Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME

KODE ETIK KONSELING

DISUSUN OLEH:

REDI HARYANI (180303095)

KELAS : BKI/C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKSASI

JURUSAN BIMBINGGAN KONSELING ISLAM (BKI)

TAHUN 2019/2020
TUGAS RESUME

1) Asesmen BK Dalam Pandangan Kode Etik BK


a. Assessment merupakan kegiatan profesional yang dilakukan secara khusus untuk
menentukan diagnosa dari gangguan atau kelainan yang dialami seseorang.
Assessment adalah proses memperoleh data/informasi untuk memutuskan jenis
bimbingan kemandirian seperti apa yang tepat dan cocok diterapkan utuk peserta
didik.
b. Kode etik adalah landasan moral dan pedoman perilaku profesional yang dijunjung
tinggi, diterapkan, dan dijamin oleh setiap anggota organisasi profesional bimbingan
dan konseling Indonesia, sehingga kode etik di dalamnya mengandung makna khusus,
yaitu adanya suatu kompetensi tertentu yang dapat membedakannya dengan orang
lain, profesi lain ataupun masyarakat umum.

Assessment dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki kedudukan


strategis, karena posisi sebagai dasar dalam perencanaan program bimbingan dan
konseling yang sesuai kebutuhan, dimana kesesuaian program dan gambaran kondisi
konseli dan kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan layanan bk.
Adapun pelayanan bk pada dasarnya bertujuan agar konseli dapat :

1. Merencanakan kegiatanan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan


dimasa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta lingkungannya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuain dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.

Bentuk assessment dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi dua, yaitu
assessment teknik tes dan assessment teknik non tes.

1. Assessment teknik tes


Assessment hanya digunakan oleh sebagian konselor yang telah memiliki sertifikasi
untuk menggunakan assessment teknik tes psikopedagogis. Assessment teknik tes
merupakan prsedur sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau
lebih. Jenis-jenis teknik tes sebagai berikut :
a. Tes prestasi, adalah ukuran tingkat perolehan atau pembelajaran seseorang dalam
suatu subjek atau tugas.
b. Tes bakat, didefinisikan sebagai sifat yang mencirikan kemampuan individu
melakukan performa di wilayah tertentu atau mencapai pembelajaran yang
dibutuhkan bagi perporma diwilayah tertentu.
c. Tes minat, merupakan tes yang mengukur kegiatan/kesibukan macam apa yang
paling disukai seseorang.
d. Tes kepribadian, adalah instrumen untuk mengukur karakteristik emosi, motivasi,
hubungan antar-pribadi dan sikap, sesuatu yang dibedakan dari bakat dan
keterampilan. Tes ini mengukur cirri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti karakter, gaya tempramen, corak kehidupan emosional, kesehatan
mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain.
2. Assessment teknik non tes
Assessment teknik non tes paling banyak digunakan oleh konselor. Seperti
prosedur perancangan, pengadministrasian, pengolahan, analisis dan penafsirannya
relative lebih sederhana sehingga mudah untuk dipelajari dan dipahami. Adapun
jenis-jenis assessment non tes sebagai berikut :
a. Daftar cek masalah (DCM)
Merupakan daftar cek yang khusus disusun untuk merangsang atau memancing
pengutaraan masalah-masalah atau problem-problem yang perah atau sering
dialami seseorang individu.
b. Alat ungkap masalah umum (AUM-U)
AUM umum merupakan salah satu jenis teknik non tes yang digunakan oleh
konselor untuk mengungkapkan masalah-masalah umum yang dialami oleh
konseli. Alat umum merupakan alat ungkap masalah umum, yang dibentuk 5
format: format untuk mahasiswa, format untuk SLTA, format untuk SLTP, format
untuk sd, format untuk masyarakat.
c. Alat ungkap masalah belajar (AUM PTSDL)
Alat ungkap masalah belajar di Indonesia yang telah digunakan selama 30 tahun
trakhir adalah adaptasi dari survey of study habits and attitude. Instrumen ini
terdiri dari 3 bentuk yaitu, SLTP, SLTA dan PT dengan jumlah item 75 butir.
AUM PTSDL sebagai alat ungkap masalah sederhana dan mudah digunakan
untuk mengkomunikasikan mutu dan masalah konseli kepada personil yang
membantu (konselor).
d. Wawancara (interview)
Suatu teknik memahami individu dengan cara melakukan komunikasi langsung
dengan yang diwawancarai untuk memperoleh informasi atau keterangang tentang
individu.
e. Sosiometri
Merupakan suatu metode atau teknik untuk memahami individu terutama untuk
memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial antar individu dalam satu
kelompok, berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok.
f. Observasi
Merupakan kegiatan pegamatan yang direncanakan, sistematis dan hasilnya
dicatat serta dimaknaidalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang
diamati.
g. Angket (kuisioner)
Merupakan salah satu alat pengumpul data dalam assessment non tes, berupa
serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada responden.
h. Inventori tugas perkembangan (itp)
Merupakan metode untuk memahami individu dengan cara memberikan sejumlah
pernyataan yang harus dijawab atau dipilih responden sesuai dengan keadaan
dirinya. ITP disusun dalam bentuk empat buku iventori masing-masing untuk
memahami perkembangan individu ditingkat SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan
Tinggi.
Suatu jenis asesmen tes atau non tes hanya bisa diaplikasikan oleh guru
bimbingan dan konseling, konselor, atau dosen bimbingan dan konseling yang
berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.
1. Asesmen dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang kondisi diri
atau karakteristik kepribadian konseli untuk kepentingan pelayanan.
2. Konselor memberikan hasil asesmen kepada konseli dan orang tua untuk
kepentingan pelayanan.
3. Penggunaan asesmen wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku
bagi asesmen yang dimaksud.
4. Data hasil assesmen wajib diintegrasikan ke dalam himpunan data atau
dengan informasi dari sumber lain untuk konseli yang sama.
5. Hasil asesmen hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada
hubungannya dengan usaha bantuan terhadap konseli dan tidak menimbulkan
kerugian baginya.
2) Diagnosis, Prediksi dan Penggunaan Tes Dalam Pandangan Kode Etik BK
A. Diagnosis
Diagnosis berasal dari istilah “diagnosa” berasal dari bahasa medis dan memiliki
konotasi yang kuat dengan dunia kesehatan. Dalam bimbingan dan konseling
diagnose adalah proses dimana ahli konseling memahami klien, dunia klien, dan
memahami interaksi klien dengan dunia yang dihadapinya. Sedangkan istilah
diagnosis yang digunakan dalam studi kasus adalah melakukan analisis masalah
untuk menetapkan faktor-faktor penyebabnya berdasarkan hasil identifikasi masalah.
Terdapat empat keuntungan dari ada digunakannya diagnosis menurut wiramihardja,
s sebagai berikut :
1. Fungsi utama diagnosis adalah komunikasi. Misalnya di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan PPDGJ III sebagai pegangan diagnotis untuk gangguan kejiwaan bagi
mereka yang bekerja dalam kalangan rumah sakit jiwa, sehingga untuk seseorang
pasien terdapat persamaan pandangan diantara pihak-pihaka yang
menanganinya(karena bisa jadi seorang pasien ditangani oleh lebih dari satu pihak
saja).
2. Penggunaan diagnosis dapat membangun riset psikopatologi, klinkus, misalnya dapat
membandingkan pasien dengan diagnosis tertentu dengan kelompok lain yang
memperlihatkan gejala yang sama tetapi lain diagnosisnya.
3. Gejala-gejala yang berbeda tipis, riset untuk etiologi atau penyebab-penyebab,
mengenai prilaku abnormal akan hampir tidak mungkin untuk dilakukan tanpa system
diagnosis yang baku.
4. Untuk gangguan tertentu dapat dipilih terapi mana yang kiranya dapat efektif
digunakan.
B. Prediksi
Prediksi merupakan alat penting untuk membantu klien. Klien mungkin ingin
prediksi tentang probilitas keberhasilan diperguruan tinggi, ketekunan dalam
pekerjaan atau salah satu dari banyak situasi lainnya. Dalam kasus pertama dimana
prediksi terjadi untuk tujuan pengujian dan menyempurnakan teori pembimbing atau
pemahaman, proses prediksi melibatkan istilah yang “prediksi klinis” sebuah klinik
prediksi hanyalah salah satu yang sulit atau tidak mungkin memisahkan dari lainnya.
Dalam kasus kedua dimana menggunakan prediksi actual konselor dapat menentukan
tingkat probabilitas kegigihan diperguruan tinggi untuk orang-orang dengan nilai tes.
Dalam kasus ini sebuah perguruan tinggi prediksi actual ketekunan dan prediksi klinis
mungkin memberikan hasil persis berlawanan.
Beberapa hal yang relatif sederhana mengenai penggunaan tes yang perlu diingat oleh
konselor sebagai berikut :
a. Tes harus selalu ditafsirkan dalam konteks semua informasi yang tersedia
mengenai klien. Informasi mengenai latar budaya, kesehatan, motivasi dan
keterampilan pendidikan klien, antara variabel lain, faktor-faktor penting dalam
menempatkan makna skor tes dalam perspektif.
b. Prediksi dari nilai tes yang diperoleh berpikir aktuaria atau expentacy tabel selalu
untuk kelompok, tidak individu. Prediksi harus selalu dibuat dalam orang lain.
c. Dihampir semua usaha sukses adalah bersumber oleh faktor-faktor kompleks
yang tentunya termasuk motivasi dan pengendalian diri serta ability.

Penggunaan tes dalaam konseling tidak lebih menunjukkan diagnotik atau


evaluative sikap kemudian membuat jenis lain infrensi. Tes itu sendiri hanya
perangkat membuat pengamatan hanya ketika pengguna informasi tes mulai membuat
kesimpulan dari pengamatan ini yang kemudian menjadi tidak adil, berdasarkan atau
hanya salah dalam bermain.
3) Program Evaluasi BK Dalam Kode Etik BK
Evaluasi biasanya mencakup pengumpulan informasi yang bermakna tentang
berbagai aspek dari program konseling untuk menuntun pengambilan keputusan perihal
alokasi sumber daya dan memastikan kemaksimalan efektivitas program. Pada praktik
klinis, member pada konselor umpan balik langsung tentang layanan yang dia berikan
dan pencerahan tentang layanan baru apa yang perlu konselor tawarkan.

Tahap-tahap dalam evaluasi menurut penulis Burck dan Peterson dalam


menerapkan program evaluasi yang cukup solid sebagai berikut :

 Langkah pertama adalah merumuskan program evaluasi mencakup penilaian


kebutuhan , agar konselor dapat dimengerti, pertama-tama dia harus
mengidentifikasi masalah atau isu penting yang ada dalam programnya.
 Langkah kedua dalam evaluasi adalah menetapkan tujuan dan sasaran kinerja
baik hasil terakhir program dan hasil optimal suatu program dideskripsikan
dalam bentuk saran kinerja yang diukur.
 Langkah ketiga dalam evaluasi adalah mendesain program. Ketika suatu
program dikembangkan untuk memenuhi sasaran yang ditetapkan, aktivitas
yang berfokus pada tujuan dapat didesain secara tepat.
 Langkah keempat adalah memperbaiki dan merevisi program. Aktivitas
khusus dan kedekatan pola komunikasi keduanya dievaluasi pada titik ini.
 Langkah kelima dan terakhir adalah mencatat dan melaporkan hasil program.
Tugas ini terutama dilakukan dengan mempublikasikan temuan dari evaluasi
program kepada masyarakat umum.
4) Penelitian BK dalam pandangan kode etik
Riset adalah pengumpulan sistematis, pengorganisasian, penginterpretasian
observasi untuk menjawab pertanyaan dengan sebisa mungkin tanpa ambiguitas. Riset
deskriptif berpusat pada penggambaran berbagai faktor yang ada dalam suatu profesi.
Metode ini memiliki tiga subkategori: survei, studi kasus, dan studi banding. Survei
adalah salah satu metode yang paling popular dan digunakan secara luas untuk
mengumpulkan informasi mengenai munculnya prilaku dan menggambarkan
karakteristik dari hal-hal yang belum dimengerti.
Pandagan negative konselor mengenai riset dan ketidakmauannya untuk meluangkan
waktu dan energi berhubungan dengan sejumlah faktor. Yang paling penting adalah :
 Kurangnya pengetahuan mengenai metode riset.
 program yang mereka kerjakan tidak mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas.
 kurangnya kesadaran akan pentingnya riset dalam perencanaan prosedur
perawatan yang efektif
 Ketakutaan mendapatkan hasil yang negative.
 Komentar yang mengecilkan hati dari kolega atau penyelia.
 Kurangnya dukungan keuangan.
 Bakat yang rendah dan kemampuan yang terbatas untuk melaksanakan studi
investigasi.

Ada empat masalah utama yang sering kali mengganggu riset survey:

1. Instrumen survey tidak dibuat dengan baik


2. Survei tidak menghasilkan respon balik yang tinggi
3. Sampel yang disurvei kadang-kadang non-random dan tidak dapat mewakili
populasi
4. Pada riset survei (atau hampir semua riset yang manapun) adalah bahwa riset ini
mahal.

Tahap-tahap dalam proses riset sebagai berikut :

 Pernyataan masalah
 Identifikasi informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah
 Seleksi atau mengembangkan cara pengumpulan data
 Identifikasi target populasi dan prosedur sampel
 Desain prosedur pengumpulan data
 pengumpulan data
 Analisis data
 Persiapan laporan

Metode riset utama adalah sebagai berikut :


 Metode historis adalah metode yang sudah banyak dilupakan dalam
konseling. Survei ini bersifat kuantitatif dan menghasilkan data mengenai
tren program konseling berskala nasional.
 Studi kasus adalah suatu usaha untuk memahami satu unit, seperti
seseorang, kelompok, atau program, melalui investigasi mendalam dan
sistematis dari unit tersebut secara longitudinal.
 Studi banding juga disebut studi paralel membentuk suatu jaringan antara
metode studi historis/studi kasus dengan desain eksprimental dan quasi
exprimental, studi ini melakukan perbandingan direksional dan kuantitatif
dari serangkaian data.
 Metode eksperimental atau metode riset eksprimental dilakukan untuk
mengambarkan, membandingkan dan menganalisis data dibawah kondisi
yang terkendali.

Panduan menggunakan riset sebagai berikut :

 Pembaca sebaaiknya memperhatikan nilai-nilai yang mendasari studi


riset tersebut.
 konselor sebaiknya mencari temuan yang sejalan dengan
pengalamannya dan temuan yang konvergen lintas kondisi dan studi.
 Konsumen riset sebaiknya tidak melalaikan topic-topik yang penting
bagi wanita seperti kehamilan
 Jangan mengasumsikan perbedaan pria dengan wanita sebagai satu
garis yang bertolak belakang
 Besaran efek harus dipertimbangkan dalam membaca riset mengenai
perbedaan gender.

Statistik dan pengujian statistik mulai menonjol pada awal tahun 1900.
Sejak saat itu metode statistic sudah menjadi darah dan tulang para
penolong profesional seperti konselor. Statistik hanya sekedar alat bagi
peneliti untuk digunakan dalam menganalisa dan menafsirkan temuan
serta mengomunikasikan temuan tersebut kepada pihak lain.
Konsep statistik yang harus diketahui konselor untuk dapat membaca dan
mengevaluasi laporan riset dengan baik salah satunya adalah ukuran
kecendrungan utama yaitu mean, median dan mode. Median adalah titik
tengah suatu distribusi nilai yang diranking dari yang tertinggi hingga
yang terendah. Mean adalah rata-rata nilai aritmatika. Mode adalah skor
atau ukuran yang terjadi paling sering dalam suatu distribusi

5) Aspek etik dan legal dalam BK


A. Etik secara umum didefinisikan sebaagai ilmu filsafat mengenai tingkah laku
manusia dan pengambilan keputusan moral. Etik bersifat normatif dan berfokus
pada prinsip-prinsip dan standar yang mengatur hubungan antara individu seperti
hubungan antara konselor dank lien.
Moralitas meliputi penilaian atau evaluasi perbuatan, ini berhubungan dengan
kata-kata seperti baik, buruk, benar salah, seharusnya dan harus.
Hukum adalah penyusunan yang akurat dari standar pemerintah yang dibuat untuk
menjamin keadilan legal dan moral. Hukum tidak mendikte etika apa yang pantas
untuk situasi tertentu, tetapi apa yang legal dalam situasi tersebut. Kadang-kadang
apa yang legal pada kurun waktu tertentu misalnya hal-hal mengenai ras, usia atau
jenis kelamin dianggap tidak etis atau tidak bermoral oleh beberapa segmen
masyarakat.
B. Etik dan Konseling
Berikut beberapa tingkah laku tidak etis yang paling sering terjadi dalam
konseling :
 Pelanggaran kepercayaan
 Melampui tingkat kompetensi profesional seseorang
 Kelalaian dalam praktik
 Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki
 Memaksakan nilai-nilai konselor pada klien
 Membuat klien bergantung
 Melakukan aktivitas seksual dengan klien
 Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor
bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau
hubungan profesional
 Persetujuan financial yang kurang jelas seperti mengenakan bayaran
tambahan
 Pengiklanan yang tiddak pantas
 Plagiarisme
C. Keterbatasan kode etik
 Beberapa masalah tidak dapat diputuskan dengan kode etik
 Pelaksanaan kode etik merupakan hal yang sulit
 Standar-standar yang diuraikan dalam kode etik ada kemungkinan saling
bertentangan
 Beberapa isu legal dan etis tidak tercakup dalam kode etik
 Kode etik adalah dokumen sejarah.
 Terkadang muncul konflik antara peraturan etik dan peraturan legal
 Kode etik tidak membahas masalah lintas budaya
 Tidak semua kemungkinan situasi dibahas dalam kode etik
 Sering kali sulit menampung keinginan semua pihak, yang terlibat dalam
perbincangan etik secara sistematis
 Kode etik bukan dokumen proaktif untuk membantu konselor dalam
memutuskan apa yang harus dilakukannya dlm suatu situasi baru.
D. Mendidik konselor dalam pengambilan keputusan etik
Pengambilan keputusan etik dalam koseling dapat ditingkatkan dalam cara tetapi
salah satu cara terbaik adalah mengikuti kursus dan melanjutkan pendidikan yang
sekarang disyaratkan dalam banyak program konseling lanjutan dan untuk
memperbaharui lisensi konselor profesional. Van hoose dan paradise mengkonsep
tingkah laku etik konselor dalam lima tingkatan perkembangan pertimbangan
yang berkesinambungan :
1. Orientasi hukuman
2. Orientasi institusiona
3. Orientasi sosial
4. Orientasi individu
5. Orientasi prinsip (hati nurani)
E. Mengambil keputusan etik
Pengambilan keputusan etik tidak selamanya mudah dilakukan tetapi hal ini
merupakan bagian dari tugas seorang konselor. Untuk ini dibutuhkan kualitas
seperti karakter, integritas dan keberanian moral, selain pengetahuan. Dalam
sebuah studi di new York peneliti menemukan lima tipe dilemma etik yang paling
sering terjadi di antara konselor universitas yang mereka survey, yaitu :a)
kepercayaan, b) konflik peran, c) kompetensi konselor, d) konflik dengan atasan
atau institusi, e) tingkat kepentingan. Dalam pengambilan keputusan etik,
konselor harus mengambil tindakan berdasarkan pemikiran yang hati-hati dan
reflektif mengenai respons yang mereka anggap benar dari sudut profesionalitas
pada situasi tertentu. Beberapa prinsip etik yang berhubungan dengan aktivitas
dan pilihan etik konselor.
 Beneficence/perbuatan baik(melakukan yang baik dan mencegah
kerugian)
 Nonmaleficence(tidak mengakibatkan kerugian/rasa sakit)
 Autonomy/otonomi(memberikan kebebasan dalam memilih dan
pengambilan keputusan sendiri)
 Justice/keadilan
 Idelity/kesetiaan (kesetiaan atau berpegang pada komitmen)

Seluruh prinsip tersebut melibatkan pengambilan keputusan secara sadar oleh


konselor sepanjang proses konseling. Dari prinsip-prinsip diatas beberapa ahli
mengidentifikasi nonmaleficence sebagai tanggung jawab etik yang utama
dalam bidang konseling.

6) Spesialisasi profesi konseling di masyarakat


A. Konseling karier sepanjang hayat
Konseling karier adalah suatu disiplin gabungan, sering kali salah diartikan
dan tidak selalu dihargai sepenuhnya oleh profesional pemberi bantuan,
orang-orang bisnis, masayarakat umum ataupun pemerintahan. NCDA
mendefinisikan konseling karier sebagai satu proses membantu individu
dalam pengembangan kehidupan karier dengan fokus pada definisi peran
pekerja dan bagaimana peran tersebut berinteraksi dengan peran kehidupan
yang lain. NCDA mendefinisikan informasi karier sebagai informasi yang
berhubungan dengan dunia pekerjaan yang dapat berguna dalam proses
pengembangan karier termasuk informasi pendidikan, jabatan dan fsikososial
yang berhubungan dengan pekerjaan seperti pelatihan yang disediakan, sifat
pekerjaan dan status pekerja dalam berbagai jabatan. Aktivitas bimbingan
karier dapat terwujud :
 Pameran karier (mengundang para praktisi dari sejumlah bidang untuk
menjelaskan tugas-tugas mereka)
 Tugas kepustakaan
 Wawancara lapangan
 Informasi pengalaman lewat computer
 Bayangan karier(mengikuti rutinitas pekerjaan sehari-hari seseorang)
 Pengajaran didaktik
 Latihan pengalaman seperti bermain peran misalnya.

Menurut c.h petterson, bimbingan karier ditujukan untuk orang-orang


yang normal dan tidak mempunyai masalah emosional yang dapat
mengganggu perkembangan pendekatan rasional, untuk membuat suatu
keputusan mengenai pekerjaan atau karier.

B. Konseling perkawinan, pasangan dan keluarga


1. Hubungan perkawinan dan kehidupan keluarga berakar pada masa
lampau. Baik diatur oleh keluarganya maupun mereka berdua, pria dan
wanita selalu berpasangan dalam suatu ikatan yang direstui oleh agama
dan masyarakat untuk alasan ekonomi, sosial dan reproduksi selama
bermilenium-milenium. Perkawinan pada umumnya dipandang sebagai
suatu ikatan resmi secara keagamaan atau sosial antara dua orang dewasa
atas alasan ekonomi dan atau reproduksi. Sementara pasangan adalah
istilah yang lebih bersifat tidak formal dan lebih luas pengertiannya.
Pasangan adalah dua orang didalam satu hubungan kebersamaan.
Konseling perkawinan, pasangan dan keluarga adalah bidang yang popular
di mata para konselor. Setidaknya ada tiga alasannya :
 Pertama, kesadaran bahwa manusia secara langsung terpengaruh oleh
bagaimana keluarga mereka berfungsi.
 Kedua, konseling keluarga dan pasangan menarik dilihat dari
pertimbangan finansial.
 Ketiga, sifat komprehensif dari konseling perkawinan, pasangan dan
keluarga membuatnya lebih menarik secara intrinsik.
2. Perubahan bentuk kehidupan keluarga
Sebelum Perang Dunia II, ada dua jenis kehidupan keluarga yang
mendominasi kehidupan masyarakat amerika serikat dan masih ada
sampai sekarang
 Keluarga inti, suatu unit inti terdiri atas suami, istri dan anak-anak
mereka
 Keluarga multi-generasi, rumah tangga yang terdiri atas setidaknya
tiga generasi, seperti anak, orangtua, dan kakek-nenek kadang-
kadang kerabat tidak menikah seperti bibi dan paman juga ikut
termasuk didalamnya.

Setelah perang, peningkatan angka perceraian yang tajam


menghasilkan dua jenis keluarga lagi.

 Keluarga orang tua tunggal. Yang terdiri atas satu orang tua,
baik adopsi atau kandung, yang secara tunggal bertanggung
jawab merawat anak dan dirinya sendiri.
 Keluarga yang menikah lagi (misal, campuran, tiri), suatu
rumah tangga yang tercipta ketika dua orang menikah dan
setidaknya salah satu dari mereka sebelumnya sudah pernah
menikah dan mempunyai anak.

Selain itu, perubahan norma sosial dan demografis sejak tahun


1950-an mendukung perkembangan dan pengakuan terhadap
beberapa bentuk keluarga lainnya selain yang telah disebutkan di
atas, khususnya :

 Keluarga karier ganda, dimana suami dan istri sama-sama


terlibat dalam pekerjaan yang berkembang secara bertahap,
dan keduanya mimiliki komitmen tinggi terhadap
pekerjaan.
 Keluarga tanpa anak, keluarga yang terdiri atas pasangan
yang dengan sadar memutuskan untuk tidak mempunyai
anak atau yang masih atau yang masih mempunyai anak ,
karena alasan biologis maupun kesempatan.
 Keluarga lansia, dimana kepala rumah tangganya berumur
65 tahun atau lebih.
 Keluarga gay/lesbian, yang terdiri atas pasangan
berkelamin sama dengan atau tanpa anak baik dari ikatan
sebelumnya maupun sebagi hasil dari inseminasi buatan
atau adopsi.
 Keluarga multi-kultural, dimana individu-individunya
berasal dari dua budaya berbeda yang menyatu dan
membentuk suatu rumah tangga, baik mempunyai anak
maupun tidak.
C. Konseling sekolah profesional
Konselor sekolah dan program bimbingan bimbingan dan konseling yang
komprhensif membantu anak-anak dan remaja menjadi lebih maju dalam
bidang akademik dan perkembangannya dengan bab ini membahas peran
konselor sekolah profesional seacara umum dan keunikan serta tumpang
tindih dari peran yang mereka punyai pada tingkat sekolah dasar, menengah
dan menengah atas. Model nasional ASCA mendukung misi dari sekolah
dengan meningkatkan prestasi akademik, perencanaan karier, dan
perkembangan sosial dan personal. Secara keseluruhan, model nasional ASCA
merekomendasikan agar konselor sekolah berkolaborasi dengan orangtua,
murid, guru dan staf pendukung untuk berfokus pada perkembangan semua
murid-tidak hanya pada mereka yang berprestasi tinggi atau berisiko tinggi.
D. Konseling perguruan tinggi dan layanan kehidupan mahasiswa
Pendidikan tinggi adalah suatu pengalaman yang paling berharga di amerika
serikat, yang diikuti 12 sampai 13 juta orang setiap tahunnya. Jadi perguruan
tinggi bukan hanya sekedar tempat untuk belajar. Itulah mengapa sering kali
selain pelajaran, ditawarkan layanan kehidupan mahasiswa sebagai tambahan.
Layanan ini trutama dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, program-program
pendukung dan konseling. Ada empat model utama dari layanan konseling
yang diikuti oleh pusat konseling perguruan tinggi/universitas :
 Konseling sebagai psikoterapi
 Konseling sebagai bimbingan pekerjaan
 Konseling sebagaimana definisi tradisionalnya
 Konseling sebagai kosultasi
 Konseling global(yakni interaktif, ketergantungan sistem komunitas)
E. Konseling korban kekerasan dan peyandang cacat
1. Penganiayaan(abuset) adalah penyalahgunaan atau perlakuan yang salah
terhadap orang lain, tempat, maupun benda-benda secara alami dapat
bersifat aktif maupun pasif, namun hasil akhirnya biasanya akan merusak
siapapun yang terlibat di dalamnya. Penganiayaan interpersonal meliputi
kekerasan atau penelantaran kepada orang lain khususnya didalam satu
keluarga dan bentuknya bisa saja halus atau tidak kentara seperti
penganiayaan emosional atau nyata seperti kekerasan fisik. Penganiayaan
pada anak (termasuk memerintah) dan penelantaran anak (termasuk
mengabaikan), merupakan keprihatinan besar dalam kehidupan keluarga.
Yang termasuk dalam penganiayaan ini adalah penganiayaan fisik,
seksual, dan psikologi selain penelantaran dan meninggalkan anak.
Penganiayaan antar-saudara dapat terjadi penganiayaan danbahkan
penganiayaan saudara adalah suatu pandemic dan dapat mempunyai akibat
fatal. Alasan penganiayaan antarsaudara mencakup persaingan dominasi
dan perkelahian kekuasaan untuk mendapatkan sumber daya.
Penganiayaan pasangan dan kekasih sering disebut sebagai kekerasan
domestic atau kekerasan dalam rumah tangga yaitu agresi yang
berlangsung dalam hubungan yang intim, biasanya antara dua orang
dewasa.
2. Sifat kecacatan
Kecacatan adalah kondisi fisik maupun mental yang membatasi aktivitas
atau fungsi seseorang. Ada empat untuk membantu penyandang cacat
diantaranya sebagai berikut :
 Model biomedis yang yang membawa martabat komunitas medis
 Model lingkungan dan fungsional
 Model sosiopoliti
 Model konselor sebaya
F. Konseling kesehatan mental dan komunitas
Kinerja fungsi mental yang sukses yang menghasilkan aktivitas produktif,
hubungan dengan orang lain yang memuaskan dan kemampuan beradaptasi
dengan perubahan menangani kesulitan sejak masa kanak-kanak sampai
kehidupan berikutnya, kesehatan mental adalah modal untuk berpikir dan
keahlian berkomunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi, fleksibelitas dan
percaya diri
Lewis danlewis menggambarkan konselor komunitas sebagai seseorang yang
mengantarkan layanan berdasarkan pada asumsi berikut ini:
 Lingkungan manusia dapat member asuhan atau membatasi mereka
 Pendekatan multirupa utuk member bantuan lebih efisien dari pada
pendekatan layanan tunggal
 Pencegahan lebih efisien daripada remediasi

Anda mungkin juga menyukai