Anda di halaman 1dari 19

Tugas 9

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Bimbingan Konseling

(BK)

OLEH:

DYTA TRI UTARI


17004005

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


Aplikasi instrument bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling untuk mengumpulkan data dan ketereangan peserta didik atau klien,
keterangan tentang lingkungan, peserta didik dengan keterangan yang lebih luas (Sukardi,
2010:73). Pengumpulan data ini dapat di lakukan dengan berbagai instrument, baik tes
maupun nontes. Aplikasi instrument bimbingan dan konseling bermaksud mengumpulkan
data dan keterangan peserta didik (baik secara individual maupun kelompok), keterangan
tentang lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas.
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang peserta didik/konseli ( baik individual maupun kelompok ), keteranga
tentang lingkungan peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data
dan keterangan ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.
Hasil pengumpulan data itu dipakai dalam kegiatan layanan bimbing dan konseling
sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya. Fungsi utama bimbingan
dan konseling yang di embankan oleh kegiatan penunjang aplikasi instrumentasi ialah fungsi
pemahaman.

Materi umum aplikasi instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan yang
dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi pada umumnya, meliputi:
1. Kebisaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemmpuan dan kondisi mental dan fisik klien.
3. Kemampuan dan pengenalan lingkungan dan hubungan social.
4. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar.
5. Informasi karir dan pendidikan.
6. Kondisi keluarga dan lingkungan ( prayitno, 1997:95 )

Ada beberapa pertimbangan yang perlu mndapat perhatian para konselor dalam
penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, antara lain adalah:
1. Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan.
2. Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan
instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengaminidtrasiannya dan
skoring, penginterprestasian skor dan penggunaan sebagai sumber informasi bagi
pengambilan keputusan tertentu.
3. Pemakaian instrument, harus disiapkan secara matang bukan hanya persiapan
instrument saja, tetapi persiapan instrument yang akan mengambil tes.
4. Tes atau instrument apapun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka
memahami individu secara lebih luas dan mendalam.
5. Ada dan dipergunakannya berbagai instrumentlainnya bukanlah syarat mutlak bagi
pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling.
Instrument bimbingan dan konseling meliputi di gunakan dan di kembangkan
berbagai instrument, yaitu intrumen tes maupun non-tes. Berikut penjelasannya menurut
Prayitno (2015: 318-319)
1. Intrumen Tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang dan
mengembangkannya dalam bentuk skla angka atau grafik tertentu. Dalam bentuknya
yang nyata tes meliputi serangkaian pertanyaan (tertulis maupun lisan) atau tugas yang
harus di jawab atau di kerjakan oleh orang yang di tes. Jawaban atas pertanyaan itu di
jadikan dasar untuk menentukan tingkat pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap
atau kualifikasi orang yang bersangkutan.
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
a. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah pada
individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan, masalah
prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan atau penyaluran.
b. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu.
c. Mengenali individu (misalnya disekolah) yang memiliki kemampuan yang sangat
tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus.
d. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau keterampilan seorang
individu dalam bidang tertentu.

2. Instrument Non-Tes
Instrument non-tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara,
catatan anekdot, angket, sosiometri, inventori yang di lakukan. Agar di peroleh hasil yang
terandalkan, pengamatan dan wawancara di lakukan dengan mempergunakan pedoman
pengamatan atau pedoman wawancara. Angket dan daftar isian di pergunakan untuk
mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri.
Sosiometri biasanya di gunakan untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola
hubungan sosial di antara individu-individu dalam kelompok. Sedangkan melalui
inventori yang di bakukan akan dapat di ungkapkan berbagai hal yang biasanya
merupakan pokok pembahasan dalam rangka bimbingan dan konseling.
B. Himpunan Data

Himpunan data yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan peserta didik
(Aqib, 2012:82). Menurut Sukardi (2008) penyelenggaraan himpunan data merupakan
kegiatan pendukung BK untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik. Himpunan data perlu diselenggarakan secara
berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Penyelenggaraan
himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang dihimpun merupakan
hasil dari upaya aplikasi instrumentasi, dan apa yang menjadi isi himpunan data
dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan. Menurut Sukardi (2000),
fungsi utama himpunan data dalam bimbingan dan konseling adalah fungsi pemahaman
terhadap berbagai aspek kepribadian serta lingkungan yang erat kaitannya dengan proses
pemberian bimbingan atau layanan individu maupun kelompok.

Beberapa hal yang termuat dalam materi himpunan data menurut Mulyadi (2016:
283) yang meliputi data atau keterangan tentang:

1. Identitas siswa dan keluarganya.


2. Hasil aplikasi instrument.
3. Hasil belajar, karya tulis dan rekaman kemampuan siswa.
4. Catatan anekdot.
5. Informasi pendidikan dan jabatan.
6. Laporan dan catatan khusus.

Kegiatan penyelenggaraan dan himpunan data merupakan tugas yang sangat


membantu guru pembimbing secara efektifdan efisien dalam pelayanan bimbingan dan
konseling. Berbagai bentuk data yang tersusun rapi itu lah yang di sebut himpunan data atau
di kenal dengan comulative record. Dengan demikian, dengan himpunan data ini kita akan
di hadapi dengan masalah penyusunan, pemeliharaan, penyimpanan, serta penggunaan data
tersebut yang sesuai dengan kaidah-kaidah bimbingan dan konseling.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data ialah
fungsi pemahaman.Hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya menjadi yang dianggap
penting dalam himpunan data.Himpunan data juga dapat meliputi hasil wawancara,
konferensi kasus, kunjungan rumah, analisis hasil belajar, pengamatan dan hasil upaya
pengumpulan bahan lainnya yang dianggap relevan dengan pelayanan bantuan terhadap
siswa. Keseluruhan data yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi:

1. Data pribadi, adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan.


Himpunan data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa, karena himpunan data
pribadi bersifat berkelanjutan, maka harus ada kera sama antar guru kelas.Himpunan
data pribadi siswa memang perlu lengkap dan menyeluruh, tetapi harus tetap sederhana,
ringkas, dan bersifat sepenuhnya. Himpunan data pribadi sering juga disebut
Cumulative Record.
2. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa, seperti
gambaran menyeluruh hasil beljar siswa stu kelas, hasil sosiometri, laporan
penyelenggaraan dan hasil diskusi atau belajar kelompok, penyelenggaraan dan isi
bimbingan, dan konseling kelompok.
3. Data umum, adalah tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik secara pribadi
(perorangan)ataupun kelompok. Data ini berasal dari luar diri siswa, seperti informasi
pendidikan dan jabatan serta informasi lingkungan fisik social dan budaya. Data ini
biasanya dihimpun dalam bentuk tersendiri, contohnya bentuk buku, kumpulan tentang
informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi sisial budaya ( Prayitno, 1997:99-
100).
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpunan
data dan pemanfaatannya secara optimal:
1. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna untuk
memberikan gambaran yang tepat untuk individu.
2. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan dinamis. Oleh karea
itu data tentang siswa perlu di perbarui.
3. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi menurut system
tertentu.
4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
5. Mengingat bahwa data yang di kumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan
dikurangisesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data dan pemasukannya
kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan
rutin penyelenggaraan himpunan data itu.

C. Konferensi Kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang di alami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum
pertemuan yang di hadiri oleh berbagai pihak yang di harapkan dapat memberikan bahan,
keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan tersebut (Sukardi,
2010: 82). Sukardi (2010:
82) juga menjelaskan materi pokok yang di bicarakan dalam konferensi kasus adalah segenap
hal yang menyangkut permasalahan (kasus) yang di alami oleh siswa yang bersangkutan.
Permasalahan itu di dalami dan di analisis berbagai seginya, baik rincian masalahnya, sebab-
sebab dan sangkut paut antara berbagai hal yang ada di dalamnya. Secara umum tujuan dari
konferensi kasus ialah mencari intrerpretasi yang tepat dan tindakan-tindakan konkret yang
dapat diambil. Atau dengan kata lain konferensi kasus kasus bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih tepat mengenai diri kasus dengan maksud untuk memberikan
pertolongan kepada kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.

Menurut Prayitno dan Erman Amti (2015), konferensi kasus diselenggarakan untuk
membicarakan suatu kasus. Di sekolah, konferensi kasus biasanya diselenggarakan untuk
membantu permasalahan yang dialami oleh seorang siswa.

Tujuan konferensi kasus menurut Prayitno dan Erman Amti (2015) ialah untuk:

1. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang


permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan saling sangkut paut
data atau keterangan yang satu dengan yang lain.
2. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu menjadi lebih
mudah dan tuntas.
3. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya penanganan itu
lebih efektif dan efisien.
Kasifikasi masalah konferensi kasus, masalah yang akan menjadi titik pusat
pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah dipersiapkan dan diajukan oleh
peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah siswa yang dapat diajukan dalam pembahasan
konferensi kasus salah satu atau beberapa masalah yang dihadapi siswa di bawah ini:
1. Masalah belajar, yang antara lain berkenan dengan:
a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif
b. Kemampuan belajar yang kurang memadai
c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai
d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan
2. Masalah social pribadi diantaranya:
a. Kekurangharmonisan hubungan antar teman
b. Kekurangserasian hubungan dengan orang tua
c. Kekurangserasian hubungan dengan guru
d. Gambaran diri yang kurang tepat
e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat
f. Kenakalan remaja
g. Gangguan psikis
3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
a. Pemilihan jurusan yang tepat
b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat
c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memedai
d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang memadai
e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai

Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:


1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta konferensi
kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka yang diundang
adalah orang-orang yang memiliki pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa
(konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah,
guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (konseli), wali kelas,
dan bila perlu dapat
menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan masalah siswa (konseli),
seperti: psikolog, dokter, polisi, dan ahli lain yang terkait.
2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor membuka
acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi
kasus dan permintaan komitmen dari para peserta untuk membantu mengentaskan
masalah yang dihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnya pemenuhan
asas–asas dalam bimbingan dan konseling, khususnya asas kerahasiaan.
3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang dihadapi
siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanya terlebih
dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli), misalkan tentang
potensi, sikap, dan perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta
bisa melihat hal- hal positif dari siswa (konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya,
disampaikan berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data/informasi
lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-
upaya pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain mendiskusikan
dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan tugas
dan peran masing-masing dalam rangka pengentasan/remedial atas masalah yang
dihadapi siswa (konseli)
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya konferensi
menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untuk
dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa (konseli) yang bersangkutan,
untuk mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan
masalah siswa (konseli).

Penyelenggaraan konferensi kasus: tak semua masalah siswa perlu


dikonferensikasuskan. Guru kelas sebagai penyelenggaraan pertama menjelaskan tujuan
konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar kasus yan hendak dibicaraan itu. Isi
pembicaraan konferensi kasus sama sekali tidak bolh dibocorkan atau dibicarakan di tempat
lain. Hasil yang diharapkan dari konferensi kasus yang sukses ialah apabila konselor
memperoleh data atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah
siswa,
dan terbangun komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan
masalah klien (siswa)(prayitno, 1997:101-102)

D. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik melalui kunjungan kerumahnya (Aqib, 2012:82). Menurut Prayitno (2015: 324)
menjelaskan bahwa kunjungan rumah tidak perlu di lakukan untuk seluruh siswa. Kunjungan
rumah hanya di lakukan untuk siswa yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang
cukup kuat perananan rumah atau orang tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah.
Kegiatan kunjungan rumah setidaknya memiliki tiga tujuan utama menurut Prayitno
(2015: 324) yaitu:
1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang bersangkut
paut dengan keadaan rumah atau orang tua.
2. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.
3. Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

Pelaksanaan kunjungan rumah di lakukan sesuai dengan rencana. Kegiatan konselor


di rumah orang tua siswa, sesuai dengan agenda yang telah di sampaikan kepada orang tua,
dapat berupa wawancara, pengamatan terhadap fasilitas belajar anak di rumah, diskusi atau
bimbingan dan konseling kelompok dengan sejumlah anggota keluarga, pengisian daftar
isian, dan lain-lain. Laporan setiap kunjunga rumah di buat secara khusus dan di letakkan
pada himpunan data. Hasil kunjungan rumah dapat langsung di pakai sebagai bahan
pertimbangan penanganan masalah, dan dapat pula di pergunakan di dalam konferensi kasus.

E. Tampilan Kepustakaan
Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu
klien dalam memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang
dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya, dan dalam pengembangan diri
padaumumnya. Pemanfaatan tampilan kepustakaan dapat diarahkan oleh konselor dalam
rangka pelaksanaan pelayanan klien secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk
mencari dan memanfaatkan
sendiri bahan-bahan yang ada di perpustaan sesuai dengan keperluan.Tampilan kepustakaan
merupakan kondisi yang sangat memungkinkan klien memperkuat dan memperkaya diri
dengan atau tanpa bantuan konselor (Prayitno, 2012:369).

Jadi tampilan kepustakaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pendukung untuk


memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien.
Kegiatan pendukung ini memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan sendiri
bahan- bahan yang ada dipustakaan sesuai dengan kebutuhan.

a. Tujuan Tampilan Kepustakaan


Adapun tujuan dari kegiatan pendukung tampilan kepustakaan adalah:
melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan rekaman yang ada
layanan tampilan kepustakaan. Mendorong klien memanfaatkan data yang ada untuk
mengentaskan masalah. Mendorong klien memanfaatkan pelayanan konseling secara
langsung dan berdayaguna.
b. Komponen Tampilan Kepustakaan
Dalam kegiatan pendukung tampilan kepustakaan terdapat beberapa
komponen, adapun beberapa komponen tersebut adalah :
 Konselor

Konselor adalah seorang yang memiliki akses dengan berbagai bahan yang
tersedia diperpustakaan

 Peserta kegiatan

Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam mengakses terhadap


bahan kepustakaan tertentu. Perserta layanan untuk tahap pra konseling adalah
mereka yang tanpa terikat layanan konseling.Peserta dalam konseling adalah
mereka yang sedang menjalani konseling dan peserta pasca konseling adalah
mereka yang sebelumnya sudah menjalani layanan konseling.

c. Bahan-bahan yang menjadi bahasan pustakaan yaitu:


 Bahan pengembangan pribadi : menyangkut tugas-tugas perkembangan
 Bahan pengembangan kehidupan siswa : cara berkomunikasi
 Bahan pengembangan kegiatan belajar : bacaan cara belajar yang baik
 Bahan perencanaan dan pengembangan karir : bacaan tentang keterkaitanminat,
bakat, dan pekerjaan
 Bahan pengembangan kehidupan keluarga : bacaan persiapan berumahtangga
 Bahan pengembangan hidup beragama : bacaan tentang pembinaan keimanan dan
ketakwaan.
d. Asas Dalam Tampilan Kepustakaan
Dalam kegiatan pendukung tampilan kepustakaan asas yang digunakan adalah
asas kegiatan yang mendominasi karena harus mencari referensi, memahami dan
menyimpulkan yang diiringi dengan asas kesukarelaan.
e. Pendekatan Dan Teknik

Format pendekatan yang digunakan adalah, Individu dan Kelompok. Klasikal


Teknik yang dilaksanakan peserta layanan, mencari bahan yang digunakan,
mengajarkan klien membaca teknik cepat dan tepat, arah aplikasi materi yang dibaca.
Untuk waktu pelaksanaan kegiatan tampilan kepustakaan dapat diatur sendiri oleh
klien, yang disesuaikan dengan penugasan oleh konselor.

f. Operasionalisasi
Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan memiliki operasionalisasi sebagai berikut:
 Persiapan

Menyampaikan perlunya tampilan kepustakaan, menetapkan bahan-bahan


tampilan kepustakaan, menyiapkan klien untuk mengakses bahan-bahan yang
dibutuhkan, menetapkan waktu kegiatan, dan menetapkan pembicaraan terhadap
hasil yang diperoleh dari tampilan kepustakaan.

 Monitoring pelaksanaan
Dapat dilaksanakan secara tidak langsung (klien dimandirikan) dan secara
langsung di mana peserta layanan ditugaskan menyiapkan diri dengan bahan atau
topik tugas tertentu.
 Evaluasi dan Tindak lanjut
Pelaksanaan pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan dengan
kontrak sambil dilaksanakn evaluasi.
F. Alih Tangan Kasus

Menurut Mulyadi (2016), alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung BK


untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami siswa dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak yang
lain. Alih tangan kasus hanya dilakukan oleh konselor, menjumpai kenyataan bahwa
sebagian atau keseluruhan inti permasalahan siswa berada di luar
kemampuan/kewenangan konselor. Materi yang dialih tangankan adalah bagian dari
permasalahan yang belum tuntas ditangani oleh konselor.

Cornier dan Bernard (dalam Prayitno dan Erman Amti, 2015)


mengemukakan beberapa praktek yang salah yang hendaknya tidak dilakukan
konselor dalam kegiatan alih tangan kasus, yaitu:

1. Klien tidak diberi alternatif pilihan kepada ahli mana ia akan dialih tangankan
2. Konselor mengalihtangankan klien kepada pihak yang keahliannya diragukan,
atau kepada ahli yang reputasinya kurang dikenal
3. Konselor membicarakan permasalahan klien kepada calon ahli tempat alih
tangan tanpa persetujuan klien
4. Konselor menyebutkan nama klien kepada calon ahli tempat alih tangan

Tujuan alih tangan kasus menurut Sukardi (2008) adalah mendapatkan


penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan
memindahkan penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli. Atau
dengan kata lain tujuan dari alih tangan kasus adalah layanan alih tangan kasus
bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa yang menghadapi masalah tertentu
kepada petugas didalam sekolah sendiri atau lembaga pelayanan alih tangan
kasus(rujukan) di luar sekolah disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan
wewenang yang dimilikinya maupun karena keterbatasan sumber manusiawi dan
alat.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainab. 2012. Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung;

YRMAWDIYA. Mulyadi. 2016. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah.

Jakarta: Kencana.

Prayitno, Amti Erman. 2015. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT Rineka

Cipta. Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: PPK BK

FIP UNP
Soal dan kunci jawaban terkait materi
Objektif
1. kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan ketereangan
peserta didik atau klien, keterangan tentang lingkungan, peserta didik dengan keterangan
yang lebih luas, Disebut ?

a. Layanan bimbingan kelompok Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

b. Himpunan Data

c. Konferensi Kasus

d. Kunjungan Rumah

2. kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang di alami
oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang di hadiri oleh berbagai pihak
yang di harapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan. Disebut..?

a. Layanan bimbingan kelompok Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah

3. kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan peserta didik Disebut..?

a. Layanan bimbingan kelompok Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah
4. kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keterangan,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik melalui
kunjungan kerumahnya. Disebut..?

a. Layanan bimbingan kelompok Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah

5. kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam memperkaya dan


memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang dialami dan dibahas bersama konselor
pada khususnya, dan dalam pengembangan diri padaumumnya.Disebut..?

a. Tampilan Kepustakaan
b. Himpunan Data
c. Konferensi Kasus
d. Kunjungan Rumah

Essay
6. Jelaskan tiga tujuan utama dari Kegiatan kunjungan rumah !
7. Sebutkan Beberapa materi himpunan data yang anda ketahui !
8. JelaskanTujuan konferensi kasus menurut Prayitno dan Erman Amti (2015) !
Kunci Jawaban
1. A. Layanan bimbingan kelompok Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling
2. C. Konferensi Kasus
3. B. Humpunan Data
4. D. Kunjungan Rumah
5. A. Tampilan Kepustakaan
6.
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan siswa, khususnya yang
bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.

c. Membangun komitmen orang tua terhadap penanganan masalah anaknya.

7.

a. Identitas siswa dan keluarganya.

b. Hasil aplikasi instrument.

c. Hasil belajar, karya tulis dan rekaman kemampuan siswa.

d. Catatan anekdot.

e. Informasi pendidikan dan jabatan.

f. Laporan dan catatan khusus.

8.
a. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh
tentang permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh itu lengkap dengan
saling sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang lain.
b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu
menjadi lebih mudah dan tuntas.
c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya
penanganan itu lebih efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai