukanlah
kegiatan sesaat (direcły) sepeia inspeksi, akan tetapi sebuah kegiatan yang terencana, terstruktur,
kontinu dan berkela jutan, sehingga guru dapat terus berkembang dalam mengerjakan tugas dan mam
memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara afektif dan efisien Kegiatan supervisi
memiliki beberapa kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pembinaan berkelanjutan, pengembangan
kemampuan profesional, perbaikan situasi belajar meni gajar, dengan tujuan akhir adalah tercapainya
tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Sıngkatnya adalah supervisi merupakan
proses pelayanan un tuk membantu atau membina para guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan
atau peningkatan kemampuan kemudian ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga fercipta situasi
belajar mengajar yang lebih baik. yang akhirnya juga meningkatkan per tumbuhan peserta didik Oleh
karenanya, supervisi pendidikan mempunyai peran penting dalam upaya peningkatan kompetensi dan
kemampuan profesional guru. Berikut ini adalah bagan hubungan antara supervisi pendidikan, perilaku
mengajar, perilaku belajar, dan belajar. GAMBAR 31. Hubungan antara Perilaku Supervisi, Peritaku
Mangajar, Perilaku Belajar, dan Hasil Belajar 2 KALEIDOSKOP SUPERVISI PENDIDIKAN Sejarah panjang
supervisi pendidikan adalah sejarah pendidikan pada umum nya. Perkembangan supervisi adalah seiring
dengan perkembangan pendidikan padn umumnya. Berawal dari bentuk supervisi pendidikan yang
sangat sederhana hingg te sistematis seperti saat ini. Pada masa awal munculnya sistem sekolah pada
tahun 500S yang didasari pemikiran akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan bangsa/negara
masyarakatnya, maka muncullah supervisor yang disebut paidonomous. Fungsi menu

ik melatih, dan mengajar ada pada supervisor ini yang memiliki hak kontrol yang ab- lut. Materi yang
diajarkan adalah menulis. Peran sebagai pendidik (teacher) dan peng- as/pembimbing (supervisor)
menyatu. Belum ada pemisahan peran-peran tersebut. Berikutnya, zaman Athena Yunani
perkembangan pendidikan memperlihatkan ke- majuan dan semakin mendapatkan tempat daripada
zaman-zaman sebelumnya. Diskusi dan pertemuan pertemuan guru dan murid sering dilakukan yang
kemudian memun- culkan pemikiran-pemikiran filsafat. Tokoh filsafat dan ahli pikir yang terkenal pada
Dasa itu adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pelajaran grammar dan logika berkem- bang pesat.
Perbaikan-perbaikan pengajaran dan kurikulum mulai dikenal. Pada zaman ini juga berkembang sekolah
Catechimus (agama), dan untuk memperluas kesempatan belajar bagi masyarakatnya didirikan pula
sekolah membaca dan menulis tingkat dasar oleh pemerintah pada masa itu. Supervisi pendidikan pada
zaman ini diberikan ke- tada sekolah-sekolah sebagai lembaga pendidikan dan guru-guru sebagai
pelaksanaan pendidikan. Terdapat dua macam supervisi pada zaman ini, yaitu supervisi dari pihak
negara dan supervisi dari pihak agama. Supervisi dari pihak negara bertujuan mem- bina sekolah beserta
berbagai aktivitasnya agar sejalan dengan tujuan negara, Adapun supervisi dari pihak agama yang
bertugas dari kalangan agama berkewajiban membina atau mengawasi materi pendidikan agam dan
moral. Kedua macam supervise ini tidak banyak memperhatikan kualitas pengajaran dan kondisi
pendidikan. Supervisi pendidikan pada zaman revolusi kaum Protestan sekitar tahun 1600 mempunyai
tujuan tersendiri sesuai dengan kondisi pada waktu itu. Para supervisor diberi tugas oleh para pengelola
pendidikan untuk membantu mencetak ahli-ahli yang sanggup mengadakan pertentangan suci kepada
para filsuf dan ahli teologi Katolik. Selain berkembangnya supervisi pendidikan di negara-negara Eropa,
di Amerika Serikat pada abad ke-17 supervisi mengalami perkembangan. Pada awalnya, banyak yang
menolak kehadiran supervisor dikarenakan sekolah-sekolah tidak menginginkan ada campur tangan
pihak luar dalam mengurus sekolah, mereka takut kalau otoritas- nya berkurang. Namun pada
perkembangannya para kepala sekolah bersedia meneri- manya. Selanjutnya, hanya para kepala sekolah
yang sudah senior/profesional saja yang mendapat tugas dan tanggung jawab melaksanakan supervisi.
Karena semakin banyak dan berkembangnya sekolah abad ke-19. para supervisor dan kepala sekolah
tersebut tidak dapat melakukan tugas terhadap begitu banyak sekolah. Akhirnya, supervisi di- serahkan
kepada kepala-kepala sekolah-tidak hanya yang senior/profesional-namun tugas utama mereka tetap
mengurusi ketatausahaan dan menegakkan disiplin, sedang- kan supervisi adalah sebagai tugas terakhir.
supervise pada masa ini dilakukan oleh panitia kantor atau panitia sekolah atau ang- gota-anggota
badan pendidikan yang diangkat karena kemampuan kependidikan dan metode-metode mengajarnya.
Pada waktu-waktu tertentu mereka datang berkunjung ke sekolah untuk melihat guru-guru mengajar,
dan melakukan inspeksi ke sekolah-seko- Tan. Oleh karena itu, pada masa ini muncul istilah inspektur.
Tugas mereka adalah untuk mengetahui sampai di mana kemampuan para guru dalam mengajar, bukan
memper- baiki kekeliruan yang dibuat para guru. Pada abad ke-18 supervisi mengalami perkembangan
berbeda dari sebelumnya,

Peran supervisor pada masa ini hanya sebagai alat pencatat bagi kepenting annya, mereka hanya
menulis apakah guru-guru itu sudah bekerja dengan benar atan masih salah. Tugas supervisor adalah
mengöntrol sekolah apakah sekolah a melaksanakan aturan dan standar itu atau belum. Bila ternyata
guru melakukan liruan, supervisor hanya mengkritik dan menegur saja, tidak menunjukkan baga
memperbaiki diri. Kreativitas guru pada masa ini kurang dihargai. Pada abad ke-19 kedudukan supervise
sudah mulai meningkat. Secara resmi pervise discbut dengan supervisor sekolah. Mereka adalah para
pegawai kantor pen was pendidikan baik tingkat pusat maupun distrik-distrik. Para supervisor adalah par
profesional. Pada abad ke-18 dan ke-19, supervisi masih dalam bentuk inspeksi atar pemeriksaan. Pada
abad ke 20-pasca bergulirnya revolusi industri-pendidikan di Amerik. juga sangat dipengaruhi oleh
bentuk-bentuk mekanisme industri dan pelaksanaannya dikenal dengan nama scientific management
(manajemen ilmiah). Dampak orientas industri dalam pendidikan meresap dan mendominasi
pelaksanaan supervisi. Penga. ruh abad industri ini adalah timbulnya supervisi birokratis, supervisi
terarah kepadi tujuan-tujuan spesifikasi. Suatu orientasi ke arah efisiensi dan ekonomi menjurus padi
bagian-bagian pekerjaan, spesialisasi teknis, disiplin organisasi yang tinggi, prosedur khusus bagi situsi
kerja dan suatu kepereayaan pada komunikasi tertulis, Pelaksanaan penelitian empiris yang serius
membawa arah tekanan pada peraturan dan perundang- undangan, kekuasaan yang bertingkat-tingkat,
dan adanya dokumen-dokumen kebi- jakan yang komprehensif. Mengikuti perkembangan industri,
pendidik yang bertugas sebagai supervisor mengatur waktu dan melakukan kegiatan studi serta mencari
cara untuk mengoperasikan sekolah sehingga lebih efisien. Eksplorasi Wijono (1989: 171) menunjukkan
bahwa dinamika supervisi pendidikan mengalami maju mundur antara peranan dan fungsi supervisi
yang berorientasi pada guru (teucher oriented) ke yang berorientasi pada administrasi (administrative
orient- ed). Pada sekitar tahun 1930-an, supervisi pendidikan di Amerika menjadi tidak efektif dalam
peranannya sebagai pelaksana peraturan dan pengawasan. Supervisor sekolah sering dijuluki
"snaopervisors" (mengintip atau mata-mata) yang hanya dalam cara-cara yang mekanistis bekerja
dengan guru kelas mengenai masalah ukuran penilaian penga matan dan laporan mereka. Perubahan
peranan supervisi pengajaran merupakan per ubahan dalam administrasi pendidikan. Pendidikan di
Amerika selama tahun 1930-an masuk ke era baru, yaitu perioue yang disebut oleh para sejarawan
sebagai periode progressive education (pendidikan pro gresif). Gabungan antara cepatnya pertumbuhan
penduduk penghuni sekolah, bertai bahrnya keragaman di antara anak-anak di sekolah, kemakmuran
ekonomi, mobililas dan faktor ekonomi lainnya, secara temporal melepaskan pendidikan Amerika dari
risan strukturnya. Program-program sekolah baru menyebar ke seluruh negeri. Sekolan menjadi lebih
manusiawi dan child centered. Supervisi pendidikan dalam tahun 1940-an sampai pertengahan
dasawarsa beti nya lebih memusatkan pada proses daripada hasil. Para supervisor lebih banyak habiskan
waktunya untuk membantu guru mengembangkan dirinya sebagai pengajar

daripada menetapkan nilai penampilan guru, Usaha bersama kelompok ditingkatkan se- da maksimal
dan interaksi demokratis dilaksanakan. Hal ini berlanjut hingga pada bun 1957 mengubah orientasi pada
perkembangan kurikulum yang mendominasi pendidikan. Peran supervisor pada masa ini adalah sebagai
pengembang kurikulum. Pada permulaan tahun 1960-an, supervisor menjadi pelaksana bidang studi.
Tugas vnervisor di masa itu adalah menginterpretasikan program kurikulum, mengorganisa- kan bahan,
mengikutsertakan guru-guru dan menghasilkan program sekolah, serta menjadikan dirinya sebagai
sumber di kelas. Untuk tugas-tugas semacam itu banyak dilakukan in-service training. Peran dan fungsi
supervisor terus berkembang dan berevolusi dari tahun ke tahun, dari bentuk yang sangat instruktif,
inspeksi, demokratif, sampai partisipatif. Dari yang berbentuk sederhana sampai pada menjadi sebuah
profesi. Dari yang hanya melalui proses interview dan pengamatan sederhana sampai pada riset aksi
kelas (classroom action reseacrh) atau riset partisipatif (partisipatory action research). Dinamika peran,
fungsi, posisi, dan teknik supervisi terus berkembang sampai saat ini dan di masa-masa yang akan
datang. Seorang supervisor harus memiliki kompetensi kepribadian, manajerial, akade- mik, evaluasi
pendidikan, penelitian pengembangan, dan sosial. Secara regulatif, su- pervisi pendidikan diatur dalam
Permendikbud Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. 2 FUNGSI
SUPERVISI Fungsi utama supervisi adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembe- lajaran.
Diketahui bahwa tuntutan pembelajaran dari tahun ke tahun terus meningkat dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman. Kemampuan siswa pun berbeda dan terus meningkat dari tahun ke
tahun, oleh karenanya guru sebagai ujung tombak pembelajaran harus terus-menerus meng-update,
memperbarui, meningkatkan, dan mengembangkan pengetahuan dan pengalaman pembelajaran. Di
sinilah seorang su- pervisor memerankan fungsi supervisinya, yaitu menilai dan memperbaiki faktor-
faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Seorang supervisor dapat
memerankan fungsi supervisinya setidaknya jika memi- liki lima keterampilan dasar, yaitu kemampuan
menilai dan memperbaiki pembelajar- an; hal ini mensyaratkan kemampuan pemahaman terhadap
kompetensi akademik dan profesional guru, mengkomunikasikan, mengoordinasi, menstimulasi, dan
mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru. Ametembun (1995) membagi empat fungsi super- visi,
yakni füngsi penelitian, fungsi penilaian, fungsi perbaikan, dan fungsi peningkatan. 1. Fungsi penelitian.
Supervisi sebagai fungsi penelitian dimaksudkan untuk mem- peroleh gambaran yang jelas dan objektif
tentang situasi pendidikan. Supervisor ti- dak berprasangka buruk terhadap perilaku guru atas
rendahnya hasil belajar siswa yang dicapai, akan tetapi harus berdasarkan fakta dan data melalui
pengamatan langsung terhadap proses pendidikan atau guru. Dengan penelitian yang dilakukan- nya
tidak akan menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan apa yang sebenarnya

terjadi karena permasalahan yang sebenarnya dapat ditemukan dari data dan fakta 2 Fungsi penilaian
Fungsi penilaian dimaksudkan untuk memperoleh baik atan buruknya sesuatu, oleh karena itu kchaikan
yang sudah dicapai diupayakan u terus dipertahankan dan kekurangan yang masih tampak diberikan
perlakuan proporsional sehingga tidak terulang lagi, pengulangan atas keburukan sebeng harus
dikembalikan kepada diri sendiri apakah upaya yang sudah dilakukan uya memperbaikinya. 3. Fungsi
perbaikan. Fungsi perbaikan dimaksudkan untuk memperbaiki hal yang kurang dengan cara
mengidentifikasi aspek-aspek negatif, yaitu kekuran kelemahan atau kemandekan, mengklasifikasi
aspek-aspek negatif, dan kemudi dilakukan perbaikan perbaikan. 4. Fungsi peningkatan. Upaya
perbaikan merupakan proses yang berkesinambungin yang dilakukan terus-menerus, Supervisi
pendidikan menjunjung praktik contina quality impravement (CQ), Dalam proses ini, diusahakan agar
kondisi yang telat memuaskan itu supaya dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi. Keempat fungsi
tërsebut merupakan suatu kesatuan yang secara resiprokal dapa digambarkan, sebagai berikut: yang
dikumpulkamnya. Dasar dilaksanakan supervisi pendidikan adalah adanya keyakinan bahwa: 1. Kualitas
proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional gu- runya. 2 Fengawasan
terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran (PBM) hendaknya menaruh perhatian utamanya pada
peningkatan kemampuan profesional gurunya yang berakibat pada meningkatnya mutu proses dan hasil
pembelajaran. 3. Pembinaan yang tepat dan terus-menerus yang diberikan kepada guru-guru berso
tribusi terhadap peningkatan mutu pembelajaran. 4. Peningkatan mutu pendidikan melalui pembinaan
profesional guru didasarkan atas keyakinan bahwa mutu pembelajaran dapat diperbaiki dengan cara
pembinaan langsung dari orang-orang yang bekerja sama dergan guru-guru untuk menipe
baiki mutu pembelajaran. a Supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi
pertumbuhan profesional guru. Kondisi ini ditumbuhkan melalui kepemimpinan partisipatif, di mana
guru-guru merasa dihargai dan diperlukan. Dalam situasi seperti ini akan lahir saling kepercayaan antara
para pembina (pengawas, kepala sekolah/madrasah) dengan guru-guru, antara guru dengan guru, dan
antara pembina sendiri. 4 Supervisi yang efektif dapat melahirkan wadah kerja sama yang dapat
memperte- mukan kebutuhan profesional guru-guru, Melalui wadah ini, guru-guru memiliki kesempatan
untuk berpikir dan bekerja sebagai suatu kelompok dalam mengiden- tifikasi dan memecahkan masalah
yang dihadapi sehari-hari di bawah bimbingan pembina dalam upaya memperbaiki proses
pembelajaran. 7. Supervisi yang efektif dapat membantu guru-guru memperolch arah diri, memaha mi
masalah yang dihadapi sehari hari, dan belajar memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari
dengan imajinatif dan kreatif. 8. Supervisi yang efektif dapat merangsang kreativitas guru untuk
memunculkan ga- gasan perubahan dan pembaruan yang ditujukan untuk memperbaiki proses pem-
belajaran. 9. Supervisi yang efektif hendaknya mampu membangun kondisi yang memung kinkan guru-
guru dapat menunaikan pekerjaannya secara profesional. Ketersedia- an sumber daya pendidikan yang
diperlukan memberi peluang kepada guru untuk me-ngembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.
2 PERANAN SUPERVISOR Pembinaan profesionalisme guru oleh supervisor dimaksudkan agar terjadi
pening- katan kualitas dan mutu pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar. Dalam rangka hal itu
para pengawas seharusnya melakukan fungsi dan peranannya, sebagai berikut: 1. Supervisor sebagai
peneliti. Supervisor dituntut untuk mengenal dan memahami. masalah-masalah pengajaran. Karena itu,
ia perlu mengidentifikasi masalah-masa- lah pengajaran dan mempelajari faktor-faktor atau sebab-
sebab yang memenga- ruhinya. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan riset/penelitian terhadap per-
soalan-persoalan pengajaran. 2. Supervisor sebagai konsultan. Supervisor hendaknya dapat membantu
guru untuk melakukan cara-cara yang lebih baik dalam mengelola proses pembelajaran. Oleh sebab itu,
para pengawas hendaknya selalu mengikuti perkembangan masalah-masalah dan gagasan-gagasan
pendidikan dan pengajaran mutakhir. la dituntut untuk banyak membaca dan menghadiri pertemuan-
pertemuan profesional, di mana ia memiliki kesempatan untuk sa- ling tukar informasi tentang masalah-
masalah pendidikan dan pengajaran yang relevan, yaitu gagasan-gagasan baru mengenai teori dan
praktik pengajaran.

& Supervisor sebagai fasilitator. Supervisor harus imengasahakan agar sumber profesional guru seperti
buku dan alat pembelajaran lainnya dapat d mudah didapatkan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
dan mutu pembelaan Supervisor sebagai fasilitator dimaksudkan agar guru dapat dengan mudah mel
sanakan tugas keprofesionalannya. Supervisor sebagai motivator. Supervisor hendaknya
membangkitkan sem dan memotivasi guru untuk terus berprestasi. Guru-guru didorong untuk
praktikkan gagasan-gagasan inovatif yang meningkatkan mutu pembelajaran e Supervisor sebagai
pelopor pembaruan. Supervisor hendaknya mempunyat inu atif dan prakarsa perbaikan. Mendorong
guru untuk selalu melakukan pembaru pembaruan pengetahuan dan metode pembelajaran. Sehingga
dapat meningkatkan profesionalisme dan mutu guru Supervisi sebagai pembinaan profesional guru
diwujudkan dalam perilaku par supervisor sebagai pembina. Kualitas perilaku pembinaan tersebut
bergantung pada pemahaman para supervisor mengenai tujuan pembinaan profesional. Tingkat kualitas
perilaku pembinaan profesional setidaknya dapat berwujud dalam tingkatan, sebagi berikut: (1)
memperhatikan; (2) mengerti atau memahami; (3) membantu dan mem bimbing: (4) memupuk evaluasi
diri bagi perbaikan dan pengembangan; (5) memupuk kepercayaan diri, dan (6) memupuk, mendorong
bagi pengembangan inisiatif dan kreati- vitas (professional self profelling growth). Para supervisor
diharapkan mengembangkan perilaku pembinaan profesionalnya pada tingkat tertinggi, yaitu memupuk,
mendorong bagi pengembangan inisiatif dan kreativitas (professional self profelling growth). Berikut ini
adalah tingkatan kualitas perilaku pembinaan profesional.

Anda mungkin juga menyukai