Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RESUME MATERI KODE ETIK KONSELING

DOSEN PENGAMPU: Dyah Lutfia Kirana, M.Pd.

Disusun oleh;

Uswatun Hasanah (180303090)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2019/2020
1. Asesmen BK Dalam Pandangan Kode Etik BK
Asesmen merupakan salah satu bagian dari pengukuran. Dalam konteks bimbingan
dan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan
konselor sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan atau berlangsung.
Asesmen merupakan merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang
ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah
asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses
terapi maupun semua kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri.
1. Kognitif
Ranah kognitif merupakan ranah yang mencakup berbagai kegiatan
mental (otak). Semua yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam
ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek,
yaitu:Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), Pemahaman (comprehension),

Penerapan (application), Analisis (analysis), Sintesis ( syntesis),


Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengandemikian
aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi yaituevaluasi.
2. Afektif
Ranah afektif merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai
yang berbeda-beda. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan,
minat, sikap, emosi, dan nilai masing-masing. Beberapa pakar mengatakan bahwa
sikap seseorang dapat akan diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.Ranah afektif terbagi
menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:Receiving atau attending
( menerima atau memperhatikan), Responding (menanggapi) mengandung arti
“adanya partisipasi aktif”, Valuing (menilai atau menghargai), Organization
(mengatur atau mengorganisasikan), Characterization by evalue or calue complex
(karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai).
3. Psikomotorik
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang erat berkaitan dengan
keterampilan (skill) taukemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu yang telah mereka tekuni. Hasil belajar psikomotor
ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan berperilaku), namun tidak sama. Ranah
psikomotorik adalah berhubungan dengan aktivitas fisik,misalnya lari, melompat,
melukis, menari, memukul, dan sebagainya.Dari hasil belajar keterampilan
(psikomotor) dapat diukur melalui Pengamatan langsungdan penilaian tingkah
laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung,Sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikapBeberapa waktu sesudah
pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Ada beberapa ruang lingkup assesmen BK yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Assesment
Yaitu asesmen yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai
status dari suatu sistem, yang membedakan antara apa ini (what is it) dengan apa
yang diinginkan (what is desired) sesuai dengan kebutuhan dan hasil konseling
serta tujuan yang sudah dituliskan, ditetapkan serta diharapkan dalam proses
konseling.Proses konseling dilaksanakan untuk mengetahui kemauan serta
keinginan seorang konseli. Seorang konselor perlu mendapatkan informasi secara
detail agar tidak terjadi ketimpangan dalam menyusun suatu program yang
menjadi salah satu media pelayananan dalam proses konseling.
2. Proram planning
Yaitu perencanaan program untuk memperoleh informasi-informasi yang
dapat digunakan untuk membuat keputusan dan untuk menyeleksi bagian-bagian
program yang efektif dalam pertemuan-pertemuan antara konselor dengan klien,
untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus pada tahap pertama.
Disinilah muncul fungsi evaluator dalam asesmen yang memberikan informasi-
informasi nyata yang potensial.Konselor merencanakan program yang dijadikan
sebagai media atau alat untuk memperoleh informasi atau untuk
mengembangkannya.
3. Program Implementation
Yaitu bagaimana asesmen dilakukan untuk menilai pelaksanaan program
dengan memberikan informasi-informasi nyata yang menjadikan program-
program tersebut dapat dinilai sesuai dengan pedoman yang ada.
4. Program Improvement
Yaitu asesmen dapat digunakan dalam perbaikan program, diantaranya
adalah yang berkenaan dengan:
a) Evaluasi terhadap informasi-informasi yang nyata
b) Tujuan yang akan dicapai dalam program
c) Program-program yang berhasil
d) Informasi-informasi yang mempengaruhi proses pelaksanaan program-
program yang lain.
5. Program Certification
Yaitu merupakan tahap dari akhir kegiatan. Menurut Center for the study
of evaluation (CSE), program sertifikasi merupakan suatu program evaluasi
sumatif. Hal ini memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan
evaluasi akhir sebagai dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam
hal ini evaluator berfungsi sebagai pemberi informasi mengenai hasil evaluasi
yang akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan.
2. Diagnosis, Prediksi, dan Penggunaan Tes Dalam Pandangan Kode Etik BK
A. Diagnosis
Dalam bidang bimbingan dan konseling diagnosis menurut (blocher, D, H) merupakan
proses dimana ahli konseling memahami klien, dunia klien, dan memahami intraksi klien
dengan dunia yang di hadapinya. Namun sebenarnya, diagnosa dalam kesehatan dan
konseling sebenarnya berbeda. Bagi dokter, proses diagnosa bertujuan untuk menemukan
satu kesatuan menyeluruh gambaran penyakit tertentu, misalnya yang memungkinkan dokter
tersebut menerapkan terapi yang berbeda-beda. Diagnosa dalam pengertian ini melibatkan
penyelidikan gejala-gejala penyakit, melaksanakan pengujian laboratorium untuk mengetahui
agen-agen penyebab penyakit tersebut, dan sebagainya. Diagnoisa dengan demikian
mendahului tahap perawatan dan dilaksanakan dengan beberapa tahapan secara menyeluruh.
Terdapat empat keuntungan dari ada digunakannya diagnosis menurut Wiramihardja,
S sebagai berikut:
a. Fungsi utama diagnosis adalah komunikasi. Misalnya di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan PPDGJ III sebagai pegangan diagnostic untuk gangguan kejiawaan bagi mereka
yang bekerja dalam kalangan rumah sakit jiwa, sehingga untuk seseorang pasien terdapat
persamaan pandangan di antara pihak-pihak yang menanganinya (karena bisa jadi seorang
pasienditangani oleh lebih dari satu pihak saja).
b. Penggunaan diagnosis dapat membangun riset psikopatalogi. Klinikus, misalnya, dapat
membandingkan pasien dengan diagnosis tertentu dengan kelompok lain yang
memperlihatkan gejala yang sama tetapi lain diagnosisnya.
c. Gejala-gejala yang berbeda tipis, riset untuk etiologi, atau penyebab-penyebab, mengenai
perilaku abnormal akan hamper tidak mungkin untuk dilakukan tanpa system diagnostic yang
baku.
d. Untuk gangguan tertentu dapat dipilih terapi mana yang kiranya dapat efektif digunakan
B. Prediksi
Dalam banyak kasus prediksi menjadi alat penting untuk membantu klien sendiri.
Klien mungkin ingin prediksi tentang probabalitas keberhasilan diperguruan tinggi,
ketekunan dalam pekerjaan atau salah satu dari banyak situasi lainnya.
Masalah prediksi yang terlibat dalam dua kategori ini agak berbeda. Dalam kasus pertama
dimana prediksi terjadi untuk tujuan pengujian dan menyempurnakan teori pembimbing atau
pemahaman, proses prediksi melibatkan Meehl (9) istilah yang “prediksi klinis” sebuah klinik
prediksi hanyalah salah satu yang sulit atau tidak mungkin memisahkan dari yang lainnya.
Dari pada menggunakan metode klinis prediksi konselor malah mungkin menggunakan
metode aktual. Dia mungkin akan mendapatkan serangkaian tes bakat kuliah bagi klien,
memasukkannya kemeja harapan dan membuat sebuah prediksi yang didasarkan pada
pengalaman sekolompok orang lain dengan skor yang serupa dengan kliennya. Dari prediksi
aktual konselor dapat menentukan tingkat probabilitas kegigihan di perguruan tinggi untuk
orang-orang dengan nilai tes seperti klien ini. Dalam kasus ini sebuah perguruan tinggi
prdiksi aktual ketekunan dan prediksi klinis mungkin memberikan hasil persis berlawanan.
Penelitian membandingkan efesiensi aktual dan metode klinis prediksi dalam situasi dimana
keduanya sama-sama berlaku, biasanya memberikan hasil menguntungkan dan sangat
bergantung pada metode aktual, pilihan metode ini sama sekali tidak mudah.
Namun bahkan dalam kehadiran data ini para penasehat perlu terus membuat dan
menguji klinis prediksi dalam rangka untuk memperbaiki teori pribadinya. Dia tidak perlu
memberi prediksi ini kepada kliennya kecuali jika ia mempunyai alasan percaya bahwa
mereka akan lebih berguna dari pada membuat prediksi serupa dari data aktual. Aktual dalam
situasi dimana data yang tersedia, konselor perlu membandingkan efisiensi dengan prediksi
bahwa dari metode aktual dan klien untuk digunakan metode yang lebih efisien.
C . Penggunaan tes konseling
Berbagai pendapat telah diungkapkan secara luas efek tes yang baik, buruk, tidak
bermoral, tidak adil, amerika tidak berguna, sempurna, dan lain-lain kenyataannya, tentu saja
bahwa tes itu sendiri tidak ada hal-hal lain. Tes psikologi hanyalah sebuah sampel perilaku
yang diambil dibawah kondisi standar dari mana kita menyimpulkan perilaku lain.Memberi
atau menggunakan tes dalam konseling tidak lebih menunjukkan diagnostik atau evaluatif
sikap kemudian membuat jenis lain inferensi. Tes itu sendiri hanya perangkat membuat
pengamatan. Hanya ketika pengguna informasi tes mulai membuat kesimpulan dari
pengamatan ini yang kemudian menjadi tidak adil, berdasarkan, atau hanya salah dalam
bermain
Bakat pernah dapat dikukur secara langsung hanya penampilan dapat langsung
diamati. Dalam merancang apa yang disebut tes bakat, oleh karena itu kami merencanakan
untuk mngamati kinerja yang selalu belajar atau dicapai dan kita kmudian menyimpulkan
bakat. Kami mengukur prestasi dan menyimpulkan bakat. Ketika kita bergerak diluar
pengamatan untuk menyimpulkan konstruksi psikologis, asumsi kunci tertentu harus
dilakukan. Sangat sering sifat asumsi ini dilupakan.Karena tidak bisa mengukur kecerdasan
tetapi harus disimpulkan dari kinerja yang diplajari kita harus mengasumsikan bahwa
perbedaan individu dalam membangun dasar dari kecerdasan yang kita tidak bermaksud
mengambil kesimpulan. Kesimpulan ini hanya masuk akal sama sekali jika kita bersedia
membuat asumsi bahwa semua mata pelajaran pada pengamatan yang dibuat memiliki
kesempatan yang sama untuk belajar atau prestasi kinerja yang diukur.
3. Program Evaluasi BK Dalam Kode Etik BK
Evaluasi bisanya mencakup pengmpulan informasi yang bermakna tentang berbagai
aspek dari program konseling untuk menuntun pengambilan keputusan prihal alokasi sumber
daya dan memastikan kemaksimalan efektivitas program .
Tahap-tahap Evaluasi
a. Dalam perumusan program evaluasi mencakup penilaian kebutuhan . Agar
konselor dapat dimengerti pertama-tama dia harus mengidentifikasi maslah atau
isu penting yang ada dalam programnya.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran kinerja, baik hasil terakhir suatu program dan
hasil optimal suatu program diseskripsikan dalam bentuk saran kinerja yang bisa
diukur
c. Mendesain program. Ketika suatu program dikembangkan untuk memenuhi
sasaran yang ditetapkan , aktivitas yang berfokus pada tujuan dapat didesain
secara tepat.
d. Memperbaiki dan merevisi suatu program. Aktivitas khusus dan kedekatan pola
komunikasi keduanya dievaluasi.
e. Mencatat dan melaporkan hasil program. Tugas ini terutama diklaukan dengan
mempublikasikan temuan dari evaluasi program kepada masyarakat umum.
4. Penelitian BK Dalam Padangan Kode Etik
Profesi konseling memiliki hubunga yang panjang dan ambivalen dengan riset. Kata
riset memiliki sedikit kemisteriusan didalamnya. Beberapa konselor tertarik dengan riset
karena kemisteriusannya dan karena secara umum mereka berminat dalam investigasi.
Namun dikalangan konselor yang lain kata riset ini menimbulkan reaksi emosional seperti
ketakutan, kegelisahan, dan bahkan meremehkan.
Adapun faktor yang menyebabkan konselor memiliki pandangan negatif tentang riset
adalah sebagai berikut:
 Kurangnya pengetahuan mengenai metode riset
 Program yang mereka kerjakan tidak mempuyai tujuan dan sasaran yang jelas
 Kurangya kesadara tentang pentingnya riset dalam perencanaan prosedur perawatan
yang efektif
 Ketakutan mendapatkan hasil yang negatif
 Komentar yang mengecilkan hati dari kolega
 Kurangnya dukungan keuangan
 Bakat yang rendah dan kemampuan yang terbatas untuk melakukan studi investigasi
Ada banyak definisi tentang riset, namun yang terbaik adalah definisi dari Barkley
(1982). Riset adalah pengumpulan sistematis, pengorganisasian, dan penginterprestasian
observasi untuk menjawab pertanyaan yang tidak menghasilkan kebenaran denga mudah.
Kualitas riset bergantung pada tingkat diatasinya hambata dan cara yang digunakan untuk
menjawab pertanyaan seyakin mungkin dengan meminimalkan pengaruh kontaminasi.
Ada beberapa tahap dalam proses riset yaitu sebagai berikut:
 Pernyataan masalah. Pernyataan ini harus jelas dan singkat. Jika ada kerancauan
pada tahap ini, investigasi hanya akan memberi sedikit manfaat
 Identifikasi informasi yang dibutuhkan untuk memcahkan masalah. Tahap ini
mencakup berbagai informasi yang diperoleh dari sumber-sumber sperti tes
pendidikan dan psikologi atau observasi sistematis, termasuk eksperimen.
 Seleksi atau mengembangkan cara pengumpulan data. Cara yang bisa di pakai
untuk pegumpulan data adalah survei, tes dan lembar laporan observasi. Jika
peneliti tidak dapat menemukan cara yang tepat, dia harus mengembangkannya
sendiri dan kemudian menguji keandalan dan eabsahannya.
 Identifikasi target populasi dan prosedur sampel. Jika ukuran kelompoknya cukup
kecil, seluruh populasi dapat diteliti.
 Desain prosedur pengumplan data. Tahap ini meliputi mempertimbangkan
bagaimana, kapan, di maa, dan oleh siapainformasi akan dikumpulkan
 Pengumpulan data. Suatu prosedur yang sistematis diterapkan untuk memperoleh
informasi yang di inginkan.
 Analisis data. Prosedur tertentu digunakan pada tahap ini untuk mengorganisasika
data dalam susunan yang bermakna dan menetukan apakah data ini dapat
memberi jawaban untuk masalah yang sedang di investigasi.
 Persiapan lapora. Hasil riset harus tersedia untuk orang lain dalam bentuk yang
bermakna, seperti artikel jurnal atau presentasi profesional
Metode riset yang di pilih konselor ditentukan oleh permasalahan yang mereka coba
jawab, ketertarikan utama mereka, dan waktu serta sumber daya yang mereka sediakan untuk
riset tersebut. Metode dan cara memperoleh data berbeda-beda antara riset yang dilakukan
pada konselin perorangan, kelompok, atau pasangan/keluarga. Strategi riset yang merupakan
kekuatan penuntun atau latar belakang yang mengarahkan suatuproyek riset, dimaksudkan
untuk mendapatkan investigatror pada kedudukan yang menguntungkan. Metod riset utama
dapat dipilih antara metode-metode yang memunculkan data dati titik pandang historis,
deskriptif, atau eksperimental.
5. Aspek Etik dan Legal Dalam BK
A. Etik, Hukum dan Konseling
Konseling sejatinya merupakan hubungan membantu (helping relationship) yang
dilakukan oleh tenaga profesional terlatih dalam bidang konseling. Proses konseling dibangun
dengan menciptakan hubungan komunikasi mendalam antara klien (konseli) dan konselor.
Hubungan mendalam dapat tercipta secara bertahap terutama jika antara konselor dan konseli
belum saling kenal. Oleh karenanya, diperlukan beberapa kali pertemuan untuk sampai pada
hubungan komunikasi yang mendalam.
Dalam prakteknya, hubungan membantu ini tidak selalu berjalan mulus. Ada banyak
persoalan, baik yang menyangkut masalah etik maupun masalah hukum yang terkadang keduanya
tidak selalu sejalan. Sependapat dengan Gladding bahwa etik dan hukum merupakan dua cara
berfikir yang berbeda. Dalam bukunya, Gladding menunjukkan bahwa pengacara dan konselor
cenderung dengan cara yang berbeda. Ke dua profesi dalam spesialisasi tersebut menghabiskan
sebagian besar kehidupannya dalam dua budaya yang berbeda dan mendasarkan praktik mereka
pada cara pandang yang unik. Untuk alasan inilah, ada “alasan kuat untuk mempertimbangkan
konseling dan sistem legal dari perspektif lintas budaya” (Rowley & MacDonald, 2001, p.425). 18

Untuk melihat perbedaan cara berfikir ke dua profesi tersebut, Gladding menyajikan perbedaan
relatif dalam budaya antara konseling dan hukum berikut.
• Sistematis dan pemikiran linier
• Artistik, pengertian subyektif-obyektif
• Pertumbuhan, memperioritaskan terapi
• Fokus pada individu atau kelompok kecil
• Perioritas pada perubahan
• Relativitas, pengertian kontekstual
• Kooperatif, menekankan pada relasi
• Rekomendasi, menekankan konsultasi
• Berdasarkan etik, pengalaman, pendidikan
• Cara pandang deterministik atau yang tidak diketahui, atau keduanya, diterima.
Sedangkan cara berpikir Hukum
• Pemikiran linier
• Objektif, pengertian keadilan
• Permintaan, memprioritaskan perlindungan
• Fokus pada masyarakat
• Prioritas pada stabilitas
• Pengertian dikotomi normatif
• Dakwaan, menekankan pada fakta yang ditemukan
• Sanksi legal dan menekankan batasan
• Berdasarkan pemikiran legal
• Cara pandang deterministik
Agar sukses dalam menjalankan profesi konselor, Gladding menyarankan menempuh beberapa
cara berikut:
1. Menjadi “lebih berpengetahuan dengan elemen-elemen yang umum dalam kesehatan mental
dan dalam hukum”
2. Mengerti dan mempersiapkan diri untuk bekerja dengan elemen-elemen hukum tersebut yang
berbeda dengan budaya dengan kesehatan mental” seperti mencari informasi dari konselor tanpa
pemberitahuan yang layak.
3. Meninjau kembali Kode etik profesi BK dan kode etik relevan lainnya setiap tahun
4. Berpartisipasi dalam program pendidikan berkelanjutan yang meninjau kembali hukum-hukum
yang tepat untuk konseling khusus.
5. Mempelajari kembali sistem legal termasuk “organisasi dan publikasi yang mempertemukan
kesehatan mental dengan sistem legal” (misalnya, American Psychology-Law Society News)
6. Membuat hubungan kolaborasi dengan pengacara, hakim atau praktisi legal lainnya
7. Membangun hubungan dengan konselor yang lebih mengetahui dunia hukum dan
8. Berkonsultasi atau menerima umpan balik atas keputusan yang mungkin terjadi, ketika ada
dilema etik-legal (Rowley & MacDonald, 2001, pp.427-428).
B. Prinsip-prinsip Etis dalam Profesi Konseling
Konselor profesional akan memperhatikan kinerjanya untuk selalu mengutamakan
kesejahteraan konseli dan kepercayaan masyarakat. Sistem nilai yang diyakini konselor
merupakan penentu dalam perilaku etis. Prinsip-prinsip etis yang didasarkan kepada nilai-nilai
sosial dalam profesi konseling antara lain 21:
1. Tanggung jawab; konselor memiliki tanggung jawab untuk melakukan performa dan standar
layanan profesi yang terbaik.
2. Kompetensi; konselor perlu memelihara standar kompetensi profesi yang terbaik.
3. Standar moral dan legal; publik akan sangat peka terhadap kualitas layanan yang diberikan
para konselor.
4. Kerahasiaan; melindungi infomasi konseli dari pihak yang tidak semestinya.
5. Kesejahteraan konseli; konselor menghormati dan melindungi kesejahteraan konseli. Konseli
juga harus memiliki kebebasan memilih untuk memperoleh kesejahteraannya.
6. Hubungan profesional; konselor harus memberikan hak, kompetensi, dan kewajiban-kewajiban
sejawat, profesional lain dan organisasi profesi tempat mereka bernaung.
7. Penggunaan instrumen; konselor menggunakan instrumen yang relevan untuk mengembangkan
dan menggunakan teknik-teknik pengukuran yang diarahkan untuk kepentingan dan
kesejahteraan konseli. Remley & Herlhy, 2005; Wilcoxon et al., 2007 dalam Gladding
menuliskan lima prinsip etik yang berhubungan dengan aktivitas dan pilihan etik konselor, yaitu:
1. Benefience/perbuatan baik artinya melakukan yang baik dan mencegah kerugian.
2. Nonmaleficence artinya tidak mengakibatkan kerugian/rasa sakit.
3. Autonomy/otonom artinya memberikan kebebasan dalam memilih dan pengambilan keputusan
sendiri.
4. Justice/adil.
5. Fidelity/kesetiaan artinya berpegang teguh pada komitmen.
C. Batas-batas Kewenangan Profesi Konselor
Dalam literatur konseling masih sedikit pembahasan tentang topik batas-batas profesional
(professional boundaries). Kalaupun ada, kesimpulan-kesimpulan yang diambil kebanyakan
berdasarkan catatan anekdot dan opini pribadi konselor. Upaya untuk melakukan eksplorasi
terhadap topik ini sering terdistorsi karena persoalan batas-batas profesional sangat kompleks dan
kadang tidak jelas, karena tergantung pada kesadaran konselor apakah perilakunya bersifat
membantu atau tidak. Ketika keseimbangan perilaku konselor terganggu, maka hubungan
menjadi terdistorsi dan bersamaan dengan itu persoalan batas-batas kewenangan konselor
(boudaries) menjadi isu yang mengemukan. Batas profesional terkait dengan pemberian layanan
profesional dan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya dituntut untuk bersikap responsif terhadap
masalah batas tersebut. Menurut Freud, kalangan psikoterapis perlu merespon perasaan yang
diproyeksikan konseli dengan perspektif ”tabula rasa” atau ”blank state”. Isu-isu yang terkait
dengan batas-batas profesional seperti kerahasiaan, hegemoni politik, dan tekanan
kemasyarakatan merupakan hal yang sangat penting untuk disorot. Namun ketika hal ini muncul
selalu saja ada debat panjang dan perubahan perspektif terhadap hak individu di satu pihak dan
hak masyarakat di lain pihak. Oleh karena itu, keberadaan konvensi, aturan main dan hukum
sangat penting untuk merespon persoalan batas-batas profesional.
Hubungan profesional merupakan ”fiduciary contract” dalam arti konseli
menginvestasikan kepercayaannya kepada konselor, namun kedua belah pihak tetap memiliki
tugas dan tanggung jawab masing-masing. Mempertahankan batas profesional selalu menjadi hal
yang sulit dalam hubungan membantu (helping relationship). Berikut ini beberapa contoh bentuk
pelanggaran terhadap batas profesional yang dijumpai dalam buku ”The Secret Ring: Freud inner
Circle and Politics of Psychoanalysis” dan buku yang berjudul ”A Dangerous Method”. Dalam
buku itu dipaparkan berbagai bentuk perilaku terapis yang bersinggungan dengan isu-isu batas
profesional. Sebagai contoh adalah Melanie Klein-pakar yang berorientasi psikoanalisis, meminta
kliennya untuk berlibur bersama dan memberikan terapi sambil tiduran di kamar hotel; atau Ernes
Jones yang menggunakan anggota keluarganya sendiri sebagai unit analisis ketika
mengembangkan teori stress. Tidak kalah fenomenal adalah Sigmund Freud menganalisis
perilaku anaknya sendiri yang bernama Anna Freud yang belakangan diungkapkan oleh anaknya
bahwa dirinya merasa dieksploitasi ketika memperoleh terapi dari orang tuanya. Selain itu ada
beberapa pakar juga memiliki hubungan romantik atau keterlibatan seksual dengan bekas
kliennya. Misalnya Carl jung yang terlibat hubungan asmara dengan mahasiswanya yang
bernama Sabina Spielrein ketika ia mengalami gangguan emosional dan Kren Horney memiliki
hubungan seksual dengan salah seorang kliennya yang bernama Leon Soul, Otto Rank dengan
bekas pasiennya
Dalam beberapa kode etik, istilah ”dual relationship” atau multiple realtionship,
berpotensi untuk diselewengkan menjadi keintiman yang tidak pada tempatnya. Sonne (1994)
mengemukakan bahwa kode etik Asosiasi Psikologi Amerika belum memberikan makna yang
jelas tentang ”multiple relationship” dan ekses negatifnya. Bagaimananpun kontak dengan klien
di luar hubungan psikoterapi tidak dapat dibatasi sehingga potensial terjadinya konflik
kepentingan dan merusak hubungan profesional. Dengan kata lain terjadi ”overlapping
relationship” antara konselor dan konseli sulit dihindari.
Penelitian yang dilakukan Borys (1988) tentang ”boundaries issues” yang pengumpulan datanya
menggunakan instrumen ”social scale involvement” menunjukkan bahwa 40 dari 44 terapis
melakukan pelanggaran berbentuk ”post termination sexual relationship” dan jika diklasifikasikan
sebanyak 55% masuk kategori erotik dan 79,4% bersifat non erotik, termasuk diantaranya adalah
(a) menjadi sahabat klien setelah terapi berakhir, (b) menceritakan stress pribadi kepada klien, (c)
mengundang klien ke kantor atau klinik, (d) makan di luar bersama klien setelah sesi terapi, dan
(e) mengundang klien ke pesta pribadi atau acara sosial.
D. Problem Etik dan Hukum dalam Konseling
Diakui bahwa kajian hukum dalam layanan konseling di bangku kuliah nyaris tidak
tersentuh sehingga tidak heran jika sebagian besar konselor muda dan sebagian praktisi
bimbingan dan konseling sangat awam pemahaman aspek legal hubungan konseling. Padahal
profesi ini juga diatur oleh standar legal. Legal menunjuk pada ”hukum atau keadaan yang sesuai
dengan hukum,” dan hukum menunjuk pada ”seperangkat aturan yang diakui oleh negara”.
Meskipun diakui tidak ada bentuk hukum yang umum , yang memayungi profesi pemberi
bantuan26. Namun, ada beberapa keputusan pengadilan dan undang-undang yang mempengaruhi
opini legal dalam konseling dan konselor harus terus memperbaharuinya.
Kaitan hukum dan konseling tidak hanya berurusan dengan penanganan atau tindakan
atas dugaan pelanggaran kode etik atau malpraktek tetapi juga perlu untuk mendapat lisensi dan
sertifikasi. Stude & McKelvey, 1979 dalam Gladding menyatakan dalam banyak kasus, hukum
”biasanya membantu atau netral” terhadap kode etik profesional dan konseling secara umum.
Hukum mendukung lisensi atau sertifikasi untuk konselor sebagai piranti yang menjamin bahwa
orang yang memasuki profesi tersebut sudah mencapai sekurang-kurangnya standar minimal.
Selain itu juga mendukung ”kerahasiaan pernyataan dan rekaman yang diberikan oleh konseli
selama terapi”
6. Spesialisasi Profesi Konseling Di Masyarakat
A. Asosiasi Konseling Karier dan Kredensial
National Creer Development Association (NCDA) dan National Emplayment
Counselors Association (NECA) merupakan dua devisi di dalam American
Counseling Association (ACA) yang secara khusus ditunjuk untuk pengembanga
karier dan konseling. Asosiasi tersebut terdiri atas para profesional dalam bidang bisis
dan industri, badan-badan rehabilitasi, pemerintah, praktik swasta dan lingkungan
pendidikan yangberafilasi dengan klompok minat khusus.
B. Lingkup Konseling karier dan Karier
Konseling karir adalah suatu disiplin gabungan, serinkali disalah artikan dan
tidak selalu dihagai sepenuhnya oleh profesional pemberi batuan, orang-orang bisnis,
masyarakat umum, ataupun pemerintah. Konselor karir harus benar-benar
mempertimbangkan banyak faktor, saat membantu orang membuat kepuusan karir.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah minat profesi, usia atau tahap dalam
kehidupan, kematagan, jenis kelamin, kewajiban keluarga, dan peran sosial. Beberapa
faktor tersebut direpresentasikan dalam berbagai cara. Misalnya Integrasi dan
intraksipekerjaan dan kesenangan dalam karir seseorang sepanjang hidupnya.
C. Konseling Perkawinan, pasangan, dan keluarga
Hubungan perkawinan dan kehidupan keluarga berakar pada masa lampau.
Bik diatur oleh keluarganya maupun mereka berdua, pria dan wania selalu
berpasangan dalam sutau ikatan yang direstui oleh agama dan masyarakat untuk
alasan ekonomi, sosial,dan reproduksi. Istilah perkawinan, pasangan dan keluarga
mempunyai kootsi yang berbeda-beda di dalamberbagai masyarakat. Perkawinan pada
umumnya di pandang sebagai suatu ikatan esmi secara keagamaan atau sosial antara
dua orang dewasa atas alasan ekonomi atau reproduksi. Sedangkan pasagan adalah
istilah yang lebih bersifat tidak formal dan lebih luas pengertinnya
Konseling perkawinan, pasangan dan keluarga adalah bidang yang populer
dimata para konseor. Setidaknya ada tiga alasanya antara lain:
 Pertama, kesadaran bahwa manusia secara lagsung terpengaruh oleh
bagaimana keluarga mereka berfungsi
 Kedua, konseling keluarga dan pasangan menarik dilihat dari pertimbangan
finansial. Permasalahan sering kali dapat ditangani lebih ekonomis, jika
konsling diberikan pada pasangan atau keluaga berbaregan.
 Ketiga, sifat komprehensif dari konseling perkawinan, pasangan da
keluargamembuuatnya lebih menarik secara instrinsik.
D. Konseling Sekolah Secara Profesional
Bidang konselig sekolah melibatkan suatu kisaran, usia, tahap perkembangan,
pengalama, latar belakang, dan tipe permasalahan yg luas. Di Amerika Serikat lebih
dari tiga setengah juta anak memulai pendidikan formulanya setiap tahun sementara
jutaan lainnya melanjutkan sekolah mereka. Seperti anak di negara lain, di amerika,
anak sekolah menghadai suatu rangkaian dan proses yang kompleks, yang mmpunyai
dampak sememntara maupun permanen pada diri meraka.
Konselor sekolah dan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
membantu anak-anak dan reamaja menjadi lebih maju dalam bidang akademikdan
perkembangan dengan lebih merasa aman, mempunyai hubungan yang lebih baik
dengan guru, percaya bahwa pendidikan mereka relevan dengan masa depan mereka,
menghadapi masalah yang lebih sedikit di sekolah dan mendapatkan nilai yang lebih
tinggi.
E. Koseling Perguruan Tinggi dan Layanan Kehidupan Mahasiswa
Pendidikan tinggi adalah satu pengalaman yang paling berharga di Amerika
Serika, yang diikuti 12 sampai 13 juta orang stiap tahunnya. Layanan kehidupan
mahasiswa dan konseling di akademik dan kampus perguruan tinggi AS pertama kali
muncul pada awal abad ke-20. E.G. Williamson. Sejak tahun 90-an, gagsan mengenai
pentingnya layanan kehidupan mahasiswa, perkembanyan mahasiswa dan konseling
semakin di terima dan mejadi bagian akan dari apa yang disebut sebagai bidang
urusan kemahasiswaa.
Adapun layanan yang mereka tawarkan yaitu sebagai berikut:
 Layanan yang berkaitan dengan prilakumahasiswa
 Layanan yang berkaitan dengan menggambarkan karaktristik mahasiswa
 Layanan yang berkaitan dengan perkembangan siswa
 Layanan yang berkaitan dengan kinerja akademis.
Konseling perguruan tinggi sebagi suatu profesi yang baru dimualai sesudah
akhir tahun 1940 –an. Tertundanya konseling perguruan tinggi oleh pandangan
kultural yang dominan bahwa sebgaian besar mahasiswa yang masuk perguruan tinggi
mempunyai penyesuaian diri yang baik, danbahwa satu-satunya profesional yang
dapat membantu bagi mahasiswa perguruan tiggi yang mengalami distres mental.
Ada empat model utama dari layanan konseling yang lebih diikuti oleh pusat
konseling peguruan tinggi antara lain:
 Konseling sebagai Psikoterapi. Model ini menekankan konseling jangka
panjang untuk jumlah kecil mahasiswa.
 Konseling sebagai bimbingan pekerjaan. Model ini menekankan pada
membantu mahasiswa menghubungkan urusan karir dengan akademis secara
produltif
 Konseling sebagaimana definisi tradisionalanya. Model ini menekankana pada
kebradaan layanan konseling yang luas, termasuk hubungan jangka pendeng
atau jangka panjang dan yang menangani permasalahan pribadi, akademis, dan
karir
F. Konseling Korban Penganiayaan dan Penyandang Cacat
Konselor dari berbagai latar belakang menangani klien yang memiliki masalah
penganiayaan dan penyandang cacat. Konselor yangmerupakan ahli dalam bidang
perawatan ini memusatkan diri pada sejumlah bidang, termasuk meingkatkan daya
hidup sehat,identiikasi dan menghasil dan penghilangan peyebab stres, modifikasi
lingkungan yang tercemar, memelihara atau merestorasi kesehatan fisik dan mental.
Penganiayaan adalah penyalahgnaan atau perlakuan yang salah terhadap orang
lain, tempat, maupun benda-benda. Secara alami apat bersifat aktif maupun pasif,
namun hasil akhirnya biasanyaakan merusak siapapun yang terlibat didalamnya.
Orang yang melakukan peganiayaan karena sejumlah alsan, namun hal ini tiak
mengurangi atau menghilangkan hasil dari tindakan mereka.
Penganiayaan interpersonal meliputi kekerasan atau peelantaran kepada orang
lain, khusunya di dalam satu keluarga contohnya saudara kandug, pasangan, anak-
anak, bentunya biasanya halus atau tidak kentara seperti pengaiayaan emosional, atau
nyata, seperti kekerasan fisik. Penganiayaan pada anak termasuk memrintah dan
menelantarkan anak merupakan keprihatinan besar dalam kehidupan keluarga-
keluarga di Amerika yang setiap tahunnya ada lebh dari 2,5 juta anak yang menjadi
korban penganiayaan dan peelantaran. Efek dari pengaiayaa anak, erutama
penganiayaan emosi dan psikologi adalah agresi, kejahatan, dan bunuh diri, selain
gangguan kognitif, akademis dan psikologis dalam diri anak.
Program pencegahan di area pengaiayaan antarpribadi adalah terutama bersifat
pendidikan. Fokus program ini adalah mengajarkan keahlian mendengarkan dan
intraksi hubungan yan tepat. Beberapa program di dasarkan pada teori Adler.
Meskipun bentukya multipel, program pencegahan biasanya menekankan pada
kooperasi, kolaboasi dan harga diri. Salah satu program seperti itu adalah
memperkaya suatu perkawinan. Pengobatan untuk penganiayaan antarpribadi cukup
relevan. Empat pengobatan yang peling umum untuk penganiayaan pasangan adalah
perkawinan, pelatihan manejmen kemarahan, terapi individual dan program
pengendalian konflik domestik.
Sedangkan konseling untk penyandang cacat cukup relevan juga di kehidupan
pendudk Amerika 54 juta penduduk Amerika 1 dari 6 orang mengalami cacat fisik,
sensoris, psikiatri atau kognitif yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Dibidang
apapun pekerjaannya, konselor akan menemukan orang-orang dengan kecacatan.
Konseling rehabilitasi, suatu spesialis dalam konseling profesi, memusatkan diri
terutama dalam melayani terutama individu yang mengalami kecacatan.
G. Koseling Kesehatan Mental dan komunitas
Bekerja di lingkungan konseling kesehatan mental atau konseling komunitas,
termasuk praktik pribadi, merupakan tujuan dari banyak konselor. Mereka yang
memilih hal ini biasanya melakukannya karena berbagai alasan. Sejumlak praktisi
dalam konseling kesehatan mental merupakan anggota American Mental Healt
counselor Association.
Kinerja fungsi mental yang sukses, yang menghasilkan akivitas produktif,
hubugan dengan orang lain yang memuaskan dan kemampua beradaptasi dengan
perubahan dan menangani kesulitan dari sejak masa kanak-kanak sampai kehidupan
berikutnya, kesehatan mental adalah modal untuk berfikir dan keahlian
berkomunikasi, pembelajaran, pertumbuhan emosi, fleksiblitas, dan percaya diri.
Konseling komunitas juga mempunyai awal yang khas. Istilah ini diciptakan
pada awal tahun 1970-an pertama kali oleh Amos da Wiliams dan dilanjutkan oleh
Lewis and Lewis 1977. Sayangnya istilah tersebut tidak spesifik pada awalnya dan
umumnya digunakan untuk menyebut konselor di lingkungan komunitas. Kemudian
Lewis and Lewin berusaha untuk mengklarifikasi, akan tetapi usaha untuk
mengklarifikasi tidak membantu banyak untuk mendapatkan konsep yang lebih jelas
tentang apakah konseling komunitas itu.
Yang mengejutkan disi adalah tidak adanya devisi konselig komunitas apa pun
yang pernah dilahirkan di dalamAmerican Conseling Association. Sebagai gantinya,
didalam ACA didirikan komite dan kelompok-kelompok minat di bidang konseling
komunitas seperti asosiasi pendidian dan supervisi dengan pengaja-pengajar konselor
meminjamkan cara dalam mendefinisikan penekanan dan spesialisasi mereka. .

Anda mungkin juga menyukai