Anda di halaman 1dari 11

STRATEGI TEKNIK TES DAN NON TES

Imam Syafi’i, Azmi Niswah Nabila, Saniyyah Labibah


Imamsyafii.iwa@gmail.com, azminabila11@gmail.com , saniyyahlabibah08@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,
Jl. Ahmad Yani No 117 Jemur Wonosari , Kec. Wonocolo , Kota Surabaya Jawa Timur,
60237

ABSTRACT
Assessment or evaluation relates to every part of the educational process, not just
learning success, but includes all teaching and learning processes. Assessment activities are
not only limited to the characteristics of students, but also include the characteristics of
teaching methods, curriculum, facilities and school administration. In its function as an
assessor of student learning outcomes, the teacher should continuously follow the learning
outcomes that have been achieved by students from time to time. The information obtained
through this evaluation is a feedback (feed back) to the teaching and learning process. This
feedback will be used as a starting point for improving and improving the teaching and
learning process further. Thus the teaching and learning process will continue to be improved
to obtain optimal results.
Keywords: Evaluation, Education, School.
ABSTRAK
Penilaian atau evaluasi berhubungan dengan setiap bagian dari proses pendidikan,
bukan hanya keberhasilan belajar saja, tetapi mencakup semua proses belajar mengajar.
Kegiatan penilaian tidak hanya terbatas pada karateristik peserta didik saja, tetapi juga
mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas dan administrasi sekolah.
Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya terus menerus
mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi
yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses
belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar
akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
Kata Kunci: Evaluasi, Pendidikan, Sekolah.

A. Pendahuluan
Tes dan nontes merupakan salah instrument untuk memahami individu dalam
keseluruhan layanan konseling. Masing-masing instrument tersebut memiliki
karakteristik dalam penggunaannya.1 Dalam hal ini memandang bahwa penggunaan
tes untuk kepentingan konseling dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, untuk

1 Goldman, L. (1971). Using Test in Counseling. Santa Monica, California: Goodyear Publishing. Co. Inc.
kepentingan informasi (for informational purpose), dan kedua, untuk kepentingan non
informasi (for non informational purpose). Lebih lanjut Goldman menjelaskan bahwa
Super (1957) dan Bordin (1955) menetapkan ada tiga kategori dalam tes untuk
informasi yaitu: precounseling diagnostic information (informasi pre konseling untuk
menetapkan diagnostik), information for counseling process itself (informasi yang
digunakan untuk membantu pelaksanaan konseling itu sendiri) dan information for
postcounseling plans and actions (informasi untuk menetapkan rencana dan tindakan
setelah konseling). Tes untuk kepentingan non informasi terdiri atas: simulating
interest in areas not previously considered (merangsang minat terhadap bidang
tertentu yang sebelumnya tidak ikut dipertimbangkan), laying a groundwork for later
counseling (meletakkan dasar kerja konseling), learning experiences in decision-
making (memperoleh pengalaman belajar membuat keputusan) dan facilitating
conversation (penyediaan fasilitas percakapan dalam konseling).
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah teknik non testing
merupakan teknik utama yang harus dikuasai oleh seorang konselor sekolah. Pada
umumnya konselor di sekolah lebih sering memahami individu dengan teknik non
testing. Walaupun ada teknik testing untuk pemahaman individu, tetapi sebagai tes
yang terstandar, validitas dan reliable teruji, teknik testing sejauh ini baru dapat
memahami individu pada aspek inteligensi, bakat, minat dan kepribadian. Sementara
dalam pengumpulan informasi tentang diri klien, konselor dihadapkan pada kenyataan
yang lebih kompleks. Seperti aspek biofisiologis, biologis, sosial, kepribadian dan
nilai-nilai klien yang dipengaruhi oleh budaya yang dapat menjadi penyebab masalah
klien belum dapat diungkap dengan teknik testing. Satu hal yang sangat mendasar,
apa pun teknik yang digunakan konselor dalam memahami individu, pada hakekatnya
adalah untuk memperoleh informasi sebagai bahan untuk mengambil keputusan. Hal
ini senada dengan yang ditegaskan oleh Munandir2 bahwa, informasi adalah segala
sesuatu yang membuat orang menjadi tahu tentang sesuatu.
Segala apa yang berasal dari luar itu masuk ke dalam diri untuk diolah dan
disimpan di dalam sistem ingatan kita, sehingga informasi kemudian menjadi
pengetahuan bagi kita tentang sesuatu. Setelah menjadi pengetahuan bagi kita,
informasi merupakan bahan yang kita hadapi berasal dari dalam dan/atau luar diri kita
untuk mengambil keputusan. Hasil suatu tes dan/atau nontes sebagai bahan informasi

2Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
merupakan suatu hal penting dalam mengambil keputusan. Informasi yang diperoleh
konselor merupakan rujukan untuk membantu klien menentukan pilihan serta
merupakan upaya mencari jawaban atas persoalan “Apa yang harus saya lakukan?”
Apabila pilihan itu menyangkut bidang pendidikan mungkin persoalannya akan
banyak berkaitan dengan : “Program studi manakah yang harus saya pilih sesuai
dengan bakat dan minatku?” Demikian pula jika berkenaan dengan bidang jabatan
(karier) mungkin pertanyaan yang muncul berkaitan dengan : “Jabatan apakah yang
sesuai dengan bakat dan minatku?” “Bagaimanakah saya memperoleh jabatan yang
sesuai dengan cita-cita, bakat dan minatku?” Program studi dan jabatan yang
bermacam-macam merupakan bahan informasi bagi seseorang untuk dipilih. Pilihan
seseorang atas informasi yang diperolehnya merupakan keputusan, dan proses
konseling satu di antaranya tidak mungkin menghindari tahap pembuatan keputusan.3

B. Strategi Memahami Murid di MTs/ MA


1. Pengertian Strategi
Untuk dapat memahami lebih dalam, akan dipaparkan terlebih dahulu
pengertian dari strategi. Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu.
Upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus yang diinginkan. 4
Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu rencana yang diutamakan untuk
mencapai tujuan. Ridwan, (2008),Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling
Di Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, cet 3, h. 187 Strategi diartikan sebagai
metode, teknik, pola, tujuan, pendekatan keputusan dan tindakan dalam
melakukan sesuatu yang menyangkut hasil yang ingin dicapai dalam
meningkatkan keberfungsian sosial di dalam suatu komunitas kelompok atau
masyarakat.Tekait dengan strategi itu sendiri dalam bidang kesejahteraan, metode
adalah salah satu yang sering digunakan sebagai strategi pekerja sosial.Metode itu
disebut sebagai strategi dalam bidang kesejahteraan sosial dikarenakan metode

3Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
4Departemen Pendidikan Nasional, (2008),Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Edisi Keempat, h.1340
merupakan salah satu langkah cermat pelayanan kesejahteraan sosial untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. 5
Jadi dapat diambil kesimpulan strategi pembelajaran merupakan rencana
serta usaha-usaha yang ditempuh dalam pelaksanaan bimbingan agar langkah
langkah yang ditempuh dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

2. Strategi Guru Bimbingan dan Konseling


Konsep strategi yang awalnya diterapkan dalam dunia kemiliteran dan
politik, sekarang banyak diterapkan dalam berbagai bidang termasuk bidang
pedidikan. Strategi ialah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategi are
realized as patterns in streams of decisions or action). Strategi adalah suatu pola
yang direncanakan dan diterapkan secara sengaja untuk melakukan suatu aktivitas
atau tindakan. Strategi mencakupi tujuan aktivitas, siapa yang terlibat dalam
aktivitas tersebut, isi atau cakupan aktivitas, proses aktivitas dan fasilitas
penunjang aktivitas. Strategi yang diterapkan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling disebut strategi pelayanan bimbingan dan konseling.6
Seorang konselor harus dapat memilih strategi yang paling memungkinkan
untuk dilakukan oleh klien. Konselor sebaiknya tidak terlalu memaksakan
kehendaknya agar klien bersedia menjalankan apapun yang menjadi rancangan
strategi, karena hal itu hanya akan membuat klien mundur. Konselor juga harus
tepat memilih strategi yang paling sesuai dengan permasalahan klien agar tujuan
dan sasaran yang ditetapkan dapat tercapai. Hal yang harus diingat konselor
adalah bahwa konselor jangan pernah mengharapkan hasil instan dalam
menjalankan strategi.Konselor harus menyadari bahwa karakteristik permasalahan
klien yang berbeda juga membutuhkan waktu yang berbeda dalam
penyelesaiannya.Ada masalah yang dapat ditangani dengan segera, tetapi ada pula
masalah yang belum menunjukkan kemajuan walaupun sesi pertemuan telah
berlangsung cukup lama.7

5 Adi Fahrudin, (2012), Pengantar Kesejahteraan Sosial Bandung: PT. Refika Aditama, h. 69
6 Tohirin, (2013), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), Jakarta:Rajawali Pers,
h. 283
7 Namora Lumongga, (2011), Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik, Jakarta: Kencana, h.

123-124
Disekolah strategi guru bimbingan konseling sangatlah besar pengaruhnya
dalam proses pendidikan. Strategi guru bimbingan konseling disekolah adalah
sebagai berikut:
1. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah bagi
siswa.
2. Memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun
seluruh aspek pribadinya.
3. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya.
4. Membina hubungan yang baik antara sekolah, dengan orang tua siswa dan
masyarakat.8
Tohirin menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan strategi layanan
bimbingan dan konseling pada umumnya mengikuti empat langkah pokok,
“identifikasi kebutuhan, penyusunan rencana kerja, pelaksanaan kegiatan, dan
penilaian kegiatan.Keempat rangkaian di atas merupakan suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara berkesinambungan”. 9
Penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa ada beberapa langkah yang
harus dilakukan sebelum melaksanakan strategi layanan bimbingan dan konseling.
Pertama mengidentifikasi kebutuhan, maksudnya di sini adalah seorang guru BK
harus memahami terlebih dahulu kebutuhan siswa tersebut, yang mana
disesuaikan dengan kondisi siswa tersebut. Kedua guru BK menyusun rencana
kerja, maksudanya guru BK harus menyusun terlebih dahulu rencana yang lebih
matang dan lebih terprogram dengan baik. Ketiga pelaksanaan kegiatan, dalam hal
ini guru BK harus memastikan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.Terakhir penilaian kegiatan, guru BK menilai dan mengevaluasi sejauh
mana pelaksanaan strategi guru BK apakah sesuai dengan prosedur yang ada
ataupun diperlukannya evaluasi dan tindakan lanjut.Langkah-langkah tersebut
disusun didalam program layanan Bimbingan dan konseling.
Menurut Djamariah banyak strategi yang diperlukan dari guru bimbingan
dan konseling sebagai pendidik, strategi yang diperlukan dari guru bimbingan dan
konseling seperti uraian dibawah ini:

8 Bimo Walgito, (2005), Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir), Yogyakarta: Penerbit Andi, h. 13-15. 20 T
9 Ibid.,267
1. Pembimbing ini harus lebih diutamakan karena kehadiran guru bimbingan
dan konseling di sekolah adalah untuk membimbing siswa menjadi
manusia dewasa.
2. Motivator, guru hendaknya dapat mendorong siswa agar tidak melanggar
peraturan sekolah dan efektif dalam belajar.
3. Korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana
nilai yang buruk. Semua nilai yang baik guru harus mempertahankan dan
mengurangi nilai yang buruk dari jiwa dan watak manusia. Bila guru
bimbingan dan konseling membiarkannya, berarti guru telah
mengabaikannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai
korektor.10
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa strategi guru bimbingan dan
konseling sangatlah besar. Guru bimbingan dan konseling merupakan tenaga
utama dan inti serta ahli dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Oleh karena itu, guru bimbingan dan konseling harus memberi perhatian
utama dan penyelenggaraan pelayanan secukup-cukupnya kepada siswa.
Meningkatkan kegiatan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
tidak terpisahkan dari proses pendidikan, maka dalam tugasnya sebagai guru
bimbingan dan konseling, ia dituntut untuk memperhatikan aspek-aspek
pribadi siswa, antara lain aspek kematangan, dan bakat, kebutuhan,
kemampuan dan sikap agar siswa dapat diberikan bantuan dalam mencapai
tingkat kedewasaan yang optimal.

C. Teknik Tes dan Non Tes untuk Pemahaman Murid di MTs/MA


1. Teknik Tes
a) Pengertian Tes
Secara harfiah “tes” berasal dari bahasan Perancis Kuno yakni
tekstum, yang berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”
maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat
diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi. 11Dalam

10 Ibid.,40.
11 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pegajaran Bahasan dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1987)
bahasa inggris ditulis dengan test yang bahasa indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, ujian atau percobaan. Dalam bahasa arab disebut imtihan. 12
Dari segi istilah, terdapat beberapa definisi tentang istilah tes,
diantaranya adalah Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya yang
berjudul Evaluasi Pendidikan, mengatakan bahwa tes adalah suatu alat
atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data
atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang
boleh dikatakan tepat dan cepat.13
Definisi lain tentang tes juga dikutip dari Webster’s Collegiate,
bahwa “test = any series of questions or exercises or other means of
measuring the skill, knowledge, intelligence, capacities or aptitudes of an
individual or group”. 14
Dari beberapa definisi tentang tes diatas, nampak jelas bahwa pada
hakekatnya tidak ada perbedaan. Jadi seorang tester dalam melakukan
kegiatan penilaian membutuhkan suatu perangkat yang berupa pertanyaan,
tugas, dan lain-lain. Perangkat tersebut biasa kita kenal dengan sebutan tes.
b) Penggolongan Tes
Tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan
tergantung dari segi mana dan atas alasan apa penggolongan tes itu
dilakukan.
• Dilihat dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi menjadi 6
golongan, yakni Tes Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes
awal (pre-test), tes akhir (post-test), tes diagnostic, tes formatif
(ulangan harian), tes sumatif (ulangan umum).
• Dilihat dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap, tes
setidak-tidaknya dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes
intelegensi (inteligency test), Tes kemampuan (aptitude test), Tes
sikap (attitude test), Tes kepribadian (personality test), Tes hasil
belajar (achievement test).

12 Zainal arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)


13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 15.

14 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 30.
Penggolongan lain bisa dilihat dari segi banyaknya orang yang
mengikuti tes, dibedakan menjadi 2 yakni test individu dan tes
kelompok.dilihat dari segi waktu yang disediakan bagis tester untuk
menyelesaikan tes dibag menjadi 2 yakni power test (waktu tidak
dibatasi) da Speed test (waktu dibatasi). Dilihat dari segi bentuk
responnya, tes dibedakan menjadi 2 yakni Verbal Test (jawaban berupa
kalimat baik lisan maupun tulisan) dan Nonverbal Test (jawaban berua
perbuatan). Dilihat dari segi cara mengajukan pertanyaan dan cara
mmeberikan jawabannya, tes dibagi menjadi 2 yakni tes tertulis dan tes
lisan. 15
2. Teknik Non Tes
Teknik ini dapat digunakan sebagai suatu kritikan terhadap kelemahan
teknik tes. Dengan teknik ini, maka evaluasi dilakukan dengan tanpa
”menguji” peserta didik, malainkan dengan observasi, wawancara, dan lain-
lain seperti yang akan dipaparkan di bawah ini. Teknik Non-tes inipun dibagi
menjadi beberapa golongan, antara lain :
a. Pengamatan (Observation) adalah suatu proses pengamatan dan
pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai
berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Wawancara (Interview) merupakan salah satu bentuk alat evaluasi
jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab,
baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik.
c. Skala sikap (Attitude Scale/Skala Likert). Peserta didik tidak hanya
disuruh memilih pernyataan-pernyataan positif saja, tetapi juga
pernyataan-pernyataan yang negatif. Tiap item dibagi menjadi lima
skala, yakni SS, S, TT, TS, dan STS.
d. Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek, penilai hanya
dapat mencatat ada tidaknya veriabel tingkah laku tertentu,
sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan
dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.

15 Amir Daien Indrakusuma, Evaluasi Pendidikan: Penilaian Hasil-Hasil Belajar (TT: Terbitan Sendiri.2018), 19.
e. Angket (Quesioner). Angket mempunyai kesamaan dengan
wawancara, kecuali dalam implementasinya. Angket dilaksanakan
secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan.
f. Studi kasus (Case Study) adalah studi yang mendalam dan
komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang
memiliki kasus tertentu. Misalnya, peserta didik yang sangat
cerdas, sangat lamban, sangat rajin, sangat nakal atau kesulitan
dalam belajar.
g. Catatan insidental (Anecdotal Records) adalah catatan-catatan
singkat tentang peristiwa-peristiwa sepintas yang dialami peserta
didik secara perseorangan. Catatan ini merupakan pelengkap dalam
rangka penilaian guru terhadap peserta didiknya, terutama yang
berkenaan dengan tingkah laku peserta didiknya.
h. Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun,
dan sampai bats tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat
peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan
diantara mereka. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk
mengetahui kemampuan sosial peserta didik. Langkah-langkahnya
yaitu memberikan petunjuk atau pertanyaan, mengumpulkan
jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik, jawaban-
jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel.
i. Inventori kepribadian, jenis non-tes ini hampir serupa dengan tes
kepribadian. Bedanya, pada inventori, jawaban peserta didik tidak
memakai kriteria benar salah. Semua jawaban peserta didik adalah
benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. Walaupun
demikian, dipergunakan pula skala-skala tertentu untuk
kuantifikasi jawaban sehingga dapat dibandingkan dengan
kelompoknya
j. Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan
evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga
pada dimensi proses. Salah satu bentuk penilaian proses adalah
pemberian penghargaan (reward). 16

16 Mawardi Lubis Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 55.
D. Kesimpulan
Strategi pembelajaran merupakan rencana serta usaha-usaha yang ditempuh
dalam pelaksanaan bimbingan agar langkah langkah yang ditempuh dapat berjalan
dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Strategi guru bimbingan konseling
disekolah adalah menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah
bagi siswa, memahami siswa secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial, maupun
seluruh aspek pribadinya, pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang
sebaik-baiknya, membina hubungan yang baik antara sekolah, dengan orang tua siswa
dan masyarakat.
Secara harfiah “tes” berasal dari bahasan Perancis Kuno yakni tekstum, yang
berarti “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia” maksudnya dengan
menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia
yang nilainya sangat tinggi. Dilihat dari fungsinya sebagai alat ukur, tes dibagi
menjadi 6 golongan, yakni Tes Seleksi (ujian saringan atau ujian masuk), tes awal
(pre-test), tes akhir (post-test), tes diagnostic, tes formatif (ulangan harian), tes
sumatif (ulangan umum). Dilihat dari aspek psikis (kejiwaan) yang ingin diungkap,
tes setidak-tidaknya dibedakan menjadi 5 golongan, yakni : Tes intelegensi
(inteligency test), Tes kemampuan (aptitude test), Tes sikap (attitude test), Tes
kepribadian (personality test), Tes hasil belajar (achievement test).
Teknik Non-tes inipun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
Pengamatan (Observation), Wawancara (Interview), Skala sikap (Attitude Scale/Skala
Likert), skala penilaian, angket, studi kasus, catatan insidental, sosiometri, inventori
kepribadian, Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Fahrudin, (2012), Pengantar Kesejahteraan Sosial Bandung: PT. Refika Aditama

Amir Daien Indrakusuma, Evaluasi Pendidikan: Penilaian Hasil-Hasil Belajar (TT: Terbitan
Sendiri.2018).

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
Bimo Walgito, (2005), Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir), Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pegajaran Bahasan dan Sastra (Yogyakarta: BPFE,
1987).

Departemen Pendidikan Nasional, (2008),Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama, Edisi Keempat,

Goldman, L. (1971). Using Test in Counseling. Santa Monica, California: Goodyear


Publishing. Co. Inc..

Gunarsa, Singgih D. 1992. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Mawardi Lubis Evaluasi Pendidikan Nilai, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009).

Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan


Dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan
Tenaga Akademik.

Namora Lumongga, (2011), Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik,
Jakarta: Kencana,

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,
2008).

Tohirin, (2013), Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),
Jakarta:Rajawali Pers,

Zainal arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)

Anda mungkin juga menyukai