Anda di halaman 1dari 14

1.

PENGERTIAN

 Bimbingan yaitu bantuan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu untuk
mencapai kemandirian melalui interaksi, dan pemberian nasihat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
 Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk
menangani masalah, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna.
 Psikoterapi adalah  layanan profesional yang akan membantu memecahkan masalah
kesehatan mental yang dihadapi seseorang, termasuk kesulitan emosional dan penyakit
mental.

KEDUDUKAN

 Bimbingan konseling memang memiliki peran dan kedudukan yang penting bagi peserta
didik. Peran bimbingan dan konseling itu sangat membantu meningkatkan mutu
pendidikan. Karena bimbingan dan konseling ini bisa membantu mencari solusi atas
masalah yang terjadi didunia pendidikan.
 Psikoterapi juga memiliki kedudukan yang sangat penting bagi klien yang mengalami
gangguan psikologis. Karena jika dilihat psikoterapi terbukti dapat membantu mengobati
banyak masalah psikologis. Statistik menunjukkan bahwa lebih dari 75% pasien yang
sangat tertolong dengan menjalani psikoterapi. Metode ini juga sangat membantu mereka
yang sedang mengalami krisis atau perubahan hidup yang tidak diinginkan.

PERBEDAAN

 Perbedaan konseling dan psikoterapi adalah jika Konseling proses pemberian bantuan oleh
professional. Pertemuan ini dilakukan dalam pertemuan yang singkat, yaitu 1-5 sesi. Terapis
memiliki peran sebagai guru (advice) yang dapat memberikan arahan dengan pengetahuan dan
common sense yang dimilikinya.. Kalau Psikoterapi adalah sesi pertemuan yang panjang hingga
beberapa kali dengan jangka waktu tahunan. Peran terapis adalah sebagai detektif (fasilitator)
yang memberikan fasilitasi dalam mengatasi permasalahan dengan beragam teknik berdasar
teori yang ada. Pada proses ini dilakukan koreksi atas pengalaman emosi yang dialami oleh klien
 Perbedaan bimbingan dan konseling yaitu, jika bimbingan diadakan dalam rangka
membantu setiap orang untuk mengenali berbagai informasi terhadap dirinya sendiri.
Sedangkan konseling dan psikoterapi dilakukan harus adanya bentuk pertemuan langsung
dengan orang yang ditujukan.

PERSAMAAN

Bimbingan, konseling, psikoterapi bertujuan sama-sama memberikan perubahan yang dianggap


bisa lebih baik dari sebelumnya

HUBUNGAN

Hubungaan antara bimbingan konseling dan psikoterapi adalah sangat berkaitan sekali karena hal
itu merupakan usaha pemberian bantuan kepada seseorang yang mengalami kesulitan bbaik
lahirian maupun batiniah yang menyangkut kehidupanya di masa kini dan di masa yang akan
datang secara proses dan bertahap

SUMBER

https://www.pinhome.id/blog/perbedaan-bimbingan-dan-konseling-disertai-persamaannya/

https://media.neliti.com/media/publications/290712-posisi-dan-urgensi-bimbingan-konseling-d-
a35a41ba.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
9bce2706cd103e0013badd148d3f51f3.PDF

https://www.docdoc.com/id/info/procedure/psikoterapi

https://www.slideshare.net/kangnajib/hubungan-bimbingan-konseling-psikoterapi-dan-
religioterapi-matakuliah-bimbingan-konseling-stain-salatiga-2013
2.

 Psikologi klinis
Mempelajari teknik penilaian dan diagnosa psikopatologi, yaitu mempelajari apakah
gejala-gejala yang ditimbulkan pada seseorang dapat menunjukkan kelainan tertentu.
Psikologi klinis juga berlatih tentang psikoterapi. Pada psikologi, terapi yang biasanya
dilatih adalah terapi verbal yang digunakan untuk membantu individu mengubah pikiran,
perasaan, dan perilaku untuk mengurangi kesusahan dan mencapai kepuasaan yang lebih
besar.
 Psikiater
Memberikan pemeriksaan fisik, mendiagnosa masalah medis, dan memberikan resep obat
psikoaktif. Psikiater dapat meresepkan senyawa kimia yang mempengaruhi bagaimana
orang merasa dan berpikir.
 Psychiatric Nurse
Perawat psikiatri biasanya menerima pelatihan ditingkat sarjana, atau master, perawat
juga bisa menerima pelatihan yang lebih terspesialisasi sebagai praktisi perawat yang
memungkinkan merasa meresepkan obat psikoaktif.
 Psikologi konseling
Fokus psikologi konseling hampir sama dengan psikologi klinis, namun fokus psikologi
konseling masih memiliki sedikit penekanan pada gangguan mental dan lebih kepada
penekanan yang berhubungan dengan pencegahan, pendidikan, dan masalah kehidupan
umum.
 Terapis pernikahan dan keluarga
Terapis menjaalani pelatihan-pelatihan tentang terapi keluarga dan pasangan yang
bertjuan untuk memperbaiki interaksi dan komunikasi dalam keluarga dan hubungan
dengan pasangan.

SUMBER :

https://www.studocu.com/id/document/universitas-andalas/psikologi-abnormal/profesi-
kesehatan-mental/42263922
3. Belum cukup ilmu yang lebih luas terutama mengenai wawasan tentang manusia dan sosial
budaya selain itu juga belum menguasai keterampilan atau teknik konseling lebih dalam dan
luas. Karena jika dilihat dari karakteriskik kepribadian menurut Wilis yang perlu dimiliki seorang
konselor ada pada 2 poin diatas yang telah disebutkan.
SUMBER
https://media.neliti.com/media/publications/181343-ID-pentingnya-kualitas-pribadi-
konselor-dal.pdf

4. Karakteristik kepribadian menurut Wilis yang perlu dimiliki seorang konselor adalah
sebagai berikut: beriman dan bertakwa; menyenangi manusia; komunikator yang
terampil; pendengar yang baik; memiliki ilmu yang luas, terutama tentang wawasan
tentang manusia dan sosialbudaya; menjadi narasumber yang kompeten; fleksibel,
tenang, dan sabar; menguasai keterampilan atau teknik; memiliki intuisi; memahami etika
profesi; respek, jujur, asli, menghargai, dan tidak menilai; empati, memahami, menerima,
hangat, dan bersahabat; fasilitator dan motivator; emosi stabil; pikiran jernih, cepat, dan
mampu; Objektif, rasioanl, logis, dan konkrit; dan konsisten dan tanggung jawab.
Sementara itu, ABKIN merumuskan bahwa salah satu komponen standar kompetensi
yang harus dijiwai dan dimiliki oleh konselor adalah mengembangkan pribadi dan
profesionalitas secara berkelanjutan, yang di dalamnya meliputi:
1) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2) menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat.
3) memiliki kesadaran diri dan komitmen terhadap etika profesional.
4) mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat tugas dan secara eksternal antar
profesi.
5) berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling.

SUMBER :
https://media.neliti.com/media/publications/181343-ID-pentingnya-kualitas-pribadi-
konselor-dal.pdf
6. Menurut saya teknologi informasi bagi konselor sekolah sangatlah penting karena diliat dari
manfaat yang diberikan begitu beragam untuk konselor di sekolah di antaranya mempermudah
dalam merencanakan dan merancang pelayanan bimbingan dan konseling, memproses data
terkait pelayanan bimbingan dan konseling, menciptakan aplikasi dalam membantu pelayanan
bimbingan dan konseling, mengolah data pelayanan bimbingan dan konseling, dan masih banyak
hal yang bermanfaat bagi terlaksananya bimbingan dan konseling yang efektif.

SUMBER :

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/admin,+Triyono.pdf

7. Yang harus di lakukan konselor dlam menghadapi cyber bullying adalah dengan melakukan
pencegahan terlebih dahulu. Pencegahan yang dilakukan konselor ada melakukan beberapa
pendekatan, yaitu :

 Pendekatan sekolah. Pada level ini personel sekolah mengembangkan aturan kelas dan
sekolah secara umum yang melarang bullying dan mengkampanyekan cara menyikapi
masalah secara dewasa dan tingkah laku anti kekerasan (Whitted and Dupper, 2005).
Sangat penting bagi semua personel sekolah mengenal bullying sebagai masalah dan
memahami peranan mereka dalam memerangi tingkah laku bullying. Konselor sekolah
perlu mendapatkan bantuan kepala sekolah dan komponen sekolah yang lain untuk
menyampaikan pesan secara tegas bahwa bullying akan ditindak dengan serius dan tidak
ada toleransi. Aturan pencegahan bullying harus tertulis dan didistribusikan kepada setiap
orang di komunitas sekolah. Kebijakan seharusnya memasukkan definisi yang jelas dari
bullying termasuk definisi dari cyberbullying. Peraturan yang dibuat perlu dideskripsikan
bagaimana sekolah akan mengatasi insiden cyberbullying dengan cara secara konsisten
menjalankan panduan anti bullying dan prosedur bagi personel sekolah dan siswa
(Whitted and Dupper, 2005).
 Pendekatan Kelas. Konselor sekolah dapat mendorong guru untuk mengintegrasikan
materi pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah (Whitted and Dupper, 2005).
Pertemuan kelas adalah cara yang terbaik untuk membantu memfasilitasi diskusi diantara
siswa mengenai bullying. Pertemuan kelas dapat mengembangkan pengetahuan siswa
bagaimana cara menghalangi cyberbullying, membangun empati dan mendorong perilaku
sosial. Secara bersama-sama guru dan konselor sekolah dapat mengajari siswa
pentingnya saksi dalam menghentikan bullying, bertanggung jawab untuk menghalangi
terjadinya bullying yang mereka lihat dan cara melaporkan bullying, serta
membangkitkan kepercayaan diri korban. Saat diruang kelas guru dan siswa harus
menyusun dan menjalankan aturan kelas untuk melawan bullying (Whitted and Dupper,
2005).
 Pendekatan Siswa. Konselor sekolah dapat bekerja dengan siswa secara individu atau
dalam kelompok kecil untuk mengembangkan keterampilan sosial ( contohnya
kemampuan asertif) dan kemampuan mengatasi masalah melalui penggunaan role play
bersama teman sebaya. Konselor sekolah dan seluruh komponen sekolah harus
menyampaikan pesan yang jelas kepada pembuli dan korban bahwa bullying dan
cyberbullying adalah tingkah laku yang tidak dapat ditoleransi baik didalam maupun
diluar sekolah (Whitted and Dupper, 2005).

SUMBER :

http://eprints.uad.ac.id/4062/1/Kade%20Sathya_Pasca%20UNM.pdf

8.

Kompetensi dasar yang harus ada pada konselor dalam konseling individual adalah memahami
teknik konseling individual. Karena pada dasarnya di konseling individual seorang konselor
harus memiliki kemampuan kemampuan khusus atau teknik khusus yang harus dilakukan oolehh
konselor yaitu :

1. Attending 

Attending merupakan salah satu teknik dalam kegiatan konseling individual. Teknik ini
dilakukan oleh konselor dalam upaya membangun rasa aman dan kenyamanan dalam diri klien,
sehingga memudahkan klien untuk berekspresi secara bebas. Perilaku Attending meliputi kontak
mata, gesture, dan bahasa verbal. Kontak mata ketika dalam proses konseling individual
diusahakan tetap fokus kepada klien, hal ini bertujuan agar klien merasa bahwa apa yang klien
bicarakan benar-benar didengar oleh konselor. Gesture adalah bahasa tubuh konselor yang
diperlihatkan ketika menghadapi klien seperti ekspresi wajah yang tenang, posisi tubuh agak
condong ke arah klien. Bahasa verbal, bahasa merupakan alat komunikasi termasuk juga dalam
proses konseling individual, bahasa verbal yang digunakan dalam proses konseling individual
yakni dapat berupa anggukan sebagai tanda persetujuan dan juga sebagai tanda bahwa konselor
mendengarkan pembicaraan klien.

2. Empati 

Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan
berpikir, bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersama attending,
tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu: 

1. Empati primer yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran,
keinginan, dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka. 

2. Empati tingkat tinggi yaitu keikutan konselor membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk
penderitaannya.

3. Refleksi 

Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien berdasarkan pengamatan konselor terhadap bahasa verbal dan nonverbal dari
klien. Refleksi ada tiga yaitu refleksi perasaan, refleksi pengalaman dan refleksi pikiran.

4. Eksplorasi 

Eksplorasi adalah suatu keterampilan yang dimiliki oleh konselor yang bertujuan untuk menggali
perasaan, pengalaman dan pikiran klien. Teknik ini penting karena sering kali klien menyimpan
rahasia sehingga menutup diri dan tidak mampu mengemukakan pendapatnya secara bebas dan
terus terang. Teknik eksplorasi dilakukan untuk membantu klien agar klien dapat berbicara
secara bebas, tanpa rasa takut, tertekan, maupun terancam. Eksplorasi ada tiga macam yaitu
eksplorasi perasaan, eksplorasi pengalaman, eksplorasi pikiran.

5. Paraphrasing 

Paraphrasing adalah kemampuan konselor untuk mengemukakan kembali pesan atau inti
pembicaraan yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing ini bertujuan untuk menyamakan
persepsi dan pemahaman konselor terhadap apa yang telah diungkapkan oleh klien. Paraphrasing
baiknya diungkapkan dengan bahasa dan kata-kata yang sederhana serta kalimat yang mudah
dipahami oleh klien. Paraphrasing ini merupakan bentuk ringkasan dari ungkapan yang
disampaikan oleh klien, dalam penyampaian paraphrasing, konselor melihat respon dari klien.

6. Open Question 

Open Question adalah suatu bentuk pertanyaan yang mana memerlukan jawaban yang berupa
sebuah penjelasan. Pertanyaan ini digunakan apabila klien merasa kesulitan dalam
mengungkapkan permasalahanya atau ketika konselor menghadapi klien yang tertutup. Tujuan
pertanyaan ini adalah untuk memperoleh informasi lebih dalam mengenai permasalahan klien.
Hal yang harus diperhatikan dalam open question adalah pertanyaan sebaiknya tidak
menggunakan kata "kenapa" atau "mengapa" hal ini dikarenakan pertanyaan dengan
menggunakan kata tersebut dapat membuat klien merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan
sehingga klien akan tertutup.

7. Closed Question 

Dalam proses konseling individual, tidak hanya memerlukan pertanyaan terbuka, tetapi
penggunaan pertanyaan tertutup pun diperlukan. Pertanyaan tertutup atau closed qestion
merupakan jenis pertanyaan yang mana jawaban dari pertanyaan tersebut tidak harus berupa
penjelasan, artinya jawaban dari pertanyaan tertutup dalam bentuk singkat seperti "ya" dan
"tidak".

8. Dorongan Minimal 

Dorongan minimal adalah sebuah upaya yang dilakukan oleh konselor agar klien selalu terlibat
dalam pembicaraan. Dorongan minimal dapat berupa sebuah ungkapan pendek dan singkat yang
dilakukan apabila klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraan, ketika klien kurang
memusatkan pembicaraan, dan ketika klien merasa ragu terhadap apa yang dibicarakan oleh
klien. Tujuan dorongan minimal adalah agar dapat membuat klien terus berbicara dan
mengarahkan klien agar pembicaraan klien mencapai tujuan.

9. Interpretasi 
Interpretasi merupakan upaya yang dilakukan oleh konselor untuk mengulas pemikiran, perilaku,
pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori. Dalam teknik ini konselor berupaya
memberikan penjelasan kepada klien yang bertujuan agar klien mengerti dan memiliki
pemahaman serta dapat mengubah pandangannya terhadap sesuatu hal berdasarkan rujukan teori
yang dijelaskan oleh konselor.

10. Directing 

Directing adalah suatu teknik dalam proses konseling individual yang bertujuan untuk
mengarahkan klien agar klien dapat berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling
individual. Dengan kata lain, bahwa dalam teknik ini konselor mengarahkan klien untuk berbuat
sesuatu, misalnya dengan bermain peran dengan konselor atau meminta klien untuk berimajinasi
atau mengkhayalkan sesuatu hal.

11. Summarizing 

Summarizing merupakan suatu teknik konseling individual yang dilakukan dengan


menyimpulkan sementara pembicaraan klien dalam waktu tertentu. Mengenai waktu kapan akan
melakukan summarizing hal ini bergantung kepada konselor. Summarizing diperlukan agar klien
merasa bahwa konselor benar-benar mendengar dan memahami apa yang telah dibicarakan.
Selain itu, untuk menyamakan persepsi mengenai apa yang dibicarakan klien dengan apa yang
didenger oleh konselor.

12. Leading 

Leading merupakan teknik konseling individual yang dilakukan konselor untuk memimpin arah
pembicaraan dengan klien apabila pembicaraan dan wawancara konseling tidak melantur atau
menyimpang sehingga proses konseling akan mencapai tujuan. Dengan kata lain, teknik
digunakan apabila dalam proses konseling pembicaraan klien melebar, sehingga konsleor perlu
untuk memimpin klien agar fokus pada permasalahan klien.

13. Fokus 

Dalam proses konseling individual sering kali klien terpecah perhatiannya sehingga arah
pembicaraan klien menjadi melebar. Peran konselor disini harus mampu membuat fokus dengan
perhatiannya agar klien dapat memusatkan perhatian pada pokok pembicaraannya. Terdapat
beberapa hal yang dapat dilakukan seorang konselor yaitu fokus pada diri klien, fokus pada
orang lain yang diceritakan klien, fokus pada topik yang tegah dibicarakan klien, dan fokus
mengenai budaya klien.

14. Konfrontasi 

Konfrontasi adalah suatu teknik dalam konseling individual yang mana teknik ini dilakukan
apabila dalam proses konseling individual, konselor menemukan bahwa gesture atau bahasa
tubuh klien tidak sesuai atau tidak konsisten dengan apa yang dikatakan. Misalnya dalam proses
konseling individual, klien mengatakan dalam keadaan sedih , namun ekspresi dari klien terlihat
tersenyum, dalam hal ini konselor akan melakukan teknik konfrontasi.

15. Clarifying 

Clarifying adalah suatu teknik dalam konseling individual untuk menjernihkan atau
mengklarifikasi ucapan-ucapan klien yang terdengar samar-samar, kurang jelas, atau agak
meragukan. Tujuan dari teknik clarifying ini adalah untuk meminta agar klien menyatakan
pesannya kembali dengan jelas, dengan ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-
alasan yang logis serta agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.

16. Faciliating 

Faciliating merupakan suatu teknik yang dilakukan untuk membuka komunikasi dengan klien,
agar klien dengan mudah membuka pembicaraannya dengan konselor sehingga klien dapat
menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Teknik ini dilakukan apabila
konselor mendapati klien merasa kesulitan atau keraguan dalam mengungkapkan perasaan dan
pikirannya.

17. Diam 

Teknik diam dalam proses konseling individual juga diperlukan. Diam ini tidak berarti bahwa
tidak ada komunikasi yang terjalin antara konselor dengan klien, namun diam merupakan bahasa
nonverbal yang ditunjukkan oleh konselor yang dilakukan dengan tujuan untuk menanti klien
yang sedang berpikir, atau kondisi dimana konselor dalam keadaan sedang mendengarkan
pembicaraan klien. Diam yang paling ideal yang dilakukan oleh konsleor yakni berkisar antara 5-
10 detik. Tujuan dari diam ini adalah untuk menanti klien yang sedang berpikir dan untuk
menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.

18. Mengambil Inisiatif 

Teknik Mengambil inisiatif ini dilakukan konselor apabila mendapati klien kurang bersemangat
untuk berbicara, hal ini dapat dilihat dari cara klien yang sering diam, dan kurang partisipatif
dalam proses konseling individual. Dalam hal ini konselor akan mengucapkan kata-kata yang
mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Tujuan dari teknik ini yakni untuk
mengambil inisiatif jika klien kurang bersemangat untuk mengambil keputusan, dan jika klien
merasa kesulitan mengambil keputusan serta jika klien kehilangan arah pembicaraan.

19. Memberi Nasehat 

Pemberian nasehat ini dilakukan oleh konselor apabila klien meminta nasehat kepada konselor.
Namun meskipun demikian konselor sebaiknya mempertimbangkan nasehat yang diberikan
kepada klien merupakan sesuatu hal yang pantas. Hal ini disebabkan karena pemberian nasehat
tetap harus dijaga agar kemandirian yang merupakan tujuan dari konseling harus tetap dicapai.

20. Pemberian Informasi 

Tidak berbeda dengan pemberian nasehat pemberian informasi ini dilakukan apabila klien
meminta sebuah informasi dari konselor, artinya konselor akan memberikan informasi jika klien
meminta informasi. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam pemberian informasi, konselor
harus tetap bersikap jujur, artinya apabila konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dikatakan
kepada klien dengan apa adanya, berbeda jika konselor mengetahui informasi yang diminta oleh
klien maka konselor akan mengusahakan dan memberinya informasi yang diminta klien.

21. Merencanakan 

Teknik perencanaan ini dilakukan menjelang akhir sesi konseling individual. Perencanaan
maksudnya adalah konselor membantu klien untuk membuat perencanaan tindakan-tindakan atau
perbuatan dan hal-hal yang harus dilakukan untuk kemajuan dari klien itu sendiri.
22. Menyimpulkan 

Menyimpulkan merupakan suatu teknik yang terdapat pada akhir sesi konseling individual.
Dalam teknik ini konselor membantu klien untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang
menyangkut perasaan klien setelah melakukan proses konseling. Selain itu pada tahap akhir sesi
konseling, klien akan memantapkan rencana yang telah dibuat, dan pokok-pokok yang
dibicarakan pada sesi berikutnya apabila sesi konseling individual masih berlanjut.

SUMBER :

https://www.kajianpustaka.com/2021/02/konseling-individu.html

9. Sebagai konselor, intervensi yang mereka lakukan berdasarkan pada nilainya. Dalam
pelaksanaan konseling unsur konselor adalah pemegang peranan penting, sehingga perlu adanya
karakteristik tertentu yang diharapkan untuk dimiliki oleh seorang konselor. Karakteristik dalam
kepribadian konselor sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses konseling, disamping
pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan profesional. Strategi atau kiat-kiat mengembangkan
karakteristik konselor yang efektif, antara lain sebagai berikut:

1. Selaku konselor profesional harus memiliki kesadaran dalam melakukan pekerjaan


dengan menampilkan keutuhan pribadi seorang konselor

2. Kepribadian konselor yang menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

3.  Konselor yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

4. Konselor yang menunjukkan integritas kepribadian yang kuat adalah ditunjukkan dalam
kepribadian.

5. Konselor yang memiliki kesadaran terhadap komitmen profesional.

6. Komitmen profesional konselor terhadap komitmen etika profesional.

SUMBER :

https://jainiyubmee.blogspot.com/2018/01/kiat-kiat-mengembangkan-karakteristik.html

10. Sebelum menjadi seorang konselor profesional, biasanya seseorang mengalami kebingungan dan
berbagai kecemasan saat menjalani profesi konseling. konselor yang telah lulus dari pendidikannya
tentu telah memiliki sertifikat, lisensi, pengakuan dan segudang ilmu yang siap untuk diaplikasikan.
Namun tak bisa dipungkiri bahwa ketika hendak memasuki dunia praksis, banyak konselor pemula
menghadapi berbagai masalah yang mengganggu proses konseling. Permasalahan ini muncul ketika
mereka baru menyelesaikan program studi dan mulai menghadapi proses konseling. Mereka mulai
berpikir bagaimana menerapkan apa-apa yang mereka telah pelajari. Pada titik ini muncul kekhawatiran-
kekhawatiran yang menyangkut kelayakan mereka sebagai terapis dan sebagai pribadi serta mengenai
apa yang bisa dibawa dari diri mereka sendiri ke dalam hubungan konseling. Umumnya konselor pemula
akan merasakan adanya kecemasan, keraguan pada diri, dan ketakutan tidak mampu memenuhi
ekspektasi dirinya. Masalah-masalah tersebut secara psikologis dapat menyebabkan terganggunya
pelayanan yang diberikan oleh konselor kepada klien. Temuan Setiyowati (2011) menunjukkan bahwa
sebagian besar layanan konseling yang diberikan jauh dari kriteria profesional karena konselor pemula
sering mengalami kebingungan mengenai teori dan teknik konseling yang harus digunakan dalam
membantu menyelesaikan permasalahan. Terkait hal ini, perasaan tidak mampu atau tidak kompeten
akan menjadi semakin besar. Semakin merasa tidak kompeten, maka konselor pemula akan semakin
mudah mengalami burn-out dalam bekerja. Kejenuhan dan stres kerja kemudian akan membawa
konselor pada tingkat yang semakin jauh dari profesional.

SUMBER :

https://fkip.uniska-bjm.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/48-56-FULL-PAPER-M.HARWANSYAH-
PUTRA-SINAGA.pdf

11

JUDUL :

MENINGKATKAN KETERBUKAAN SISWA MELALUI KONSELING INDIVIDU PERILAKU AITENDING (PTBK DI


KELAS IX G SEMESTER GENAP SMP NEGERI 1 DARMARAJA TAHUN PELAJARAN 2021/2022)

METODE PENELITIAN

Setting Peneitian dan Karakteristik Kelas

1. Setting Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri I Darmaraja kelas IX G semester Genap Tahun
Ajaran 2021/2022. Jumlah peserta didik kelas IX G ada 38 orang, terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan
16 orang siswa perempuan. Adapun sasaran penelitian tindakan terhadap seorang siswi yang mengalami
kesulitan untuk bersikap terbuka di kelasnya
2. Karakteristik Kelas Siswa di kelas tersebut memiliki status social ekonomi menengah, sedangkan
siswa yang mengalami masalah berlatar belakang status social ekonomi kurang mampu. Kegiatan belajar
mengajar siswa di kelas IX G berlangsung aktif, sementara siswa tersebut bersikap pasif Hubungan sosial
di keJas IX G terjalin baik dengan kepedulian yang cukup tinggi sementara siswa yang bermasalah
bersikap tertutup dan kurang peduli terhadap lingkungan kelasnya

Anda mungkin juga menyukai