Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI

BIMBINGAN KONSELING
“Jenis - Jenis Kegiatan Pendukung Bimbingan Dan Konseling (Aplikasi Instrumentasi,
Himpunan Data, Kunjungan Rumah, Konferensi Kasus, Tampilan Kepustakaan, Dan Alih
Tangan Kasus)”

Disusun Oleh :
Okta Adinda Aprisa
21180071

Dosen Pembimbing :
Prof.Dr.Herman Nirwana,M.Pd.,Kons
Triave Nuzila Zahri,M.Pd.,Kons

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2022
A. Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan Dan Konseling
Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan yang
profesional. Hal ini perlu disadari oleh semua pihak khususnya siswa di sekolah bahwa
bimbingan dan konseling berguna bagi mereka dalam mengembangkan kehidupan siswa
seharihari. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi banyak hal dalam
membantu siswa dan juga mengembangkan potensi dirinya.
Konseling adalah pelayanan bantuan oleh tenaga profesional kepada seseorang atau
sekelompok individu untuk pengembangan dan penanganan kehidupan efektif seharihari yang
terganggu dengan fokus pribadi mandiri yang mampu mengendalikan diri melalui
penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan keterangan tentang lingkungannya, baik itu di
lingkungan keluarga, sekolah, ataupun dilingkungan sekitarnya.
Kegiatan ini dimaksudkan agar para pembimbing dan dosen lebih mudah memahami
potensi dan kekuatan, serta masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini
diharapkan akan terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien. Menurut
Prayitno, fungsi dari kegiatan pendukung adalah membantu atau mendukung penyelenggaraan
berbagai layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan pendukung memiliki tahapantahapan yang
dijadikan sebagai acuan bagi konselor dalam pelaksanaannya, sehingga kegiatan pendukung
dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan pendukung diperlukan untuk
memperoleh berbagai data, keterangan dan informasi terutama tentang peserta didik dan
lingkungannya. Kinerja konselor dalam melaksanakan kegiatan pendukung adalah pencapaian
hasil kerja konselor yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Kinerja konselor
harus sesuai dengan standar operasional pelaksanaan dalam realisasi kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling.

Jenis-Jenis Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling


1. Aplikasi Instrumentasi BK
Aplikasi instrumentasi adalah perolehan data hasil pengukuran terhadap kondisi klien.
Aplikasi instrumentasi dalam bimbingan dan konseling memuat topik pembahasan, jenis fungsi
dan uraian instrumen yang digunakan. Aplikasi instrumentasi harus direncanakan terlebih dahulu
dengan memperhatikan objek yang menjadi pengukuran yaitu fisik dan kondisi dasar psikologis
siswa. Subjek dalam perencanaan aplikasi instrumentasi adalah siswa. Instrumen yang digunakan
adalah tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes psikologi dan instrumen non tes berupa angket
sosiometri, angket pribadi, angket pengembangan diri dan angket penjurusan.
Setelah penyusunan instrumen yang digunakan, konselor membuat prosedur
pengungkapan seperti menyiapkan instrumen yang telah disusun, menyiapkan responden,
mengadministrasikan instrumen, melaksanakan pengelolaan jawaban responden, menyampaikan
jawaban responden dan menggunakan hasil aplikasi instrumentasi. Yang perlu diperhatikan
dalam aplikasi instrumentasi ini adalah materi yang hendak diungkapkan, bentuk instrument
yang hendak digunakan. Dan juga dibantu dengan responden yang bertugas untuk mengerjakan
instrument baik tes maupun non tes melalui administrasi yang diadakan oleh konselor.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik bentuk tes maupun
non tes. Ada beberapa pertimbangan dalam penerapan instrumen BK seperti yang dikemukakan
Prayitno (2004 : 316) sebagai berikut :
a. Instrumen haruslah sahih dan terandalkan
b. Konselor bertanggung jawab atas pemilihan instrumen yang akan dipakai
c. Pemakaian instrumen harus dipersiapkan secara matang baik pada persiapan instrumennya
maupun persiapan klien yang akan mengambil tes itu.
d. Pemahaman terhadap klien tidak hanya didasarkan atas data tunggal yang dihasilkan oleh
tes, melainkan harus dilengkapi dengan data lain dari sumber-sumber relevan agar gambaran
tentang klien lebih bersifat komprehensif.
e. Instrumen yang ada hanya sebagai alat bantu, oleh karena itu kekurangan atas ketiadaan
instrumen hendaknya tidak menjadi penghambat bagi pelaksanaan BK.

2. Himpunan Data
Himpunan data adalah menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk
menunjang penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan individu
lain yang menjadi tanggung jawab konselor. Pada kegiatan himpunan data, dilakukan evaluasi
penggunaan fasilitas yang digunakan dan memeriksa keakuratan, kelengkapan, kefaktualan serta
kemanfaatan data. Konselor di sekolah harus dapat menilai kemanfaatan fasilitas yang digunakan
dalam himpunan data dengan baik.
Ada beberapa jenis data yang perlu dikumpulkan oleh guru pembimbing, dari siswa
seperti yang dikemukakan Prayitno (2004 : 320) sebagai berikut:
a. Identitas pribadi
b. Latar belakang keluarga
c. Kemampuan mental, bakat dan kondisi kepribadian
d. Sejarah pendidikan, hasil belajar, nilai mata pelajaran
e. Hasil tes diagnostik
f. Data kesehatan
g. Pengalaman ekstrakurikuler dan kegiatan di luar sekolah
h. Minat dan cita-cita pendidikan dan pekerjaan
i. Prestasi khusus yang pernah diperoleh
Selain data siswa diperlukan juga data tentang lingkungan. Data tentang lingkungan ini berguna
dalam rangka memberi informasi dan penjelasan kepada siswa yang memerlukan informasi
seperti informasi pendidikan. Data tentang lingkungan ini dapat berupa:
a. Data tentang informasi pendidikan meliputi jenis program, kurikulum sistem belajar dan
sebagainya.
b. Data tentang informasi jabatan/pekerjaan, meliputi jenis-jenis jabatan, kesempatan dan syarat-
syarat bekerja dan sebagainya.
c. Data tentang lingkungan sosial, meliputi adat istiadat, norma dan nilai-nilai
lembaga/organisasi dan seterusnya. (Hallen, 2002 : 98)
3. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih rinci dan akurat
berhubungan dengan masalah klien singkat terbentuknya komitmen orang tua dan anggota
keluarga lainnya dalam rangka pengentasan masalah klien. Pada kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling kunjungan rumah, sebelumnya dilakukan perencanaan dengan menetapkan kasus
yang memerlukan kunjungan rumah dan materi kunjungan rumah. kunjungan rumah difokuskan
pada penanganan kasus yang dialami klien terkait dengan faktor-faktor keluarga.
Dalam menetapkan materi kunjungan rumah, konselor sebaiknya mempersiapkan
berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahui oleh orang tua dan
anggota keluarga dengan catatan tidak melanggar asas kerahasiaan klien. Dalam pelaksanaan
kunjungan rumah terdapat dokumen berupa pedoman wawancara kunjungan rumah, agar
terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaannya juga harus ada surat tugas dari kepala sekolah
dan konselor membuat surat pemberitahuan akan diadakan kunjungan rumah (Putri, dkk, 2014).
Kegiatan kunjungan rumah menurut Prayitno (2004 : 424) memiliki tiga tujuan utama yaitu :
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yangbersangkut paut
dengan keadaan rumah/orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya
c. Membangun komitmen orang tua terhadap permasalahan anaknya
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru pembimbing berkenaandengan kegiatan
kunjungan rumah yaitu:
1) guru pembimbing menyampaikan perlunya kunjungan rumah kepada siswa yang
bersangkutan,
2) menyusunrencana dan agenda yang konkrit dan menyampaikannya kepada orang tua
dankunjungan rumah tidak dapat dilakukan sebelum orang tua mengizinkannya.
4. Konferensi Kasus
Konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih
akurat serta menggalang komitmen dari pihakpihak yang terkait dengan permasalahan tertentu
dalam rangka penanganan masalah. Pada kegiatan konferensi kasus, perencanaan yang dilakukan
adalah memuat masalah yang dibahas, tujuan, subjek, tempat atau alamat yang akan dikunjungi,
waktu, petugas yang mengunjungi, anggota yang dikunjungi dan apa yang diharapkan dari
masing-masing anggota serta bahan dan keterangan yang dibawa dalam kunjungan rumah.
Kinerja konselor pada evaluasi valensi kasus yang baik adalah dengan melaksanakan evaluasi
kelengkapan data yang dibutuhkan dan manfaat hasil konferensi kasus dalam mengatasi masalah
siswa serta komitmen peserta dalam penanganan konferensi kasus dan mengevaluasi proses
pelaksanaan konferensi kasus. Tujuan dari konferensi kasus secara umum adalah untuk
mengumpulkan data yang lebih banyak dan akurat (Prayitno, 2004).
Adapun tujuan dilaksanakannya konferensi kasus menurut Prayitno (2004: 322) sebagai
berikut :
a. Diperolehnya gambaran yang jelas, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan
siswa.
b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dan bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas
c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu
lebih efektif dan efisien.

5. Tampilan Kepustakaan
Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan konselor guna pelaksanaan layanan
agar klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan menggunakan sendiri
bahan yang ada sesuai keperluan. Pada kegiatan tampilan kepustakaan, dilakukan monitoring
yang pelaksanaannya secara tidak langsung atau secara mandiri oleh individu. Monitoring
pelaksanaan tampilan kepustakaan pada umumnya dilakukan secara mandiri di tempat dan waktu
yang berbeda-beda, bentuk dan cara kegiatannya ditentukan sendiri oleh individu yang
bersangkutan. Monitoring tampilan kepustakaan dalam kaitannya dengan teknik kontra antara
peserta layanan dan konselor.
Adapun tujuan umum tampilan kepustakaan dalam rangka pelayanan konseling ialah :
a. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan tertulisdan/atau rekaman
lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalamtampilankepustakaan untuk
memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan.
c. Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling secara lebih langsung
dan berdaya guna.
Tujuan no. 3 diatas terarah terutama bagi individu yang belum pernah menjalani proses
pelayanan konseling, namun berkehenndak untuk memperolehnya. Dengan memanfaatkan
bahan-bahan yang ada di perpustakaan, khususnya bahan-bahan tentang apa, mengapa dan
bagaimana pelayanan konseling, individu tersebut lebih termotivasi untuk datang ke konselor
dengan kemauan sendiri (self-referal). Dalam pada itu, dengan berbagai materi yang dibaca,
boleh jadi individu mendapatkan bahan-bahan yang secara langsung ataupun tidak langsung
terkait dengan kondisi dirinya, sehingga memperoleh penceraban yang mempertajam
analisis, dan atau pengarahan tentang perilaku dan cara-cara tertentu, dan atau hal-hal positif
lainnya. Dengan perolehan seperti itu individu merasa permasalahan yang dialaminya sedikit
banyaknya telah terentaskan, atau sebagaian dari kebutuhannya telah terpenuhi. Atau
perolehan positif itu menjadi bahan awal yang lebih memicunya untuk segera mendapat
bantuan konselor dalam pengentasan masalahnya secara lebih tuntas.
Komponen Tampilan Kepustakaan
Komponen pokok dalam kegiatan TKp adalah konselor, peserta layanan, dan bahan yang ada
di perpustakaan.

1. Konselor
Konselor adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang menyelenggarakan berbagai jenis
layanan konseling dan kegiatan pendukungnya. Berkenaan dengan TKp. Konselor
menyediakan atau setidak-tidaknya memiliki akses dengan berbagai bahan yang ada di
perpustakaan yang disiapkan oleh konselor sendiri, atau di perpustakaan lembaga tempat
konselor bekerja, atau diperpustakaan lainnya yang dimungkinkan untuk diakses.
2. Peserta Kegiatan
Peserta yang terkait dengan kegiatan TKp adalah individu-individu, baik sendiri-sendiri
maupun yang terkait dengan kelompok atau kelas tertentu yang berkepentingan dengan
pengaksesan terhadap bahan kepustakaan tertentu. Pada tahap pra-konseling, kegiatan akses
kepada bahan-bahan kepustakaan dilakukan oleh siapa saja, tanpa terikat oleh layanan
konseling. Pada tahap dalam proses konseling, kegiatan TKp dilakukan oleh mereka yang
sedang mengalami proses konseling. Semua jenis layanan konseling dapat melibatkan ke
dalamnya kegiatan TKp sesuai dengan permasalahan ataupun topik yang dibahas. Sedangkan
pada tahap pasca-konseling, perilaku kegiatan TKp adalah mereka yang sebelumnya telah
menjalani proses konseling dengan jenis layanan tertentu. Setelah layanan konseling
berakhir, atas arahan konselor dan atau inisiatif sendiri klienmengakses bahan tertentu yang
ada di perpustakaan.
Peserta kegiatan TKp adalah siapapun juga, dengan syarat sudah pandai membaca dengan
pemahaman yang cukup tinggi dan dapat mengaitkan materi yang dibacanya itu dengan
permasalahan dan pengembangan diri. Peserta seperti itu dapat berasal dari berbagai
kalangan, yaitu siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi para remaja, orang
dewasa dan lanjut usia dari semua latar belakang yang dapat mengakses bahan-bahan
perpustakaan.
Bahan Tampilan Kepustakaan
Bahan tampilan kepustakaan sangat bervariasi, baik dalam jenis materinya maupun tingkat
kesulitan dalam pemahamannya. Jenis materi yang dimaksudkan itu tersebar dalam semua
bidang pelayanan konseling, yaitu:
a. Bidang pengembangan pribadi, seperti bacaan yang menyangkut tugas perkembangan pada
tiap tahap perkembangan, potensi diri, kemampuan berfikir dan merasa, suasana hati, cara-
cara menjaga diri, upaya penampilan diri, dan lain-lain.
b. Bidang pengembangan hubungan sosial, seperti bacaan tentang cara berkomunikasi, kiat-
kiat berhubungan dengan orang lain, kepemimpinan, kehidupan kelompok, nilai-nilai sosial
dan moral, cara berorganisasi, dan lain-lain.
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar, seperti bacaan tentang cara-cara belajar yang baik,
kiat-kiat mengikuti pelajaran dalam kelas, mempersiapkan dan mengikuti ujian, menyusun
makalah, mengerjakan PR, dal lain-lain.
d. Bidang perencanaan dan pengembangan pilihan karir dan hidup berpekerjaan, misalnya
bacaan tentang keterkaitan antara bakat, minat dan pekerjaan; kisah orang-orang sukses, kiat
sukses dalam bekerja dan berusaha, hubungan pimpinandan karyawan, pengelolaan
kelembagaa, informasi karir dan pendidikan, dan lain-lain.
e. Bidang pengembangan hidup berkeluarga,misalnya bacaan tentang persiapan berumah
tangga, reproduksi sehat, keluarga sakinah, hubungan suami istri, cara mendidik anak,
ekonomi keluarga, perumahan sehat, keluarga berencana, dan lain-lain
f. Bidang pengembangan hidup beragama, misalnya bacaan tentang pembinaan keimanan dan
ketaqwaan, riwayat para nabi, pahala dan dosa, hubungan antara manusia dengan manusia,
manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan alam sekitar, dan
manusia dengan alam akhirat, kitab tafsir, dan lain-lain.

6. Alih Tangan Kasus


Alih tangan kasus adalah pelayanan untuk mengantarkan klien ke ahli yang benar-benar
memiliki kemampuan dan kewenangan terhadap pengentasan masalah klien. Dalam kegiatan alih
tangan kasus kinerja konselor di sekolah ditunjukkan dengan hasil alih tangan kasus bersama
klien. Konselor memperoleh laporan dari ahli yang menjadi arah alih tangan kasus dan juga
menganalisis alih tangan kasus terhadap permasalahan klien. Konselor harus meningkatkan
kinerja dalam menganalisis tangan kasus dan meminta laporan mengenai hasil dari ahli yang
menjadi arah alih tangan kasus.
Alih tangan merupakan kegiatan pendukung untuk mendapatkan penanganan yang lebih
cepat, tepat dan tuntas masalah yang dihadapi siswa dengan memindahkan penanganan kasus
dari satu pihak ke pihak lainnya. Dalam permendikbud nomor 81 A menyebutkan bahwa alih
tangan kasus yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain
sesuai keahlian dan kewenangan ahli yang dimaksud.
Daftar Pustaka

file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/Kegiatan%20Pendukung%20Bimbingan%20dan
%20Konseling.pdf
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/Kegiatan%20Pendukung%20Bimbingan%20dan
%20Konseling.pdf
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/artikel%20bk%20sri%20rahayu.pdf
http://mbilengi.blogspot.com/2015/05/makalah-tampilan-kepustakaan-bk.html
LAPORAN DISKUSI

Anggota Kelompok :

Seliati Lase (21087063)

Jihan Willy Zhafirah (21075072)

Sri Raihan Yodian (21180054 )

Topik : “Aplikasi instrumentasi,himpunan data,kunjungan rumah,konfrensi kasus,tampilan


perpustakaan, dan ahli tangan kasus

Penyampaian Kritik Dan Saran :

Shobrina shifa aulia

Mussadat

Penambahan materi : (tidak ada)

Bertanya :

1. Nama : Widya Almareza


NIM : 21180076
Izin bertanya kepada kelompok penyaji,, apa saja hambatan yang sering muncul dalam
pelaksanaan kegiatan pendukung BK di sekolah? Dan bagaimana cara mengatasi hambatan-
hambatan tersebut
2. dita anggrini 21003021 pertanyaan : didalam jenis-jenis bimbingan konseling ada
himpunan data, nah pertanyaannya apa saja kekurangan dan kelebihan dari adanya
himpunan data tersebut
3. syilva yanti-21180055 pertanyaan : apakah tujuan umum dan tujuan khusus diadakannya
konferensi kasus

Jawaban :
1. sri raihan yodian 21180054 jawaban soal no 1
a)      Kekurangan tenaga bimbingan di sekolah.
Beberapa sekolah sudah merasakan perlunya petugas bimbingan di sekolah, sebagai
pembantu Kepala sekolah atau wali kelas dalam menghadapi berbagai permasalahan
peserta didik.
b)      Kemampuan teknis bimbingan di sekolah.
Tenaga yang ada, yang secara langsung menangani bimbingan di sekolah kebanyakan
tidak sesuai dengan bidangnya, bisa jadi tugasnya merangkap antara profesi satu dengan
profesi lainnya.
c)      Sarana dan prasarana.
Layanan bimbingan di sekolah mutlak memerlukan sarana dan prasarana. Kebanyakan
sarana dan prasarana yang digunakan masih merangkap dengan fasilitas yang lainnya,
seperti misalnya ruangan bimbingan yang masih menyatu dengan ruang kesehatan.
d)     Organisasi dan administrasi bimbingan.
Dalam penanganan layanan bimbingan di sekolah, perlu dilakukan dan ditopang oleh
kegiatan administrasi. Program bimbingan perlu diorganisir sedemikian rupa supaya
memungkinkan terjadinya suatu kerja sama yang harmonis antara pihak sekolah, Kepala
Sekolah
cara mengatasi ny:
1) mensosialisasikan manfaat bimbingan konseling di lingkungan sekolah dan
masyarakat,
2) lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) BK selayaknya menyediakan
software layanan BK berbasis ICT yang berstandar, dan
3) menyediakan program tertentu untuk kepelatihan bagi tenaga dan calon tenaga
bimbingan konseling sehingga mereka memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
melaksanakan bimbingan konseling berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT)
di sekolah. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara sederhana.
2. Jihan Willy Zhafira - jawaban soal no 3
tujuan dari konferensi kasus secara umum adalah untuk mengumpulkan data yang lebih
banyak dan lebih akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan
permasalahan tertentu dalam rangka penanganan permasalahan.
Tujuan konferensi kasus secara khusus antara lain:
(1) untuk mendapatkan suatu konsesus dari para ahli dalam menafsirkan data atau
informasi yang cukup memadai dan komprehensif tentang siswa atau kasus guna
memudahkan pengambilan keputusan.
(2) menetapkan cara yang terbaik untuk menangani kasus.
(3) sebagai langkah awal dalam penetapan rujukan (referral) bila dibutuhkan bntuan di
luar kemampuan dan tanggungjawab konselor.
(4) adanya koordinasi dalam penanggulangan masalah oleh berbagai pihak yang
berkepentingan.
3. penambahan jawaban soal no 2
Malik Ibrahim 21086219
data bisa salah karna tidak jujur nya siswa karena takut dan menyebabkan solusi tidak
relevan

Anda mungkin juga menyukai