Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang telah
kami buat ini tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami dan mengetahui
tentang ‘’pentingnya kegiatan pendukung BK’’. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Syahriman, M.Pd. selaku
dosen mata kegiatan pendukung BK yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan kami.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyususn
DAFTAR ISI
Halaman judul…………………………………………………...……………………………i
Kata pengantar……………………………………………………………………………… ii
Daftar isi……………………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….i
i.iii Tujuan…………………………………………………………………………………….i
BAB II PEMBAHASAN…………...……..……………………………………...…………iii
A. Simpulan………………………………………………………………….……….xviii
B. Saran………………………………………………………………………………xviii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...…………xix
BAB I
PENDAHULUAN
f. Tampilan kepustakaan
i.iii Tujuan
PEMBAHASAN
1. Aplikasi Instrumen BK
A. Pengertian Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi merupakan cara yang efektif untuk memahami
tentang diri pribadi klien dan masalah yang dihadapinya. Aplikasi
instrumentasi merupakan salah satu kegiatan yang mendukung pelaksanaan
bimbingan dan Konseling di sekolah dengan kegiatan pendukung konselor
dapat menjalankan tugas tugas pelayanannya. Aplikasi instrumentasi akan
membantu guru BK memahami klien baik secara pribadi, sosial, belajar, karir,
kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama.
Menurut Prayitno (2004) instrumentasi merupakan salah satu rencana
yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data yang empirik.
Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan. Pemilihan instrumen
yang akan dipergunakan berdasarkan tepat guna dan tujuan yang hendak
dicapai dalam pelaksanaan BK di sekolah. Selanjutnya, menurut Anas
Salahudin (2010) aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan penunjang untuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu kegiatan
mengumpulkan data tentang diri siswa dan lingkungannya, melalui aplikasi
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan aplikasi instrumentasi
merupakan salah satu kegiatan pendukung atau penunjang pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, untuk mengumpulkan data
siswa sehingga guru BK bisa memahami diri sisawa dan permasalahan yang
sedang dialami, instrumen yang dipakai hendaklah akurat sehingga data
dapat memberikan data tepat tentang individu, sehingga layanan bimbingan
dan konseling lebih efektif.
Fungsi utama instrumentasi adalah untuk mengumpulkan data.
Dalam berbagai keperluan ilmiah data, berupa keterangan atau informasi
tentang suatu benda atau non benda. Informasi atau keterangan tersebut
dapat berupa ukuran, besaran, angka atau secara deskripsi, uraian dan
klasifikasi tentang pribadi seseorang. Pemberian bimbingan akan efektif jika
didasarkan data yang akurat. Jika konselor ingin melakukan kegiatan
bimbingan secara efektif, maka dia harus mengetahui segala sesuatu yang
ada pada peserta didiknya (Furkin dalam Mamat, 2013). Bentuk aplikasi
instrumentasi dalam pelaksanaan BK, berupa tes dan non-tes.
Berikut pemaparan bentuk tes dan non-tes tersebut:
1) Tes Menurut Cronbach dalam Prayitno (2014: 318) tes merupakan
prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku individu dan menggambarkan
berbentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Tes merupakan serangkaian
pertanyaan tertulis atau lisan dan harus dikerjakan oleh testi, tes ini bertujuan
untuk mengukur suatu aspek perilaku testi. Macam-macam tes, Tes hasil
belajar; Tes intelegensi; Tes bakat; Tes minat; Tes kepribadian; Dan tes
diagnostik.
2) Non Tes Selain tes, aplikasi instrumetasi bisa juga menggunakan
bentuk non tes, perbedaan tes dan nontes adalah tes ada jawaban benar dan
salah, sedangkan non tes jawaban salah sangat kondisional; hasil tes lebih
kuantitatif, sedangkan non tes kualitatif; dan pelaksanaan tes adalah orang
yang profesional, sedangkan non tes tidak selamanya orang yang profesional.
(Mamat, 2013).
Non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan dan wawancara,
catatan, anekdot, angket, sosiometri, dan inventori yang dibakukan. Agar
memperoleh hasil yang akurat hendaknya menggunakan pedoman
pengamatan atau wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil
pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus
yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar isian
digunakan untuk mengungkap tentang diri individu oleh individu sendiri.
Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang hubungan
sosial antara individu, dengan sosiometri akan terungkap mana yang terisolir
dan yang terpopuler. Dan sedangkan inventori untuk mengungkap jenis
masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar individu. (Prayitno,2014).
Penyiapan Instrumen
Dalam penyiapan instrument ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dipersiapkan oleh guru BK, yaitu mempelajari manual
instrument; mengidentifikasi karakteristik siswa; melihat kesesuaian antara
instrument dan siswa; menyiapkan diri untuk mampu mengadministrasikan
instrument; dan menyiapkan aspek teknik dan administrasi.
Pengadministrasian instrument
Dalam hal ini, guru BK mengemukakan: pokok isi, bentuk, tujuan, dan
kegunaan instrument bagi siswa; bagaimana bekerja dengan instrument
tertentu, termasuk alokasi waktu yang disediakan; bagaimana mengolah
jawaban responden; bagaimana hasil pengolahan itu disampaikan kepada
siswa; dan bagaimana hasil tersebut digunakan dan apa yang perlu atau
diharapkan dilakukan oleh responden.
2. . Himpunan data
A. Pengertian himpunan data
Data adalah gambaran atau keterangan tentang ada atau keadaan
tertentu. Layanan Himpunan Data adalah upaya Konselor untuk menghimpun,
digolong-golongkan dan dikemas dalam betuk tertentu.
Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang
siswa, menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu.
(Winkel, 2005:253). Prayitno, dkk (1997) menyatakan, bahwa salah satu di
antara tugas guru pembimbing adalah melaksanakan segenap program
kegiatan pendukung, sedangkan himpunan data merupakan bagian dari
kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan himpunan data menurut
Prayitno ( 2004:18 ) meliputi perencanaan, pelaksanaan , evaluasi dan
laporan.
Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Jadi himpunan data merupakan
kegiatan pendukung dalam kegiatan bimbingan konseling yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan.
3. Kunjungan rumah
A. Pengertian
Layanan kunjungan rumah (Home visit ) adalah salah satu teknik
pengumpul data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data
siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (WS.Winkel,
1995:76).
Kunjungan Rumah (P4) adalah upaya yang dilakukan Konselor untuk
mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan
anak/individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat digunakan
lebih efektif.
Kegiatan kunjungan rumah merupakan salah satu kegiatan
pendukung yang diadakan untuk memahami diri siswa yang bermasalah
secara lebih lengkap di dalam proses pemberian bantuan melalui jenis
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan
pemahaman yang lebih lengkap tentang suasana rumah atau keluarga
siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah, namun harus diingat
bahwa kunjungan rumah itu tidak perlu dilakukan untuk semua siswa. Bagi
siswa yang permasalahannya menyangkut peranan rumah tangga atau
keluarga sajalah yang diperlukan kunjungan rumah itu. Kemungkinan cara
lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh data atau informasi tersebut
ialah mewawancarai siswa secara langsung atau meminta / mengundang
orang tua ke sekolah untuk memberikan keterangan yang dimaksud.
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, home visit
(kunjungan rumah) merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan
masalah siswa
B. Tujuan Layanan Kunjungan Rumah
Ada duat tujuan dari layanan kunjungan rumah atau home visit, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut penjelasannya.
1. Tujuan Umum Diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat
berkenaan dengan masalah klien serta digalangnya komitmen
orangtua atau anggota keluarga lainnya dalam rangka penyelesaian
masalah. Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah
dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari layanan kunjungan rumah
adalah sebagai berikut:
Agar terpahaminya permasalahan klien dan upaya
pengentasannya. Dari ini dapat mencegah timbulnya masalah
lagi serta dapat berlanjut untuk mewujudkan fungsi
pengembangan dan pemeliharaan serta advokasi.
Untuk mengkomunikasikan kepada orang tua tentang
permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
Membangun komitmen orang tua terhadap pembahasan dan
pengentasan permasalahan siswa.
Hubungan Layanan Kunjungan Rumah dengan Komponen
dalam Bimbingan dan Konseling.
Hubungan layanan kunjungan rumah dengan komponen
bimbingan konseling, khususnya dengan komponen pelayanan
responsif dan dukungan sistem dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Pelayanan Responsif
4. Konferensi kasus
A. Pengertian Konferensi Kasus
Pengertian konferensi yaitu rapat atau pertemuan untuk berunding
atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi
bersama atau permusyawaratan. Konferensi juga merupakan media
komunikasi tatap muka yang memberikan suatu kemungkinan bahwa
dengan konferensi dapat dicapai suatu pemahaman bersama yang
tidak mungkin dicapai melalui komunikasi secara tertulis.
Menurut Prayitno, (2012: 335) Kasus adalah kondisi yang
mengandung permasalahan tertentu. Permasalahan yang ada perlu
dipecahkan, diurai, dikaji secara mendalam dan berbagai sumber perlu
diakses dan dibina komitmennya untuk bersama-sama mengarahkan
diri bagi upaya pengentasan permasalahan tersebut.
Menurut Strang, 1949. Konferensi kasus adalah suatu kelompok
kecil orang-orang yang secara bersama-sama mensintesa, dan
menginterpresentasikan fakta yang telah diketahui mengenai
seseorang. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 322) Konferensi
kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Konferensi
kasus (KKA) merupakan forum terbatas yang diupayakan oleh
konselor untuk membahas suatu kasus dan arah-arah
penanggulangannya (Prayitno, 2012: 33).
Menurut Hallen, 2005. Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk membahas pemasalahan yang dialami
oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri
oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan,
keterangan dan kkomitmen bagi terentakannya permasalahan
tersebut.
Jadi, konferensi kasus adalah salah satu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk membahas suatu permasalahan dalam
suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait untuk
mendapatkan keterangan yang digunakan untuk mengentaskan suatu
permasalahan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum alih tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang
optimal, setuntas mungkin, atas masalah yang dialami klien.
Pelayanan terdahulu mengantarkan klien ke ahli yang benar- benar
berkemampuan dan berkewenangan dengan pengentasan masalah
klien itu.
1.Tujuan Kasus Dalam kaitannya dengan fungsi- fungsi konseling, alih
tangan kasus didominasi oleh fungsi pengentasan. Tenaga ahli
yang menjadi arah alih tangan kasus diminta untuk memberikan
pelayan yang spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah
klien. Terkait secara langsung dengan pengentasan ini, fungsi
pemahaman sekaligus termasuk di dalamnya, dan fungsi
pencegahan merupakan dampak positif yang diharapkan. Dengan
terentaskannya masalah klien, masalah yang lebih parah dan
masalah- masalah lain dapat di cegah timbulnya.
Demikian pula fungsi pemahaman dan pemeliharaan. Dengan
terentaskannya masalah dengan potensi klien dapat
terkembangkan. Lebih jauh, alih tngan kasus dapat diarahkan untuk
terselenggaranya fungsi advokasi, khususnya masalah- masalah
klien berkenaan dengan terhambatnya atau teraniayanya hak- hak
klien.
2.Konselor
Dalam menangani klien dua hal yang perlu segera dikenali
secara langsung oleh konselor yaitu:
a. Keadaan kenormalan diri klien
b. Subtansi masalah klien Hanya klien- klien yang normal saja yang
ditangani konselor. Mereka yang tidak normal ( keabnormalan
mental, keabnormalan fisik atau penyakit, dan keabnormalan akut )
dialih tangankan kepada ahlinya. Demikian, substansi yang berada
di luar kewenangan konselor dialih tangankan kepada ahli bidang
pelayanan yang dimaksut.
c. Ahli lain
Empat kelompok ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai
arah alih tangan kasus yaitu:
1. Dokter, adalah ahli yang menangani berbagai penyakit
jasmaniah
2. Psikiater, adalah ahli yang menangani masalah pesikis
3. Guru, termasuk dosen, adalah ahli dalam mata pelajaran atau
bidang keilmuan tertentu
4. Ahli bidang tertentu, adalah mereka yang menguasai bidang-
bidang tertentu seperti adat, agama, budaya tertentu, dan
hukuman, serta ahli pengembangan pribadi yang memerlukan
kebutuhan khusus.
Kepada ahli- ahli tersebut itulah klien dialih tangankan sesuai
dengan substansi permasalahannya. Pihak yang berwenang seperti
polisi, tidak termasuk ke dalam pihak yang menjadi arah alih tangan
kasus, sebab masalah kriminal yang harus dilaporkan kepada polisi
bukanlah masalah alih tangan kasus, melainkan merupakan
kewajiban semua warga negara untuk melaporkan peristiwa
kriminal yang diketahuinya.
6. Tampilan kepustakaan
A. Pengertian
Terapi kepustakaan: penyembuhan. Tampilan kepustakaan
berupa bantuan layanan untuk memperkaya dan memperkuat diri
berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien. Layanan ini
memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-
bahan yang ada di pustaka sesuai dengan kebutuhan.
B. Tujuan
a. Melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan
rekaman yang ada dalam layanan tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan data yang ada untuk mengentaskan
masalah
1. Menndorong klien memanfaatkan pelayanan konseling secara
langsung dan berdaya guna.
C. Komponen
1. Konselor Adalah seorang yang memiliki akses dengan berbagai
bahan yang tersedia di perpustakaan.
2. Peserta kegiatan Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam
mengakses terhadap bahan kepustakaan tertentu. Peserta layanan
untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang tanpa terikat dengan
layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka yang
sedang menjalani konseling dan peserta pasca-konseling adalah
mereka yang sebelumnya sudah menjalani layanan konseling. Peserta
hendaknya paham membaca dan mampu mengaitkan materi dengan
permasalahan dan pengembangan diri.
3. Bahan-bahan yang menjadi bahasan Pustakaan
a. Bahan pengembangan pribadi: menyangkut tugas-tugas
perkembangan.
b. Bahan pengembanga kehidupan social: cara berkomunikasi
c. Bahan pengembangan kegiatan belajar: bacaan cara belajar yang
baik.
d. Bahan perencanaan dan pengembangan karir: bacaan tentang
keterkaitan minat, bakat dan pekerjaan.
e. Bahan pengembangan kehidupan keluarga: bacaan persiapan
berumah tangga.
f. Bahan pengembangan hidup beragama: bacaan tentang pembinaan
keimanan dan ketakwaan.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada enam:
(1). Aplikasi intrumentasi, gunanya untuk pengumpulan data dan keterangan
pesesrta didik, keterangan tentang lingkungan pesesrta didik (konseli), dan
lingkungan yang lebih luas baik tes maupun nontes.
(2). Himpunan data, gunannya untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam
berbagai aspek.
(3). Kunjungan rumah, gunanya untuk memperolah pemahaman dan
pengentasan dengan kunjungan ruamh akan diperoleh berbagaidata dan
keterangan berbagai hal yang bersangkutan dengan siswa.
(4). Konferensi kasus, gunanya mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-
tindakankonkret yang dapat di ambil.
(5). Alih tangan kasus, bertujuan untuk mendapatkan penangganan yang
lebih tepat dan tuntas dengan jalan memindahkan penangganankasus dari
satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.
(6). Tampilan kepustakaan, Tampilan kepustakaan merupakan kondisi yang
sangat memungkinkan individu atau klien memperkuat atau memperkaya diri
sendiri. Dengan atau tanpa bantuan Konselor, terlebih-lebih pada tahap
pasca-konseling, individu yang bersangkutan dapat terus - menerus
mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilan kepustakaan.
B. Saran
Dari materi diatas, sebagai calon guru pastinya harus mempersiapkan
bagaimana BK yang akan dilakukan untuk menghadiapi setiap siswa yang
beragam yang nantinya mungkin akan membutuhkan layanan pendukung BK.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 2006. Seri Kegiatan Pendukung Konseling (PI-P6). Padang: UNP Press.
Juftiar Mahendra Zainur Putra & Tamsil Muis. 2013. “Studi Tentang Pelaksanaan
Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling di SMP dan SMA Negeri Kota
Sumenep”. Jurnal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Vol. 1. No. 1. (Online)
https://media.neliti.com rabu, 22 juli 2020.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. -Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta. Rineka Cipta.
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non tes. Kudus:
Nora Media Enterprise.