Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEGIATAN PENDUKUNG BK

PENTINGNYA KEGIATAN PENDUKUNG BK

Dosen Pengampu:

Drs. Syahriman, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 1:

1. Anisya Octaviyani (A1L021047)


2. Azizah Nurhamidah (A1L021052)
3. Kartika Agustina (A1L021074)
4. Sella Fitria Loka (A1L021075)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang telah
kami buat ini tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami dan mengetahui
tentang ‘’pentingnya kegiatan pendukung BK’’. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Syahriman, M.Pd. selaku
dosen mata kegiatan pendukung BK yang telah memberikan tugas ini sehingga
kami dapat menambah wawasan kami.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 11 februari 2023

Penyususn
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………...……………………………i

Kata pengantar……………………………………………………………………………… ii

Daftar isi……………………………………………………………………………………...iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….i

i.i Latar Belakang…………………………………………………………………………..i

i.ii Rumusan Masalah………………………………………………………………………i

i.iii Tujuan…………………………………………………………………………………….i

BAB II PEMBAHASAN…………...……..……………………………………...…………iii

ii.i Langkah-langlah kegiatan pendukung BK………………………………...…………iii

i. Aplikasi instrumen BK………………………………………………………………iii


ii. Himpunan data……………………………………………………………………...vi
iii. Kunjungan rumah……………………………………………………… …………viii
iv. Konferensi kasus………………………………………………………..…………..x
v. Alih tangan kasus………………………………………………………...………..xiii
vi. Tampilan kepustakaan…………………………………………………………….xvi

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….………xviii

A. Simpulan………………………………………………………………….……….xviii
B. Saran………………………………………………………………………………xviii

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...…………xix
BAB I

PENDAHULUAN

i.i Latar belakang

Kegiatan pendukung pada umumnya ditujukan secara langsung untuk


memecahkan masalah klien melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data
dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yangakan
membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien.
Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan
sasaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan aplikasi
instrumen bimbingan konseling, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi
kasus, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan
pendukung dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang
bimbingan, serta disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil
kegiatan pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis
layanan bimbingan dan konseling.

i.ii Rumusan masalah

1. Pengertian kegiatan pendukung BK?


2. Langkah -langkah kegiatan pendukung BK?
a. Aplikasi instrumenstasi
b. Himpunan data
c. Kunjungan rumah
d. Konferensi kasus
e. Alih tangan kasus

f. Tampilan kepustakaan

i.iii Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian kegiatan pendukung BK.


2. untuk mengetahui apa itu aplikasi instrument
3. untuk mengetahui apa itu himpunan data.
4. untuk mengetahui apa itu kunjungan rumah.
5. untuk mengetahui apa itu konferensi kasus.
6. untuk mengetahui apa itu alih tangan kasus.
7. untuk mengetahui apa itu tampilan kepustakaan
BAB II

PEMBAHASAN

ii.i Langkah-langkah kegiatan pendukung BK

1. Aplikasi Instrumen BK
A. Pengertian Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi merupakan cara yang efektif untuk memahami
tentang diri pribadi klien dan masalah yang dihadapinya. Aplikasi
instrumentasi merupakan salah satu kegiatan yang mendukung pelaksanaan
bimbingan dan Konseling di sekolah dengan kegiatan pendukung konselor
dapat menjalankan tugas tugas pelayanannya. Aplikasi instrumentasi akan
membantu guru BK memahami klien baik secara pribadi, sosial, belajar, karir,
kehidupan berkeluarga dan kehidupan beragama.
Menurut Prayitno (2004) instrumentasi merupakan salah satu rencana
yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data yang empirik.
Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan. Pemilihan instrumen
yang akan dipergunakan berdasarkan tepat guna dan tujuan yang hendak
dicapai dalam pelaksanaan BK di sekolah. Selanjutnya, menurut Anas
Salahudin (2010) aplikasi instrumentasi merupakan kegiatan penunjang untuk
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu kegiatan
mengumpulkan data tentang diri siswa dan lingkungannya, melalui aplikasi
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan aplikasi instrumentasi
merupakan salah satu kegiatan pendukung atau penunjang pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah, untuk mengumpulkan data
siswa sehingga guru BK bisa memahami diri sisawa dan permasalahan yang
sedang dialami, instrumen yang dipakai hendaklah akurat sehingga data
dapat memberikan data tepat tentang individu, sehingga layanan bimbingan
dan konseling lebih efektif.
Fungsi utama instrumentasi adalah untuk mengumpulkan data.
Dalam berbagai keperluan ilmiah data, berupa keterangan atau informasi
tentang suatu benda atau non benda. Informasi atau keterangan tersebut
dapat berupa ukuran, besaran, angka atau secara deskripsi, uraian dan
klasifikasi tentang pribadi seseorang. Pemberian bimbingan akan efektif jika
didasarkan data yang akurat. Jika konselor ingin melakukan kegiatan
bimbingan secara efektif, maka dia harus mengetahui segala sesuatu yang
ada pada peserta didiknya (Furkin dalam Mamat, 2013). Bentuk aplikasi
instrumentasi dalam pelaksanaan BK, berupa tes dan non-tes.
Berikut pemaparan bentuk tes dan non-tes tersebut:
1) Tes Menurut Cronbach dalam Prayitno (2014: 318) tes merupakan
prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku individu dan menggambarkan
berbentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Tes merupakan serangkaian
pertanyaan tertulis atau lisan dan harus dikerjakan oleh testi, tes ini bertujuan
untuk mengukur suatu aspek perilaku testi. Macam-macam tes, Tes hasil
belajar; Tes intelegensi; Tes bakat; Tes minat; Tes kepribadian; Dan tes
diagnostik.
2) Non Tes Selain tes, aplikasi instrumetasi bisa juga menggunakan
bentuk non tes, perbedaan tes dan nontes adalah tes ada jawaban benar dan
salah, sedangkan non tes jawaban salah sangat kondisional; hasil tes lebih
kuantitatif, sedangkan non tes kualitatif; dan pelaksanaan tes adalah orang
yang profesional, sedangkan non tes tidak selamanya orang yang profesional.
(Mamat, 2013).
Non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan dan wawancara,
catatan, anekdot, angket, sosiometri, dan inventori yang dibakukan. Agar
memperoleh hasil yang akurat hendaknya menggunakan pedoman
pengamatan atau wawancara. Catatan anekdot merupakan hasil
pengamatan, khususnya tentang tingkah laku yang tidak biasa atau khusus
yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Angket dan daftar isian
digunakan untuk mengungkap tentang diri individu oleh individu sendiri.
Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang hubungan
sosial antara individu, dengan sosiometri akan terungkap mana yang terisolir
dan yang terpopuler. Dan sedangkan inventori untuk mengungkap jenis
masalah yang dialami, sikap dan kebiasaan belajar individu. (Prayitno,2014).

B. Penggunaan Aplikasi Instrumentasi


Dalam hal ini akan dipaparkan beberapa tahapan penggunaan
aplikasi instrumentasi yang perlu dikuasai oleh guru BK atau konselor di
sekolah, yaitu: Koleksi Instrumen; Perencanaan; Pelaporan; Evaluasi;
Tindak lanjut; dan Pelaksana (Juftiar & Tamsil, 2013). Selanjutnya
tahapan aplikasi instrumentasi menurut Tohirin, (2004).

Penyiapan Instrumen
Dalam penyiapan instrument ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dipersiapkan oleh guru BK, yaitu mempelajari manual
instrument; mengidentifikasi karakteristik siswa; melihat kesesuaian antara
instrument dan siswa; menyiapkan diri untuk mampu mengadministrasikan
instrument; dan menyiapkan aspek teknik dan administrasi.

Pengadministrasian instrument
Dalam hal ini, guru BK mengemukakan: pokok isi, bentuk, tujuan, dan
kegunaan instrument bagi siswa; bagaimana bekerja dengan instrument
tertentu, termasuk alokasi waktu yang disediakan; bagaimana mengolah
jawaban responden; bagaimana hasil pengolahan itu disampaikan kepada
siswa; dan bagaimana hasil tersebut digunakan dan apa yang perlu atau
diharapkan dilakukan oleh responden.

Pengelolaan dan pemaknaan jawaban responden


Pengolahan jawaban responden dapat dilakukan secara manual dan
dapat menggunakan peralatan elektronik seperti program komputer. Data
atau jawaban responden yang sudah diolah baik secara manual maupun
computer, selanjutnya dianalisis atau dimaknai dengan menggunakan
kriteria tertentu yang telah ditetapkan, selanjutnya siap digunakan dalam
rangka pelayanan bimbingan dan konseling.

Penyampaian hasil instrumen


Hasil instrument harus disampaikan secara cermat dan hati-hati. Asas
kerahasiaan haru benar diterapkan.
Hasil aplikasi instrumentasi tidak boleh diumumkan secara terbuka dan
tidak boleh dijadikan konsumsi atau pembicaraan umum apalagi kalau
didalamnya terdapat nama siswa. Hasil instrumentasi boleh dikonsumsi
umum dan didiskusikan secara terbuka, misalnya disajikan atau
didiskusikan di dalam kelas tetapi tidak satu nama pun disebutkan dan
tidak satu datapun dikaitkan dengan pribadi tertentu.

Penggunaan hasil instrumen


Hasil-hasil instrument dapat digunakan bagi perencanaan program
bimbingan, penetapan peserta layanan, sebagai isi layanan, tindak lanjut,
dan bagi upaya pengembangan. Penggunaan aplikasi instrumentasi yang
baik tentunya tidak terlepas dari berbagai tahapan atau teknik dalam
penggunaannya. Maka, tahapan-tahapan tersebut harus benar-benar
menjadi perhatian penting, baik guru BK, Kepala sekolah, guru-guru atau
TU bahkan semua stakeholder di sekolah juga memberikan sumbangsih
saling memahami, memberikan dukungan, dan saling bekerja sama dalam
proses kegiatan aplikasi instrumentasi agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan efektif.

2. . Himpunan data
A. Pengertian himpunan data
Data adalah gambaran atau keterangan tentang ada atau keadaan
tertentu. Layanan Himpunan Data adalah upaya Konselor untuk menghimpun,
digolong-golongkan dan dikemas dalam betuk tertentu.
Himpunan data mencakup semua usaha untuk memperoleh data tentang
siswa, menganalisis dan menafsirkan data, serta menyimpan data itu.
(Winkel, 2005:253). Prayitno, dkk (1997) menyatakan, bahwa salah satu di
antara tugas guru pembimbing adalah melaksanakan segenap program
kegiatan pendukung, sedangkan himpunan data merupakan bagian dari
kegiatan pendukung. Kegiatan penyelenggaraan himpunan data menurut
Prayitno ( 2004:18 ) meliputi perencanaan, pelaksanaan , evaluasi dan
laporan.
Himpunan data adalah kegiatan untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik.
Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup. Jadi himpunan data merupakan
kegiatan pendukung dalam kegiatan bimbingan konseling yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan laporan.

B. Fungsi himpunan data


1. Fungsi pemahaman Dengan data yang lengkap memungkinkan dan
tersusun dengan baik sehingga bisa dipahami olah pihak-pihak yang
membutuhkan.
2. Fungsi pencegahan Setelah proses pemahaman berjalan dengan baik,
maka yang dilakukan adalah pencegahan berdasarkan data yang lengkap
3. Fungsi pengentasan Setelah data diperoleh dengan lengkap maka bisa
dilakukan pengentasan
4. Fungsi pengembangan dan pemeliharaan Dengan digunakannya data
yang lengkap di dalam himpunan data secara efektif, potensi mereka yang
memperoleh pelayanan konseling akan bisa berkembang
5. Fungsi advokasi Data yang didapat seharusya melindungi hak-hak dan
keburukan data secara rapi dan tersusun.
C. Tujuan himpunan data
1. Tujuan umum Tujuan umum penyelenggara Himpunan Data (HD) ialah
menyediakan data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang
penyenggara pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan klien dan
individu-individu lain yang menjadi tanggung jawab konselor. Menyediakan
data dalam kualitas yang baik dan lengkap untuk menunjang
penyelenggaraan pelayanan konseling sesuai dengan kebutuhan sasaran
layanan. Dengan adanya himpunan data itu pelaksanaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan konseling terselenggara secara efektif dan efisien.
2. Tujuan khusus Tujuan khusus HD didominasi oleh fungsi pemahaman
terhadap individu yang datanya dihimpun. Ini akan mewujudkan fungsi
pencegahan dan dapat pula fungsi pengentasan terhadap masalah
individu. Lebih jauh, dengan digunakannya data yang terhimpun didalam
HD (himpunan data) secara tepat, potensi mereka yang memperoleh
pelayana konseling akan terkembangkandan terpilihara dari kemubaziran
dan kebangkrutan (fungsi pengembangan dan pemeliharaan ). Lebih jauh
lagi, data yang ada di dalam HD (himpunan data) berkemungkinan dapat
digunakan sebagai kenyataan untuk memperkuat, mempertahankan dan
melindungiperwujudan hak-hak klien dan individu yang menjadi tanggung
jawab konselor (fungsi advokasi).

3. Kunjungan rumah
A. Pengertian
Layanan kunjungan rumah (Home visit ) adalah salah satu teknik
pengumpul data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data
siswa yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (WS.Winkel,
1995:76).
Kunjungan Rumah (P4) adalah upaya yang dilakukan Konselor untuk
mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan
anak/individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat digunakan
lebih efektif.
Kegiatan kunjungan rumah merupakan salah satu kegiatan
pendukung yang diadakan untuk memahami diri siswa yang bermasalah
secara lebih lengkap di dalam proses pemberian bantuan melalui jenis
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan
pemahaman yang lebih lengkap tentang suasana rumah atau keluarga
siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah, namun harus diingat
bahwa kunjungan rumah itu tidak perlu dilakukan untuk semua siswa. Bagi
siswa yang permasalahannya menyangkut peranan rumah tangga atau
keluarga sajalah yang diperlukan kunjungan rumah itu. Kemungkinan cara
lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh data atau informasi tersebut
ialah mewawancarai siswa secara langsung atau meminta / mengundang
orang tua ke sekolah untuk memberikan keterangan yang dimaksud.
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, home visit
(kunjungan rumah) merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan
masalah siswa
B. Tujuan Layanan Kunjungan Rumah
Ada duat tujuan dari layanan kunjungan rumah atau home visit, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut penjelasannya.
1. Tujuan Umum Diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat
berkenaan dengan masalah klien serta digalangnya komitmen
orangtua atau anggota keluarga lainnya dalam rangka penyelesaian
masalah. Membangun hubungan antara lembaga keluarga, sekolah
dan masyarakat.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari layanan kunjungan rumah
adalah sebagai berikut:
 Agar terpahaminya permasalahan klien dan upaya
pengentasannya. Dari ini dapat mencegah timbulnya masalah
lagi serta dapat berlanjut untuk mewujudkan fungsi
pengembangan dan pemeliharaan serta advokasi.
 Untuk mengkomunikasikan kepada orang tua tentang
permasalahan yang sedang dihadapi siswa.
 Membangun komitmen orang tua terhadap pembahasan dan
pengentasan permasalahan siswa.
 Hubungan Layanan Kunjungan Rumah dengan Komponen
dalam Bimbingan dan Konseling.
 Hubungan layanan kunjungan rumah dengan komponen
bimbingan konseling, khususnya dengan komponen pelayanan
responsif dan dukungan sistem dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pelayanan Responsif

Layanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada siswa


yang memiliki kebutuhan dan masalah yang memerlukan

pertolongan dengan segera. Layanan responsif bertujuan untuk


membantu siswa agar dapat memenuhi kebutuhannya dan
memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu siswa yang
mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan lainnya adalah agar dapat juga
dikemukakan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-
masalah atau kepedulian pribadi siswa yang muncul segera dan
dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-pribadi, karir,
dan atau masalah pengembangan pendidikan.Fokus pelayanan
responsif bergantung pada masalah atau kebutuhan konseli.

4. Konferensi kasus
A. Pengertian Konferensi Kasus
Pengertian konferensi yaitu rapat atau pertemuan untuk berunding
atau bertukar pendapat mengenai suatu masalah yang dihadapi
bersama atau permusyawaratan. Konferensi juga merupakan media
komunikasi tatap muka yang memberikan suatu kemungkinan bahwa
dengan konferensi dapat dicapai suatu pemahaman bersama yang
tidak mungkin dicapai melalui komunikasi secara tertulis.
Menurut Prayitno, (2012: 335) Kasus adalah kondisi yang
mengandung permasalahan tertentu. Permasalahan yang ada perlu
dipecahkan, diurai, dikaji secara mendalam dan berbagai sumber perlu
diakses dan dibina komitmennya untuk bersama-sama mengarahkan
diri bagi upaya pengentasan permasalahan tersebut.
Menurut Strang, 1949. Konferensi kasus adalah suatu kelompok
kecil orang-orang yang secara bersama-sama mensintesa, dan
menginterpresentasikan fakta yang telah diketahui mengenai
seseorang. Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 322) Konferensi
kasus diselenggarakan untuk membicarakan suatu kasus. Konferensi
kasus (KKA) merupakan forum terbatas yang diupayakan oleh
konselor untuk membahas suatu kasus dan arah-arah
penanggulangannya (Prayitno, 2012: 33).
Menurut Hallen, 2005. Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk membahas pemasalahan yang dialami
oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri
oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan,
keterangan dan kkomitmen bagi terentakannya permasalahan
tersebut.
Jadi, konferensi kasus adalah salah satu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk membahas suatu permasalahan dalam
suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait untuk
mendapatkan keterangan yang digunakan untuk mengentaskan suatu
permasalahan.

Peserta Konferensi Kasus


Konferensi dipimpin oleh ahli bimbingan yang secara langsung
menangani kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat di dalamnya
adalah personil yang ada kaitannya dengan permasalahan yang
dihadapi kasus seperti kepala sekolah, guru-guru bidang studi, wali
kelas, petugas kesehatan, dan lain-lain. Masing-masing peserta sudah
siap dengan berbagai data dan informasi tentang kasus yang akan
dibahas dalam konferensi kasus. Maka dari itu sebelum konferensi
kasus dilaksanakan mutlak diperlukan pembagian tugas diantara
peserta konferensi kasus. Supaya konferensi kasus berjalan sesuai
dengan waktu dan rencana yang telah ditetapkan dan terarah
mederator dan notulisnya perlu ditunjuk.
B. Ciri-ciri Kasus
Susilo Raharjdo dan Gudnanto (2011: 252-253) menyatakan
bahwa tidak semua masalah dapat disebut sebagai kasus. Suatu
masalah dalam bimbingan dan konseling dapat disebut kasus jika
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merupakan suatu peristiwa yang di pandang sebagai suatu masalah
yang cukup serius, yang dialami oleh siswa baik kelompok maupun
perorangan.
2. Masalah tersebut masih dalam wilayah atau lingkup bimbingan dan
konseling
3. Tidak terselesaikannya masalah tersebut secara tepat atau sehat,
dapat menimbulkan kerugian maupun hambatan perkembangan.
4. Pada umumnya perlu mendapatkan bantuan dalam proses
penyelesaian.
Dari keterangan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
kasus adalah karakter masalah serius yang di lakukan siswa dan
masih dalam wewenang konseling, jika tidak segera diselesaikan akan
menyebabkan berbagai masalah dan bisa merugikan diri sendiri dan
menghambat perkembangan siswa.

C. Tujuan konferensi kasus


Menurut Prayitno dan Erman Amti (2004: 322) tujuan konferensi
kasus yaitu:
1. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan
menyeluruh tentang permasalahan siswa. Gambaran yang diperoleh
itu lengkap dengan saling sangkut paut data atau keterangan yang
satu dengan yang lain.
2. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga
penanganan masalah itu menjadi lebih mudah dan tuntas.
3. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga
upaya penanganan itu lebih efektif dan efisien. Sebelum pembicaraan
tentang permasalahan dimulai, konselor perlu mengembangkan
struktur pertemuan secara keseluruhan.
Prayitno dan Erman Amti (2004;323) menjelaskan bahwa dalam
penstrukturan konselor perlu membangun persepsi dan tujuan
bersama dalam pertemuan dengan arahan sebagai berikut:
1. Tidak menekankan pada nama dan identitas siwa (konseli) yang
permasalahannya dibicarakan.
2. Tujuan pertemuan pada umumnya dan semua pembicaraan pada
khususnya ialah semata-mata untuk kepentingan perkembangan dan
kehidupan konseli, semua isi pembicaraan ialah untuk konseli.
3. Semua pembicaraan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak
membicarakan hal-hal yang negatif tentang diri siswa (konseli) yang
bersangkutan. Permasalahan siswa (konseli) disoroti secara objektif
dan tidak ditafsirkan secara negatif atau mengarah kepada hal yang
merugikan konseli.
4. Penafsiran data dan rencana-rencana kegiatan dilakukan secara
rasional, sistematik dan ilmiah.
5. Semua pihak berpegang teguh pada asas kerahasiaan. Semua isi
pembicaraan terbatas hanya untuk keperluan pada pertemuan saat itu
saja dan tidak boleh dibawa keluar.

D. Fungsi Konferensi Kasus Fungsi


dari diadakannya konferensi kasus adalah:
1. Menambah informasi tentang siswa (konseli).
2. Menemukan solusi dari masalah siswa (konseli).
3. Menafsirkan data studi kasus dalam suatu program bimbingan yang
konstruktif untuk siswa (konseli).
4. Fungsi pengentasan, untuk mengentaskan siswa (konseli) dari
masalahnya.

5. Alih tangan kasus


A. Pengertian Alih Tangan Kasus (Reveral)
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan pemindahan penanganan
individu atau peserta didik kepihak lain yang sesuai dengan keahlian
dan kewenangannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Petugas
atau lembaga diluar sekolah diperlukan karena mereka dapat
memberikan bantuan yang tidak bisa diperoleh, baik oleh sekolah
maupun konselor setempat. Rujukan dilakukan untuk mendapatkan
batuan secara khusus tetapi bukan berarti bahwa individu yang di
reveral itu memiliki masalah yang serius karena pandangan semacam
itu terlalu sempit dan salah.
Kegiatan alih tangan kasus diselenggarakan oleh konselor tidak
lain bermaksud agar klien memperoleh pelayanan hingga oktimal (atas
masalah yang dialami) oleh ahli pelayana profesi yang benar- benar
handal. Melalui alih tanga kasus yang tepat klien akan segera
memperoleh pelayaan yang tepat itu; sebaliknya, apabila alih tangan
kasus tidak tepat maka akan terjadi hal- hal yang tidak mengenakkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum alih tangan kasus adalah diperolehnya pelayanan yang
optimal, setuntas mungkin, atas masalah yang dialami klien.
Pelayanan terdahulu mengantarkan klien ke ahli yang benar- benar
berkemampuan dan berkewenangan dengan pengentasan masalah
klien itu.
1.Tujuan Kasus Dalam kaitannya dengan fungsi- fungsi konseling, alih
tangan kasus didominasi oleh fungsi pengentasan. Tenaga ahli
yang menjadi arah alih tangan kasus diminta untuk memberikan
pelayan yang spesifik lebih menuntaskan pengentasan masalah
klien. Terkait secara langsung dengan pengentasan ini, fungsi
pemahaman sekaligus termasuk di dalamnya, dan fungsi
pencegahan merupakan dampak positif yang diharapkan. Dengan
terentaskannya masalah klien, masalah yang lebih parah dan
masalah- masalah lain dapat di cegah timbulnya.
Demikian pula fungsi pemahaman dan pemeliharaan. Dengan
terentaskannya masalah dengan potensi klien dapat
terkembangkan. Lebih jauh, alih tngan kasus dapat diarahkan untuk
terselenggaranya fungsi advokasi, khususnya masalah- masalah
klien berkenaan dengan terhambatnya atau teraniayanya hak- hak
klien.

C. Komponen alih tangan kasus


Penyelenggaraan alih tangan kasus melibatkan tiga komponen
pokok, yaitu klie dengan masalah nya, konselor melaksanakan layanan
dan ahli lain yang menjadi arah alih tangan kasus. Ketiga komponen itu
berperan untuk sebesar- besarnya memberikan keuntungan bagi klien
dalam pengentasan masalah yang dialami.
1 Klien dan masalahnya Dalam rangka alih tangan kasus perlu dikenali
masalah apa saja yang menjadi kewenangan konselor menanganinya.
Konselor berkewenangan menangani semua masalah, kecuali
masalah- masalah yang berupa atau memiliki sangkut paut dengan:
a. Penyakit, baik penyakit fisik maupun mental (kejiwaan)
b. Kriminalitas, dalam segala bentuknya, yang menuntut siapapun
yang mengetahuinya (apalagi melakukannya) harus lapor kepada
pihak berwajib.
c. Psikotopika, yang di dalamnya dapat terkait masalah kriminalitas
dan penyakit.
d. Guna- guna, dalam segala bentuknya, yaitu kondisi yang berada di
luar akal sehat.
e. Keabnormalan akut, kondisi fisik dan mental yang bersifat “luar
biasa” dalam arah di bawah normal.

2.Konselor
Dalam menangani klien dua hal yang perlu segera dikenali
secara langsung oleh konselor yaitu:
a. Keadaan kenormalan diri klien
b. Subtansi masalah klien Hanya klien- klien yang normal saja yang
ditangani konselor. Mereka yang tidak normal ( keabnormalan
mental, keabnormalan fisik atau penyakit, dan keabnormalan akut )
dialih tangankan kepada ahlinya. Demikian, substansi yang berada
di luar kewenangan konselor dialih tangankan kepada ahli bidang
pelayanan yang dimaksut.
c. Ahli lain
Empat kelompok ahli lain perlu dipahami oleh konselor sebagai
arah alih tangan kasus yaitu:
1. Dokter, adalah ahli yang menangani berbagai penyakit
jasmaniah
2. Psikiater, adalah ahli yang menangani masalah pesikis
3. Guru, termasuk dosen, adalah ahli dalam mata pelajaran atau
bidang keilmuan tertentu
4. Ahli bidang tertentu, adalah mereka yang menguasai bidang-
bidang tertentu seperti adat, agama, budaya tertentu, dan
hukuman, serta ahli pengembangan pribadi yang memerlukan
kebutuhan khusus.
Kepada ahli- ahli tersebut itulah klien dialih tangankan sesuai
dengan substansi permasalahannya. Pihak yang berwenang seperti
polisi, tidak termasuk ke dalam pihak yang menjadi arah alih tangan
kasus, sebab masalah kriminal yang harus dilaporkan kepada polisi
bukanlah masalah alih tangan kasus, melainkan merupakan
kewajiban semua warga negara untuk melaporkan peristiwa
kriminal yang diketahuinya.
6. Tampilan kepustakaan
A. Pengertian
Terapi kepustakaan: penyembuhan. Tampilan kepustakaan
berupa bantuan layanan untuk memperkaya dan memperkuat diri
berkenaan dengan permasalahan yang dialami klien. Layanan ini
memandirikan klien untuk mencari dan memanfaatkan sendiri bahan-
bahan yang ada di pustaka sesuai dengan kebutuhan.

B. Tujuan
a. Melengkapi subtansi layanan berupa bahan-bahan tertulis dan
rekaman yang ada dalam layanan tampilan kepustakaan.
b. Mendorong klien memanfaatkan data yang ada untuk mengentaskan
masalah
1. Menndorong klien memanfaatkan pelayanan konseling secara
langsung dan berdaya guna.

C. Komponen
1. Konselor Adalah seorang yang memiliki akses dengan berbagai
bahan yang tersedia di perpustakaan.
2. Peserta kegiatan Individu (atau lebih) yang berkepentingan dalam
mengakses terhadap bahan kepustakaan tertentu. Peserta layanan
untuk tahap pra-konseling adalah mereka yang tanpa terikat dengan
layanan konseling. Peserta pada dalam-konseling adalah mereka yang
sedang menjalani konseling dan peserta pasca-konseling adalah
mereka yang sebelumnya sudah menjalani layanan konseling. Peserta
hendaknya paham membaca dan mampu mengaitkan materi dengan
permasalahan dan pengembangan diri.
3. Bahan-bahan yang menjadi bahasan Pustakaan
a. Bahan pengembangan pribadi: menyangkut tugas-tugas
perkembangan.
b. Bahan pengembanga kehidupan social: cara berkomunikasi
c. Bahan pengembangan kegiatan belajar: bacaan cara belajar yang
baik.
d. Bahan perencanaan dan pengembangan karir: bacaan tentang
keterkaitan minat, bakat dan pekerjaan.
e. Bahan pengembangan kehidupan keluarga: bacaan persiapan
berumah tangga.
f. Bahan pengembangan hidup beragama: bacaan tentang pembinaan
keimanan dan ketakwaan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada enam:
(1). Aplikasi intrumentasi, gunanya untuk pengumpulan data dan keterangan
pesesrta didik, keterangan tentang lingkungan pesesrta didik (konseli), dan
lingkungan yang lebih luas baik tes maupun nontes.
(2). Himpunan data, gunannya untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam
berbagai aspek.
(3). Kunjungan rumah, gunanya untuk memperolah pemahaman dan
pengentasan dengan kunjungan ruamh akan diperoleh berbagaidata dan
keterangan berbagai hal yang bersangkutan dengan siswa.
(4). Konferensi kasus, gunanya mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-
tindakankonkret yang dapat di ambil.
(5). Alih tangan kasus, bertujuan untuk mendapatkan penangganan yang
lebih tepat dan tuntas dengan jalan memindahkan penangganankasus dari
satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.
(6). Tampilan kepustakaan, Tampilan kepustakaan merupakan kondisi yang
sangat memungkinkan individu atau klien memperkuat atau memperkaya diri
sendiri. Dengan atau tanpa bantuan Konselor, terlebih-lebih pada tahap
pasca-konseling, individu yang bersangkutan dapat terus - menerus
mengembangkan diri melalui pemanfaatan tampilan kepustakaan.

B. Saran
Dari materi diatas, sebagai calon guru pastinya harus mempersiapkan
bagaimana BK yang akan dilakukan untuk menghadiapi setiap siswa yang
beragam yang nantinya mungkin akan membutuhkan layanan pendukung BK.
DAFTAR PUSTAKA

Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan konseling. Bandung: Pustaka Mutia.

Prayitno. 2006. Seri Kegiatan Pendukung Konseling (PI-P6). Padang: UNP Press.

Mamat Supriatna. 2013. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta:


Rajawali Pers.

Juftiar Mahendra Zainur Putra & Tamsil Muis. 2013. “Studi Tentang Pelaksanaan
Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling di SMP dan SMA Negeri Kota
Sumenep”. Jurnal Mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Vol. 1. No. 1. (Online)
https://media.neliti.com rabu, 22 juli 2020.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. -Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-dasar Bimbingan Dan
Konseling. Jakarta. Rineka Cipta.

Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non tes. Kudus:
Nora Media Enterprise.

Anda mungkin juga menyukai