Anda di halaman 1dari 4

A.

Tujuan Intervensi

Tujuan Intervensi Konseling Kelompok adalah untuk membantu anggota kelompok


mencapai tujuan konseling, mencapai pertumbuhan dan perkembangan personal. Sebagai proses
peningkatan kesadaran diri, kemampuan, dan keterampilan yang dapat membantu individu untuk
hidup secara lebih efektif dan bahagia. intervensi dalam konseling kelompok disesuaikan dengan
masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok. Beberapa contoh tujuan khusus intervensi
konseling kelompok antara lain, Membantu anggota kelompok mengatasi masalah pribadi.
Membantu anggota kelompok mengembangkan keterampilan sosial, seperti komunikasi,
asertivitas, atau kerja sama. Membantu anggota kelompok mencapai tujuan tertentu yang
diinginkannya.

B. Pelaksanaan Intervensi

Berdasarkan proses konseling yang dilakukan di dapatkan informasi mengenai empat


permasalahan yaitu yang pertama adalah permasalahan rasa bersalah, tidak pecaya dengan orang
lain, tidak percaya diri, dan permasalahan penyesuaian diri. Dari permasalahan pada klien
pertama klien merasakan rasa bersalah terhadap dirinya sendiri yang mana rasa bersalah ini
timbul sejak beberapa bulan belakangan ini, yang disebabkan oleh kehilan gan salah satu
anggota keluarga yaitu kakek kandungnya. Dimana kakeknya ini merupakan salah satu orang
yang paling dekat dengan subjek, dan juga merupakan orang yang paling mendukung subjek
untuk melanjutkan kuliah dibandingkan dengan keluarga yang lain. Alasan subjek dihantui rasa
bersalah sampai saat ini karena pada saat kakek subjek sakit hingga meninggal tidak berada
didekatnya, dan saat meninggal dari pihak keluarga tidak ada yang langsung memberi tahu tetapi
subjek diberi tahu pada saat malam hari yang dimana kakek subjek meninggal pada jam 3 sore
dan pada saat jam 3 tersebut subjek sedang menghabiskan waktu bersama temannya di pantai.
Hal tersebut lah yang membuat subjek merasa sangat menyesal serta dihantui rasa bersalah.

Pada penjelasan klien yang kedua, yaitu tidak percaya dengan orang lain permasalahan
ini muncul saat subjek masuk perkuliahan, penyebabnya adalah karena subjek sudah sering
mengalami trauma atau pengalaman buruk dengan orang-orang kepercayaannya. Subjek merasa
dikhianati dan sering mendapati orang-orang terpercayanya mengkhianatinya dan tanpa sengaja
juga klien sering mendapati orang-orang disekitarnya melakukan kebohongan baik dalam hal
kecil maupun besar sehingga dampak yang timbul adalah subjek enggan untuk bercerita kepada
siapapun dan tidak percaya dengan siapapun.

Selanjurnya pada penjelasan klien yang ketiga, klien ini mengalami permasalahan tidak
percaya dengan diri sendiri, dikarenakan klien sulit mengambil keputusan karena takut salah dan
lebih mencoba menanyakan dan membutuhkan orang lain agar ia dapat percaya atas dirinya dan
yakin atas keputusan yang dibuat. Sehingga ketika hal tersebut tidak sesuai yang sebenarnya
klien inginkan maka klien merasa bersalah dengan diri sendiri dan merasakan ada bentuk
penyesalan diri. Klien mangatakan pada saat sesi konseling berlangsung “saya tidak percaya
dengan diri saya sendiri kak, dan pada saat melaksanakan ujian uts saya kurang yakin dengan
jawaban yang saya tulis kak, dan saya memutuskan untuk bertanya dengan orang lain”

Kemudia permasalahan yang terakhir yang di jelaskan oleh klien adalah permasalahan
penyesuaian diri kepada orang lain, yang mana permasalahan ini mucul yang di rasakan oleh
klien baru-baru ini saja. Pada saat klien berekenalan dengan orang baru yang mana orang baru
tersebut memiliki sifat yang sangat berbanding terbalik dengan klien. Klien bingung apa yang
harus dilakukan agar ketika nanti nya jika terjalin hubungan dengan orang baru tersebut tidak
meributkan hal-hal kecil itu saja dan terlebih lagi tidak terjadi nya keegoisan karena menuntut
hal ini itu. Posisi nya disini klien masih masa pendekatan dengan orang baru tersebut.

Dari penjelasan diatas mengenai permasalahan klien, konselor menggunakan dua metode
pendekatan yaitu pendekatan CBT dan metode pendekatan Gestasl. Pada bagian permasalahan
satu dan dua konselor menggunakan pendekatan CBT(cognitive behavior therapy). Menurut
Beck, Martin, Pear, Antony & Swinson, pendekatan CBT yang mana teknik ini adalah terapi
yang memfokuskan pada bagaimana mengubah pemikiran atau keyakinan yang negatif. Tujuan
utama konselor mengunakan teknik ini adalah mengubah tingkah laku adaptif dengan cara
memperkuat tingkah laku yang diharapkan dan meniadakan perilaku yang diharapkan serta
berusaha menemukan cara-cara bertingkah laku yang tepat.

Selanjutnya permasalahan tiga dan empat konselor menggunakan motode pendekatan gestasl.
Karena menurut Lauster kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya,
sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dan menurut Lauster kepercayaan diri merupakan suatu
sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak
terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan
tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dalam proses
konseling yang membahas masalah tidak percaya diri pada permaslahan tida dan empat adalah
konselor menggunakan teknik pendekatan konseling yang disebut teknik gestalt bertujuan agar
konseling (klien) dapat menumbuhkan kesadaran dirinya untuk mengubah perilaku menjadi lebih
baik, mencapai kematangan dalam berpikir dan dapat berubah dari yang ingin merubah diri
sendiri untuk orang lain menjadi menyesuaikan diri dengan orang baru tersebut.

Dari penjelasan diatas mengenai permasalahan klien, konselor menggunakan metode pendekatan
Gestalt. Karena menurut Lauster kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas
untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya,
sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dan menurut Lauster kepercayaan diri merupakan suatu
sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak
terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan dan
tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki
dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dalam proses
konseling terkait kepercayaan diri, konselor menggunakan teknik pendekatan konseling yang
disebut teknik gestalt bertujuan agar klien dapat menumbuhkan kesadaran dirinya untuk
mengubah perilaku menjadi lebih baik, mencapai kematangan dalam berpikir dan dapat berubah
dari yang ingin merubah diri sendiri untuk orang lain menjadi menyesuaikan diri dengan orang
baru tersebut.

Anda mungkin juga menyukai