Anda di halaman 1dari 5

RESUME

KELOMPOK 1
INSTRUMEN NON TES DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
KONSEP DASAR ASESMEN DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING

OLEH :
ALBADWI YOGI KARIM
A1Q117052

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
A. Pengertian Asesmen
Asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan/kompetensi
yang dimiliki konseli dalam memecahkan masalah. Asesmen yang ditimbangkan adalah
asesmen baku yang meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan spikomotor dalam
kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang ditetapkan dan dikembangkan
konselor. Asesmen yang diberikan kepada konseli merupakan pengembangan dari era
kompetensi dasar pada diri konseli yang akan dinilai, yang kemudian akan dijabarkan dalam
bentuk indicator-indikator. Pada umumnya, asesmen bimbingan dan konseling dapat
dilakukan dalam bentuk laporan diri, performance test, tes psikologis, observasi, wawancara
dan sebagainya.
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins sebagai penilaian proses, kemajuan,
dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001)
sebagai proses “the process of collecting data which shows development of learning”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
proses penilaian siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal yang
pentingyang dinilai dalam asesmen, faktor hasil belajar juga tetap dikesampingkan.

B. Kedudukan Asesmen dalam Bimbingan Konseling


Asesmen dalam kerangka kerja bimbingan dan konseling memiliki kedudukan yang
staregis, karena posisi sebagai dasar dalam perencanaan program bimbingan dan konseling
yang sesuai kebutuhan, di mana kesesuaian program dan gambaran kondisi konseli dan
kondisi lingkungannya dapat mendorong pencapaian tujuan layanan bimbingan dan
konseling. Melalui asesmen yang dilakukan kepada peserta didik serta mencerminkan adanya
kebutuhan yang diperlukan, sehingga dapat dijadikan acuan untuk menyusun suatu program
layanan bimbingan dan konseling yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik. Demikian
pula dengan asesmen yang dilakukan terhadap lingkungan pendidikan peserta didik
diharapkan dapat memperoleh informasi tentang kebutuhan lingkungan peserta didik
terhadap layanan bimbingan dan konseling.

Adapun pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya bertujuan agar konseli dapat:
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir tentang
kehidupannya
di masa yang akan datang.
2. Pengembangan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin.
3. Penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat serta lingkungannya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
C. Fungsi Asesmen dalam Bimbingan Konseling
Fungsi utama instrumen asesmen adalah untuk memperoleh dan mengumpulkan data
(Mamat Supriatna, 2011: 201). Kedudukan data dalam bimbingan sangat sentral, untuk itu
guru bimbingan dan konseling perlu memahami betul data yang diperlukan dan dibutuhkan
untuk memecahkan suatu masalah. Asesmen memiliki kedudukan sebagai dasar penetapan
program layanan bimbingan dan konseling Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Penyusunan program bimbingan dan konseling di sekolah dimulai dari kegiatan asesmen
maupun kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan masukan bagi
penyusunan program. Berdasarkan hal tersebut, Gantina Komalasari dan kawan-kawan
(2011, 19-20) memaparkan asesmen berfungsi sebagai dasar penetapan program layanan
bimbingan dan konseling untuk:
1. Membantu melengkapi dan mendalami pemahaman tentang peserta didik.
2. Merupakan salah satu sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan
dan
konseling terlaksana lebih cermat dan berdasarkan data empirik lapangan.
3. Sebagai salah satu sarana yang digunakan dalam membuat diagnosis yang kologis.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan


Penjaminan Mutu Pendididkan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013)
menyatakan asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan peserta didik pada saat tertentu,
baik potensi yang dimiliki maupun berbagai kelemahan peserta didik sebagai bahan untuk
menyusun suatu program pelayanan bimbingan dan konseling sehingga dapat dilakukan
layanan/intervensi secara tepat.

D. Etika Penggunaan Asesmen dalam Bimbingan Konseling


Gantina Komalasari dan kawan-kawan (2011: 21) berpendapat bahwa seorang konselor
atau guru bimbingan dan konseling bila akan menggunakan asesmen perlu memperhatikan
serta mentaati kode etik yang telah ditetapkan saat konselor atau guru bimbingan dan
konseling memutuskan memilih dan menggunakan asesmen dalam pelayanan bimbingan dan
konseling, perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
1. Keefektifan alat asesmen andal dan tepat guna.
2. Tanggung jawab pengguna memilih, menggunakan, skoring, interpretasi, dan
menggunakan hasil.
3. Menegakkan kerahasian data.
Testing dilakukan apabila dibutuhkan data yang lebih luas tentang sifat atau Etika
penggunaan asesmen dalam bimbingan dan konseling, Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia telah merumuskan kode etik testing, yaitu suatu jenis tes yang hanya boleh
diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya. Adapun
wewenang yang dimaksud yaitu sebagai berikut:
1. ciri kepribadian peserta didik untuk kepentingan pelayanan.
2. Konselor atau guru bimbingan dan konseling wajib memberikan orientasi yang tepat
kepada peserta didik dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes di samping arti
luas dan kegunaannya.
3. Penggunaan jenis tes wajib mengikuti secara ketat pedoman dan petunjuk yang
berlaku
bai tes tersebut.
4. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh dari
peserta didik sendiri atau dari sumber lain. Dalam hal ini data hasil testing wajib
diperlakukan setara dengan data dan informasi lain tentang konseli.
5. Hasil testing hanya dapat diberitahukan kepada pihak lain sejauh ada hubungannya
dengan usaha bantuan kepada peserta didik.

E. Pemanfaatan Hasil Asesmen


Asesmen dilakukan untuk mengetahui kondisi peserta didik dan kondisi lingkungan.
Berbagai informasi yang diperoleh dari hasil asesmen dapat digunakan sebagai dasar dalam
merencanakan program, melakukan konseling, atau menentukan layanan yang tepat bagi
peserta didik. Terkait dengan hasil asesmen, konselor atau guru bimbingan dan konseling
harus memperhatikan etika penyimpanan dan penggunaannya.
Data atau informasi tersebut dapat digunakan untuk keperluan riset atau pendidikan calon
konselor, dengan catatan dijamin kerahasiaan identitas konseli. Informasi tentang konseli
tersebut juga dapat disampaikan guru bimbingan dan konseling kepada keluarga atau kepada
anggota profesi lain atas dasar persetujuan konseli.
Konselor pada umumnya memahami dan terampil menggunakan teknik non tes dalam
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling. Teknik non tes dimaksud antara lain
observasi, kuesioner, wawancara, inventori (DCM, AUM, ITP), sosiometri. Konselor sejak
kuliah sudah berlatih secara intensif menyusun dan menggunakan teknik non tes untuk
memahami individu dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling
F. Jenis-Jenis Asesmen dalam Bimbingan Konseling
Asesmen dalam bimbingan dan konseling dibedakan menjadi dua, yaitu asesmen teknik tes
dan asesmen teknik non tes.
1. Asesmen Teknik Tes
Asesmen teknik tes hanya digunakan oleh sebagian konselor yang telah memiliki
sertifikat untuk menggunakan asesmen teknik tes psikomedagosis. Adapun pengertian
asesmen teknik tes telah dikemukakan oleh beberapa ahli di antaranya, Cronbach (1960)
menyatakan tes merupakan prosedur sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua
orang atau lebih, pada tahun 1970-1997 beliau menyerupakan tes sebagai prosedur sistematis
yang digunakan untuk mengobservasi dan menggambarkan tingkah laku dengan
menggunakan bantuan skala angka atau kategori tertentu. Sementara ahli lain, menurut Anne
Anatasi dalam buku Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK Komprehensif karangan
Gantina Komalasari dan kawan-kawan (1961-1990) mengemukakan pendapatnya bahwa tes
merupakan suatu pengukuran terhadap suatu sampel tingkah laku yang objektif dan
terstandar.
2. Asesmen Teknik Non Tes
Asesmen teknik non tes paling banyak digunakan oleh konselor. Prosedur perancangan,
pengadministrasian, pengolahan, analisis, dan penafsirannya relatif lebih sederhana sehingga
mudah untuk dipelajari dan dipahami.

Perbedaan asesmen tes dan non tes antara lain:


1. Pada tes jawaban benar atau salah sedangkan pada non tes adalah jawaban benar atau
salah sangat bervariasi dan semua bisa betul/benar.
2. Hasil pada non tes lebih kualitatif sedangkan pada tes lebih kuantitatif, walaupun pada
akhirnya dapat dikualitatifkan
3. Pelaksanaan tes (psikologis) adalah orang yang profesional (berkewenangan khusus
untuk melaksanakan tes tersebut) sedangkan pelaksanaan non tes tidak selamanya
orang sangat professional.
4. Waktu pelaksanaan tes lebih ketat dibandingkan dengan pelaksanaan non tes.
5. Penyelenggaraan dan pengawasan tes lebih ketat dibanding non tes.

Anda mungkin juga menyukai