MAKALAH
Ditulis sebagai syarat untuk mata kuliah Asesmen Bk dalam Konteks Pendidikan
Oleh:
Dosen Pengampu :
Dr. Wahidah Fitriani, S.Psi., MA
A. Pengertian Asesmen
Lebih lanjut dalam The Standards for Educational and Psychological Testing
(American Educational Research Association/AERA), American Psychological
Association (APA) & National Council on measurement in Education (NCME ), 1999)
menejelaskan defenisi asesmen sebagai suatu metode sistematis untuk memperoleh
informasi dari tes dan sumber-sumber lain dan digunakan untuk mengambarkan
kesimpulan tentang karakteristik orang, benda, atau program. Metode sistematis tersebut
meliputi tes-tes terstandar, rating scale, observasi, wawancara, teknik klasifikasi dan
catatan-catan, dan sebagainya.
Ragam instrumen asesmen ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh
data tentang konseli menurut anastasi dan urbina ( 1997), asesmen didefenisikan sebagai
suatu pengukuran dari sampel perilaku yang objektif dan terstandar. Cronbach (1990),
menyatakan hal yang sama bahwa asesmen merupakan suatu prosedur sistematik untuk
mengobservasi dan mendeskripsikan perilaku ( sampel perilaku ) dengan menggunakan
skala numerik atau kategori yang ditetapkan ( dalam Hays. Danica G, 2013). Data
asesmen memberikan informasi-informasi tentang aspek sosial individu, pendidikan, karir
dan riwayat psikologi individu).
Hood & Johnson (1993) menjelaskan ruang lingkup dalam asesmen (assesment
need areas) dalam bimbingan dan konseling ada lima, yaitu:
5. Program certification, yang merupakan akhir kegiatan. Menurut Center for the Study of
Evaluation (CSE), program sertifikasi adalah suatu evaluasi sumatif, hal ini
memberikan makna bahwa pada akhir kegiatan akan dilakukan evaluasi akhir sebagai
dasar untuk memberikan sertifikasi kepada klien. Dalam hal ini evaluator berfungsi
pemberi informasi mengenai hasil evaluasi yang akan digunakan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan asesmen:
1. Perencanaan
c. Penetapan waktu
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan asesment perlu diketahui manual yang jelas. Manual suatu
instrumen biasanya memuat: (a) cara mengerjakan, (b) waktu yang digunakan untuk
mengerjakan asesmen, (c) kunci jawaban, (d) cara analisis, dan (e) interpretasi.
3. Analisis data
analisis terhadap data yang diperoleh melalui instrumen yang digunakan untuk
mengambil data merupakan langkah yang diakukan berikutnya. Analisis dilakukan dengan
mengikuti petunjuk yang ada dalam manual masing-masing instrumen. Metode analisis
data dalam asesmen konseling sangat tergantung data yang diperoleh. Misal data yang
diperoleh berbentuk kualitatif atau data kuantitatif.
4. Interpretasi data
5. Tindak lanjut
Tindak lanjut adalah menindak lanjuti hasil asesmen atau penggunaan hasil
asesmen dalam konseling. Beberapa kegiatan tindak lanjut diantaranya adalah apakah
konselee perlu melakukan konseling yang memfokuskan pada aspek yang berbeda lainnya,
apakah klien perlu mendapatkan tritmen tertentu, atau bahkan bisa jadi konselee perlu
mendapatkan rujukan (refferal) kepada pihak ketiga.
Menilai atau melakukan assessment merupakan bagian yang sangat penting dan
strategis dari konseling. Assessment mempunyai multifungsi dalam proses konseling,
diantaranya dapat melaksanakan pendekatan yang sistematik untuk memperoleh dan
mengorganisasikan informasi yang relevan tentang konseli. Mengidentifikasikan
peristiwa-peristiwa apa yang memberikan kontribusi pada timbulnya masalah konseli.
Pelaksanaan assessment merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan
berhati-hati sesuai dengan kaidahnya. Kesalahan dalam mengidentifikasi masalah karena
assessment yang tidak memadai akan menyebabkan treatment gagal; atau bahkan dapat
memicu munculnya konsekuensi dari treatment yang merugikan diri konseli. Meskipun
menjadi dasar dalam melakukan treatment pada konseli, tidak berarti konselor harus
menilai (to assess) semua latar belakang dan situasi yang dihadapi konseli pada saat itu
jika tidak perlu. Kadangkala konselor menemukan bahwa ternyata “hidup” konseli sangat
menarik. Namun demikian tidaklah efisien dan tidak etis untuk menggali semuanya
selama hal tersebut tidak relevan dengan treatment yang diberikan untuk mengatasi
masalah konseli. Karena itu, konselor perlu berpegang pada pedoman pertanyaan sebelum
melakukan assessment; yaitu “Apa saja yang perlu kuketahui mengenai konseli?”. Hal itu
berkaitan dengan apa saja yang relevan untuk mengembangkan intervensi atau treatment
yang efektif, efisien, dan berlangsung lama bagi konseli.
Cormier dan Cormier dalam buku Konseling Profesi yang Menyeluruh karangan
Samuel T. Gladding, menyebutkan bahwa tujuan assessment ada enam yaitu:
1. Mendapatkan informasi tentang permasalahan yang dipaparkan oleh konseli dan
permasalahan lain yang terkait dengannya.
2. Mengenali variabel pengontrol dan pengkontribusian yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut.
3. Menentukan apa tujuan/harapan konseli sebagai hasil dari konseling.
4. Mengumpulkan data dasar yang akan dibandingkan dengan data berikutnya guna
menilai dan mengevaluasi kemajuan konseli dan efek dari strategi treatment yang
digunakan.
5. Mendidik dan memotivasi konseli dengan membagi sudut pandang konselor mengenai
situasi tersebut, meningkatkan penerimaan konseli terhadap treatment dan
berkontribusi pada perubahan yang merupakan hasil dari terapi.
6. Menggunakan informasi yang didapat dari konseli untuk merencanakan cara dan strategi
perawatan yang efektif
Hood & Johnson ( 1993 ) menjelaskan bahwa asesmen dalam bimbingan dan
konseling mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Orientasi Masalah, Yaitu untuk membuat konseli mengenali dan menerima
permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwaia bermasalah.
Selain itu, asesmen digunakan pula untuk menentukan variabel pengontrol dalam
permasalahan yang dihadapi konseli, untuk memilih/ mengembangkan intervensi
terhadap area yang bermasalah, atau dengan kata lain menjadi dasar untuk mendesain
dan mengelola terapi, untuk membantu mengevaluasi intervensi, serta untuk
menyediakan informasi yang relevan untuk pertanyaan –pertanyaan yang muncul
untuk setiap face konseling.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konselor dapat menggunakan assesmen pada awal, pertengahan dan akhir konseling.
Tujuan pelaksanaan asesmen ini sebagai alat ukur bagi Guru BK dalam pelaksanaan layanan
Bimbingan Konseling itu sendiri. Maka perlu kita memahami konsep assesmen ini dengan
baik sebelum melakukan Pelayanan Bimbingan dan Konseling.
B. Saran
Agar Layanan yang di berikan Maksimal Kepada Klien, Seorang Konselor di haruskan
Menggunakan Assesmen sebelum Melakukan Konseling.
DAFTAR REFERENSI
Hood, A.B., & Johnson, R.W., 1993. Assessment in Counseling: a Guide to the Use
Psychological Assessment Procedures. American Counseling Assocition