Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING


“Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling”

Oleh

Fahira Zachro NIM. 16075068


Hilma Yunifa NIM. 16075071

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2018

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Tujuan.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Aplikasi Instrumen Bimbingan dan Konseling................................. 2

B. Himpunan Data.................................................................................... 5

C. Kunjungan Rumah............................................................................... 7

D. Konferensi Kasus.................................................................................. 9

E. Tampian Kepustakaan......................................................................... 13

F. Alih Tangan Kasus............................................................................... 14

BAB III KESIMPULAN................................................................................... 18

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................ 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan pendukung pada umumnya ditujukan secara langsung untuk
memecahkan masalah klien melainkan untuk memungkinkan diperolehnya
data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yang
akan membantu kelanacaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien.
Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung
dengan sasaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan aplikasi
instrumen bimbingan konseling, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi
kasus, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan
pendukung dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang
bimbingan, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil
kegiatan pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis
layanan bimbingan dan konseling.

B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan dan
konseling.
2. Mengetahui macam-macam kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung


untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk
memungkinkan di perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-
kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan
kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan
tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan ( Hallen, 2000:89 ).
Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki
konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai
keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal ( Prayitno dan
Erman Amti, 2004:315 ). Namun, mengingat apa yang menjadi isi komunikasi itu
menjangkau wawasan yang sedemikian luas dan multidimensional serta harus
sesuai dengan data dan kenyataan yang berkenaan dengan objek-objek yang
dibicarakan, maka konselor perlu diperlengkapi dengan berbagai data, keterangan
dan informasi, terutama tentang klien dan lingkungannya.
Kegiatan pendukung dan bimbingan konseling meliputi kegiatan pokok
aplikasi instrumentasi dan bimbingan konseling, himpunan data, konferensi kasus,
kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.Semua jenis kegiatan pendukung
dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang bimbingan, serta
disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan pendukung
dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis layananbimbingan dan
konseling ( Prayitno, 1997:95 ).

A. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


Aplikasi instrumentasi bimbingan dan koseling, yaitu kegiatan pendukung
bimbingan dan koseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang
peserta didik (klien/konseli), keterangan tentang lingkunan peserta didik
(konseli) dan lingkungan yang lebih luas.Pengumplan data ini dapat dilakukan
dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.
Aplikasi Instrumentasi adalah  upaya pegungkapan melalui pengukuran
dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan,

4
disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam 
bentuk layanan konseling.
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik/konseli ( baik
individual maupun kelompok ), keterangan tentang lingkungan peserta didik,
dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data dan keterangan ini dapat
dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.
Hasil pengumpulan data itu dipakai dalam kegiatan layanan bimbing dan
konseling sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya.
Fungsi utama bimbingan dan konseling yang di embankan oleh kegiatan
penunjang aplikasi instrumentasi ialah fungsi pemahaman.
Materi umum aplikasi instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan
yang dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi pada umumnya, meliputi:
1. Kebisaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Kemmpuan dan kondisi mental dan fisik klien.
3. Kemampuan dan pengenalan lingkungan dan hubungan social.
4. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar.
5. Informasi karir dan pendidikan.
6. Kondisi keluarga dan lingkungan ( prayitno, 1997:95 )
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mndapat perhatian para konselor
dalam penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, antara lain
adalah:
1. Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan.
2. Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas
pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring
pengaminidtrasiannya dan skoring, penginterprestasian skor dan
penggunaan sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan
tertentu.
3. Pemakaian instrument, harus disiapkan secara matang bukan hanya
persiapan instrument saja, tetapi persiapan instrument yang akan
mengambil tes.

5
4. Tes atau instrument apapun hanya merupakan salah satu sumber dalam
rangka memahami individu secara lebih luas dan mendalam.
5. Ada dan dipergunakannya berbagai instrumentlainnya bukanlah syarat
mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling.
Pemahaman tentang diri klien, tentang masalah klien, dan tentang
lingkungan yang lebih luas dapat dicapai dengan berbagai cara. Wawancara
dan dialog yang mendalam biasanya merupakan cara yang efektif untuk
mengembangkan pemahaman tentang diri klien dan masalahnya itu. Dalam
kaitan itu konselor perlu memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai
dalam penggunaan berbagai instrument tersebut.
Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu
sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan koseling
terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empiric.
Penyelenggaraan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling meliputi
digunakan dan dikembangkannya berbagai instrument, baik tes mupun non
tes.
1. Instrument Tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku
seseorang dan menggambarkan dalam bentuk skala angka atau klasifikasi
tertentu.Dalam bentuk nyata tes berbentuk serangkaian pertanyaan yang
harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang di tes.
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
a. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai
masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian
dengan lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah
penempatan atau penyaluran.
b. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu.
c. Mengenali individu (misalnya disekolah) yang memiliki kemampuan
yang sangat tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan
khusus.
d. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau
keterampilan seorang individu dalam bidang tertentu.

6
Berbagai hal yang dipeloleh konselor dari hasil tes dapat
digunakan untuk menetapkan jenis layanan yang perlu diberikan kepada
individu yang dimaksudkan.
2. Instrument Non Tes
Instrument non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan,
wawancara, catatan anecdote, angket, sosiometri, dan inventori yang
dibekukan (Prayitno dan Erman Amti, 2004:319).
Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara
dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman
wawancara.Catata anekdot merupakan hasil pengamatan, khususnya
tentang tingkah laku yang tak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan
perhatian tersendiri.Angket dan daftar isian dipergunakan untuk
mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu
sendiri.Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola
hubungan sosial diantara individu-individu dan kelompok. Sedangkan
melalui inventori yang dibakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal
yang biasanya merupakan pokok pebahasan dalam rangka pelayanan
bimbingan dan konseling secara lebih luas.

B. Himpunan Data
Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien/konseli).Himpunan data
perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu
dan sifatnya tertutup.Penyelenggaraan himpunan data bermaksud
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan siswa dalam berbagai aspeknya. Data yang terhimpun
merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi, dan apa yang menjadi hasil
himpunan data dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan
bimbingan.
Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:
1. Identitas siswa (klien) dan keluarga.
2. Hasil aplikasi instrumentasi.

7
3. Hasil belajar, karya tulis, dan rekaman kemampuan siswa.
4. Catatan anekdot.
5. Informasi pendidikan dan jabatan.
6. Laporan dan catatan khusus.
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan
data ialah fungsi pemahaman.Hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya
menjadi yang dianggap penting dalam himpunan data.Himpunan data juga
dapat meliputi hasil wawancara, konferensi kasus, kunjungan rumah, analisis
hasil belajar, pengamatan dan hasil upaya pengumpulan bahan lainnya yang
dianggap relevan dengan pelayanan bantuan terhadap siswa. Keseluruhan data
yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Data pribadi, adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara
perorangan. Himpunan data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa,
karena himpunan data pribadi bersifat berkelanjutan, maka harus ada kera
sama antar guru kelas.Himpunan data pribadi siswa memang perlu lengkap
dan menyeluruh, tetapi harus tetap sederhana, ringkas, dan bersifat
sepenuhnya. Himpunan data pribadi sering juga disebut Cumulative
Record.
2. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa,
seperti gambaran menyeluruh hasil beljar siswa stu kelas, hasil sosiometri,
laporan penyelenggaraan dan hasil diskusi atau belajar kelompok,
penyelenggaraan dan isi bimbingan, dan konseling kelompok.
3. Data umum, adalah tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik
secara pribadi (perorangan)ataupun kelompok. Data ini berasal dari luar
diri siswa, seperti informasi pendidikan dan jabatan serta informasi
lingkungan fisik social dan budaya. Data ini biasanya dihimpun dalam
bentuk tersendiri, contohnya bentuk buku, kumpulan tentang informasi
pendidikan, informasi jabatan, informasi sisial budaya ( Prayitno, 1997:99-
100).
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka
penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal:

8
1. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna
untuk memberikan gambaran yang tepat untuk individu.
2. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan
dinamis. Oleh karea itu data tentang siswa perlu di perbarui.
3. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi
menurut system tertentu.
4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
5. Mengingat bahwa data yang di kumpulkan cukup banyak, harus pula
ditambah dan dikurangisesuai dengan perkembangan, lagi pula
pengeluaran data dan pemasukannya kembali memakan waktu yang
cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin
penyelenggaraan himpunan data itu.
Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok
data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana yang menjadi isi dari
aplikasi instrumentasi tersebut diatas.Selain itu, himpunan data juga memuat
karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus,
dan informasi pendidikan dan jabatan.

C. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan
kerumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua
dan anggota keluarga lainnya.
Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang
lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa.Untuk itu perlu
dilakukan kunjungan rumah. Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk
seluruh siswa; hanya untuk siswa yang permasalahannya menyangkut dengan
kadar yang cukup kuat peranan ruah atau orang tua sajalah yang memerlukan
kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah orang tua
boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh
konselor.Cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikehendaki
itu, selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang

9
bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil
datang kesekolah.
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah,
setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien (siswa) khususnya
yang bersangkut-paut dengan keadaan rumah, atau orang tua.
2. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.
3. Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penangan masalah
anaknya.
Materi umum kunjungan rumah, akan diperoleh berbagai data dan
keterangan tentang berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut
pautnya dengan permasalahan siswa atau klien.
Data atau keterangan ini meliputi:
1. Kondisi rumah tangga dan orang tua.
2. Fasilitas belajar yang ada dirumah.
3. Hubungan antara keluarga.
4. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah.
5. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya terhadap
siswa atau klien.
6. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan
dan pengentasan masalah siswa atau klien (Prayitno, 1997:103)
Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan
yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik
dari pihak orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang
ditopang oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut
sukardi, 2002: 237)

D. Konferensi Kasus
Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam
suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan
dapat memberikan bahan, keterangan kemudahan,dan komitmen bagi

10
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi
kasus bersifat terbatas dan tertutup.Dalam konferensi kasus secara spesifik
dibahas permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum
diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait (seperti guru
pembimbing/konselor, wali kelas, guru mata pelajaran/praktik, kepala sekolah,
orang tua, dan tenaga ahli lainya) yang diharapkan dapat memberikan data dan
keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi teretasnya
permasalahan tersebut.
Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya
pengentasan masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang di
maksud itu.Dengan demikian, fungsi utama yang diemban oleh konferensi
kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.
Tujuan konferensi kasus diantaranya sebagai berikut:
Secara umum tujuan dari konferensi kasus ialah mencari interpretasi yang
tepat dan tindakan-tindakan yang konkret yang dapat diambil. Atau dengan
kata lain konferensi kasus bertujuan untuk mendapat gambaran yang lebih
tepat mengenai diri kasus dengan maksud untuk memberikan pertolongan
kepada kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.
1. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh
tentang permasalahan klien. Gambaran yang diperoleh lengkap dan saling
sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang lainya.
2. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah itu
menjadi lebih mudah dan tuntas.
3. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya
menanganan itu lebih efektif dan efisien.
Peserta konferensi kasus, konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan
yang secara langsung mengenai kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat
didalamnya adalah personel yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan
yang di hadapi seperti kepala sekolah, guru-guru bidang studi, wali kelas,
petugas kesehatan (tim medis) dan lain-lainnya

11
Kasifikasi masalah konferensi kasus, masalah yang akan menjadi titik
pusat pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah
dipersiapkan dan diajukan oleh peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah
siswa yang dapat diajukan dalam pembahasan konferensi kasus salah satu atau
beberapa masalah yang dihadapi siswa di bawah ini:
1. Masalah belajar, yang antara lain berkenan dengan:
a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif
b. Kemampuan belajar yang kurang memadai
c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai
d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan
2. Masalah social pribadi diantaranya:
a. Kekurangharmonisan hubungan antar teman
b. Kekurangserasian hubungan dengan orang tua
c. Kekurangserasian hubungan dengan guru
d. Gambaran diri yang kurang tepat
e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat
f. Kenakalan remaja
g. Gangguan psikis
3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
a. Pemilihan jurusan yang tepat
b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat
c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memedai
d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang
memadai
e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai
Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Kepala sekolah atau Koordinator BK/Konselor mengundang para peserta
konferensi kasus, baik atas insiatif guru, wali kelas atau konselor itu
sendiri. Mereka yang diundang adalah orang-orang yang memiliki
pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa (konseli) dan mereka
yang dipandang memiliki keahlian tertentu terkait dengan permasalahan
yang dihadapi siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah,

12
guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah siswa (konseli),
wali kelas, dan bila perlu dapat menghadirkan ahli dari luar yang
berkepentingan dengan masalah siswa (konseli), seperti: psikolog, dokter,
polisi, dan ahli lain yang terkait.
2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala sekolah atau konselor
membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan
dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta
untuk membantu mengentaskan masalah yang dihadapi siswa (konseli),
serta menyampaikan pentingnya pemenuhan asas–asas dalam bimbingan
dan konseling, khususnya asas kerahasiaan.
3. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan permasalahan yang
dihadapi siswa (konseli). Dalam mendekripsikan masalah siswa (konseli),
seyogyanya terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa
(konseli), misalkan tentang potensi, sikap, dan perilaku positif yang
dimiliki siswa (konseli), sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif
dari siswa (konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan
berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan data/informasi
lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah
terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upaya pengentasan yang telah
dilakukan sebelumnya.
4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya para peserta lain
mendiskusikan dan dimintai tanggapan, masukan, dan konstribusi
persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam rangka
pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa (konseli)
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka selanjutnya
konferensi menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa
alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan
siswa (konseli) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-langkah
penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang di
undang dan diminta berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam konferensi
itu ialah, pertama mereka yang berperanan sangat menentukan bagi siswa

13
yang bermasalah seperti orang tua/ wali dan guru), kedua pihak yang
diharapkan dapat memberi keterangan ataupun masukan berkenaan dengan
permasalahan di atas, dan ketiga pihak-ppihak lain yang di harapkan dapat
ikut memberikan kemudahan bagi penangan masalah siswa. Dengan demikian
tampak bahwa para peserta konferensi kasus sangat mungkin bersal dari latar
belakang yang berbeda beda, dengan wawasan yang berbeda dan menghadiri
konferensi itu dengan persepsi awal dan tujuan yang berbeda pula.
Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal
yang menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang
bersangkutan.Permasalahan itu didalami dan dianalisis berbagai seginya, baik
perincian masalahnya, sebab-sebab, dan sangkut paut antara berbagai hal yang
ada didalamnya, maupun berbagai kemungkinan pemecahannya serta factor-
faktor penunjangnya. Dikehendaki pula, melalui konferensi kasus itu akan
dapat terbina kerja sama yang harmonis diantara para peserta pertemuan
dalam mengatasi masalah yang dialami oleh siswa.
Kasus yang telah ditetapkan oleh konselor/guru pembimbing ada yang bisa
dipecahkan secara tuntas dengan hanya melalui penanganan konselor sekolah,
tetapi banyak pula kasus-kasus yang belum bisa ditangani sendiri yang sangat
memerlukan campur tangan dari personil lain: bantuan pemecahan masalah
terhadap kasus tersebut akan ditangani secara team: tekhnik-tekhnik bantuan
yang akan diberikan dibicarakan dalam satu pertemuan yang disebut
dengan konferensi kasus atau case conference.
Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus, setelah semua data dapat
dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut
seacar komprehensif, sehingga dapat diputuskan suatu rekomendasi, tentang
tekhnik bantuan pemecahan masalah yang diberikan.
Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus dapat dicatat dalam format
konferensi kasus.Dalam satu kali pertemuan, mungkin belum diputuskan suatu
rekomendasi.Oleh karena itu, perlu diadakan pertemuan berikutnya sesuai
dengan wktu yang telah disepakati bersama antara peserta konferensi kasus.

Penyelenggaraan konferensi kasus: tak semua masalah siswa perlu


dikonferensikasuskan. Guru kelas sebagai penyelenggaraan pertama

14
menjelaskan tujuan konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar
kasus yan hendak dibicaraan itu. Isi pembicaraan konferensi kasus sama sekali
tidak bolh dibocorkan atau dibicarakan di tempat lain. Hasil yang diharapkan
dari konferensi kasus yang sukses ialah apabila konselor memperoleh data
atau keterangan tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa,
dan terbangun komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya
pengentasan masalah klien (siswa)(prayitno, 1997:101-102)

E. Tampilan Kepustakaan
Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir atau jabatan.
Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang
dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya, dan dalam
pengembangan diri pada umumnya. Pemanfaatan tampilan kepustakaan
diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanaan dan atau klien
secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan
sendiri bahan-bahan yang ada di perpustakaan sesuai dengan keperlua.
Tampilan kepustakaan merupakan kondisi sangat memungkinkan klien
memperkuat dan memperkaya diri dengan atau tanpa bantuan konselor.

F. Alih Tangan Kasus


Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik (klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus
dari satu pihak kepihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang
erat dan mantap antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus
itu dialihtangankan)
Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata
pelajaran/praktik, wali kelas, dan/atau sekolah lainya, atau orang tua
mengalihtangankan siswa yang bermasalah kepada guru
pembimbing.Sebaliknya bila guru pembimbing menemukan siswa bermasalah

15
dalam bidag pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus
dapat menglihtangankan siswa tersebut kepada guru mata pelajaran/praktik
untuk dapat mendapat pengajaran atau latihan perbaikan dan program
pengayaan. Guru pembimbing atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan
permassalahan siswa kepada ahli-ahli yang relevan, seperti dokter, psikiater,
ahli agama, dan lain-lain.
Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih
baik, tepat, dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan jalan
memindahkan penanganan kaasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih
ahli. Atau dengan kata lain tujuan dari alih tangan kasus ialah layanan alih
tangan bertujuan untuk membantu melimpahkan siswa yang mengadapi
masalah tertentu kepada petugas didalam sekolah sendiri atau lembaga
pelayanan alih tangan kasus (rujukan) di luar sekolah disebabkan karena
keterbatasan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya maupun karena
keterbatasan sumber manusiawi dan alat.
Materi pokok kasus yang dialihtangankan pada dasarnya sama dengan
keseluruhan kasus yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Secara khusus,
materi yang dialihtangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum
tuntas ditangani oleh guru pembimbing (konselor). Materi khusus itu perlu di
alihtangankan karena guru pembimbing (konselor) tidak secara khusus
membidangi materi itu atau dengan kata lain, materi tersebut diluar bidang
keahlian ataupun wewenang guru pembimbing (konselor).
Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan), antara lain yaitu:
1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.
2. Lembaga pelayanan psikologis.
3. Lembaga kepolisian.
4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes.
5. Lembaga penempatan tenaga.
Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), berikut ini adalah
syarat-syarat pelayanan alih tangan kasus antara lain, yaitu:
1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan
dengan masalah yang hadapi siswa (konseli) bersangkutan.

16
2. Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau
rekomendasiyang menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.
3. Alih tangan kasus (rujkan) harus disetujui oleh individu siswa
(klien/konseli) yang bersangkuan.
4. Pelayanan alih tangan kasus (rujukan) itu harus tetap menjadi tanggung
jawab sekolah.
5. Pihak yang dialihtangan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan
laporan terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada
sekolah.
Proses pelayanan alih tangan kasus (rujukan) bisa dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Depdikbud,1981 dan Dewa Ketut
Sukardi,1988) adalah sebagai berikut:
1. Alih tangan kasus dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang
menemukan siswa (klien/konseli) yang memiliki kesulitan dan tidak dapat
dipecahkan oleh petugas itu sendiri.
2. Wali kelas ini memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi siswa.
Dalam hal ini misalnya kesulitan psikologis.
3. Wali kelas mengajukan alih tangan atau rujukan ini kepada kepala sekolah
sebagai penanggung jawab puncak dalam program bimbingan dan
konseling.
4. Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakan pemeriksaan kesehatan
fisik. Dalam hal ini misalnya perawat sekolah.
5. Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan ditujukan atau dirujuk
kepada konselor.
6. Apabila konselor tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut dirujuk
kepada ahli psikologi/psikolog untuk diperiksa, apakah siswa tersebut
memerlukan penanganan dalam suatu pembahasan kasus atau pelayanan
testing dan dalam hal apa.
7. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya
siswa tersebut tidak memerllukan pembahasan kasus dan tidak
memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut memberikan
rekomondasi tentang status siswa tersebut sebagai balikan kepada sekolah,

17
misalnya siswa tersebut membutuhkan perlakuan lemah lebut dari pihak
guru dan sebagainya. Maka pelayanan alih tangan kasus hanya berhenti
sampai disini.
8. Apabila hasil pemeriksaan itu ternyata bahwa siswa (klien) tersebut tidak
memerlukan pembahasan kasus, tetapi membutuhkan pelayanan testing,
maka siswa tersebut dialih tangankan kepada lembaga penyelenggara tes
untuk dilengkapi dengan data dari wawancara dengan orang tua pihak lain
yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara itu
diisusunlah rekomondasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka
ruujukkan berakhir sampai disin.
9. Apabila hasil pemeriksaan psikolog ternyata bahwa siswa (klien) itu
memerlukan pembahasan yang kleboh luas dengan berbagai pihak, maka
diselenggaraan pembahasan kasus yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan, miisalnya guru, kepala sekolah, psikologi, konselor dan
pihak lain yang diperlukan.
10. Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomondasi sesuai dengan status
siswa tersebut. Misalnya serangkaian pelayanan testing dan pembahasaan
berulang- ulang sampai masalahnya dapat diselesaikan.
Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain sebagai
berikut :
1. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau kepada
lembaga pelayanan alih tangan kasus atau rujukkan telah disertai dengan
data/informasi kasus yang diperlukan.
2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus
dan diberikan rekomondasi entag masalah kasus pada sumber alih tangan
kasus.
Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor
dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima
kiriman klien dari pihak – piha lain, seperti: orang tua, kepala sekolah, guru,
pihak lain (dokter, psikiater, dan psikolog). Sedang jalur dari konselor, dalam
arti konselor mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli –
ahli lain, seperti: konselor yang lebih senior, konselor yang memmbidangi

18
psesialisasi, ahli – ahli lain (guru bidang studi, psikologi, psikiater dan
dokter). Konselor menerima klien dari pihak lain daengan harapan klien itu
dapat ditangani sesuai dengan permasalahan yang ia hadapi. Disisi lain
konselor mengalih tangani klien kepada pihak lain apabila masalahan yang
dihadapi klien memang diluar wewenang konselor untuk menanganinya, atau
setelah konselor berusaha sekuat tenanga memeberikan bantuan, namun
permasalahan klien tersebut belum berhasil ditangani secara tuntas.

19
BAB III
KESIMPULAN

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada enam: (1). Aplikasi


intrumentasi, gunanya untuk pengumpulan data dan keterangan pesesrta didik,
keterangan tentang lingkungan pesesrta didik (konseli), dan lingkungan yang lebih
luas baik tes maupun nontes. (2). Himpunana data, gunannya untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa
dalam berbagai aspek (3). Kunjungan rumah, gunanya untuk memperolah
pemahaman dan pengentasan dengan kunjungan ruamh akan diperoleh berbagai
data dan keterangan berbagai hal yang bersangkutan dengan siswa. (4).
Konferensi kasus, gunanya mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-tindakan
konkret yang dapat di ambil. (5). Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan
menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan
karir atau jabatan. (6). Alih tangan kasus, bertujuan untuk mendapatkan
penangganan yang lebih tepat dan tuntas dengan jalan memindahkan penangganan
kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.

20
DAFTAR RUJUKAN

Prayitno, Amti Erman.2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling.


Padang. FIP UNP.

21

Anda mungkin juga menyukai