PESERTA DIDIK/KONSELI”
Disusun Oleh :
Kelas : R3C
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
pertolongan-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
baiknya. Shalawat serta salam tetap kita curahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW. Karena dengan perjuangan beliau, sekarang kita bisa
merasakan nikmatnya iman dan islam dari agama yang beliau sebarkan. Dan
semoga kelak kita mendapat syafa’at darinya di yaumil akhir.
Kami juga menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari katasempurna,
hal itu dikarenakan keterbatasan sumber dan pengetahuan yang ada. Sehingga
kam isangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Demikian sebagai pengantar makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi para
pembacanya.
i
Jakarta, September 2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Deskripsi tentang analisis kebutuhan...............................................................3
1. Standar Kompetensi Peserta Didik (SKKPD) Menurut ABKIN.................4
B. Langkah-langkah analisis kebutuhan.............................................................13
C. Pelaksanaan analisis kebutuhan.....................................................................15
BAB III PENUTUPAN...............................................................................................21
A. Kesimpulan.....................................................................................................21
B. Saran...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Program Bimbingan dan Konseling disekolah disusun berdasarkan kebutuhan
peserta didik/konseli dan kebutuhan sekolah juga tertera Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 111 Tahun 2004 tentang Bimbingan
dan Konseling pada pendidikan dasar dan menengah, struktur program
Bimbingan dan Konseling terdiri atas rasional, visi dan misi, deskripsi
kebutuhan, tujuan, komponen program, bidang layanan, rencana operasional
(action plan), pengembangan tema/topik, rencana evaluasi, pelaporan dan tindak
lanjut, dan anggaran biaya. Hart (dalam Mansur Muslich) mendefinisikan
assessment sebagai proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi
tentang hasil tes peserta didik yang diperoleh melalui pengukuran untuk
menganalisis atau menjelaskan kerja/kinerja atau prestasi peserta didik dalam
mengerjakan tugas-tugas terkait. Assessment kebutuhan peserta didik bersifat
komprehensif dan holistik yang melibatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sehingga dalam penyusunan program Bimbingan dan Konseling tidak
bertolak belakang dengan tujuan pendidikan maupun tujuan Bimbingan dan
Konseling di sekolah, kebutuhan peserta didik di sekolah sangat banyak
diantaranya, T. Hani Handoko mengutip pendapat Maslow menyatakan bahwa
kebutuhan individu terdiri atas: (1) kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan
diri, seperti pengunaan potensi diri, pertumbuhan dan perkembangan diri, (2)
Kebutuhan harga diri, seperti status atau kedudukan, kepercayaan diri,
pengakuan, reputasi dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri dan penghargaan,
(3) Kebutuhan sosial seperti, cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan
diterima dalam kelompok, kekeluargaan dan asosiasi, (4) Kebutuhan keamanan
dan rasa aman seperti, perlindungan dan stabilitas, (5) Kebutuhan fisiologis
seperti, makan, minum, perumahan, seks, dan istirahat. Semua kebutuhan di atas
perlu dianalisis untuk ditetapkan kebutuhan mana yang akan diprioritaskan
untuk diberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi tentang kebutuhan ( need asssesment) ?
2. Apa saja langkah-langkah analisis kebutuhan?
3. Bagaimana pelaksanaan analisis kebutuhan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang kebutuhan (need assesment).
2. Untuk memahami bagaimana langkah-langkah analisis kebutuhan.
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari analisis kebutuhan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Pendapat Gupta, (1999) analisis kebutuhan adalah “sebuah proses untuk
menentukan alasan kesenjangan dalam kinerja atau metode untuk
mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru dan masa depan”.
Secara umum analisis kebutuhan adalah suatu proses untuk mengidentifikasikan
pengetahuan, keterampilan, permasalahan, populasi, layanan yang diperlukan
untuk mencapai sebuah tujuan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan diri peserta didik, lingkungan
peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pencapaian
tugas-tugas perkembangan secara optimal.
Analisis Kebutuhan (need assessment) peserta didik dilingkungan
sekolah di masukkan dalam rumusan perilaku-perilaku diharapkan yang dapat
dipahami dan dikuasai oleh peserta didik dalam berperilaku di sekolah dan di
luar sekolah. Adapun analisis kebutuhan layanan yang menjadi sasaran adalah
peserta didik, yang sering disebut konseli ataupun klien dapat bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangan. Berdasarkan psikologi
perkembangan ada tugas tugas perkembnagan yang telah disepakati yaitu
Standart Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD).
Pemahaman terkait standart kompetensi kemandirian peserta didik
(SKKPD) dan juga tugas perkembangan peserta didik penting untuk dipahami,
karena sebagai dasar dikembangkannya perangkat kinerja Bimbingan dan
Konseling dan juga program Bimbingan dan Konseling. Melalui langkah awal
berupa need assesment atau analisis kebutuhan dan didukung dengan
pemahaman konselor mengenai SKKPD dan tugas perkembangan makan akan
dapat menghasilkan serta mengembangkan perangkat kinerja dan program
Bimbingan dan Konseling yang ideal dan tepat sasaran.
4
Sebagaimana kinerja guru yang ukuran keberhasilannya dipatok dengan
standar kelulusan, maka kinerja konselor keberhasilannya di ukur dengan
tingkat ketercapaian standar kemandirian peserta didik. Standar kemandirian
tersebut terdiri atas 11 aspek perkembangan. Setiap aspek terjabar kedalam tiga
perangkat dan tujuan dan terakomodasi ke jenjang sekolah dasar sampai
perguruan tinggi. Konselor perlu mepelajari rujukan standar kemandirian
tersebut, pembuatan program BK mengacu kepada analisis kebutuhan konseli
yang didiapatkan dar hasil penyebaran instrumentasi non tes, misalnya
AUM/ITP/DCM, dsb, serta SKKPD yang telah ditetapkan oleh Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Konten yan terdapat dalam
SKKPD meliputi aspek perkembangan, tataran/internalisasi tujuan, dan
setting/wilayah layanan yang dijelaskan sebagai berikut:
Aspek perkembangan :
a. Landasan hidup religius
b. Landasan perilaku etis
c. Kematangan emosi
d. Kematangan intelektual
e. Kesadaran tanggung jawab sosial
f. Kesadaran gender
g. Pengembangan pribadi
h. Perilaku kewirusahaan (kemandirian perilaku ekonomis)
i. Wawasan dan kesiapan karir
j. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
k. Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga
Tataran/internalisasi tujuan :
a. Pengenalan
b. Akomodasi
c. Tindakan
Setting/wilayah layanan :
5
a. SD/MI
b. SLTP (SMP/Mts)
c. SLTA (SMA/MA/SMK)
d. Perguruan tinggi (PT)
6
keberadaan diri
dekatnya dari lingkungan dalam
lingkungannya
Memahami
Mengenal
perilaku hemat, Menampilkan
perilaku hemat,
ulet sungguh- perilaku hemat,
Perilaku ulet sungguh-
sungguh dan ulet sungguh-
kewirausahaan sungguh dan
konpetitif sungguh dan
8 (kemandirian konpetitif dalam
dalam konpetitif dalam
perilaku kehidupan
kehidupan kehidupan
ekonomis) sehari-hari di
sehari-hari di sehari-hari di
lingkungan
lingkungan lingkungannya
dekatnya
dekatnya
Menghargai
Mengekspresikan
ragam
Mengenal ragam ragam pekerjaan
pekerjaan dan
Wawasan dan pekerjaan dan dan aktivitas
9 aktivitas
kesiapan karier aktivitas orang orang dalam
sebagai hal
dalam kehidupan lingkungan
yang saling
kehidupan
bergantung
Menghargai
Menjalin
norma -norma
Mengenal norma- persahabatan
Kematangan yang dijunjung
norma dalam dengan teman
hubungan tinggi dalam
10 berinteraksi sebaya atas dasar
dengan teman menjalin
dengan teman norma yang
sebaya persahabatan
sebaya dijunjung tinggi
dengan teman
bersama
sebaya
7
Memahami
Mengenal cara- Mengekspresikan
keragaman
cara perasaan atas
Kematangan ekspresi perasaan
3 mengekspresikan dasar
emosi diri dan perasaan
perasaan secara pertimbangan
orasaan orang
wajar kontekstual
lain
Mengambil
Mempelajari cara-
Menyadari keputusan
cara pengambilan
Kematangan adanya resiko berdasarkan
4 keputusan dan
intelektual dari pengambilan pertimbangan
pemecahan
keputusan resiko yang
masalah
mungkin terjadi.
Mempelajari cara-
Menghargai Berinteraksi
cara memperoleh
nilai-nilai dengan orang lain
Kesadaran hak dan memenuhi
persahabatan dan atas dasar nilai-
5 tanggung jawab kewajiban dalam
keharmonisan nilai persahabatan
sosial lingkungan
dalam kehidupan dan keharmonisan
kehidupan sehari-
sehari-hari hidup.
hari
Menghargai
Berinteraksi
peranan diri dan
Mengenal peran- dengan lain jenis
orang lain
Kesadaran peran sosial secara kolaboratif
6 sebagai laki-laki
gender sebagai laki-laki dalam
atau perempuan
atau perempuan memerankan
dalam kehidupan
peran jenis
sehari-hari
Meyakini
keunikan diri
Mengenal Menerima sebagai aset yang
Pengembangan
7 kemampuan dan keadaan diri harus
diri
keinginan diri secara positif dikembangkan
secara harmonis
dalam kehidupan
Menyadari
Mengenal nilai-
manfaat perilaku Membiasakan diri
Perilaku nilai perilaku
hemat, ulet hidup hemat, ulet
kewirausahaan hemat, ulet
sungguh- sungguh-sungguh
8 (kemandirian sungguh-sungguh
sungguh dan dan konpetitif
perilaku dan konpetitif
konpetitif dalam dalam kehidupan
ekonomis) dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari.
sehari-hari.
sehari-hari.
9 Wawasan dan Mengekspresikan Menyadari Mengidentifikasi
kesiapan karier ragam pekerjaan, keragaman nilai ragam alternatif
pendidikan dan dan persyaratan pekerjaan,
aktivitas dalam dan aktivitas pendidikan dan
dengan yang menuntut aktifitas yang
8
pemenuhan mengandung
kemampuan diri kemampuan relevansi dengn
tertentu kemampuan diri
Mempelajari Menyadari
Bekerja sama
Kematangan norma-norma keragaman latar
dengan teman
hubungan pergaulan dengan belakang teman
10 sebaya yang
dengan teman teman sebaya yang sebaya yang
beragam latar
sebaya beragam latar mendasari
belakangnya
belakangnya pergaulan
9
Menghargai
keragaman
Mempelajari
peraan laki-laki Berkolaborasi secara
perilaku
Kesadaran atau perempuan harmonis dengan
6 kolaborasi antar
gender sebagai aset lain jenis dalam
jenis dalam ragam
kolaborasi dan keragaman peran
kehidupan
keharmonisan
hidup
Menerima
Mempelajari Menampilkan
keunikan diri
Pengembangan keunikan diri keunikan diri secara
7 dengan segala
diri dalam konteks harmonis dalam
kelebihan dan
kehidupan sosial keragaman
kekurangannya
Mempelajari
Menerima nilai-
strategi dan
nilai hidup Menampilkan hidup
Perilaku peluang untuk
hemat,ulet hemat, ulet,
kewirausahaan berperilaku
sungguh-sungguh sungguh-sungguh
8 (kemandirian hemat,ulet,
dan kompetitif dan kompetitif atas
perilaku sengguh-sungguh
sebagai aset dasar kesadaran
ekonomis) dan kompetitif
untuk mencapai sendiri
dalam keragaman
hidup mandiri
kehidupan
Mempelajari
kemampuan diri, Mengembangkan
peluang dan ragam Internalisasi alternatif
pekerjaan, nilai-niolai yang perencanaan karir
Wawasan dan pendidikan, dan melandasi dengan
9
kesiapan karier aktifitas yang pertimbangan mempertimbangkan
terfokus pada pemilihan kemampuan,
pengembangan alternatif karir peluang dan ragam
alternatif karir karir
yang lebih terarah
Menghargai nilai-
Mempelajari cara- nilai kerjasama
Mempererat jalinan
Kematangan cara membina dan dan toleransi
persahabatan yang
hubungan kerjasama dan sebagai dasar
10 lebih akrab dengan
dengan teman toleransi dalam untuk menjalin
memperhatikan
sebaya pergaulan dengan persahabatan
norma yang berlaku
teman sebaya dengan teman
sebaya
11 Kesiapan diri Mengenal norma- Mengharagai Mengekspresikan
untuk menikah norma pernikahan norma-norma keinginannya untuk
dan dan berkeluarga pernikahan dan mempelajari lebih
berkeluarga berkeluarga intensif tentang
sebagai landasan norma pernikahan
bagi terciptanya dan berkeluarga
10
kehidupan
masyarakat yang
harmonis
Tataran/Internalisasi Tujuan
N Aspek
o Perkembangan
Pengenalan Akomodasi Tindakan
Mengembangka Melaksanakan
n pemikiran ibadah atas
Landasan Mempelajari hal
1 tentang keyakinan sendiri
hidup religius ihwal ibadah
kehidupan disertai sikap
beragama toleransi
Menghargai
Mengenal Berperilaku atas
Keragaman
keragaman dasar keputusan
Landasan sumber norma
2 sumber norma yang
perilaku etis sebagai rujukan
yang berlaku di mempertimbangka
pengambilan
masyarakat n aspek-aspek etis
keputusan
11
keharmonisan
dalam konteks
keragaman
interaksi sosial
Menghargai
keragaman
Mempelajari Berkolaborasi
peraan laki-laki
perilaku secara harmonis
Kesadaran atau perempuan
6 kolaborasi antar dengan lain jenis
gender sebagai aset
jenis dalam dalam keragaman
kolaborasi dan
ragam kehidupan peran
keharmonisan
hidup
Menerima
Mempelajari Menampilkan
keunikan diri
Pengembanga keunikan diri keunikan diri
7 dengan segala
n diri dalam konteks secara harmonis
kelebihan dan
kehidupan sosial dalam keragaman
kekurangannya
Mempelajari
Menerima nilai-
strategi dan
nilai hidup
peluang untuk Menampilkan
Perilaku hemat,ulet
berperilaku hidup hemat, ulet,
kewirausahaan sungguh-
hemat,ulet, sungguh-sungguh
8 (kemandirian sungguh dan
sengguh- dan kompetitif atas
perilaku kompetitif
sungguh dan dasar kesadaran
ekonomis) sebagai aset
kompetitif dalam sendiri
untuk mencapai
keragaman
hidup mandiri
kehidupan
Mempelajari
kemampuan diri,
Mengembangkan
peluang dan
Internalisasi alternatif
ragam pekerjaan,
nilai-niolai yang perencanaan karir
Wawasan dan pendidikan, dan
melandasi dengan
9 kesiapan aktifitas yang
pertimbangan mempertimbangka
karier terfokus pada
pemilihan n kemampuan,
pengembangan
alternatif karir peluang dan
alternatif karir
ragam karir
yang lebih
terarah
12
Menghargai
Mempelajari
nilai-nilai
cara-cara Mempererat jalinan
kerjasama dan
Kematangan membina dan persahabatan yang
toleransi sebagai
hubungan kerjasama dan lebih akrab dengan
10 dasar untuk
dengan teman toleransi dalam memperhatikan
menjalin
sebaya pergaulan norma yang
persahabatan
dengan teman berlaku
dengan teman
sebaya
sebaya
Menghargai
norma-norma Mengekspresikan
pernikahan dan keinginannya
Kesiapan diri Mengenal
berkeluarga untuk mempelajari
untuk menikah norma-norma
11 sebagai landasan lebih intensif
dan pernikahan dan
bagi terciptanya tentang norma
berkeluarga berkeluarga
kehidupan pernikahan dan
masyarakat yang berkeluarga
harmonis
2. Identifikasi kesenjangan
Langkah-langkah kesenjagan terdari dari:
a. Input; kondisi yang tersedia pada saat ini, misalnya tentang keuangan,
waktu, bangunan, guru, pelajar, problem, tujuan, materi kurikulum.
13
b. Proses; meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiri atas pola
pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan
kompentensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan kurikulum
yang berlaku.
c. Produk; meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan,
dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi
d. Output; meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
e. Outcome; hasil akhir yang diperoleh.
3. Analisis performance
a. Mengidentifikasi guru.
b. Mengidentifikasi sarana dan kelengkapan penunjang.
c. Mengidentifikasi berbagai kebijakan sekolah.
d. Mengidentifikasi iklim sosial dan iklim psikologis
14
7. Merumuskan masalah
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis kebutuhan dirinci lebih
komprehensif oleh Kaufman (1986) sebagai berikut :
a. Mengambil keputusan mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan
untuk perencanaan.
b. Memilih tingkat kebutuhan pengukuran.
c. Mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengukuran kebutuhan.
d. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran tentang partisipasi mereka.
e. Mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan.
f. Mengumpulkan data.
g. Membuat daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi.
h. Menyusun prioritas kebutuhan.
i. Merekonsiliasi data yang bertentangan, dan
j. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang diprioritaskan.
15
2. Kegiatan Analisis
Pengukuran kebutuhan merupakan kegiatan penting dalam menyusun
program bimbingan di sekolah. Dalam hal ini Klein dalam Briggs (1979)
menyatakan bahwa pengukuran kebutuhan perlu dalam penyusunan program
karena:
a. Pengukuran kebutuhan akan menfokuskan perhatian perencanaan
program kepada masalah-masalah yang penting. Ini akan membantu
perencanaan program menyusun rencana penggunaan dan pengelolaan
waktu serta sumber-sumber secara efisien.
b. pengukuran kebutuhan memberikan dasar pengesahan bahwa perhatian
perencana program hanya kepada kebutuhan tertentu.
c. pengukuran kebutuhan memberikan informasi dasar untuk mengukur
perubahan performasi siswa.
Hal di atas dikuatkan dengan pendapat Roseefl (1991:157) menyatakan bahwa
pengukuran kebutuhan di pandang perlu dalam menyusun program bimbingan
karena hasil pengukuran kebutuhan membantu:
a. pembuatan keputusan,
b. menyusun rancangan program,
c. mengembangkan,
d. melaksanakan, dan
e. menilai program bimbingan.
Dari pendapat diatas dapat digaris bawahi bahwa pengukuran adalah kegiatan
penting dalam penyusunan program, oleh karena itu maka pengukuran
kebutuhan menjadi kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan atau wajib
dilaksanakan dalam penyusunan program, maka keakuratan dan
kesinambungan proses pengukuran kebutuhan perlu diperhatikan (Gibson&
Mitchell, 1980). Dalam rangka menjaga keakuratan pengukuran kebutuhan,
istilah kebutuhan perlu diberi batasan yang jelas. Batasan kebutuhan dalam
pratek pengukuran sangat beragam, misalnya dengan problem, sumber,
keinginan, ataupun kesenjangan. Keragaman itu akan menyamarkan batasan
16
kebutuhan jika tidak diberi batasan yang jelas, sehingga dapat mempengaruhi
ketepatan pengukuran kebutuhan. Setelah prioritas kebutuhan ditetapkan, alam
kerangka perencanaan program, diikuti dengan kegiatan dengan pengumpulan
data tentang program bimbingan yang sedang berjalan, dan diidentifikasi
sumber- sumber yang tersedia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi
pemahaman kepada perencana program mengenai latar populasi target sasaran
(siswa) dan kondisi program yang ada (Gibson & Mitchell, 1981).
17
c. data yang telah terkumpul kemdian diolah dan dianalisa, serta
diintepretasikan untuk menemukan kebutuhan dan permasalahan yang
kemudian akan dilayani.
Dalam proses asesmen kebutuhan, Sukmadinata (2007) memberikan kerangka
ringkas, dimana identifikasi terhadap peserta didik dilakukan untuk memahami
kebutuhan (fisik, sosial, afeksi, dan intelektual), tantangan yang mereka hadapi
(dalam studi, karir, sosial, dan pembinaan diri), dan masalah yang ada dalam
keseharian peserta didik (termasuk dalam hal pendidikan atau pengajaran,
karir, dan sosial maupun pribadi). Dalam mengidentifikasi kebutuhan dan
tantangan, guru BK dapat melakukan pengamatan, membuat catatan anekdot,
menyusun check list, ataupun daftar pernyataan untuk mengumpulkan data
dari peserta didik. Terhadap identifikasi masalah, pengamatan, catatan anekdot,
angket atau daftar cek (seperti AUM dan DCM) dan studi dokumen dapat
dimanfaatkan untuk mengumpulkan data. Kemudian, data yang teridentifikasi
dan terkumpul, dianalisa, diintepretasi dan disimpulkan.
Kerangka need analysis serupa dikembangkan oleh Brown dan Trusty (2005).
Asesmen yang diusulkan dilakukan terhadap lima komponen atau unsur yang
berbeda, antara lain
a. Kebutuhan guru, yang berisi area atau hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana guru menangani/menghadapi peserta didik dan perlu
mendapatkan bantuan dari guru BK;
b. Topik atau diskusi BK yang lalu, yang pernah diselenggarakan sebelumnya
dan direncanakan untuk program selanjutnya dan dinilai kebutuhannya oleh
guru yang lain;
c. Kebutuhan peserta didik, versi peserta didik, yang berisi topik-topik atau
permasalahan yang dibutuhkan atau sedang dialami oleh para peserta didik,
d. Kebutuhan peserta didik, versi guru, berisi kebutuhan-kebutuhan peserta
didik menurut persepsi guru dan dinilai prioritas kebutuhan pemberian
layanannya, dan
e. Kebutuhan konseling yang dianggap perlu dan mendesak (berdasarkan
besarnya jumlah siswa) dari pandangan sekolah lain di sekitar.
18
Data-data yang terkumpulkan kemudian diolah untuk menentukan dan
memberi masukan terhadap penentuan dan perancangan tujuan layanan,
meliputi (1) kebutuhan apa saja yang perlu dilayani, (2) kapan layanan tersebut
akan dilaksanakan, (3) bagaiman kebutuhan akan ditangani atau layanan
tersebut akan diberikan, dan (4) bagaimana mengukur ketercapaian tujuan
layanan sebagai upaya mengevaluasi keberhasilan atau dampak layanan
(Brown dan Trusty, 2005).
Selain kebutuhan dari sisi peserta didik, POP BK (Kemendikbud, 2016) juga
mengingatkan adanya kebutuhan yang perlu dinilai dan dianalisa oleh guru BK
adalah kebutuhan sarana-prasarana yang menunjang layanan BK nantinya.
Analisa kebutuhan sarana prasarana tersebut dapat menilik apa yang sudah ada
atau tersedia, apa yang masih dibutuhkan atau perlu diadakan, dan tujuan
pengadaan sarana prasarana tersebut.
Hal selanjutnya setelah asesmen kebutuhan dilakukan, untuk mengupayakan
perencanaan program BK yang maksimal, guru BK perlu menilik dukungan
unsur sekolah yang ada. Unsur sekolah yang dimaksudkan melibatkan kepala
sekolah dan wakil kepala sekolah yang ada. Selain itu, komite sekolah juga
berperan dalam mendukung program BK sekolah. Rekan- rekan guru juga
berperan mendukung program BK yang ada, karena mereka yang juga
menghadapi dan memahami kondisi siswa sehari-hari di kelas. Orang tua
dapat dilibatkan untuk memberikan dukungan bagi program BK juga. Upaya-
upaya untuk mengumpulkan dukungan tersebut dapat diadakan melalui
konsultasi, rapat, sosialisasi dan usaha persuasi lainnya.
Brown dan Trusty (2005) menambahkan beberapa pertimbangan dalam
perencanaan program BK, antara lain:
1) ketersediaan dukungan administratif, karena program BK nantinya juga
melibatkan unsur-unsur administratif sekolah;
2) pemilihan dan penetapan pemimpin yang mengarahkan langkah dan
mengawal proses perencanaan dan desain,
3) ketersediaan sumber daya yang mendukung, termasuk secara finansial,
manusia/SDM, dan fisik/sarana prasarana;
19
4) pertimbangan kondisi dan masalah yang ada dalam program/layanan BK
yang telah dilaksanakan sebelumnya;
5) penyusunan jadwal kerja yang jelas untuk optimalisasi pelaksanaan layanan
BK,
6) pengukuran/pertimbangan dampak positif dan/atau negatif yang potensial
muncul nantinya, dan
7) kebutuhan konsultan dari luar sekolah jika diperlukan untuk menyusun
rancangan program yang lebih maksimal.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Analisis kebutuhan adalah kegiatan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung
dan penghambat (kesenjangan) proses pelayanan untuk menetapkan media yang
20
tepat dan relevan dalam mencapai tujuan pelayanan (goals and objectives) yang
mengarah pada pencapaian tugas perkembangan.
2. Analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling adalah kegiatan yang
dilakukan untuk mengidentifikasi: permasalahan diri peserta didik, lingkungan
peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling dalam rangka pencapaian
tugas perkembangan secara optimal.
3. Langkah-langkah analisis kebutuhan yaitu mengambil keputusan mengenai
penggunaan data pengukuran kebutuhan untuk perencanaan, memilih tingkat
kebutuhan pengukuran, mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan, mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat
dalam pengukuran tentang partisipasi mereka, mencapai kesepakatan tentang
tingkat pengukuran kebutuhan dan perencanaan, mengumpulkan data, membuat
daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi, menyusun prioritas kebutuhan,
erekonsiliasi data yang bertentangan, dan mencapai kesepakatan dengan orang-
orang yang terlibat dalam pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan
yang diprioritaskan.
B. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
Depdiknas. 2003. Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Puskur
Balitbang. Kemendikbud. (2016). Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling SD/SMP/SMA/SMK.
Ridwan. 2004. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
23