Anda di halaman 1dari 4

Pengertian Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip yang berasal dari asal kata “Prinsipra” yang artinya permulan dengan suatu
cara tertentu melahirkan hal-hal lain, yang keberadaannya tergantung dari pemula itu, prinsip
ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan. 1 Prinsip dapat diartikan
sebagai permulaan untuk suatu cara tertentu yang akan melahirkan hal-hal lain, yang
keberadaannya tergantung dari permulaan itu. Bimbingan Konseling membutuhkan suatu
prinsip atau aturan main dalam menjalankan program pelayanan bimbingan.
Prinsip bimbingan konseling yaitu rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan pelayanan. 2 Prinsip
Bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan
pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan
program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis
atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Prinsip merupakan hal-hal yang menjadi pegangan dalam proses
bimbingan dan konseling.3 Dalam memahami pengertian bimbingan dan konseling, juga
penting dan perlu untuk memahami mengenai pinsip-prinsip dasar bimbingan dan
konseling. Pada dasarnya, situasi bimbingan merupakan situasi menolong atau merupakan
suatu “helping relationship”, maka keberhasilan kegiatan membimbing akan dipengaruhi
oleh sifat hubungan antara yang dibimbing dan yang membimbing. 4 Prinsip-prinsip yang
akan dibahas ditinjau dari prinsip secara umum dan khusus. Prinsip secara khusus adalah
prinsip-prinsip bimbingan yang berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip yang berkenaan
dengan pemasalahan individu, pogram layanan, dan pelaksanaan layanan.
Prinsip-prinsip umum diantaranya yaitu:5
a) Sikap dan tingkah laku individu tebentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan
rumit.

1
Hallen A. Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 63
2
Erman, Amti dan Marjohan. Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1994), hal. 220
3
Bima Walgito, Bimbingan & Konseling di Sekolah (Yogyakarta:Andi Offset, 2004) hal.28
4
Lobby Loekmono, dkk, Bimbingan Pengertian dan Skopa(Salatiga: Pusat Bimbingan, Universitas Satya
Wacana, 1982) hal.9
5
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: rineka
Cipta, 2008) cet 2 hal.39
b) Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu-individu yang
dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan yang tepat sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
c) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
d) Masalah yang tidak bisa diselesaikan harus diserahkan kepada individu atau lembaga
yang mampu dan berwenang melakukannya.
e) Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang dibimbing.
f) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
g) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya
serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang tersedia.
h) Terharap program bimbingan harus senantiasa diadakan penelitian teratur untuk
mengetahui sampai di mana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara
pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.
Sedangkan Prinsip-prinsip khususnya yaitu meliputi:6
Berkenaan dengan sasaran layanan:
a) Bimbingan konseling melayani semuai individu tanpa memandang umur, gender,
suku, agama, status sosial dan ekonomi.
b) Berkaitan dengan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c) Mempehatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d) Memberikan perhatian utama pada perbedaan individual.

Berkenaan dengan permasalahan individu:


a) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-halyang menyangkut kondisi mental /
fisik individu.
b) Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah.

Berkenaan dengan program layanan:


a) Disesuaikan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b) Harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi
lembaga.
c) Disusun secara berkelanjutan.
d) Penilaian yang teratu dan terarah.
6
Ibid., hlm. 40
Berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan:
a) Diarahkan untuk pengembangan individu.
b) Keputusan diambil oeh individu itu sendiri bukan pembimbing.
c) Permasalahan individu ditangani oleh tenaga ahli.
d) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal.
Pengaplikasian Prinsip Wawasan Bimbingan Konseling Di Sekolah

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling kolaboratif adalah sebagai berikut: (1)


menekankan keterlibatan anak, (2) meningkatkan hubungan, (3) perlakuan yang berorientasi
pada perubahan dan masa depan, (4) anak pada prinsipnya memiliki kemampuan,
keunggulan, dan pengalaman, (5) perubahan hasil bimbingan dan konseling dapat diprediksi.7

1. Menekankan keterlibatan anak. Dalam proses kolaboratif dengan anak, guru harus
banyak melibatkan anak dengan mengungkap data yang lengkap dari anak, mencapai
tujuan yang disepakati, dan lebih terfokus pada intervensi. Untuk itu dalam
melaksanakan pendidikan pada anak usia dini guru berusaha memanfaatkan potensi
anak dalam menentukan pilihan, tujuan, hasil, dan suasana yang diharapkan mereka,
guru tidak otoriter, berpikir logis, tidak merugikan, tidak menjatuhkan, bersikap etis,
dan berusaha terus agar dapat dipercaya.
2. Meningkatkan hubungan kolaboratif, guru dapat melakukannya melalui hubungan
mitra antara guru dengan anak. Dalam proses pendidikan anak usia dini, guru harus
menghampiri anak mulai masuk kelas sampai pulang, mendengarkan keluhan,
harapan, pilihan dan pengalamannya, menghargai kreatifitas, inisiatif, perubahan,
keberhasilan, dan kemampuan dalam melakukan berbagai kegiatan, memvalidasi
pengalaman internal anak berkaitan dengan perasaan dan pemahaman anak terhadap
dirinya, tanggapan dan penerimaan anak terhadap fisiknya, pengalaman yang
berkaitan dengan panca indra, khayalan dan pemikiran anak, serta yang tidak kalah
pentingnya adalah penyesuaian guru terhadap bahasa yang digunakan anak.
3. Perlakuan berorientasi pada perubahan dan masa depan. Tujuan bimbingan dan
konseling kolaboratif adalah terjadinya perubahan pada diri anak baik pada saat ini
maupun di masa depan. Untuk terjadinya perubahan dalam pendidikan anak usia dini,
guru harus memberikan perlakuan, mengarahkan pada perubahan, mengembangkan

7
Ayi Najmul Hidayat, Penerapan Prinsip-Prinsip Bimbingan Dan Konseling Kolaboratif Pada Pendidikan
Anak Usia Dini, (Universitas Islam Nusantara:Bandung), hal.5-6
aspek-aspek perkembangan anak yang memungkinkan dapat menimbulkan
perubahan, selalu memelihara hubungan yang menyenangkan, menyampaikan
gagasan, intervensi, dan prosedur yang praktis, selain itu, guru perlu memperkuat
perubahan yang terjadi pada anak, dengan mengungkap apa yang dirasakannya, dan
apa rencana selanjutnya setelah kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pendidikan
anak usia dini dapat diatasi sehingga akan dapat mempermudah tercapainya
perubahan-perubahan di masa depan.
4. Siswa memiliki kemampuan, keunggulan, dan pengalaman yang berguna untuk
memecahkan masalahnya. Agar pendidikan anak usia dini efektif, maka guru perlu
mengungkap dan memanfaatkan kemampuan, keunggulan, dan pengalaman yang
dialami anak berkaitan dengan perlakuan yang akan diberikan kepada anak, tidak
mengungkap kondisi-kondisi anak yang sifatnya patologis (kekurangan dan
kelemahan anak). Mengubah bahasa yang patologis menjadi bahasa yang santun,
memvalidasi kegiatan yang dilakukan anak, penuh respek, membangun pribadi anak,
mengembangkan harapan, dan memberi kesempatan kepada anak untuk
menyampaikan pandangan, tindakan, dan suasana dirinya sehingga dapat tercapai
tujuan pendidikan anak usia dini.
5. Perubahan hasil bimbingan dan konseling dapat diprediksi dengan melihat perubahan
pada awal perlakuan. Apabila anak banyak mengalami perubahan di awal pertemuan,
kemungkinan hasil pendidikan anak usia dini akan positif, apabila di awal pertemuan
sedikit mengalami perubahan, maka hasil pendidikan pada usia dini akan negatif.
Dengan demikian perubahan itu dapat diprediksi positif atau negatif tergantung hasil
di awal pertemuan, misalnya dapat dilihat dari kesenangan, keterbukaan, kejujuran,
keyakinan dan kepercayaan terhadap guru, semangat, ketekunan, kerajinan, kesabaran
dan ketahanan dalam melakukan kegiatan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai