Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 5

AHMAD ADITYA 201701500113


DIAN IMANIATI A 201701500104
DIMAS KUSBIAN TORO 201701500103
KARTIKA LESTARI 201701500099

KEGIATAN PENDUKUNG BK

Kelas S1A 2017


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi dan pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 6 Oktober 2017

Kelompok 5

1
Daftar isi

Kata pengantar ……………………………………………………………………..


Daftar isi …………………………………………………………………………...

Bab I pendahuluan …………………………………………………………………


A. Latar belakang Masalah ………………………………………………………...
B. Indifikasi Masalah ………………………………………………………………
C. Rumusan Masalah ………………………………………………………………

Bab II tinjauan pustaka dan kerangka berfikir ……………………………….........


A. Bahasan Pokok Bahasan ………………………………………………………..
B. Analisis Masalah ………………………………………………………………..

Bab III Kesimpulan dan Saran ………………………………………………….....


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………………………
Daftar pustaka ……………………………………………………………………..

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak


terpisahkan (integral) dari keseluruhan program pendidikan. Program bimbingan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan yaitu perkembangan individu secara
optimal. Oleh karena itu, kegiatan bimbingan dan konseling harus
diselenggarakan dalam bentuk kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu
tujuan. Kegiatan itu harus diselenggarakan secara teratur, sistematik dan terarah
atau berencana, agar benar-benar berdaya dan berhasil guna bagi pertumbuhan
dan perkembangan siswa.

Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam


proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses
pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.
Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan
pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media
pendidikan, system administrasi dan supervisi pendidikan, sistem penyampaian,
tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling.

Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi


persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu
sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke
arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang
layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani
oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.

Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, bahwa


pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,

3
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok.

  Dalam ketujuh layanan bimbingan konseling tersebut dilakukan agar


setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin
sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian siswa
dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan
permasalahan pembelajaran yang cukup berarti.

Realitas di lapangan, menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam


pelaksanaan bimbingan konseling belum dapat dilakukan secara optimal
mengingat tugas dan tanggung jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga
tugas memberikan layanan bimbingan konseling kurang membawa dampak positif
bagi peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan


Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis
kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak
adanya kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Artinya, hal itu perlu
dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah, tidak hanya dengan layanan saja,
tetapi harus ada kegiatan pendukungnya.

Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan


telaah mengenai kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.

B. Identifikasi Masalah

1). Pengertian Kegiatan Pendukung

2). Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

4
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelaah
dalam makalah ini adalah bagaimana sebenarnya tujuan dari 5 aspek kegiatan
pendukung yang dilakukan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Pokok Bahasan

1.    Pengertian Kegiatan Pendukung bimbingan dan konseling.

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk


mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan
keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun dilingkungan sekitarnya.

Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah
memahami potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan
kegiatan pendukung ini diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang
dihadapi oleh seorang klien.

2.    Macam – Macam Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang


telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung
Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan konseling,
yaitu:

5
a. Aplikasi Instrumentasi

Aplikasi Instrumentasi adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran


dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan,
disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam 
bentuk layanan konseling.

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-


jenis layanan dan kegiatan pendukung  mulai dari perencanaan program,
penetapan inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai  bahan evaluasi dan
pengembangan program.

Yang perlu diperhatikan dalam aplikasi instrumentasi ini adalah: a). Materi
yang hendak diungkapkan, b). bentuk instrument yang hendak digunakan. Dan
juga dibantu dengan responden yang bertugas untuk  mengerjakan instrument baik
tes maupun non-tes[1] melalui pengadministrasi yang diselenggarakan oleh
Konselor.

Konselor sebagai pengguna hasil instrument  digunakan dalam


melaksanakan layanan konseling. Untuk tes psikologis Konselor dapat 
bekerjasama dengan psikolog (kolaborasi professional).

Aplikasi instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-


jenis layanan dan kegiatan pendukung  mulai dari perencanaan program,
penetapan inidividu, menetapkan materi layanan, sebagai  bahan evaluasi dan
pengembangan program.

Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah

1. Perencanaan .

Menetapkan objek  yang akan diukur, menetapkan subjek,


menetapkan/menyusun instrument, menetapkan prosedur, menetapkan
fasilitas, menyiapkan kelengkapan administrative.

6
2. Pelaksanaan .

Mengkomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi instrumentasi,


mengorganisasikan kegiatan instrument, pengadministrasi, mengolah
jawaban intrumen, menafsirkan dan menetapkan arah penggunaan hasil
intrumen.

3. Eveluasi dan Analisis.

Menetapkan materi evaluasi, menetapkan prosedur, melaksanakan


evaluasi dan mengolah serta menafsirkan hasil evaluasi. Serta
menganalisis dengan Menetapkan norma/standar analisis, melakukan
asanalisis dan menafsirkan hasil analisis.

4. Tindak Lanjut.

Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut aplikasi instrumentasi,


mengkomunikasikan  rencana tindak lanjut dan melaksanakan tindak
lanjut. Dan juga menyusun laporan aplikasi instrumentasi, menyampaikan
laporan dan mendokumentasi laporan

b. Himpunan Data

Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan


keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki fungsi
pemahaman.

7
Konselor sebagai penyelenggara Himpunan data memiliki fungsi:  Menghimpun
data, mengembangkan data dan menggunakan data Operasionalisasi dalam
kegiatan ini adalah

1. Perencanaan

Menetapkan jenis dan klasifikasi data serta sumber-sumbernya,


menetapkan  bentuk himpunan data, menetapkan dan manata fasilitas,
menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan dan penggunaan serta
menyiapkan kelengkapan administrative.

2. Pelaksanaan

Memetik dan memasukkan ke dalam HD sesuai dengan klasifikasi,


memanfaatkan data, memelihara dan mengembangkan HD.  

3. Evaluasi dan Analisis

Mengkaji evisiensi sistematika dan penggunaan fasilitas  yang


digunakan, memerikasa kelengkapan, keakuratan, keaktualan dan
kemanfaatan HD, serta melaksanakan analisis terhadap hasil evaluasi
berkenaan dengan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan dan
efisiensi penyelenggaraannya.

4. Tindak Lanjut

Dalam hal ini adalah mengembangkan himpunan data yang 


mencakup: bentuk, klasifikasi dan sistematika data, kelengkapan,
keakuratan, ketepatan dan keaktualan data, kemanfaatan data, Penggunaan

8
teknologi. Data yang terhimpun harus dimanfaatkan untuk sebesar-
besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling[2].   Teknis
penyelenggaraan serta menyusun laporan HD, menyampaikan laporan dan
mendokumentasi laporan.

c. Konfrensi Kasus

Konferensi kasus adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta


didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien
dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus
memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan serta tidak menyinggung klien[3].

Operasionalisme dalam kegiatan ini adalah :

1. Perencanaan
Konferensi kasus harus dibicarakan terlebih dahulu dan mendapat
persetujuan dari klien yang bermasalah. Dan seluruh peserta pertemuan
harus diyakinkan oleh konselor dan memiliki sikap yang teguh untuk
merahasiakan segenap aspek dari kasus yang dibicarakan.

2. Pelaksanaan
Konselor harus mengarahkan pembicaraan sehingga seluruh
peserta dapat mengemukakan data atau keterangan yang mereka ketahui
dan mengembangkan pikiran untuk memecahkan masalah siswa.

9
3. Analisis dan Evaluasi

Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses apabila


konselor memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti
bagi pemecahan masalah siswa dan terbangunnya komitmen seluruh
peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan masalah siswa.

4. Tindak Lanjut

Seluruh hasil pertemuan dicatat dan didokumentasikan secara rapi


oleh konselor dan sebanyak-banyaknya dipergunakan untuk menunjang
jenis-jenis layanan masalah siswa yang bersangkutan.

d. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data,


keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua
sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan
membangun komitmen dari pihak keluarga untuk mengentaskan permasalahan
klien. Dalam hal ini Kasus Diidentifikasi terlebih dahulu dan dianalisis perlu
tidak diadakannya Kunjungan Rumah sebagai tindak lanjut dari penanganan
kasus tersebut. Materi yang perlu diperhatikan dihadapan orang tua tidak
boleh melanggar asas kerahasiaan klien, dan intinya semata-mata  untuk
memperdalam masalah klien, serta tidak merugikan klien. Peran klien sendiri
sangat penting dalam kegiatan ini, yaitu klien menyetujui Kunjungan Rumah
yang akan dilakukan konselor dan  mempertimbangkan perlu tidaknya ia
terlibat saat kunjungan rumah.

10
Operasionalisasi dalam kegiatan ini adalah:

1. Perencanaan

Menetapkan kasus yang memerlukan KR, meyakinkan klien akan


KR, menyiapkan  data dan informasi yang akan dikomunikasikan dengan
keluarga, menetapkan materi KR dan meyiapkan kelengkapan
administrasi.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaannya adalah mengkomunikasikan rencana pelaksanaan


KR, melakukan KR berupa: Bertemu anggota  keluarga (ortu/wal),
Membahas masalah klien, Melengkapi data, Mengembangkan komitmen,
Menyelenggarakan konseling keluarga , dan merekam dan menyimpulkan
hasil KR

3. Evaluasi dan Analisis

Mengevaluasi proses pelaksanaan KR, mengevaluasi kelengkapan


dan keakurautan data hasil KR serta komitmen ortu/wali, mengevaluasi
penggunaan data dalam rangka pengentasan  masalah klien. Dan
menganalisis  terhadap efektifitas penggunaan hasil KR terhadap
penanganan kasus.

4. Tindak Lanjut

Tindakan selanjutnya adalah mempertimbangkan apakah perlu


dilaksanakan KR ulang atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak 
lanjut layanan dengan menggunakan  hasil KR  yang lebih lengkap dan

11
akurat. Serta menyusun laporan KR, menyampaikan laporan dan
mendokumentasi laporan.

e. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh


penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien
dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten,
seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih
tepat dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan[5].

Sebelum di-ATK-kan maka Konselor hendaknya memperhatikan


keadaan kenormalan klien dan subtansi masalah klien. Yang harus
dipertimbangkan dalam Alih tangan kasus ini adalah karena masalah yang 
ada  bukan lagi wewenang Konselor.

Operasionalisasi yang perlu dilakukan dalam Alih tangan kasus ini


adalah

1. Perencanaan

Menetapkan kasus yang akan di ATK, meyakinkan klien akan


ATK, menghubung ahli lain yang menjadi arah ATK, menyiapkan   materi
ATK dan kelengkapan administratif.

2. Pelaksanaan

Mengkomunikasikan rencana ATK kepada pihak terkait dan


mengalihtangankan klien kepada pihak terkait itu.

12
3. Evaluasi dan Analisis

Membahas hasil ATK  melalui: Klien, laporan dari ahli lain dan
analisis hasil ATK  kemudian mengkaji hasil ATK terhadap pengentasan
masalah klien. Serta Melakukan analisis terhadap efektifitas ATK terhadap
pengentsan  masalah  klien secara menyeluruh.

4. Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan adalah menyelenggarakan layanan


lanjutan oleh konselor jika diperlukan atau klien memerlukan ATK ke ahli
lain lagi. Serta Menyusun laporan kegiatan ATK, menyampaikan laporan
dan mendokumentasi laporan. 

f. Tampilan Kepustakaan

Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan pendukung dalam bimbingan dan


konseling dimana memberikan bantuan layanan dengan menyediakan berbagai
bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan
pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karier atau jabatan.

Analisa Masalah

Dijelaskan bahwa tujuan dari beberapa pokok kegiatan pendukung


yang tersebut diatas adalah ada dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan
Khusus. Yang dijelaskan sebagai berikut

1. Aplikasi instrumentasi
 Tujuan umum

Diperolehnya data hasil pengukuran terhadap kondisi tertentu klien.

13
 Tujuan Khusus

Terkait dengan fungsi-fungsi konseling  yang didominasi oleh fungsi


pemahaman. Dengan diperolehnya pemahaman, maka dapat diwujudkan fungsi
pencegahan dan pengentasan. Dilain sisi, maka akan diperoleh juga fungsi
pengembangan dan pemeliharaan.

2. Himpunan Data
 Tujuan Umum

Menyediakan data dalam  kualitas yang baik dan lengkap untuk


menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan
kebutuhan sasaran layanan.

 Tujuan Khusus

Didominasi oleh fungsi pemahaman terhadap individu yang


datanya  dihimpun. Ini akan mewujudkan fungsi pencegahan dan dapat
pula fungsi pengentasan terhadap  masalah individu. Lebih jauh, himpunan
data ini dapat dijadikan  bahan dalam melaksanakan fungsi pengembangan
dan  pemeliharaan dan dapatjuga digunakan dalam melindungi hak-hak
individu yang sedang mengalami masalah HAM.

3. Konferensi Kasus
 Tujuan Umum

Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan


membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat
terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.

 Tujuan Khusus

Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh


tentang permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Dan terkomunikasinya

14
sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
sehingga penanganan permasalahan menjadi lebih mudah dan tuntas.

4. Kunjungan Rumah
 Tujuan Umum

Diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat berkenaan dengan 


masalah klien serta digalangnya komitmen  orangtua atau anggota keluarga
lainnya dalam rangka penyelesaian masalah.

 Tujuan Khusus

Agar terpahaminya permasalahan klien dan upaya pengentasannya.


Dari ini dapat mencegah timbulnya  masalah lagi serta dapat berlanjut untuk
mewujudkan fungsi pengembangan dan pemeliharaan serta advokasi.

5. Alih Tangan Kasus


 Tujuan Umum

Klien mendapat layanan yang optimal  atas  masalah yang dialaminya.

 Tujuan Khusus

Terwujudnya keempat fungsi konseling  tarutama dalam upaya  pengentasan 


masalah klien. Layanan ini juga mewujudkan upaya pemahaman dan pencegahan
serta pengembangan dan pemeliharaan.

6. Tampilan Kepustakaan
 Tujuan Umum

Klien mendapat layanan yang optimal  atas  masalah yang


dialaminya.Terwujudnya keempat fungsi konseling terutama dalam upaya 
pengentasan  masalah klien. Layanan ini juga mewujudkan upaya pemahaman dan
pencegahan serta pengembangan dan pemeliharaan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk


mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan 
keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun dilingkungan sekitarnya.

Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti yang


telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung
Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling, yaitu:

1. Aplikasi Instrumentasi.

Adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan


memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi
ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan
terhadap klien dalam  bentuk layanan konseling.

2. Himpunan data.

Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan


keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif,
terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki fungsi pemahaman.

3. Konferensi kasus.

Adalah kegiatan untuk membahas permasalahan peserta


didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.

16
Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien
dalam rangka pengentasan permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus
memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

4. Kunjungan rumah.

Merupakan kegiatan untuk memperoleh data, keterangan,


kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan
orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang
tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan
kunjungan rumah memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.

5. Alih Tangan Kasus.

Merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh penanganan


yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami klien
dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih
kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter
serta ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat
memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas
permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten. Fungsi kegiatan ini adalah pengentasan.

Sementara itu tujuan dari kegiatan pendukung bimbingan konseling ini adalah
diperolehnya data – data yang akurat dan baik demi mewujudkan terselesaikannya
masalah – masalah yang dihadapi klien dan juga pemahaman terhadap layanan
bimbingan dan konseling.

17
B. Saran-Saran

Saran yang ingin penulis kemukakan dalam kegiatan pendukung


bimbingan dan konseling ini adalah antara konselor dan klien harus sungguh-
sungguh dalam pemecahan masalah-masalah yang dihadapai klien, demi
kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut. Setiap kegiatan yang
dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.

18
DAFTAR PUSAKA

Rayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta :


Depdiknas

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda


Karya Remaja.

Dewa Ketut Sukardi, Drs, MBA, MM, 2006, Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta

Drs. Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.


Penerbit  Pustaka Pelajar. 

[1] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74

[2] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 78

[3] Drs. Ridwan, M.Pd. Penanganan Efektif. Bimbingan dan Konseling Di


Sekolah. Penerbit    Pustaka Pelajar. Hal. 91

[4] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 83

[5] Drs. Dewa Ketut Sukardi, MB, MM. Pengantar Pelaksanaan Program
Bimbingan dan    Konseling Di Sekolah. Penerbit Rineka Cipta, 2006 Hal. 74

19

Anda mungkin juga menyukai