Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN

KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun Oleh kelompok 1 :

Ketua : Andri Pratama ( A1L015036 )

Sekertaris : Lira Mardianti ( A1L015024 )

Bendahara : Rahmy Lestari ( A1L015018 )

Anggota : Dedi Pinta Tari ( A1L015012 )

Rajoki Edolamon ( A1L015041 )

Diajukan dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah


Bimbingan dan Konseling Peminatan

Dosen Pembimbing : Drs. Syahriman, M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, atas perkenaan-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang kegiatan pendukung BK. Latar
belakang penulisan laporan ini karena kebutuhan mahasiswa program bimbingan
dan konseling terhadap pemahaman tentang kegiatan-kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling. Sekaligus untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu
mata kuliah kegiatan pendukung BK Bapak Drs. Syahriman, M.Pd. Selama
penyusunan laporan ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu.

kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan
demi kesempurnaan penyusunan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semoga laporan ini dapat menambah pemahaman dan wawasan kita


tentang bimbingan dan konseling sehingga kita dapat membimbing diri kita dan
orang lain untuk pengembangan diri yang optimal. Amin.

Bengkulu, Mei 2016

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................... iii

BAB I

Pendahuluan ......................................................................................... 1

BAB II

Konsep-konsep dasar pendukung BK ................................................. 3

BAB III

Teknis operasional kegiatan ............................................................... 30

BAB IV

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam konteks pemberian layanan bimbingan konseling, bahwa
pemberian layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi,
penempatan dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan
kelompok, dan konseling kelompok. Dalam ketujuh layanan bimbingan konseling
tersebut dilakukan agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi
sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan
demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami
hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Realitas di
lapangan, menunjukkan bahwa peran guru kelas dalam pelaksanaan bimbingan
konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat tugas dan tanggung
jawab guru kelas yang sarat akan beban sehingga tugas memberikan layanan
bimbingan konseling kurang membawa dampak positif bagi peningkatan prestasi
belajar siswa. Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang
Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan
konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan
baik apabila tidak adanya kegiatan pendukung bimbingan dan konseling. Artinya,
hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah, tidak hanya dengan
layanan saja, tetapi harus ada kegiatan pendukungnya.

1.2 Tujuan

Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung


untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk
memungkinkan di perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-
kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan
kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan
tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan ( Hallen, 2000:89 ). Memang

1
benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki konselor untuk
menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai keterampilan
berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal ( Prayitno dan Erman Amti,
2004:315 ). Namun, mengingat apa yang menjadi isi komunikasi itu menjangkau
wawasan yang sedemikian luas dan multidimensional serta harus sesuai dengan
data dan kenyataan yang berkenaan dengan objek-objek yang dibicarakan, maka
konselor perlu diperlengkapi dengan berbagai data, keterangan dan informasi,
terutama tentang klien dan lingkungannya

1.3 Pentingnya Kegiatan Pendukung BK


Meskipun bersifat pendukung, namun kegiatan-kegiatan pendukung BK
sangat penting untuk dilaksanakan. Layanan BK di sekolah dan madrasah tidak
akan dapat dilaksanakan secara efektif dan tujuannya tercapai sesuai yang
direncanakan tanpa kegiatan pendukung. Dengan perkataan lain, agar layanan BK
disekolah dan madrasah lebih efektif dan mencapai hasil yang direncanakan, maka
harus didukung oleh kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan BK. Adapun
Kegiatan pendukung dan bimbingan konseling meliputi aplikasi instrumentasi,
himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan terapi
kepustakaan. Semua jenis kegiatan pendukung dilaksanakan secara langsung,
dikaitkan pada keempat bidang bimbingan, serta disesuaikan dengan karakteristik
dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan pendukung dipakai untuk memperkuat satu
atau beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling ( Prayitno, 1997:95 ).

2
BAB II
KONSEP-KONSEP DASAR PENDUKUNG BK

2.1 Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha untuk


mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan
keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun dilingkungan sekitarnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar para
pembimbing dan dosen lebih mudah memahami potensi dan kekuatan, serta
masalah yang dihadapi klien. dengan kegiatan pendukung ini diharapkan akan
terkumpul data-data yang akurat yang dihadapi oleh seorang klien.

2.2 Konsep-konsep Dasar Kegiatan Pendukung BK

A. Aplikasi Instrumentasi

 Makna
Aplikasi instrumen dapat bermakna upaya pengungkapan melalui
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen
tertentu. Atau kegiatan menggunakan instrumen untuk mengungkapkan kondisi
tertentu atas diri siswa. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk
memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Aplikasi
instrumentasi digunakan dan mendukung penyelenggaraan jenis-jenis layanan
dan kegiatan pendukung mulai dari perencanaan program, penetapan inidividu,
menetapkan materi layanan, sebagai bahan evaluasi dan pengembangan program

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan koseling, yaitu kegiatan


pendukung bimbingan dan koseling untuk mengumpulkan data dan keterangan
tentang peserta didik (klien/konseli), keterangan tentang lingkungan peserta didik
(konseli) dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan
dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.

3
1. Instrumen tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang
dan menggambarkannya dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu,untuk
instrumen tes bisa dalam bentuk tes psikologis seperti tes intelengensi,bakat dan
minat, dan tes hasil belajar. Dalam bentuknya yang nyata tes meliputi
serangkaian pertanyaan (tertulis atau lisan) atau tugas yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang di tes, ada macam-macam untuk bimbingan dan
konseling:
a. Tes yang mengukur intelengensi umum (general intelegenci test)
b. Tes yang mengukur kemampuan khusus/ bakat (special ability trst)
c. Tes yang mengukur prestasi (acbievement test)
d. Tes yang mengungkapkan aspek kepribadian
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
1. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai
masalah pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan
lingkungan, masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan atau
penyaluran.
2. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu.
3. Mengenali individu (misalnya disekolah) yang memiliki kemampuan
yang sangat tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus.
4. Memperoleh gambaran tentang kecakapan, kemampuan, atau
keterampilan seorang individu dalam bidang tertentu.

2. Instrumen Non-tes
Instrument non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan,
wawancara, catatan anecdote, angket, sosiometri, dan inventori yang dibekukan (
Prayitno dan Erman Amti, 2004:319).
Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara
dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman
wawancara.Catata anekdot merupakan hasil pengamatan, khususnya tentang
tingkah laku yang tak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian
tersendiri.Angket dan daftar isian dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai

4
hal, biasanya tentang diri individu, oleh individu sendiri.Sosiometri untuk melihat
dan memberikan gambaran tentang pola hubungan sosial diantara individu-
individu dan kelompok. Sedangkan melalui inventori yang dibakukan akan dapat
diungkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok pebahasan dalam
rangka pelayanan bimbingan dan konseling secara lebih luas.
Kewenangan menyelenggarakan administrasi instrument nontes pada
umumnya lebih terbuka. Penyelenggaraan harus terlebih dahulu berlatih diri
sehingga benar-benar mampu menyelengarakanya sesuai dengan syarat-syarat
pengukuran yang baik yaitu
a) Memahami isi dan bentuk instrument yang digunakan secara
mendalam dan menyeluruh,
b) Memperoleh izin dari pihak yang memiliki kewenangan atas
instrument tersebut
Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan
perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan konseling. Hasil pengumpulan
data itu dipakai dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagaimana
yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya. Fungsi utama bimbingan
dan konseling yang di embankan oleh kegiatan penunjang aplikasi instrumentasi
ialah fungsi pemahaman.
Materi umum aplikasi instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan yang
dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi pada umumnya, meliputi:
a. Kebisaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Kemmpuan dan kondisi mental dan fisik klien.
c. Kemampuan dan pengenalan lingkungan dan hubungan social.
d. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar.
e. Informasi karir dan pendidikan.
f. Kondisi keluarga dan lingkungan ( prayitno, 1997:95 )

Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor


dalam penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, antara lain
adalah:

5
a. Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan.
b. Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas
pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring
pengaminidtrasiannya dan skoring, penginterprestasian skor dan
penggunaan sebagai sumber informasi bagi pengambilan keputusan
tertentu.
c. Pemakaian instrument, harus disiapkan secara matang bukan hanya
persiapan instrument saja, tetapi persiapan instrument yang akan
mengambil tes.
d. Tes atau instrument apapun hanya merupakan salah satu sumber dalam
rangka memahami individu secara lebih luas dan mendalam.
e. Ada dan dipergunakannya berbagai instrumentlainnya bukanlah syarat
mutlak bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling.

Pemahaman tentang diri klien, tentang masalah klien, dan tentang


lingkungan yang lebih luas dapat dicapai dengan berbagai cara. Wawancara dan
dialog yang mendalam biasanya merupakan cara yang efektif untuk
mengembangkan pemahaman tentang diri klien dan masalahnya itu. Dalam kaitan
itu konselor perlu memiliki wawasan dan keterampilan yang memadai dalam
penggunaan berbagai instrument tersebut.
Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu
sarana yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan koseling
terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empiric.

 Komponen

Komponen-komponen yang terkait dan sinergi dengan aplikasi instrumentasi


adalah :
a. instrumen.
terkait dengan instrumen, ada dua subkomponen yang tidak bisa dipisahkan,
yaitu materi yang akan diungkapkan melalui instrumen dan bentuk instrumen itu
sendiri. Yang dimaksud dengan materi yang akan diungkapkan disini adalah hal-

6
hal yang menyangkut kilen yang akan diungkapkan melalui instrumen tertentu.
Hal-hal yang menyangkut tentang klien, yang akan diungkapkan melalui
instrumen tertentu misalnya:
A. kondisi fisik individu(siswa) seperti keadaan jasmani dan kesehatan.
B. Kondisi dasar psikologis individu (siswa) seperti : potensi dasar,
bakat, minat, dan sikap.
C. Kondisi dinamik fungsional psikologis,
D. kondisi atau kegiatan dan hasil belajar.
E. Kondisi hubungan sosial,
F. kondisi keluarga dan lingkungan siswa,
G. kondisi arah pengembangan dan kenyataan karier,
H. permasalahan yang potensial atau yang sedang dialami individu
(siswa).
Sedangkan bentuk instrumen yang dimaksud adalah alat yang digunakan
untuk mengungkapkan data klien (siswa) apakah tes atau nontes seperti angket
dan lain sebagainya.

b. responden.
Individu-individu yang mengerjakan instrumen baik tes maupun non tes
melalui pengadministrasian yang dilakukan oleh konselor. Di lingkungan sekolah
atau madrasah respondennya adalah siswa. Tidak semua instrumen cocok untuk
semua responden. Kadang-kadang instrumen tertentu hanya dapat digunakan
untuk kelompok responden tertentu saja. Oleh sebab itu, seperti ditegaskan diatas,
konselor atau pembimbing harus secara cermat memilih instrumen mana yang
akan digunakan sesuai dengan kondisi responden.

c. penggunaan instrumen.
Pihak-pihak yang menggunakan instrumen-instrumen tertentu sesuai
dengan kewenangannya. Misalnya, instrumen tes psikologi untuk mengungkapkan
kondisi kepribadian individu yang cukup pelik hanya diselenggarakan dan hasil-
hasilnya hanya digunakan oleh para psikolog yang memiliki kewenangan khusus
berdasarkan kaidah profesional. Konselor bisa menyelenggarakan tes psikologi

7
yang lebih sederhana seperti tes intelegensi dan tes bakat setelah mengikuti
pelatihan khusus dan memperoleh sertifikat kewenangan untuk menyelenggarakan
tes yang dimaksud.

B. Himpunan Data

 Makna
Data merupakan deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang
sesuatu. Dikaitkan dengan siswa, data bisa berarti deskripsi atau gambaran,
keterangan atau catatan tentang siswa. Himpunan data dapat bermakna suatu
upaya penghimpunan, penggolongan-penggolongan, dan pengemasan data dalam
bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha-usaha untuk memperoleh
data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan, serta menyimpannya

Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan


konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik (klien/konseli).Himpunan data perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan
sifatnya tertutup.Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh
data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam
berbagai aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi
instrumentasi, dan apa yang menjadi hasil himpunan data dimanfaatkan sebesar-
besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:
1. Identitas siswa (klien) dan keluarga.
2. Hasil aplikasi instrumentasi.
3. Hasil belajar, karya tulis, dan rekaman kemampuan siswa.
4. Catatan anekdot.
5. Informasi pendidikan dan jabatan.
6. Laporan dan catatan khusus.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan


data ialah fungsi pemahaman. Hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya

8
menjadi yang dianggap penting dalam himpunan data. Himpunan data juga dapat
meliputi hasil wawancara, konferensi kasus, kunjungan rumah, analisis hasil
belajar, pengamatan dan hasil upaya pengumpulan bahan lainnya yang dianggap
relevan dengan pelayanan bantuan terhadap siswa.

 Komponen
Penyelenggaraan himpunan atau pengumpulan data terkait dengan tiga komponen
pokok, yaitu : Pertama, jenis data. Data yang dihimpun dari siswa dapat
mencakup : data psikologis, dan data sosial.
Prayitno (2004) mengelompokkan empat jenis data, yaitu :
a. Data pribadi, adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara
perorangan. Himpunan data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa,
karena himpunan data pribadi bersifat berkelanjutan, maka harus ada kerja
sama antar guru kelas. Himpunan data pribadi siswa memang perlu lengkap
dan menyeluruh, tetapi harus tetap sederhana, ringkas, dan bersifat
sepenuhnya. Himpunan data pribadi sering juga disebut Cumulative Record.
Yang termasuk dalam data pribadi seperti :
1. nama, gelar (nama panggilan), tempat dan tanggal lahir, alamat,
kewarganegaraan, agama.
2. Kondisi fisik dan kesehatan
3. Potensi diri, seperti kemampuan dasar, bakat khusus, minat dan
kecenderungan pribadi, serta cita-cita.
4. Hasil karya
5. Status dan kondisi keluarga
6. Status dan kondisi pekerjaan atau karier\
7. Kondisi kehidupan sehari-hari dan permasalahannya.
b. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa,
seperti gambaran menyeluruh hasil beljar siswa stu kelas, hasil sosiometri,
laporan penyelenggaraan dan hasil diskusi atau belajar kelompok,
penyelenggaraan dan isi bimbingan, dan konseling kelompok. Yang termasuk
data kelompok adalah data mengenai sekolompok individu (siswa) dalam
jumlah terbatas, seperti :

9
1. data yang menyangkut hubungan sosial antar-individu dalam kelompok
2. kondisi kebersamaan dan kerja sama antara individu
3. hasil perhitungan statistik dengan diri mereka.
c. Data umum, adalah tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik secara
pribadi (perorangan) ataupun kelompok. Data ini berasal dari luar diri siswa,
seperti informasi pendidikan dan jabatan serta informasi lingkungan fisik
social dan budaya. Data ini biasanya dihimpun dalam bentuk tersendiri,
contohnya bentuk buku, kumpulan tentang informasi pendidikan, informasi
jabatan, informasi sisial budaya ( Prayitno, 1997:99-100).
d. Data khusus
Data khusus adalah yang berisi laporan tentang suatu kegiatan, khususnya
laporan yang menyangkut kegiatan individu ataupun kelompok yang menjadi
tanggung jawab konselor. Sebenarnya dalam data khusus dapat mencakup
data pribadi, kelompok, dan data umum.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka


penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal:
a. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna
untuk memberikan gambaran yang tepat untuk individu.
b. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan
dinamis. Oleh karea itu data tentang siswa perlu di perbarui.
c. Data yang terkumpul disusun dalam format-format yang teratur rapi
menurut system tertentu.
d. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.
e. Mengingat bahwa data yang di kumpulkan cukup banyak, harus pula
ditambah dan dikurangisesuai dengan perkembangan, lagi pula
pengeluaran data dan pemasukannya kembali memakan waktu yang
cukup banyak, konselor sering terjebak oleh pekerjaan rutin
penyelenggaraan himpunan data itu.
Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok
data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana yang menjadi isi dari aplikasi
instrumentasi tersebut diatas. Selain itu, himpunan data juga memuat karya tulis

10
atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus, dan informasi
pendidikan dan jabatan.

C. Konferensi Kasus

 Makna

Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu
forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan bahan, keterangan kemudahan,dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas
dan tertutup.Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang
dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-
pihak terkait (seperti guru pembimbing/konselor, wali kelas, guru mata
pelajaran/praktik, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lainya) yang
diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-
kemudahan bagi teretasnya permasalahan tersebut.konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutup.
Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya
pengentasan masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang di
maksud itu.Dengan demikian, fungsi utama yang diemban oleh konferensi kasus
ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.
Peserta konferensi kasus, konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan
yang secara langsung mengenai kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat
didalamnya adalah personel yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang
di hadapi seprti kepala sekolah, guru-guru bidang studi, wali kelas, petugas
kesehatan (tim medis) dan lain-lainnya
Kasifikasi masalah konferensi kasus, masalah yang akan menjadi titik pusat
pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah dipersiapkan dan
diajukan oleh peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah siswa yang dapat
diajukan dalam pembahasan konferensi kasus salah satu atau beberapa masalah
yang dihadapi siswa di bawah ini:

11
1. Masalah belajar, yang antara lain berkenan dengan:
a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif
b. Kemampuan belajar yang kurang memadai
c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai
d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan
2. Masalah social pribadi diantaranya:
a. Kekurangharmonisan hubungan antar teman
b. Kekurangserasian hubungan dengan orang tua
c. Kekurangserasian hubungan dengan guru
d. Gambaran diri yang kurang tepat
e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat
f. Kenakalan remaja
g. Gangguan psikis
3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
a. Pemilihan jurusan yang tepat
b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat
c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memedai
d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang
kurang memadai
e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai
Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal
yang menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang
bersangkutan.Permasalahan itu didalami dan dianalisis berbagai seginya, baik
perincian masalahnya, sebab-sebab, dan sangkut paut antara berbagai hal yang ada
didalamnya, maupun berbagai kemungkinan pemecahannya serta factor-faktor
penunjangnya. Dikehendaki pula, melalui konferensi kasus itu akan dapat terbina
kerja sama yang harmonis diantara para peserta pertemuan dalam mengatasi
masalah yang dialami oleh siswa.
Kasus yang telah ditetapkan oleh konselor/guru pembimbing ada yang bisa
dipecahkan secara tuntas dengan hanya melalui penanganan konselor sekolah,
tetapi banyak pula kasus-kasus yang belum bisa ditangani sendiri yang sangat
memerlukan campur tangan dari personil lain: bantuan pemecahan masalah

12
terhadap kasus tersebut akan ditangani secara team: tekhnik-tekhnik bantuan yang
akan diberikan dibicarakan dalam satu pertemuan yang disebut dengan konferensi
kasus atau case conference.
Kesimpulan-kesimpulan konferensi kasus, setelah semua data dapat
dikumpulkan maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut seacar
komprehensif, sehingga dapat diputuskan suatu rekomendasi, tentang tekhnik
bantuan pemecahan masalah yang diberikan. Kesimpulan-kesimpulan konferensi
kasus dapat dicatat dalam format konferensi kasus. Dalam satu kali pertemuan,
mungkin belum diputuskan suatu rekomendasi.Oleh karena itu, perlu diadakan
pertemuan berikutnya sesuai dengan wktu yang telah disepakati bersama antara
peserta konferensi kasus.
Penyelenggaraan konferensi kasus: tak semua masalah siswa perlu
dikonferensi kasuskan. Guru kelas sebagai penyelenggaraan pertama menjelaskan
tujuan konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar kasus yan hendak
dibicaraan itu. Isi pembicaraan konferensi kasus sama sekali tidak bolh
dibocorkan atau dibicarakan di tempat lain. Hasil yang diharapkan dari konferensi
kasus yang sukses ialah apabila konselor memperoleh data atau keterangan
tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa, dan terbangun
komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan
masalah klien (siswa)(prayitno, 1997:101-102)

 Komponen
Ada tiga komponen utama dalam konferensi kasus, yaitu kasus itu sendiri,
peserta, dan pembimbing atau konselor.
 Kasus-kasus itu sendiri dapat mencakup ;
1. masalah klien yang sedang ditangani konselor,
2. masalah yang dialami seseorang atau beberapa orang yang belum
ditangani konselor,
3. kondisi lingkungan yang terindikasi masalah,
4. laporan terjadinya masalah tertentu,
5. isu yang patut ditanggapi dan memperoleh penangan yang memadai.

13
 Peserta.
Para peserta dalam konferensi kasus pada dasarnya adalah semua pihak yang
terkait dengan kasus atau permasalahan yang dibahas. Secara lebih rinci, pihak-
pihak yang terkait dengan permasalahan (peserta konferensi kasus) adalah
1. Individu (seorang atau lebih) yang secara langsung mengalami masalah
2. Individu ( seorang atau lebih) yang terindikasi mengalami masalah
3. Orang-orang yang berperan penting berkenaan dengan masalah yang
dibahas
4. Orang-orang yang dapat memberikan sumbangan bagi pencapaian tujuan
konferensi kasus
5. Ahli berkenaan dengan masalah yang dibahas

 Konselor.
Konselor merupakan penyelenggara konferensi kasus mulai perencanaan,
pelaksanaan, penggunaan hasil, hingga pelaporan secara menyeluruh.

D. Kunjungan Rumah

 Makna
Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik (klien/konseli) melalui kunjungan kerumahnya.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi
keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang
menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan
konseling(prayitno, 2004). Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk
kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh
melalui wawancara dan angket. Selain itu, kunjungan rumah juga perlu dilakukan
untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang diperoleh melalui
angket dan wawancara.

14
Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang
lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa.Untuk itu perlu dilakukan
kunjungan rumah. Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa;
hanya untuk siswa yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup
kuat peranan ruah atau orang tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah.
Lebih jauh, data atau keterangan tentang rumah orang tua boleh jadi juga tidak
perlu diperoleh melalui kunjungan rumah oleh konselor.Cara yang lebih praktis
untuk memperoleh data yang dikehendaki itu, selain melalui wawancara secara
langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah melalui wawancara dengan
orang tua yang dipanggil datang kesekolah.
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah,
setidak-tidaknya memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
a. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien (siswa) khususnya
yang bersangkut-paut dengan keadaan rumah, atau orang tua.
b. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.
c. Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penangan masalah
anaknya.
Materi umum kunjungan rumah, akan diperoleh berbagai data dan
keterangan tentang berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut pautnya
dengan permasalahan siswa atau klien.
Data atau keterangan ini meliputi:
a. Kondisi rumah tangga dan orang tua.
b. Fasilitas belajar yang ada dirumah.
c. Hubungan antara keluarga.
d. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah.
e. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya terhadap
siswa atau klien.
f. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan
dan pengentasan masalah siswa atau klien (Prayitno, 1997:103)
Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan
yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari
pihak orang tua serta atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang

15
oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi,
2002: 237)
Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam
kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung
jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan
konseling(prayitno, 2004).

 Komponen
Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah, yaitu :
1. Kasus.
Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami
oleh klien(siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga. Kasus
siswa telebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi, dan diberikan
perlakuan awal tertentu, dan selanjutnya diberikan pelayanan
bimbingan dan konseling yang memadai. Perlakuan awal terhadap
kasus dilakukan melalui kunjungan rumah. Hasil kunjungan rumah
digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan
rumah juga dapat merupakan bagian langsung atau tindak lanjut
pelayanan bimbingan dan konseling terdahulu terhadap kasus yang
dimaksud.
2. Keluarga.
Keluarga yang menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-
kondisi yang menyangkut :
1. orang tua atau wali siswa,
2. anggota keluarga lain,
3. orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga,
4. kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya,
5. kondisi ekonomi dan hubungan sosioemisional yang terjadi dalam
keluarga.
Semua kondisi yang berkenaan dengan keluarga diatas, dianalisis dan
dicermati dalam kaitannya dengan diri dan permasalahan siswa. Selanjutnya,

16
keterkaitan kondisi diatas ditindak lanjuti dengan komitmen seluruh
keluarga untuk kepentingan siswa.
3. Konselor. Konselor bertindak sebagai perencana, pelaksana, dan
sekaligus pengguna hasil-hasil kunjungan rumah. Seluruh kegiatan
kunjungan rumah dikaitkan langsung dengan pelayanan bimbingan dan
konseling dan kegiatan pendukung layanan bimbingan dan konseling
lainnya.

E. Alih Tangan Kasus

 Makna
Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami
peserta didik (klien/konseli) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu
pihak kepihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap
antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah
tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan).
Bagaiman pun konselor adalah manusia biasa yang selain memilki kelebihan juga
memiliki kekurangan. Tidak semua masalah siswa berada dalam pengetahuan
konselor untuk memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus berada dalam
kewenangan konselor. Adakalanya kasus-kasus tertentu berada dalam kewenangan
keilmuan psikologi, dan penanganannya merupakan kewenangan psikologi atau
psikiater. Untuk kasus tertentu yang penanganannya merupakan kewenangan
psikolog, psikiater, konselor haru menyerahkan atau mengalihkan tanggung jawab
pemecahannya. Prinsip seperti inilah yang disebut dengan alih tangan kasus
(layanan referal).

Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata


pelajaran/praktik, wali kelas, dan/atau sekolah lainya, atau orang tua
mengalihtangankan siswa yang bermasalah kepada guru pembimbing.Sebaliknya
bila guru pembimbing menemukan siswa bermasalah dalam bidag
pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan secara khusus dapat
menglihtangankan siswa tersebut kepada guru mata pelajaran/praktik untuk dapat

17
mendapat pengajaran atau latihan perbaikan dan program pengayaan. Guru
pembimbing atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan permassalahan siswa
kepada ahli-ahli yang relevan, seperti dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.
Materi pokok kasus yang dialihtangankan pada dasarnya sama dengan
keseluruhan kasus yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Secara khusus,
materi yang dialihtangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum tuntas
ditangani oleh guru pembimbing (konselor). Materi khusus itu perlu di
alihtangankan karena guru pembimbing (konselor) tidak secara khusus
membidangi materi itu atau dengan kata lain, materi tersebut diluar bidang
keahlian ataupun wewenang guru pembimbing (konselor).
Lembaga-lembaga alih tangan kasus (rujukan), antara lain yaitu:
1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.
2. Lembaga pelayanan psikologis.
3. Lembaga kepolisian.
4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes.
5. Lembaga penempatan tenaga.
Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), berikut ini adalah
syarat-syarat pelayanan alih tangan kasus antara lain, yaitu:
1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan
dengan masalah yang hadapi siswa (konseli) bersangkutan.
2. Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau
rekomendasiyang menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.
3. Alih tangan kasus (rujkan) harus disetujui oleh individu siswa
(klien/konseli) yang bersangkuan.
4. Pelayanan alih tangan kasus (rujukan) itu harus tetap menjadi tanggung
jawab sekolah.
5. Pihak yang dialihtangan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan
laporan terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada
sekolah.

18
Proses pelayanan alih tangan kasus (rujukan) bisa dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut (Depdikbud,1981 dan Dewa Ketut Sukardi,1988)
adalah sebagai berikut:
1. Alih tangan kasus dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang
menemukan siswa (klien/konseli) yang memiliki kesulitan dan tidak
dapat dipecahkan oleh petugas itu sendiri.
2. Wali kelas ini memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi siswa.
Dalam hal ini misalnya kesulitan psikologis.
3. Wali kelas mengajukan alih tangan atau rujukan ini kepada kepala
sekolah sebagai penanggung jawab puncak dalam program bimbingan
dan konseling.
4. Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakan pemeriksaan
kesehatan fisik. Dalam hal ini misalnya perawat sekolah.
5. Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan ditujukan atau dirujuk
kepada konselor.
6. Apabila konselor tidak bisa menangani sendiri, siswa tersebut dirujuk
kepada ahli psikologi/psikolog untuk diperiksa, apakah siswa tersebut
memerlukan penanganan dalam suatu pembahasan kasus atau pelayanan
testing dan dalam hal apa.
7. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya
siswa tersebut tidak memerllukan pembahasan kasus dan tidak
memerlukan layanan testing, maka psikolog tersebut memberikan
rekomondasi tentang status siswa tersebut sebagai balikan kepada
sekolah, misalnya siswa tersebut membutuhkan perlakuan lemah lebut
dari pihak guru dan sebagainya. Maka pelayanan alih tangan kasus hanya
berhenti sampai disini.
8. Apabila hasil pemeriksaan itu ternyata bahwa siswa (klien) tersebut tidak
memerlukan pembahasan kasus, tetapi membutuhkan pelayanan testing,
maka siswa tersebut dialih tangankan kepada lembaga penyelenggara tes
untuk dilengkapi dengan data dari wawancara dengan orang tua pihak
lain yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil testing dan hasil wawancara itu

19
diisusunlah rekomondasi untuk dikembalikan kepada sekolah, maka
ruujukkan berakhir sampai disin.
9. Apabila hasil pemeriksaan psikolog ternyata bahwa siswa (klien) itu
memerlukan pembahasan yang kleboh luas dengan berbagai pihak, maka
diselenggaraan pembahasan kasus yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan, miisalnya guru, kepala sekolah, psikologi, konselor dan
pihak lain yang diperlukan.
10. Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomondasi sesuai dengan
status siswa tersebut. Misalnya serangkaian pelayanan testing dan
pembahasaan berulang- ulang sampai masalahnya dapat diselesaikan.

Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain sebagai
berikut :
1. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau
kepada lembaga pelayanan alih tangan kasus atau rujukkan telah
disertai dengan data/informasi kasus yang diperlukan.
2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus
dan diberikan rekomondasi entag masalah kasus pada sumber alih
tangan kasus.

Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor
dan jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima
kiriman klien dari pihak – pihak lain, seperti: orang tua, kepala sekolah, guru,
pihak lain (dokter, psikiater, dan psikolog). Sedang jalur dari konselor, dalam arti
konselor mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli – ahli lain,
seperti: konselor yang lebih senior, konselor yang memmbidangi psesialisasi, ahli
– ahli lain (guru bidang studi, psikologi, psikiater dan dokter). Konselor menerima
klien dari pihak lain daengan harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan
permasalahan yang ia hadapi. Disisi lain konselor mengalih tangani klien kepada
pihak lain apabila masalahan yang dihadapi klien memang diluar wewenang
konselor untuk menanganinya, atau setelah konselor berusaha sekuat tenanga

20
memberikan bantuan, namun permasalahan klien tersebut belum berhasil
ditangani secara tuntas.

 Komponen
Ada tiga komponen pokok dalam alih tangan kasus, yaitu :
1. klien (siswa) dan masalahnya.
Dalam rangka alih tangan kasus, harus dikenali masalah-masalah apa yang
merupakan kewenangan konselor untuk memecahkannya dan masalah-masalah
apa saja yang bukan kewenangan konselor (pembimbing) untuk memecahkannya.
Beberapa masalah yang bukan kewenangan konselor untuk memecahkannya
adalah :
1. Penyakit baik fisik maupun kejiwaan yang merupakan kewenangan
dokter dan psikiater
2. Kriminalitas dalam segala bentuk yang merupakan kewenangan polisi
3. Psikotropika yang didalamnya dapat terkait dengan masalah
kriminalitas dan psikotropika merupakan kewenangan psikiater,
dokter, serta polisi
4. Guna-guna dalam segala bentuknya dan merupakan kondisi yang
berada di luar akal sehat sehinggan merupakan kewenangan
paranormal,
5. Keabnormalan akut, yaitu kondisi fisik dan mental yang bersifat luar
biasa (dalam arah bawah normal) yang biasanya juga merupakan
kewenangan psikiater.

2. Konselor (pembimbing)
Konselor sangat dituntut untuk mampu mengenali secara langsung keadaan
keabnormalan siswa dan substansi masalah siswa. Konselor bekerja dengan orang-
orang yang sehat, oleh sebab itu hanya siswa-siswa yang normal saja yang
ditangani konselor. Mereka yang tidak normal baik secara fisik, mental, dan
keabnormalan akut harus ditangani kepada ahlinya. Sebelum melakukan alih
tangan kasus, konselor harus mengetahui dan mengidentifikasi ahli-ahli lain yang

21
terkait, misalnya nama, keahlian atau spesifikasi alamat, dan lain-lain yang terkait
dengan ahli tersebut.

3. Ahli lain
Konselor bekerja juga atas prinsip kerja sama baik dengan sesama kolega.
Dengan prinsip kerja tersebut, pemecahan masalah klien dapat dilakukan secara
tuntas. Untuk itu, konselor harus mengenali ahli-ahli lain seperti
1. Dokter ( ahli yang menangani masalah-masalah penyakit jasmaniah)
2. Psikiater ( ahli yang menangani masalah-masalah psikis)
3. Psikolog ( ahli yang mendeskripsikan masalah-masalah psikis)
4. Guru ( ahli dalam mata pelajaran tertentu atau bidang keilmuan
tertentu)
5. Ahli bidang tertentu ( yaitu mereka yang menguasai bidang-bidang
tertentu seperti adat, agama, budaya tertentu, dan hukuman, serta ahli
pengembangan pribadi tertentu yang memerlukan kekhususan).
Ahli-ahli yang terkahir ini bisa mencakup : tokoh adat, ulama, kyai, hakim, jaksa,
pengacara, polisi, paranormal, dsb.

2.3 Tujuan dan Manfaat Kegiatan pendukung BK

A. Aplikasi Instrumentasi

 Tujuan Aplikasi Instrumentasi


a. Secara umum tujuan aplikasi instrumen adalah supaya
diperolehnya data tentang kondisi tertentu atas diri klien(siswa).
Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan
bimbingan dan konseling khususnya disekolah dan madrasah akan
lebih efektif dan efisien.
b. Secara khusus tujuan aplikasi instrumen apabila dikaitkan dengan
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling terutama fungsi
pemahaman, data hasil aplikasi instrumentasi bertujuan untuk

22
memahami kondisi klien(siswa) seperti potensi dasarnya, bakat,
dan minatnya, kondisi diri dan lingkungannya, masalah-masalah
yang dialami, dan lain sebagainya. Pemahaman yang baik tentang
klien melalui aplikasi instrumentasi dapat dijadikan oleh konselor
sebagai bahan pertimbangan dalam rangka memberikan bantuan
kepada klien sesuai dengan kebutuhan dan masalah-masalah yang
dialami klien. Lebih lanjut, tentu dapat mencegah dan
mengentaskan klien dari masalah-masalah yang dialaminya.

 Manfaat Aplikasi Instrumentasi


konselor mendapatkan data yang benar berdasarkan hasil dari tes aplikasi
instrumentasi

B. Himpunan Data
 Tujuan Himpunan Data
a. Penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk memperoleh
pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam
tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa
memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan
data juga bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan
lengkap guna menunjang penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling. Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan
lengkap, diharapkan pelaksanaan berbagai jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling dapat terselenggara secara
efektif dan efisien.
b. Secara lebih khusus, penyelenggaraan himpunan data terkait
dengan fungsi-fungsi tertentu dalam layanan bimbingan dan
konseling terutama fungsi pemahaman. Merujuk pada fungsi
pemahaman, penyelenggaraan himpunan data bertujuan untuk
memperoleh pemahaman secara baik tentang masing-masing
pribadi siswa dan bertujuan untuk membantu siswa memperoleh
pemahaman tentang diri sendiri. Apabila pemahaman tentang diri

23
sendiri telah terpenuhi oleh siswa, maka diharapkan mereka akan
dapat tercegah dari masalah-masalah yang mungkin dialami. Selain
itu, apabila siswa telah memperoleh pemahaman diri secara baik
dan tercegah dari masalah-masalah yang dialami sangat mungkin
siswa terentaskan masalahnya.
 Manfaat Himpunan Data
Konselor memperoleh pengetahuan data yang lebih luas tentang siswa.
Sehingga dapat membantu konselor untuk mengembangkan pemahaman
tentang diri siswa.

C. Konferensi Kasus

 Tujuan Konferensi Kasus


a. Secara umum, konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan
data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen
pihak-pihak yang terkait dengan kasus(masalah tertentu) dalam
rangka pemecahan masalah.
b. Secara khusus tujuan konferensi kasus berkenaan dengan fungsi-
fungsi tertentu layanan bimbingan dan konseling.
c. Selain itu, tujuan konferensi kasus adalah untuk pengembangan dan
pemeliharaan potensi-potensi individu atau pihak-pihak yang
terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus
(fungsi pengembangan dan pemeliharaan). Dengan tercegah dan
terentaskannya permasalahan serta berkembang dan terpeliharanya
berbagai potensi, berarti hak-hak klien dapat terjaga dan terpelihara
aktualitasnya. (Prayitno 2004)

Atau dengan kata lain konferensi kasus bertujuan untuk mendapat


gambaran yang lebih tepat mengenai diri kasus dengan maksud untuk
memberikan pertolongan kepada kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.
a. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh
tentang permasalahan klien. Gambaran yang diperoleh lengkap dan
saling sangkut paut data atau keterangan yang satu dengan yang laiinya.

24
b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga
penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga
upaya menanganan itu lebih efektif dan efisien.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai itu, maka pihak-pihak yang di
undang dan diminta berpartisipasi secara aktif dan langsung dalam konferensi itu
ialah, pertama mereka yang berperanan sangat menentukan bagi siswa yang
bermasalah seperti orang tua/ wali dan guru), kedua pihak yang diharapkan dapat
memberi keterangan ataupun masukan berkenaan dengan permasalahan di atas,
dan ketiga pihak-ppihak lain yang di harapkan dapat ikut memberikan kemudahan
bagi penangan masalah siswa. Dengan demikian tampak bahwa para peserta
konferensi kasus sangat mungkin bersal dari latar belakang yang berbeda beda,
dengan wawasan yang berbeda dan menghadiri konferensi itu dengan persepsi
awal dan tujuan yang berbeda pula.

 Manfaat Konferensi Kasus


Konselor dapat mengentaskan masalah siswa dengan bantuan dari pihak-
pihak yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga
masalah siswa dapat terselesaikan dengan cepat.

D. Kunjungan Rumah

 Tujuan Kunjungan Rumah


a. Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang
lebih lengkap dan akurat tentang siswa bekenaan dengan masalah yang
dihadapinya. Selain itu juga bertujuan untuk menggalanh komitmen antara
orang tua dan angota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau
madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien.
Menurut Winkel (1991), kunjungan rumah bertujuan untuk mengenal lebih
dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.

25
b. Secara khusus, tujuan kunjungan rumah berkenaan dengan fungsi-fungsi
bimbingan. Misalnya dalam kaitannya dengan fungsi pemahaman,
kunjungan rumah bertujuan untuk lebih memahami kondisi siswa, kondisi
rumah dan keluarga. Dengan memahami siswa secara lebih luas dan
komitmen orang tua serta anggota keluarga lainnya, maka pelayanan
bimbingan dan konseling akan dapat terwujud secara efektif dan efisien.
Dan pada gilirannya dapat mengentaskan siswa dari kondisi bermasalah
kepada kondisi yang lebih baik.

Kunjungan rumah dilakukan dalam rangka mengumpulkan data atau


melengkapi data siswa yang terkait dengan keluarga. Dengan data yang
lebih lengkap dan terbinanya komitmen orang tua, maka upaya pencegahan
masalah terutama yang disebabkan oleh faktor-faktor keluarga, lebih
memungkinkan untuk data dilaksanakan. Dengan demikian, berkaitan
dengan fungsi pencegahan, kunjungan rumah bertujuan untuk mencegah
timbulnya atau memecahkan masalah siswa terutama yang disebabkan oleh
faktor-faktor keluarga. Melalui kunjungan rumah, akan terbina kerja sama
yang baik antara konselor dengan orang tua siswa, sehingga akan terwujud
situasi yang kondusif bagi pengembangan dan pemeliharaan potensi siswa.
 Manfaat Kunjungan Rumah
Konselor memperoleh data yang lebih efektif mengenai siswa yang
bermasalah dengan melakukan kunjungan rumah tersebut.

E.Alih Tangan Kasus

 Tujuan Alih Tangan Kasus


a. Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan
untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan
masalah klien secara lebih tuntas.
b. Sedangakan secara khusus, alih tangan kasus, tujuan alih tangan
kasus terkait dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling.
Apabila merujuk pada fungsi pengentasan, alih tangan kasus bertujuan
untuk memperoleh pelayanan yang lebih spesifik dan menuntaskan

26
masalah siswa. Apabila merujuk pada fungsi pencegahan, tujuan alih
tangan kasus adalah tercegahnya siswa dari masalah-masalah lain yang
lebih parah. Apabila tujuan-tujuan sesuai dengan fungsi diatas tercapai,
maka pencapaian tujuan berdasarkan fungsi-fungsi lain akan
mengiringinya.
 Manfaat Alih Tangan Kasus
Manfaat alih tangan kasus yaitu siswa yang bermasalah dapat
menyelesaikan masalahnya sesuai dengan wewenang ahli yang khusus
menangani masalahnya.

F. Tampilan Kepustakaan
 Tujuan tampilan kepustakaan
Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang
dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya, dan dalam
pengembangan diri pada umumnya.
tujuan umum digunakannya tampilan kepustakaan dalam rangka
pelayanan konseling ialah:
1. Melengkapi substansi pelayanan konseling berupa bahan-bahan dan
atau rekaman lainnya yang ada dalam tampilan kepustakaan.
2. Mendorong klien memanfaatkan bahan-bahan yang ada dalam tampilan
kepustakaan untuk memperkuat pengentasan masalah dan pengembangan
diri pihak-pihak yang bersangkutan.
3. Mendorong klien untuk dapat memanfaatkan pelayanan konseling
secara lebih langsung dan berdaya guna.

 Manfaat tampilan kepustakaan


Pemanfaatan tampilan kepustakaan diarahkan oleh konselor dalam
rangka pelaksanaan pelayanaan dan atau klien secara mandiri mengunjungi
perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-bahan yang
ada di perpustakaan sesuai dengan keperlua. Tampilan kepustakaan

27
merupakan kondisi sangat memungkinkan klien memperkuat dan
memperkaya diri dengan atau tanpa bantuan konselor.

BAB III

TEKNIS OPERASIONAL KEGIATAN

28
3.1 Teknis dan waktu pelaksanaan kegiatan

A. Aplikasi Instrumentasi
 Teknis Aplikasi Instrumenasi
Sebelum instrumen tertentu diterapkan, terlebih dahulu diadakan analisis
yang mendalam tentang perlunya instrumen tertentu diaplikasikan terhadap
siswa atau sekelompok siswa. Kesesuaian antara jenis instrumen dengan
responden (siswa), penyelenggaraan administrasi instrumen, dan
penggunaan hasil instrumen sangat menentukan keberhasilan layanan.
Untuk itu perlu dilakukan hal berikut.
a. Penyiapan instrumen.
Kesesuaian antara jenis instrumen tertentu dengan siswa harus benar-
benar tepat, maknanya instrumen tertentu harus benar-benar cocok
digunakan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam diri siswa.
Konselor(pembimbing) perlu melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. mempelajari manual instrumen,
2. mengidentifikasi karakteristik siswa,
3. melihat kesesuaian antara instrumen dan siswa,
4. menyiapkan diri untuk mampu mengadministrasikan instrumen,
5. menyiapkan aspek teknik dan administrasi.
b. Pengadministrasian instrumen.
Pengadministrasian instrumen harus sesuai dengan petunjuk yang telah
dikemukakan dalam manual instrumen. Untuk keperluan pelayanan
bimbingan dan konseling dalam arti luas pengadministrasian instrumen
berkenaan dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana, dan untuk
apa instrumen tertentu di aplikasikan kepada siswa. Guna memberikan
penjelasan atau jawaban atas pertanyaan di atas, konselor mengemukakan
:
1. Pokok isi, bentuk, tujuan, dan kegunaan instrumen bagi responden
(siswa)
2. Bagaimana bekerja dengan instrumen tertentu, termasuk alokasi
waktu yang disediakan

29
3. Bagaimana mengolah jawaban responden
4. Bagaimana hasil pengolahan itu disampaikan kepada responden
(siswa)
5. Bagaimana hasil tersebut digunakan, dan apa yang perlu atau
diharapkan dilakukan oleh responden.
Untuk menjamin tingginya tingkat reliabilitas hasil instrumen,
konselor atau pembimbing dalam menyampaikan hasil-hasil
instrumen harus disertai tanya jawab (diskusi) dengan responden
(siswa) agar ia dapat menjalani proses aplikasi instrume secara baik
c. Pengolahan dan pemaknaan jawaban responden.
Pengolahan jawaban responden (siswa) dapat dilakukan secara manual
dan dapat menggunakan peralatan elektronik seperti program komputer.
Dan atau jawaban responden yang sudah diolah baik secara manual
maupun komputer, selanjutnya dianalisis atau dimaknai dengan
menggunakan kriteria tertentu yang telah ditetapkan, selanjutnya siap
digunakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Penyampaian hasil instrumen
Hasil instrumen harus disampaikan secara cermat dan hati-hati. Asas
kerahasian harus benar diterapkan. Hasil aplikasi instrumen tidak boleh
konsumsi atau tpembicaraan umum, apalagi apabila didalamnya terdapat
nama siswa. Hasil instrumen boleh menjadi konsumsi umum atau
didiskusikan secara terbuka, misalnya disajikan atau didiskusikan dalam
kelas, tetapi tidak satu nama pun disebutkan dan tidak satupun data
dikaitkan dengan pribadi tertentu. Hasil instrumen tertentu, dapat
disajikan sebagai pertimbangan untuk memanggil individu atau siswa
dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling. Sesuai dengan hakikat
prinsip bimbingan konseling, yang dipanggil bukan hanya para siswa
yang diindikasikan bermasalah sepeti skor rendah, mereka yang memiliki
skor menengah dan tinggi juga perlu mendapat layanan. Meskipun siswa
tertentu belum memperlihatkan tanda-tanda bermasalah sepeeti siswa
yang pintar dan cenderung memperoleh skor tinggi, mereka juga bisa
dipanggil dan diberi kesempatan untuk beetemu dengan dengan

30
pembimbing (konselor), karena layanan bimbingan dan konseling adalah
hak semua siswa disekolah dan madrasah. Seperti telah dijelaskan pada
fungsi-fungsi bimbingan dan konseling diatas, bahwa pelayanan
bimbingan dan konseling terhadap para siswa yang belum menunjukkan
tanda-tanda bermasalah, dapat berupa dorongan dan penguatan, perluasan
wawasan dan aspirasi, penajaman sikap, pengembangan rencana kegiatan
masa depan, dan sebagainya. Dengan demikian, hasil instrumentasi dapat
bermanfaat bagi semua siswa yang mengikuti kegiatan aplikasi
instrumentasi.
e. Penggunaan hasil instrumen
Hasil-hasil instrumentasi dapat digunakan bagi perencanaan program
bimbingan, penetapan peserta layanan, sebagai isi layanan, tindak lanjut,
dan bagi upaya pengembangan.
1. Untuk perencanaan program bimbingan dan konseling. Sebaliknya,
perencanaan pelayanan program bimbingan dan konseling di sekolah
atau madrasah disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui
aplikasi instrumentasi. Program-program bulanan, semesteran, dan
tahunan di sekolah dan madrasah hendaknya didasarkan pada data
tentang variasi masalah siswa, hasil ulangan dan ujian, bakat dan
minat, kecenderungan siswa, dan lain-lain. Semua data yang diperoleh
melalui hasil instrumentasi dapat dipakai dalam merencanakan isi
program pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh,
untuk setiap kelas dan harus mengacu pada kebutuhan siswa, baik
perorangan maupun kelompok
2. Penetapan peserta layanan. Dari hasil instrumentasi pembimbing
(konselor) bisa menetapkan individu (siswa) yang perlu mendapat
layanan konseling tertentu baik untuk layanan dengan format klasikal,
kelompok, maupun individual termasuk kegiatan dengan format
lapangan dan politik. Penetapan individu yang akan menjadi peserta
layanan hendaknya tetap berpegang pada prinsip prioritas.
3. Hasil instrumen sebagai isi layanan. Hasil instrumentasi baik sebagian
atau seluruhnya, secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan

31
isi layanan yang hendak dilaksanakan atau sedang dilaksanakan
terhadap klien. Hasil pengungkapan masalah, sosiogram, data tentang
intelegensi, bakat dan minat, dan lain sebagainya, dapat menjadi isi
semua layanan konseling tergantung relevansinya. Konselor harus
cermat melihat relevansi itu dan menggunakannya secara tepat dengan
penerapan asas kerahasiaan sebagaimana mestinya.
4. Hasil instrumentasi dan tindak lanjut. Hasil instrumentasi, khususnya
hasil evaluasi segera, jangka pendek, dan jamgka panjang dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi upaya tindak lanjut pelayanan
terhadap klien (siswa). Kecermatan konselor terhadap kesesuaian
antara evaluasi dengan upaya tindak lanjut sangat diperlukan.
5. Hasil instrumentasi dan upaya pengembangan. Data hasil
instrumentasi dengan tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi dapat
secara tepat menunjang pengembangan program-program pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah ataupun madrasah. Sebagai bahan
pertimbangan untuk pengembangan, data yang dimaksud itu sebaiknya
bukan data tunggal, melainkan data kolektif yang diperoleh melalui
aplikasi berbagai instrumen untuk berbagai kelompok responden
(siswa). Dengan data kolektif itu akan tampak arah pokok yang perlu
dijadikan arah dan garis pengembangan yang dimaksudkan.

 Waktu pelaksanaan kegiatan


Kegiatan aplikasi instrumentasi merupakan suatu proses dimana
pelaksanaannya menempuh tahapan-tahapan tertentu. Adapun tahapan
kegiatannya yaitu :
1. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilaksanakan konselor (pembimbing)
adalah
a. Menetapkan objek yang akan diukur atau diungkapkan
b. Menetapkan subjek yang akan menjalani pengukuran
c. Menyusun instrumen sesuai dengan objek yang akan diungkap
d. Menetapkan prosedur pengungkapan

32
e. Menetapkan fasilitas
f. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan konselor adalah
a. Mengomunikasikan rencana pelaksanaan aplikasi insrumentasi
kepada pihak terkait
b. Mengorganisasi kegiatan instrumentasi
c. Mengadministrasikan instrumen
d. Mengolah jawaban responden
e. Menafsirkan hasil instrumen
f. Menetapkan arah penggunaan hasil instrumen
3. Evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
a. Menetapkan materi evaluasi terhadap kegiatan instrumentas serta
penggunaan hasil-hasilnya
b. Menetapkan prosedur dan cara-cara evaluasi
c. Melaksanakan evaluasi
d. Mengolah dan menafsirkan atau memaknai hasil evaluasi
4. Analisis hasil evaluasi
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah
a. Menetapkan norma atau standar analisis
b. Melakukan analisis
c. Menafsirkan hasil analisis
5. Tindak lanjut
Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah
a. Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut terhadap kegiatan
instrumentasi serta penggunaan hasil-hasilnya
b. Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
c. Melaksanakan tindak lanjut
6. Pembuatan laporan
Pada tahap ini yang dilakukan konselor adalah
a. Menyusun laporan kegiatan aplikasi instrumentasi

33
b. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait
c. Mendokumentasikan laporan kegiatan

B. Himpunan Data
 Teknis Himpunan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap, teratur, dan efektif sehingga dapat
menunjang pelayanan bimbingan dan konseling secara efektif pula, pembimbing
atau konselor perlu menetapkan beberapa teknik seperti :
a. Aplikasi instrumentasi
Teknik ini dilaksanakan untuk memperoleh data dari sumber-sumber yang
relavan, terutama dari individu-individu yang menjadi tanggung jawab
konselor. Penerapan teknik ini harus benar-benar memperhatikan prosedur
dan persyaratan aplikasi instrumentasi seperti telah dikemukakan diatas.
b. Penyusunan dan penyimpana data
Di dalam bentuk-bentuk himpunan data, telah terintegrasikan hal-hal yang
dikehendaki dalam penyusunan dan penyimpanannya. Sebaiknya, data
dikelompok-kelompokkan dan disusun secara sistematis sesuai dengan
jenis datanya. Penyimpanan dan penyusunan data yang baik akan
mempermudah penggunaan, pengembangan, dan penghapusannya.
c. Penggunaan perangkat komputer
Munculnya teknologi komputerisasi banyak membantu dalam
pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan sekaligus penggunaan data
tertentu dalam layanan bimbingan dan konseling. Dengan bantuan program
komputer, data tertentu seperti alamat, cita-cita, bakat, pilihan program,
dan sebagainya dapat segera dilacak untuk digunakan secara tepat dan
cepat.
d. Tenaga administrasi
Adakalanya konselor atau pembimbing sekolah atau madarasah tidak
mampu menyelenggarakan sendiri himpunan data, terutama untuk sekolah-
sekolah dan madrasah yang jumlah siswanya banyak. Dalam kondisi
demikian, guru BK atau konselor akan memerlukan pembantu atau tenaga
tata usaha. Tenaga administrasi yang membantu konselor atau pembimbing

34
dalam pengumpulan, pengolahan, penggunaan, dan pengadministrasian
data harus benar-benar mengetahui mekanisme penyusunan, penyimpanan,
dan penggunaan data. Selain itu, ia juga harus bisa menyimpan rahasia.

Selain teknik-teknik diatas, secara umm tekni pengumpulan data dapat dilakukan
secara tes dan nontes.
a. Teknik tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh
informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan
psikologis seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang
menghasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diukur.
Alat tes yang digunakan untuk pengumpulan data (himpunan data)
harus distandardisasikan. Selain itu juga harus memiliki validitas
dalam arti ada kesesuaian antara apa yang diukur dalam tes dengan
aspek yang direncanakan untuk diukur melalui tes tersebut.
Tes sebagai alat pengumpulan data digunakan dengan tujuan
untuk
a. Meramalkan atau memperkirakan tentang taraf prestasi atau corak
perilaku di kemudian hari
b. Mengadakan seleksi untuk menerima atau menempatkan individu
pada posisi tertentu
c. Mengadakan klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok mana
seseorang sebaiknya dimasukkan untuk mengikut suatu program
pendidikan tertentu, atau dikenai program rehabilitasi tertentu
d. Mengadakan evaluasi tentang program-program studi, proses
pembelajaran, dan lain sebagainya.
b. Teknik non tes
Yang termasuk alat-alat nontes dalam himpunan data adalah :
a. Angket tertulis
Sebagai alat pengumpulan data, angket memiliki beberapa
keuntungan, yaitu

35
a. Dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data kepada
sejumlah siswa dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang
singkat
b. Setiap siswa menerima sejumlah pertanyaan yang sama
c. Siswa mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban
d. Siswa mempunyai waktu yang cukup untuk menjawab
pertanyaan
e. Subjektivitas dapat diminimalisasi
b. Wawancara
Apabila dalam angket komunikasi antara pembimbing dengan
siswa dilakukan dengan secara tertulis, maka dalam wawancara
komunikasi dilakukan secara lisan. Sebagaimana halnya angket,
wawancara juga ada yang bersifat langsung dan tidak langsung.
Wawancara yang bersifat langsung adalah apabila wawancara
dilakukan dengan siswa untuk memperoleh keterangan data
tentang siswa yang bersangkutan. Wawancara yang bersifat tidak
langsung adalah apabila wawancara dilakukan dengan orang lain;
misalnya orang tua siswa untuk memperoleh keterangan.
c. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
saksama baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
berbagai aktivitas siswa di lingkungan sekolah dan madrasah
maupun di luar lingkungan sekolah dan madrasah termasuk
rumah. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif (terlibat),
yaitu observer ikut terlibat dalam aktivitas siswa yang sedang
diamati. Observasi terlibat bisa memperoleh data yang lebih
akurat, karena siswa tidak merasa sedang diamati. Observasi
nonpartisipatif (tidak terlibat) adalah observasi tidak mengambil
bagian atau tidak ikut terlibat dalam aktivitas siswa yang diamati.
Untuk melakukan observasi (pengamatan) observer bisa
menggunakan alat bantu seperti tustel, kamera tangan, dan daftar
check list, catatan anekdot, dan skala penilaian.

36
d. Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh siswa sendiri
tentang riwayat hidupnya. Dengan perkataan lain otobiografi
adalah riwayat hidup atau catatan-catatan yang dibuat sendiri oleh
siswa. Teknik ini dilakukan dengan menyuruh siswa membuat
catatan berbagai kejadian (peristiwa) tentang dirinya baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang sudah
dialami maupun yang sedang terjadi, dan yang masih merupakan
cita-cita. Cara yang sederhana untuk menerapkan teknik ini adalah
menyuruh siswa membuat karangan dengan judul-judul tertantu.
Siswa bebas memilih topik sesuai dengan keadaan yang terjadi
atas dirinya.
e. Anekdot (anecdotal Record)
Catatan anekdot merupakan laporan singkat tentang berbagai
kejadian atau perilaku tentang siswa dan memuat deskripsi
objektif tentang perilaku siswa dan memuat deskripsi objektif
tentang perilaku siswa pada saat tertentu. Atau merupakan suatu
bentuk catatan peristiwa yang dianggap penting dalam situasi
tentang siswa baik bersifat individual maupun kelompok.
Peristiwa atau kejadian seperti tawuran antar siswa, pencurian,
bolos sekolah, dan lain sebagainya dapat merupakan data bagi
siswa yang bersangkutan dan sangat diperlukan untuk
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada mereka.
Peristiwa-peristiwa seperti diatas sering terjadi secara insidentil
tanpa dapat diramalkan terlebih dahulu.
Catatan anekdot ada dua bentuk yaitu, (1) catatan anekdot
insidentil, yang digunakan untuk mencatat berbagai peristiwa
yang terjadi secara insidentil baik yang bersifat individual maupun
kelompok. (2) catatan anekdot periodik, yang digunakan untuk
mencatat berbagai peristiwa tertentu yang terjadi secara insidentil
dalam periode tertentu. Misalnya mencatat tentang tawuran yang
dilakukan siswa pada waktu tertentu.

37
f. Skala penilaian
Skala penilaian dapat digunakan sebagai pedoman observasi.
Skala penilaian merupakan sebuah daftar yang menyajikan
sejumlah sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala.
Hampir sama dengan daftar cek, tetapi dalam skala penilaian
aspek yang di cek ditempatkan dalam bentuk skala. Teknik ini
sangat tepat apabila digunakan untuk mengobservasi situasi
tertentu secara kualitatif. Dalam skala penilaian, aspek-aspek yang
diobservasi dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif yang
masing-masing memiliki nilai (skor) berlainan.
Skala penilaian dapat dibuat secara deskriptif dan secara numerik.
Skala penilaian deskriptifm apabila aspek yang diobservasi
dijabarkan dalam bentuk alternatif-alternatif pilihan kualitatif
seperti sangat sering, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah.
Atau sangat senang, senang, kurang senang, tidak senang, sangat
tidak senang.
g. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat untuk mengumpulkan data tentang
hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial siswa. Melalui
teknik ini konselor dapat memperoleh data tentang susunan
hubungan antar-siswa, struktur hubungan siswa, dan arah
hubungan sosial. Deskripsi suasana hubungan sosial yang
diperoleh melalui sosiometri disebut sosiogram. Selain itu,
pembimbing juga dapat membuat data sosiometris untuk setiap
siswa. Dari data sosiometris selanjutnya pembimbing dapat
mengetahui frekuensi pemilihan, yaitu banyaknya siswa yang
dipilih, keakraban pergaulan antarsiswa, status pilihan atau
penolakan, dan popularitas dalam pergaulan.
Pelaksanaan sosiometri menempuh langkah-langkah sebagai
berikut
1. Para siswa diminta untuk memilih satu, dua atau lebih teman
yang paling disenangi dalam kerja sama untuk suatu kegiatan.

38
Jenis kegiatan hendaknya dijelaskan terlebih dahulu oleh
pembimbing. Teman yang dipilih ditulis dalam lembaran isian
sosiometri
2. Setelah siswa menulis dalam lembaram isian, selanjutnya
dikumpulkan untuk ditabulasi dalam matrik sosiometris
3. Berdasarkan matrik sosiometris, pembimbing melakukan
analisis.
h. Kunjungan rumah
Kunjungan rumah dapat dijadikan sebagai salah satu teknik
pengumpulan data siswa. Cara ini dilakukan dengan mengunjungi
tempat tinggal siswa. Kunjungan rumah dilakukan untuk
mengenal secara lebih dekat lingkungan keluarga siswa. Secara
psikologis dan sosial, kunjungan rumah akan menimbulkan
keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah dan
madrasah secara umum dan pembimbing secera khusus dengan
orang tua siswa. Selain itu, kunjungan rumah juga untuk
memperoleh informasi terutama untuk informasi yang belum
diperoleh secara jelas melalui angket dan wawancara.
i. Kartu pribadi
Kartu pribadi merupakan suatu catatan yang disusun secara
kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan
data secara kontinu. Di dalam kartu pribadi, termuat data penting
tentang siswa. Dalam konteks bimbingan dan konseling, kartu
pribadi merupakan suatu catatan tentang masing-masing siswa
yang disusun selama beberapa waktu dan memuat data yang
signifikan bagi keperluan bimbingan.
j. Studi kasus
Studi kasus dapat bermakna suatu teknik mempelajari seorang
individu (siswa) secara mendalam untuk membantunya
memecahkan masalah atau memperoleh penyesuaian diri secara
lebih baik.
 Waktu pelaksanaan kegiatan

39
Pelaksanaan himpunan data meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1. Perencanaan yang mencakup kegiatan :
a. Menetapkan jenis dan klasifikasi data dan sumber-sumbernya
b. Menetapkan bentuk himpunan data
c. Menetapkan dan menata fasilitas untuk penyelenggaraan himpunan
data
d. Menetapkan mekanisme pengisian, pemeliharaan, dan penggunaan
himpunan data, dan
e. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan yang mencakup kegiatan
a. Mengumpulkan data dan memasukkannya kedalam himpunan data
sesuai dengan klasifikasi dan sistem etika yang ditetapkan
b. Memanfaatkan data untuk berbagai jenis layanan konseling
c. Memelihara dan mengembangkan himpunan data
3. Evaluasi yang mencakup kegiatan
a. Mengkaji atau menelaah efisiensi sistematika dan penggunaan
fasilitas yang digunakan
b. Memeriksa kelengkapan, keakuratan, keaktualan, dan kemanfaatan
data dalam himpunan data
4. Analisis hasil evaluasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah melakukan analisis terhadap hasil
evaluasi berkenaan kelengkapan, keakuratan, keaktualan, kemanfaatan
data serta efisiensi penyelenggarannya.
5. Tindak lanjut
Yang dilakukan pada tahap ini adalah mengembangkan himpunan data
lebih lanjut sesuai dengan hasil analisis yang mencakup
a. Bentuk, klasifikasi dan sistematika data
b. Kelengkapan, keakuratan, dan keaktualan data
c. Kemanfaatan data
d. Penggunaan teknologi
e. Teknik penyelenggaraan
6. Laporan

40
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Menyusun laporan kegiatan himpunan data
b. Menyampaikan laporan kepada pihak terkait
c. Mendokumentasikan laporan

C. Konferensi Kasus
 Teknis Konferensi Kasus
Implementasi konferensi kasus dapat menerapkan beberapa teknik sebagai
berikut :
1. Kelompok nonformal. Konferensi kasus menggunakan teknik ini bersifat
tidak resmi, artinya tidak menggunakan cara-cara tertentu yang bersifat
instruksional. Atau tidak ada instruksi atau perintah dari siapa pun.
2. Pendekatan normatif. Penerapan teknik ini harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Penyebutan nama seseorang harus disertai penerapan asas
kerahasiaan
b. Pengungkapan sesuatu dan pembahasannya harus didasarkan pada
tujuan positif yang menguntungkan semua pihak yang terkait.
Dengan perkataan lain, apa pun yang dibahas tidak merugikan pihak-
pihak tertentu.
c. Pembicaraan dalam suasana bebas dan terbuka, objektif tanpa
pamrih, dan tidak didasarkan atas kriteria kalah menang
d. Diminta kelompok diwarnai semangat memberi dan menerima
e. Bahasa dan cara-cara yang digunakan diwarnai oleh asas
kenormatifan
3. Pembicaraan terfokus. Semua peserta konferensi kasus bebas
mengembangkan apa yang diketahui, difikirkan, dirasakan, dialami, dan
dibayangkan akan terjadi berkaitan dengan kasus yang dibicarakan,
namun jangan sampai pembicaraan meluas di luar konteks, mengada-
ada, apalagi sampai menyentuh daerah yang menyinggung pribadi-
pribadi tertentu. Untuk itu konselor harus mampu

41
a. Membangun suasana nyaman bagi seluruh peserta dalam mengikuti
pembicaraan
b. Mendorong para peserta untuk berperan optimal dalam pembahasan
kasus
c. Mengambil inti pembicaraan dan menyimpulkan seluruh isi
pembicaraan

 Waktu pelaksanaan kegiatan


Konferensi kasus dapat dilaksanakan dimana saja, ditempat konselor
bertugas dan mempraktikkan pelayanan profesional, di sekolah dan
madrasah yang menyangkut siswa atau personel sekolah dan madrasah dan
di tempat-tempat lainnya. Atau di buat kesepakatan antara konselor dan
peserta serta pihak yang bertanggung jawab atas tempat tertentu. Prinsipnya,
tempat berlangsungnya konferensi kasus harus nyaman dan kondusif
mendukung pelaksanaan konferensi kasus sesuai tuntutan asas-asas
konseling.
Pelaksanaan konferensi kasus menempuh tahap-tahap sebagai berikut :
1. Perencanaan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Menetapkan kasus yang akan dibawa ke konferensi
b. Meyakinkan klien tentang pentingnya konferensi kasus
c. Menetapkan pesertab konferensi kasus
d. Menetapkana waktu atau tempat konferensi kasus
e. Menyiapkan kelengkapan bahan atau materi untuk pembahasan
dalam konferensi kasus
f. ‘menyiapkan fasilitas penyelenggaraan konferensi kasus
g. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Mengkomunikasikan rencana konferensi kasus kepada para peserta
b. Menelenggarakan konferensi kasus, yang meliputi kegiatan
3. Evaluasi

42
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Mengevaluasi kelengkapan dan kemanfaatan hasil konferensi kasus,
serta komitmen peserta dalam penanganan kasus,
b. Mengevaluasi proses pelaksanaan konferensi kasus
4. Analisis hasil evaluasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis
(pembahasan) terhadap efektivitas hasil konferensi kasus terhadap
penanganan kasus
5. Tindak lanjut
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah
a. Menggunakan hasil analisis untuk melengkapi data dan
memperkuat komitmen penanganan kasus
b. Mempertimbangkan apakah diperlukan konferensi kasus
selanjutnya
6. Laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah
a. Menyusun laporan kegiatan konferensi kasus
b. Mengoptimalkan laporan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
kasus yang telah dibahas
c. Mendokumentasikan laporan yang telah disusun

D. Kunjungan Rumah
 Teknis Kunjungan Rumah
Hal-hal yang terkait dengan kunjungan rumah adalah :
1. Format
Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikut format lapangan dan
politik. Melalui kunjungan rumah, konselor memasuki lapangan
permasalahan klien. Dengan jangkauan yang lebih luas, diharapkan
penanganan masalah klien (siswa) dapat dilakukan secara lebih
komprehensif dan intensif. Selain itu, strategi politik pun dapat
dilakukan, yaitu menghubungi pihak-pihak lain yang terkait dalam

43
keluarga. Peran positif pihak-pihak lain yang terkait dibangkitkan
untuk penuntasan pengentasan klien serta optimalisasi pengembangan
potensi-potensinya.
2. Materi
Dalam merencanakan kunjungan rumah, konselor mempersiapkan
berbagai informasi umum dan data tentang klien yang layak diketahuit
oleh orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan catatan :
a. Tidak melanggar asas kerahasiaan klien
b. Semata-mata untuk pendalaman masalah dan penuntasan
penangannya
Selain itu tidak merugikan klien dalam kaitannya dengan
kedudukan dan hubungan kekeluargaan dalam keluarga yang
bersangkutan, hubungan sosioemosional, pemberian kesempatan
dan fasilitas, serta ketertarikan kerja.
3. Peran klien
Keikutsertaan siswa dalam kegiatan kunjungan rumah, diwujudkan
melalui persetujuannya terhadap penyelenggaraan kunjungan rumah.
Konselor atau pembimbing perlu mempertimbangkan secara matang
apakah siswa akan dilibatkan atau tidak dalam pembicaraan antara
konselor dengan anggota keluarga yang dikunjungi. Keterbukaan,
objektivitas, kenyamanan, suasana, kelancaran kegiatan, serta dampak
positif bagi siswa dan keluarganya menjadi pertimbangan dan kriteria
keterlibatan siswa.
4. Kegiatan
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh konselor dalam melakukan
kunjungan rumah adalah melakukan pembicaraan dengan anggota
keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya sesuai dengan
permasalahan siswa. Selain itu juga melakukan pengamatan terhadap
berbagai objek dalam keluarga yang dikunjungi dan lingkungan
sekitarnya tentunya atas ijin pemilik rumah. Konselor tidak
diperbolehkan memeriksa berbagai dokumen yang dimiliki keluarga,
kecuali keluarga yang bersangkutan menghendakinya.

44
5. Undangan terhadap keluarga
Apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, kunjungan rumah dapat
diganti dengan undangan terhadap keluarga. Orang tua dan atau
anggota keluarga lainnya dapat diundang misalnya ke sekolah atau
madrasah atau tempat-tempat lainnya sesuai dengan permasalahan
siswa. Undangan terhadap keluarga bukan pemanggilan. Oleh karena
itu, konteksnya sebagai pelayanan bimbingan dan konseling, maka
harus dilakukan atas ijin klien, dan dipersiapkan data dan materi yang
akan dibicarakan serta ditentukan peran siswa. Undangan terhadap
keluarga tidak boleh dilakukan oleh konselor dengan tujuan untuk
menyampaikan kepada anggota yang diundang keputusan tertentu yang
isinya merugikan siswa.
6. Waktu dan tempat
Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan tergantung
kepada perkembangan proses pelayanan terhadap siswa. Kunjungan
rumah dapat dilakukan pada awal atau bahkan sebelum pelayanan,
ketika proses pelayanan sedang berlangsung, atau sebagai tindak lanjut
dari pelayanan tertentu.
7. Evaluasi
Untuk mengetahui hasil-hasil dari kunjungan rumah, harus dilakukan
evaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah dalam
konteks pelayanan bimbingan dan konseling, dapat mencakup proses
dan hasil hasilnya. Evaluasi terhadap unsur-unsur proses dilakukan
secara berkelanjutan selama proses kunjungan rumah berlangsung.
Penilaian terhadap hasil-hasil kunjungan rumah dapat diarahkan pada
kelengkapan dan akurasi data yang diperoleh serta manfaat data
tersebut dalam pelayanan terhadap siswa. Apabila data yang diperoleh
dinilai kurang atau belum lengkap atau kurang akurat, kunjungan
rumah dapat dilakukan kembali atau dilakukan kunjungan rumah
lanjutan. Komitmen seluruh anggota keluarga juga perlu mendapat
perhatian secara saksama untuk pemecahan masalah siswa. Dalam

45
kaitan ini, penilaian segera dapat dilakukan oleh pembimbing atau
konselor.

 Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Sebagaimana kegiatan-kegiatan bimbingan lainnya yang telah disebutkan
diatas, pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah juga menempuh tahap-tahap
kegiatan seperti
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Menetapkan kasus dan siswa yang memerlukan kunjungan rumah
b. Meyakinkan siswa tentang pentingnya kunjungan rumah
c. Menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan
dengan keluarga
d. Menetapkan materi kunjungan rumah atau data yang perlu diungkap
dan peranan masing-masing anggota keluarga yang akan ditemui
e. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Mengkomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada
berbagai pihak yang terkait
b. Melakukan kunjungan rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan :
1. Bertemu orang tua atau wali siswa atau anggota keluarga lainnya
2. Membahas permasalahan siswa
3. Melengkapi data
4. Mengembangkan komitmen orang tua atau wali siswa atau
anggota keluarga lainnya
5. Menyelenggarakan konseling keluarga apabila memungkinkan
6. Merekam dan menyimpulkan hasil kegiatan
3. Evaluasi
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah

46
b. Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah
serta komitmen orang tua atau wali atau anggota keluarga lainnya
c. Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah untuk
mengentaskan masalah siswa
4. Analisis hasil evaluasi
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melakukan analisis
terhadap efektivitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap
pemecahan kasus siswa
5. Tindak lanjut
Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan adalah :
a. Mempertimbangkan apakah perlu dilakukan kunjungan rumah ulang
atau lanjutan
b. Mempertimbangkan tindak lanjut layanan dengan menggunakan data
hasil kunjungan rumah yang lebih lengkap dan akurat
6. Laporan
Pada tahap ini, konselor melakukan kegiatan
a. Menyusun laporan kegiatan kunjungan rumah
b. Menyampaikan laporan kunjungan rumah kepada berbagai pihak
yang terkait
c. Mendokumentasikann laporan kunjungan rumah

E. Alih Tangan Kasus


 Teknis Alih Tangan Kasus
Beberapa hal yang terkait dengan teknik alih tangan kasus adalah :
1. Pertimbangan
Sebelum dilakukan alih tangan kasus, terlebih dahulu pertimbangkan
perlunya kegiatan itu dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan itu
diperoleh melalui diskusi mendalam. Pertimbangan-pertimbangan itu
antara lain mencakup kenormalan dan ketidaknormalan siswa,
substansi masalah dan ahli yang terkait. Pertimbangan untuk
dilaksanakannya alih tangan kasus diputuskan oleh siswa sendiri,

47
selanjutnya konselor atau pembimbing memfasilitasi
penyelenggaraannya.
2. Kontak
Kontak konselor atau pembimbing dengan ahli-ahli yang terkait dapat
dilakukan melalui surat, telepon, atau SMS dan dengan cara tertentu
lainnya. Apabila konselor atau pembimbing telah memperoleh
kepastian dengan ahli tertentu, selanjutnya konselor atau pembimbing
boleh meminta siswa bertemu dengan ahli tersebut. Untuk menemui
ahli tertentu, siswa harus dibekali dengan surat pengantar atau catatan-
catatan tertentu seperti layaknya dokter puskesmas memberika rujukan
pasiennya kepada dokter spesialis tertentu. Selanjutnya konselor atau
pembimbing dapat melakukan kontak dengan ahli dimana alih tangan
kasus itu dilakukan untuk kelancaran pelayanan secara umum. Apabila
dimungkinkan dan dikehendaki oleh kedua pihak yang terkait, konselor
atau pembimbing dapat melakukan kerja sama dengan ahli-ahli terkait
untuk kesuksesan pelayanan terhadapa siswa.
3. Waktu dan tempat
Alih tangan kasus diselenggarakan setelah siswa memutuskan untuk
alih tangan kasus dan ahli lain tang terkait dengan alih tangan kasus
merespon secara positif untuk diselenggarakannya alih tangan kasus.
Alih tangan kasus dapat diselenggarakan pada awal pelayanan
terdahulu atau setelah proses pelayanan berlangsung beberapa lama.
Selain itu, alih tangan kasus juga dapat merupakan tindak lanjut dari
layanan terdahulu. Alih tangan kasus pun dapat diselenggarakan di
tengah-tengah penyelenggaraan pelayanan oleh konselor yang sedang
berlangsung beberapa sesi layanan. Alih tangan kasus dapat
diselenggarakan di tempat konselor dan ahli lain bekerja. Atau ahli lain
boleh menentukan tempat dimana alih tangan kasus akan
diselenggarakan.
4. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian dilakukan terhadap alih tangan kasus, apakah
telah terlaksana secara lancar dan produktif. Konselor atau

48
pembimbing dapat melakukan penilaian jangka menengah atau jangka
panjang untuk mengetahui keberhasilan pelayanan secara menyeluruh
yang mengintegrasikan pelayanan terdahulu dan pelayanan melalui alih
tangan kasus.

 Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan alih tangan kasus menempuh beberapa langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut
serta penyusunan laporan.
1. Perencanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Menetapkan kasus atau siswa yang memerlukanalih tangan kasus
b. Meyakinkan siswa tentan penting alih tangan kasus
c. Menghubungi ahli lain yang terkait dengan kasus yang sedang
dipecahkan
d. Menyiapkan materi yang akan disertakan dalam alih tangan kasus
e. Menyiapkan kelengkapan administrasi
2. Pelaksanaan
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Mengomunikasikan rencana alih tangan kasus kepada pihak terkait
b. Mengalihtangankan klien kepada ahli lain yang terkait dengan kasus
yang sedang dipecahkan
3. Evaluasi
Yang dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Membahas hasil alih tangan kasus melalui klien yang bersangkutan,
laporan ahli yang terkait dengan kasus yang dialihtangankan, dan
analisis alih tangan kasus
b. Mengkaji hasil alih tangan kasus terhadap pengentasan masalah
siswa
4. Analisis hasil evaluasi

49
Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan analisis terhadap
efektivitas alih tangan kasus berkenaan dengan pengentasan masalah
klien secara menyeluruh
5. Tindak lanjut
Pada tahap ini, yang dilakukan adalahc menyelenggarakan layanan
lanjutan (apabila diperlukan) oleh pemberi layanan terdahulu dan atau
alih tangan kasus lanjutan
6. Menyusun laporan
Yang dilakukan adalah :
a. Menyusun laporan kegiatan alih tangan kasus
b. Menyampaikan laporan terhadap pihak-pihak terkait, dan
c. Mendokumentasikan laporan
F. Tampilan kepustakaan
 Teknis tampilan kepustakaan
1. Konselor
Konselor adalah tenaga profesi pelayanan konseling yang
menyelenggarakan berbagai jenis layanan konseling dan kegiatan
pendukungnya. Berkenaan dengan TKp. Konselor menyediakan atau
setidak-tidaknya memiliki akses dengan berbagai bahan yang ada di
perpustakaan yang disiapkan oleh konselor sendiri, atau di
perpustakaan lembaga tempat konselor bekerja, atau diperpustakaan
lainnya yang dimungkinkan untuk diakses.
2. Peserta Kegiatan
Peserta yang terkait dengan kegiatan TKp adalah individu-individu,
baik sendiri-sendiri maupun yang terkait dengan kelompok atau kelas
tertentu yang berkepentingan dengan pengaksesan terhadap bahan
kepustakaan tertentu. Pada tahap pra-konseling, kegiatan akses kepada
bahan-bahan kepustakaan dilakukan oleh siapa saja, tanpa terikat oleh
layanan konseling. Pada tahap dalam proses konseling, kegiatan TKp
dilakukan oleh mereka yang sedang mengalami proses konseling.
Semua jenis layanan konseling dapat melibatkan ke dalamnya
kegiatan TKp sesuai dengan permasalahan ataupun topik yang

50
dibahas. Sedangkan pada tahap pasca-konseling, perilaku kegiatan
TKp adalah mereka yang sebelumnya telah menjalani proses
konseling dengan jenis layanan tertentu. Setelah layanan konseling
berakhir, atas arahan konselor dan atau inisiatif sendiri
klienmengakses bahan tertentu yang ada di perpustakaan.
Peserta kegiatan TKp adalah siapapun juga, dengan syarat sudah
pandai membaca dengan pemahaman yang cukup tinggi dan dapat
mengaitkan materi yang dibacanya itu dengan permasalahan dan
pengembangan diri. Peserta seperti itu dapat berasal dari berbagai
kalangan, yaitu siswa dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan
tinggi para remaja, orang dewasa dan lanjut usia dari semua latar
belakang yang dapat mengakses bahan-bahan perpustakaan.

3. Bahan Tampilan Kepustakaan


Bahan tampilan kepustakaan sangat bervariasi, baik dalam jenis
materinya maupun tingkat kesulitan dalam pemahamannya. Jenis
materi yang dimaksudkan itu tersebar dalam semua bidang pelayanan
konseling, yaitu:
a. Bidang pengembangan pribadi, seperti bacaan yang menyangkut
tugas perkembangan pada tiap tahap perkembangan, potensi diri,
kemampuan berfikir dan merasa, suasana hati, cara-cara menjaga diri,
upaya penampilan diri, dan lain-lain.
c. Bidang pengembangan hubungan sosial, seperti bacaan tentang cara
berkomunikasi, kiat-kiat berhubungan dengan orang lain,
kepemimpinan, kehidupan kelompok, nilai-nilai sosial dan moral,
cara berorganisasi, dan lain-lain.
c. Bidang pengembangan kegiatan belajar, seperti bacaan tentang
cara-cara belajar yang baik, kiat-kiat mengikuti pelajaran dalam
kelas, mempersiapkan dan mengikuti ujian, menyusun makalah,
mengerjakan PR, dal lain-lain.
d. Bidang perencanaan dan pengembangan pilihan karir dan hidup
berpekerjaan, misalnya bacaan tentang keterkaitan antara bakat,

51
minat dan pekerjaan; kisah orang-orang sukses, kiat sukses dalam
bekerja dan berusaha, hubungan pimpinandan karyawan,
pengelolaan kelembagaa, informasi karir dan pendidikan, dan lain-
lain.
e. Bidang pengembangan hidup berkeluarga,misalnya bacaan
tentang persiapan berumah tangga, reproduksi sehat, keluarga
sakinah, hubungan suami istri, cara mendidik anak, ekonomi
keluarga, perumahan sehat, keluarga berencana, dan lain-lain
f. Bidang pengembangan hidup beragama, misalnya bacaan tentang
pembinaan keimanan dan ketaqwaan, riwayat para nabi, pahala dan
dosa, hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
Tuhan, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan alam
sekitar, dan manusia dengan alam akhirat, kitab tafsir, dan lain-lain.
Berbagai materi yang tersebar dalam segenap bidang pengembangan
di atas dapat direkam dalam bentuk buku, majalah, tabloid, gambar,
film, dan bentuk rekaman lain yang setiap kali dapat dibuka atau
dimunculkan dihadapan individu atau klien. Dengan mengakses
bahan-bahan tersebut individu atau klien memperoleh manfaat
tertentu bagi pengentasan masalah dan atau pengembangan dirinya.

 Waktu pelaksanaan kegiatan


Kegiatan TKp terutama yang diselenggarakan dalam proses layanan
konseling, perlu penanganan yang sebaik-baiknya sehingga hasilnya
optimal.
1. Persiapan dan Pengorganisasian
Dalam tahap persiapan yang perlu dilakukan konselor yaitu:
a. Menyampaikan kepada klien atau peserta layanan tentang perlunya
kegiatan TKp.
b. Menetapkan bahan-bahan dalam tampilan kepustakaan yang perlu
diakses, dan menunjukkan di mana bahan-bahan tersebut.
c. Menyiapkan klien untuk mampu mengakses bahan-bahan tersebut
dengan cara dan teknik yang benar.

52
d. Menetapkan waktu kegiatan mengakses bahan-bahan dan bentuk
perolehan yang diharapkan.
e. Menetapkan (kontrak) kapan hasil TKp itu dibicarakan dengan
konselor.

2. Monitoring Pelaksanaan
Monitoring pelaksanaan kegiatan TKp biasanya dilaksanakan
secara tidak langsung, karena kegiatan TKp pada umumnya
dilaksanakan secara mandiri oleh individu atau klien. Bahkan,
monitoring terhadap kegiatan TKp seringkali tidak dapat dilakukan
konselor, karena selain dilakukan secara mandiri di tempat dan pada
waktu yang berbeda-beda, bentuk dan cara kegiatannya ditentukan
sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Monitoring yang lebih langsung dapat dilaksanakan misalnya
terhadap siswa yang dipersiapkan untuk menjalani layanan BKp yang
ditugasi menyiapkan diri dengan bahan untuk topik tugas tertentu.
Demikian juga untuk TKp bagi penyiapan layanan MED. Monitoring
yang lebih langsung juga dapat dilakukan terhadap kegiatan TKp yang
dilaksanakan oleh konsulti dalam layanan KSI, serta kegiatan TKp
dalam kaitannya dengan teknik kontrak antara peserta layanan dan
konselor.

3. Penilaian dan Tindak Lanjut


Penilaian dan tindak lanjut hasil kegiatan TKp pada umumnya
terlaksana pada kegiatan layanan yang berlanjut, terutama layanan
yang menggunakan teknik kontrak. Lebih jauh, evaluasi dan tindak
lanjut terhadap kegiatan TKp dapat menjadi bagian dari penilaian
jangka pendek (laijapen) dan penilaian jangka panjang (laijapan)
layanan konseling.
Penilaian hasil kegiatan TKp yang bersifat mandiri dilakukan oleh
individu atau klien yang bersangkutan. Penilaian ini mengacu kepada
kemanfaatan hasil TKp sampai ke taraf aplikasinya dalam praktik.

53
Hasil TKp dalam rangka penugasan atau arahan tertentu dievaluasi
sesuai dengan penugasan dan arahan tersebut. Kegiatan TKp dalam
rangka teknik kontrak dievaluasi dalam proses layanan konseling
lanjutan

3.2 Format-format

54
PEMERINTAH KOTA BENGKULU DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

SMA PLUS NEGERI 7


RINTISAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL (RSSN) (NSS : 301266001007) TERAKREDITASI
:A

Jl. Jenggalu No. 1 Lingkar Barat Telp/FAX (0736) – 25355 Bengkulu 38225Web :
Http://www.smaplusn7bengkulu.sch.id

Daftar Nama Siswa Asuh Layanan Konseling


SMA Plus Negeri 7
No Nama lengkap NISN TTL L/P No. HP Nama Orang Pe Pek Alamat
Tua nd erja
an
1

55
SOSIOMETRI
Daftar nama siswa SMA Plus 7 Kota Bengkulu
Kelas XII IPS 1

No. NAMA YANG DISUKAI TIDAK DISUKAI


1 RAHMAD 21,7 17
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

56
SOSIOMETRIK KELAS XII IPS 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

57
PROGRAM TAHUNAN

PELAYANAN KONSELING

SMA PLUS NEGERI 7 KOTA BENGKULU TP. 2015/2016

NO KEGIATAN MATERI BIDANG PENGEMBANGAN


PRIBADI SOSIAL BELAJAR KARIR
1 2 3 4 5 6

1 Layanan orientasi
2 layanan informasi
3 layanan penempatan
dan penyaluran
4 layanan penguasaan
konten
5 layanan konseling
perorangan
6 layanan bimbingan
kelompok
7 layanan konseling
kelompok
8 layanan konsultasi
9 layanan mediasi
10 aplikasi instrumentasi
11 himpunan data
12 konferensi kasus
13 kunjungan rumah
14 tampilan kepustakaan
15 alih tangan kasus

Mengetahui Bengkulu, Juli 2015

Kepala Sekolah Guru Pembimbing

58
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

FORMAT KLASIKAL TERJADWAL

I. IDENTITAS
Satuan Pendidikan :
Tahun Ajaran :
Sasaran Pelayanan :
Pelaksana :
Pihak Terkait :

II. WAKTU DAN TEMPAT


Tanggal :
Jam pembelajaran :
Volume waktu :
Tempat belajar :

III. MATERI PEMBELAJARAN


Tema :
Sub tema :
Bidang bimbingan :
Sumber materi :

IV. TUJUAN/ARAH PENGEMBANGAN


1. Pengembangan KES
2. Pengembangan KES-T

V. METODE dan TEKNIK


Jenis layanan :
Kegiatan pendukung :
Metode :
Teknik :

59
VI. SARANA
1. Media
2. Perlengkapan

VII. SASARAN PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN


1. KES
2. KES-T

VIII. LANGKAH KEGIATAN


1. Langkah pengantaran
2. Langkah penjajakan
3. Langkah penafsiran
4. Langkah pembinaan
5. Langkah penilaian dan tindak lanjut
6. Laperog dan tindak lanjut

Bengkulu, 17 November 2015

Mengetahui

Guru Pamong Praktikan

60
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling adalah usaha


untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien) dan
keterangan tentang lingkungannya, baik itu di lingkungan keluarga, sekolah,
ataupun dilingkungan sekitarnya. Untuk menunjang kelancaran pemberian
layanan-layanan seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan
berbagai kegiatan pendukung Dalam hal ini, terdapat lima jenis kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling, yaitu:
1. Aplikasi Instrumentasi, Adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran
dengan memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi
ditafsirkan, disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan
terhadap klien dalam bentuk layanan konseling.
2. Himpunan data, Adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Kegiaran ini memiliki fungsi
pemahaman.
3. Konferensi kasus, Adalah kegiatan untuk membahas permasalahan
peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang
dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan
memiliki pengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan
permasalahan klien. Kegiatan konferensi kasus memiliki fungsi
pemahaman dan pengentasan.
4. Kunjungan rumah, merupakan kegiatan untuk memperoleh data,
keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama

61
dengan orang tua sangat diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh
keterangan dan membangun komitmen dari pihak orang tua/keluarga
untuk mengentaskan permasalahan klien. Kegiatan kunjungan rumah
memiliki fungsi pemahaman dan pengentasan.
5. Alih Tangan Kasus Merupakan kegiatan untuk untuk memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami
klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih
kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta
ahli lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh
penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang
dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten

4.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan didalamnya serta tidak
terstrukturnya pola pembahasan yang saya paparkan. Satu hal yang saya
pahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna tanpa kesalahan
dengan segala yang dimilikinya. Pesan sebagai manusia, hendaklah kita
menanamkan nilai-nilai karakter baik pada diri kita sendiri agar
terciptanya manusia yang berkarakter. Karena membangun membangun
manusia yang berkarakter dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga,
sekolah dan masyarakat.

62
DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: Raja Grapindo Persada.

63
64

Anda mungkin juga menyukai