Disusun oleh;
2019/2020
1. Asesmen BK Dalam Pandangan Kode Etik BK
Asesmen merupakan salah satu bagian dari pengukuran. Dalam konteks bimbingan
dan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan
konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung.
Asesmen merupakan merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang
ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah
asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses
terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
1. Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup berbagai kegiatan
mental (otak). Semua yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek,
yaitu:Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), Pemahaman (comprehension),
Untuk melihat perbedaan cara berfikir ke dua profesi tersebut, Gladding menyajikan perbedaan
relatif dalam budaya antara konseling dan hukum berikut.
• Sistematis dan pemikiran linier
• Artistik, pengertian subyektif-obyektif
• Pertumbuhan, memperioritaskan terapi
• Fokus pada individu atau kelompok kecil
• Perioritas pada perubahan
• Relativitas, pengertian kontekstual
• Kooperatif, menekankan pada relasi
• Rekomendasi, menekankan konsultasi
• Berdasarkan etik, pengalaman, pendidikan
• Cara pandang deterministik atau yang tidak diketahui, atau keduanya, diterima.
Sedangkan cara berpikir Hukum
• Pemikiran linier
• Objektif, pengertian keadilan
• Permintaan, memprioritaskan perlindungan
• Fokus pada masyarakat
• Prioritas pada stabilitas
• Pengertian dikotomi normatif
• Dakwaan, menekankan pada fakta yang ditemukan
• Sanksi legal dan menekankan batasan
• Berdasarkan pemikiran legal
• Cara pandang deterministik
Agar sukses dalam menjalankan profesi konselor, Gladding menyarankan menempuh beberapa
cara berikut:
1. Menjadi “lebih berpengetahuan dengan elemen-elemen yang umum dalam kesehatan mental
dan dalam hukum”
2. Mengerti dan mempersiapkan diri untuk bekerja dengan elemen-elemen hukum tersebut yang
berbeda dengan budaya dengan kesehatan mental” seperti mencari informasi dari konselor tanpa
pemberitahuan yang layak.
3. Meninjau kembali Kode etik profesi BK dan kode etik relevan lainnya setiap tahun
4. Berpartisipasi dalam program pendidikan berkelanjutan yang meninjau kembali hukum-hukum
yang tepat untuk konseling khusus.
5. Mempelajari kembali sistem legal termasuk “organisasi dan publikasi yang mempertemukan
kesehatan mental dengan sistem legal” (misalnya, American Psychology-Law Society News)
6. Membuat hubungan kolaborasi dengan pengacara, hakim atau praktisi legal lainnya
7. Membangun hubungan dengan konselor yang lebih mengetahui dunia hukum dan
8. Berkonsultasi atau menerima umpan balik atas keputusan yang mungkin terjadi, ketika ada
dilema etik-legal (Rowley & MacDonald, 2001, pp.427-428).
B. Prinsip-prinsip Etis dalam Profesi Konseling
Konselor profesional akan memperhatikan kinerjanya untuk selalu mengutamakan
kesejahteraan konseli dan kepercayaan masyarakat. Sistem nilai yang diyakini konselor
merupakan penentu dalam perilaku etis. Prinsip-prinsip etis yang didasarkan kepada nilai-nilai
sosial dalam profesi konseling antara lain 21:
1. Tanggung jawab; konselor memiliki tanggung jawab untuk melakukan performa dan standar
layanan profesi yang terbaik.
2. Kompetensi; konselor perlu memelihara standar kompetensi profesi yang terbaik.
3. Standar moral dan legal; publik akan sangat peka terhadap kualitas layanan yang diberikan
para konselor.
4. Kerahasiaan; melindungi infomasi konseli dari pihak yang tidak semestinya.
5. Kesejahteraan konseli; konselor menghormati dan melindungi kesejahteraan konseli. Konseli
juga harus memiliki kebebasan memilih untuk memperoleh kesejahteraannya.
6. Hubungan profesional; konselor harus memberikan hak, kompetensi, dan kewajiban-kewajiban
sejawat, profesional lain dan organisasi profesi tempat mereka bernaung.
7. Penggunaan instrumen; konselor menggunakan instrumen yang relevan untuk mengembangkan
dan menggunakan teknik-teknik pengukuran yang diarahkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan konseli. Remley & Herlhy, 2005; Wilcoxon et al., 2007 dalam Gladding
menuliskan lima prinsip etik yang berhubungan dengan aktivitas dan pilihan etik konselor, yaitu:
1. Benefience/perbuatan baik artinya melakukan yang baik dan mencegah kerugian.
2. Nonmaleficence artinya tidak mengakibatkan kerugian/rasa sakit.
3. Autonomy/otonom artinya memberikan kebebasan dalam memilih dan pengambilan keputusan
sendiri.
4. Justice/adil.
5. Fidelity/kesetiaan artinya berpegang teguh pada komitmen.
C. Batas-batas Kewenangan Profesi Konselor
Dalam literatur konseling masih sedikit pembahasan tentang topik batas-batas profesional
(professional boundaries). Kalaupun ada, kesimpulan-kesimpulan yang diambil kebanyakan
berdasarkan catatan anekdot dan opini pribadi konselor. Upaya untuk melakukan eksplorasi
terhadap topik ini sering terdistorsi karena persoalan batas-batas profesional sangat kompleks dan
kadang tidak jelas, karena tergantung pada kesadaran konselor apakah perilakunya bersifat
membantu atau tidak. Ketika keseimbangan perilaku konselor terganggu, maka hubungan
menjadi terdistorsi dan bersamaan dengan itu persoalan batas-batas kewenangan konselor
(boudaries) menjadi isu yang mengemukan. Batas profesional terkait dengan pemberian layanan
profesional dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya dituntut untuk bersikap responsif terhadap
masalah batas tersebut. Menurut Freud, kalangan psikoterapis perlu merespon perasaan yang
diproyeksikan konseli dengan perspektif ”tabula rasa” atau ”blank state”. Isu-isu yang terkait
dengan batas-batas profesional seperti kerahasiaan, hegemoni politik, dan tekanan
kemasyarakatan merupakan hal yang sangat penting untuk disorot. Namun ketika hal ini muncul
selalu saja ada debat panjang dan perubahan perspektif terhadap hak individu di satu pihak dan
hak masyarakat di lain pihak. Oleh karena itu, keberadaan konvensi, aturan main dan hukum
sangat penting untuk merespon persoalan batas-batas profesional.
Hubungan profesional merupakan ”fiduciary contract” dalam arti konseli
menginvestasikan kepercayaannya kepada konselor, namun kedua belah pihak tetap memiliki
tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mempertahankan batas profesional selalu menjadi hal
yang sulit dalam hubungan membantu (helping relationship). Berikut ini beberapa contoh bentuk
pelanggaran terhadap batas profesional yang dijumpai dalam buku ”The Secret Ring: Freud inner
Circle and Politics of Psychoanalysis” dan buku yang berjudul ”A Dangerous Method”. Dalam
buku itu dipaparkan berbagai bentuk perilaku terapis yang bersinggungan dengan isu-isu batas
profesional. Sebagai contoh adalah Melanie Klein-pakar yang berorientasi psikoanalisis, meminta
kliennya untuk berlibur bersama dan memberikan terapi sambil tiduran di kamar hotel; atau Ernes
Jones yang menggunakan anggota keluarganya sendiri sebagai unit analisis ketika
mengembangkan teori stress. Tidak kalah fenomenal adalah Sigmund Freud menganalisis
perilaku anaknya sendiri yang bernama Anna Freud yang belakangan diungkapkan oleh anaknya
bahwa dirinya merasa dieksploitasi ketika memperoleh terapi dari orang tuanya. Selain itu ada
beberapa pakar juga memiliki hubungan romantik atau keterlibatan seksual dengan bekas
kliennya. Misalnya Carl jung yang terlibat hubungan asmara dengan mahasiswanya yang
bernama Sabina Spielrein ketika ia mengalami gangguan emosional dan Kren Horney memiliki
hubungan seksual dengan salah seorang kliennya yang bernama Leon Soul, Otto Rank dengan
bekas pasiennya
Dalam beberapa kode etik, istilah ”dual relationship” atau multiple realtionship,
berpotensi untuk diselewengkan menjadi keintiman yang tidak pada tempatnya. Sonne (1994)
mengemukakan bahwa kode etik Asosiasi Psikologi Amerika belum memberikan makna yang
jelas tentang ”multiple relationship” dan ekses negatifnya. Bagaimananpun kontak dengan klien
di luar hubungan psikoterapi tidak dapat dibatasi sehingga potensial terjadinya konflik
kepentingan dan merusak hubungan profesional. Dengan kata lain terjadi ”overlapping
relationship” antara konselor dan konseli sulit dihindari.
Penelitian yang dilakukan Borys (1988) tentang ”boundaries issues” yang pengumpulan datanya
menggunakan instrumen ”social scale involvement” menunjukkan bahwa 40 dari 44 terapis
melakukan pelanggaran berbentuk ”post termination sexual relationship” dan jika diklasifikasikan
sebanyak 55% masuk kategori erotik dan 79,4% bersifat non erotik, termasuk diantaranya adalah
(a) menjadi sahabat klien setelah terapi berakhir, (b) menceritakan stress pribadi kepada klien, (c)
mengundang klien ke kantor atau klinik, (d) makan di luar bersama klien setelah sesi terapi, dan
(e) mengundang klien ke pesta pribadi atau acara sosial.
D. Problem Etik dan Hukum dalam Konseling
Diakui bahwa kajian hukum dalam layanan konseling di bangku kuliah nyaris tidak
tersentuh sehingga tidak heran jika sebagian besar konselor muda dan sebagian praktisi
bimbingan dan konseling sangat awam pemahaman aspek legal hubungan konseling. Padahal
profesi ini juga diatur oleh standar legal. Legal menunjuk pada ”hukum atau keadaan yang sesuai
dengan hukum,” dan hukum menunjuk pada ”seperangkat aturan yang diakui oleh negara”.
Meskipun diakui tidak ada bentuk hukum yang umum , yang memayungi profesi pemberi
bantuan26. Namun, ada beberapa keputusan pengadilan dan undang-undang yang mempengaruhi
opini legal dalam konseling dan konselor harus terus memperbaharuinya.
Kaitan hukum dan konseling tidak hanya berurusan dengan penanganan atau tindakan
atas dugaan pelanggaran kode etik atau malpraktek tetapi juga perlu untuk mendapat lisensi dan
sertifikasi. Stude & McKelvey, 1979 dalam Gladding menyatakan dalam banyak kasus, hukum
”biasanya membantu atau netral” terhadap kode etik profesional dan konseling secara umum.
Hukum mendukung lisensi atau sertifikasi untuk konselor sebagai piranti yang menjamin bahwa
orang yang memasuki profesi tersebut sudah mencapai sekurang-kurangnya standar minimal.
Selain itu juga mendukung ”kerahasiaan pernyataan dan rekaman yang diberikan oleh konseli
selama terapi”
6. Spesialisasi Profesi Konseling Di Masyarakat
A. Asosiasi Konseling Karier dan Kredensial
National Creer Development Association (NCDA) dan National Emplayment
Counselors Association (NECA) merupakan dua devisi di dalam American
Counseling Association (ACA) yang secara khusus ditunjuk untuk pengembanga
karier dan konseling. Asosiasi tersebut terdiri atas para profesional dalam bidang bisis
dan industri, badan-badan rehabilitasi, pemerintah, praktik swasta dan lingkungan
pendidikan yangberafilasi dengan klompok minat khusus.
B. Lingkup Konseling karier dan Karier
Konseling karir adalah suatu disiplin gabungan, serinkali disalah artikan dan
tidak selalu dihagai sepenuhnya oleh profesional pemberi batuan, orang-orang bisnis,
masyarakat umum, ataupun pemerintah. Konselor karir harus benar-benar
mempertimbangkan banyak faktor, saat membantu orang membuat kepuusan karir.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah minat profesi, usia atau tahap dalam
kehidupan, kematagan, jenis kelamin, kewajiban keluarga, dan peran sosial. Beberapa
faktor tersebut direpresentasikan dalam berbagai cara. Misalnya Integrasi dan
intraksipekerjaan dan kesenangan dalam karir seseorang sepanjang hidupnya.
C. Konseling Perkawinan, pasangan, dan keluarga
Hubungan perkawinan dan kehidupan keluarga berakar pada masa lampau.
Bik diatur oleh keluarganya maupun mereka berdua, pria dan wania selalu
berpasangan dalam sutau ikatan yang direstui oleh agama dan masyarakat untuk
alasan ekonomi, sosial,dan reproduksi. Istilah perkawinan, pasangan dan keluarga
mempunyai kootsi yang berbeda-beda di dalamberbagai masyarakat. Perkawinan pada
umumnya di pandang sebagai suatu ikatan esmi secara keagamaan atau sosial antara
dua orang dewasa atas alasan ekonomi atau reproduksi. Sedangkan pasagan adalah
istilah yang lebih bersifat tidak formal dan lebih luas pengertinnya
Konseling perkawinan, pasangan dan keluarga adalah bidang yang populer
dimata para konseor. Setidaknya ada tiga alasanya antara lain:
Pertama, kesadaran bahwa manusia secara lagsung terpengaruh oleh
bagaimana keluarga mereka berfungsi
Kedua, konseling keluarga dan pasangan menarik dilihat dari pertimbangan
finansial. Permasalahan sering kali dapat ditangani lebih ekonomis, jika
konsling diberikan pada pasangan atau keluaga berbaregan.
Ketiga, sifat komprehensif dari konseling perkawinan, pasangan da
keluargamembuuatnya lebih menarik secara instrinsik.
D. Konseling Sekolah Secara Profesional
Bidang konselig sekolah melibatkan suatu kisaran, usia, tahap perkembangan,
pengalama, latar belakang, dan tipe permasalahan yg luas. Di Amerika Serikat lebih
dari tiga setengah juta anak memulai pendidikan formulanya setiap tahun sementara
jutaan lainnya melanjutkan sekolah mereka. Seperti anak di negara lain, di amerika,
anak sekolah menghadai suatu rangkaian dan proses yang kompleks, yang mmpunyai
dampak sememntara maupun permanen pada diri meraka.
Konselor sekolah dan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
membantu anak-anak dan reamaja menjadi lebih maju dalam bidang akademikdan
perkembangan dengan lebih merasa aman, mempunyai hubungan yang lebih baik
dengan guru, percaya bahwa pendidikan mereka relevan dengan masa depan mereka,
menghadapi masalah yang lebih sedikit di sekolah dan mendapatkan nilai yang lebih
tinggi.
E. Koseling Perguruan Tinggi dan Layanan Kehidupan Mahasiswa
Pendidikan tinggi adalah satu pengalaman yang paling berharga di Amerika
Serika, yang diikuti 12 sampai 13 juta orang stiap tahunnya. Layanan kehidupan
mahasiswa dan konseling di akademik dan kampus perguruan tinggi AS pertama kali
muncul pada awal abad ke-20. E.G. Williamson. Sejak tahun 90-an, gagsan mengenai
pentingnya layanan kehidupan mahasiswa, perkembanyan mahasiswa dan konseling
semakin di terima dan mejadi bagian akan dari apa yang disebut sebagai bidang
urusan kemahasiswaa.
Adapun layanan yang mereka tawarkan yaitu sebagai berikut:
Layanan yang berkaitan dengan prilakumahasiswa
Layanan yang berkaitan dengan menggambarkan karaktristik mahasiswa
Layanan yang berkaitan dengan perkembangan siswa
Layanan yang berkaitan dengan kinerja akademis.
Konseling perguruan tinggi sebagi suatu profesi yang baru dimualai sesudah
akhir tahun 1940 –an. Tertundanya konseling perguruan tinggi oleh pandangan
kultural yang dominan bahwa sebgaian besar mahasiswa yang masuk perguruan tinggi
mempunyai penyesuaian diri yang baik, danbahwa satu-satunya profesional yang
dapat membantu bagi mahasiswa perguruan tiggi yang mengalami distres mental.
Ada empat model utama dari layanan konseling yang lebih diikuti oleh pusat
konseling peguruan tinggi antara lain:
Konseling sebagai Psikoterapi. Model ini menekankan konseling jangka
panjang untuk jumlah kecil mahasiswa.
Konseling sebagai bimbingan pekerjaan. Model ini menekankan pada
membantu mahasiswa menghubungkan urusan karir dengan akademis secara
produltif
Konseling sebagaimana definisi tradisionalanya. Model ini menekankana pada
kebradaan layanan konseling yang luas, termasuk hubungan jangka pendeng
atau jangka panjang dan yang menangani permasalahan pribadi, akademis, dan
karir
F. Konseling Korban Penganiayaan dan Penyandang Cacat
Konselor dari berbagai latar belakang menangani klien yang memiliki masalah
penganiayaan dan penyandang cacat. Konselor yangmerupakan ahli dalam bidang
perawatan ini memusatkan diri pada sejumlah bidang, termasuk meingkatkan daya
hidup sehat,identiikasi dan menghasil dan penghilangan peyebab stres, modifikasi
lingkungan yang tercemar, memelihara atau merestorasi kesehatan fisik dan mental.
Penganiayaan adalah penyalahgnaan atau perlakuan yang salah terhadap orang
lain, tempat, maupun benda-benda. Secara alami apat bersifat aktif maupun pasif,
namun hasil akhirnya biasanyaakan merusak siapapun yang terlibat didalamnya.
Orang yang melakukan peganiayaan karena sejumlah alsan, namun hal ini tiak
mengurangi atau menghilangkan hasil dari tindakan mereka.
Penganiayaan interpersonal meliputi kekerasan atau peelantaran kepada orang
lain, khusunya di dalam satu keluarga contohnya saudara kandug, pasangan, anak-
anak, bentunya biasanya halus atau tidak kentara seperti pengaiayaan emosional, atau
nyata, seperti kekerasan fisik. Penganiayaan pada anak termasuk memrintah dan
menelantarkan anak merupakan keprihatinan besar dalam kehidupan keluarga-
keluarga di Amerika yang setiap tahunnya ada lebh dari 2,5 juta anak yang menjadi
korban penganiayaan dan peelantaran. Efek dari pengaiayaa anak, erutama
penganiayaan emosi dan psikologi adalah agresi, kejahatan, dan bunuh diri, selain
gangguan kognitif, akademis dan psikologis dalam diri anak.
Program pencegahan di area pengaiayaan antarpribadi adalah terutama bersifat
pendidikan. Fokus program ini adalah mengajarkan keahlian mendengarkan dan
intraksi hubungan yan tepat. Beberapa program di dasarkan pada teori Adler.
Meskipun bentukya multipel, program pencegahan biasanya menekankan pada
kooperasi, kolaboasi dan harga diri. Salah satu program seperti itu adalah
memperkaya suatu perkawinan. Pengobatan untuk penganiayaan antarpribadi cukup
relevan. Empat pengobatan yang peling umum untuk penganiayaan pasangan adalah
perkawinan, pelatihan manejmen kemarahan, terapi individual dan program
pengendalian konflik domestik.
Sedangkan konseling untk penyandang cacat cukup relevan juga di kehidupan
pendudk Amerika 54 juta penduduk Amerika 1 dari 6 orang mengalami cacat fisik,
sensoris, psikiatri atau kognitif yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dibidang
apapun pekerjaannya, konselor akan menemukan orang-orang dengan kecacatan.
Konseling rehabilitasi, suatu spesialis dalam konseling profesi, memusatkan diri
terutama dalam melayani terutama individu yang mengalami kecacatan.
G. Koseling Kesehatan Mental dan komunitas
Bekerja di lingkungan konseling kesehatan mental atau konseling komunitas,
termasuk praktik pribadi, merupakan tujuan dari banyak konselor. Mereka yang
memilih hal ini biasanya melakukannya karena berbagai alasan. Sejumlak praktisi
dalam konseling kesehatan mental merupakan anggota American Mental Healt
counselor Association.
Kinerja fungsi mental yang sukses, yang menghasilkan akivitas produktif,
hubugan dengan orang lain yang memuaskan dan kemampua beradaptasi dengan
perubahan dan menangani kesulitan dari sejak masa kanak-kanak sampai kehidupan
berikutnya, kesehatan mental adalah modal untuk berfikir dan keahlian
berkomunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi, fleksiblitas, dan percaya diri.
Konseling komunitas juga mempunyai awal yang khas. Istilah ini diciptakan
pada awal tahun 1970-an pertama kali oleh Amos da Wiliams dan dilanjutkan oleh
Lewis and Lewis 1977. Sayangnya istilah tersebut tidak spesifik pada awalnya dan
umumnya digunakan untuk menyebut konselor di lingkungan komunitas. Kemudian
Lewis and Lewin berusaha untuk mengklarifikasi, akan tetapi usaha untuk
mengklarifikasi tidak membantu banyak untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas
tentang apakah konseling komunitas itu.
Yang mengejutkan disi adalah tidak adanya devisi konselig komunitas apa pun
yang pernah dilahirkan di dalamAmerican Conseling Association. Sebagai gantinya,
didalam ACA didirikan komite dan kelompok-kelompok minat di bidang konseling
komunitas seperti asosiasi pendidian dan supervisi dengan pengaja-pengajar konselor
meminjamkan cara dalam mendefinisikan penekanan dan spesialisasi mereka. .