Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING

DISUSUN OLEH :

YOLANDA OKTORI EFITRI USWATUL HASANAH


NIM : 22075225

DOSEN PENGAMPU : Drs. Taufik, M.Pd., Kons.

PRODI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makakah sebagai tugas dari mata kuliah bimbingan dan
konseling

Penulis tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Padang, 23 september 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
A. LatarBelakang .................................................................................................….
B. RumusanMasalah ............................................................................................….
C. Tujuan .............................................................................................................….
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Bidang bimbingan dan konseling..........................................................................
B. Kaitan antara bidang bimbingan konseling dengan bidang yang lain
pendidikan sekolah ...............................................................................................
BAB III PENUTUP............................................................................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................................
B. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kegiatan pendukung pada umumnya ditujukan secara langsung untuk memecahkan


masalah klien melainkan untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain
serta kemudahan-kemudahan atau komitmen yangakan membantu kelancaran dan
keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran.

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling meliputi kegiatan aplikasi instrumen


bimbingan konseling, himpunan data, kunjungan rumah, konferensi kasus, tampilan
kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan pendukung dilaksanakan
secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang bimbingan, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan pendukung dipakai untuk
memperkuat satu atau beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling.

 B. Rumusan Masalah

1. Pengertian kegiatan pendukung BK?

2. Langkah -langkah kegiatan pendukung BK?

a. Aplikasi instrumenstasi

b. Himpunan data

c. Kunjungan rumah

d. Konferensi kasus

e. Alih tangan kasus

C. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian kegiatan pendukung BK.

2. untuk mengetahui apa itu aplikasi instrumentasi.

3. untuk mengetahui apa itu himpunan data.

4. untuk mengetahui apa itu kunjungan rumah.


5. untuk mengetahui apa itu konferensi kasus.

6. untuk mengetahui apa itu alih tangan kasus.


BAB II

PEMBAHASAN

 A. Pengertian Kegiatan Pendukung BK

Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung untuk


memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk memungkinkan di
perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-kemudahan atau komitmen
yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan kegiatan layanan terhadap klien.
Kegiatan pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan
sasaran layanan ( Hallen, 2000:89 ).

Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki konselor
untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai keterampilan
berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal ( Prayitno dan Erman Amti,
2004:315 ). Namun, mengingat apa yang menjadi isi komunikasi itu menjangkau
wawasan yang sedemikian luas dan multidimensional serta harus sesuai dengan data
dan kenyataan yang berkenaan dengan objek-objek yang dibicarakan, maka konselor
perlu diperlengkapi dengan berbagai data, keterangandan informasi, terutama tentang
klien dan lingkungannya.

Kegiatan pendukung dan bimbingan konseling meliputi kegiatan pokok aplikasi


instrumentasi dan bimbingan konseling, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan
rumah, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan pendukung dilaksanakan secara
langsung, dikaitkan pada keempat bidang bimbingan, serta disesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan pendukung dipakai untuk
memperkuat satu atau beberapa jenis layanan bimbingan dan konseling (Prayitno,
1997).

B. Langkah - langkan kegiatan pendukung BK

 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan koseling, yaitu kegiatan pendukung


bimbingan dan koseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta
didik (klien/konseling), keterangan tentang lingkungan peserta didik(konseling) dan
lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai
instrument, baik tes maupun non tes.

Aplikasi Instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran dengan


memakai alat ukur atau instrument tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan, disikapi dan
digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam bentuk layanan
konseling.

Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengumpulkan data


dan keterangan tentang peserta didik/konseli ( baik individual maupun kelompok ),
keterangan tentang lingkungan peserta didik,dan lingkungan yang lebih luas.
Pengumpulan data dan keterangan ini dapat dilakukan dengan berbagai instrument,
baik tes maupun non tes.

Hasil pengumpulan data itu dipakai dalam kegiatan layanan bimbing dan konseling
sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya. Fungsi utama
bimbingan dan konseling yang di embankan oleh kegiatan penunjang aplikasi
instrumentasi ialah fungsi pemahaman.

Materi umum aplikasi instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan yang


dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi pada umumnya, meliputi:

1. Kebisaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YangMaha
Esa.

2. Kemampuan dan kondisi mental dan fisik klien.

3. Kemampuan dan pengenalan lingkungan dan hubungan social.

4. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar.

5. Informasi karir dan pendidikan.

6. Kondisi keluarga dan lingkungan (Prayitno, 1997:95).

Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para konselor dalam


penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling, antara lain adalah:

1. Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan.

2. Pemakai instrument (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas pemilihan
instrument yang akan dipakai (misalnya tes), monitoring pengaminidtrasiannya
dan skoring, penginterprestasian skor dan penggunaan sebagai sumber
informasi bagi pengambilan keputusan tertentu.

3. Pemakaian instrument, harus disiapkan secara matang bukan hanya persiapan


instrument saja, tetapi persiapan instrument yang akan mengambil tes.

4. Test atau instrument apapun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka
memahami individu secara lebih luas dan mendalam.

5. Ada dan dipergunakannya berbagai instrumentalnya bukanlah syarat mutlak


bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling.

Pemahaman tentang diri klien, tentang lingkungan yang lebih luas dapat dicapai
dengan berbagai cara. Wawancara dan dialog yang mendalam biasanya merupakan
cara yang efektif untuk mengembangkan pemahaman tentang diri klien dan
masalahnya itu. Dalam kaitan itu konselor perlu memiliki wawasan dan keterampilan
yang memadai dalam penggunaan berbagai instrument tersebut.

Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satusarana yang


perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan koseling terlaksana secara lebih
cermat dan berdasarkan data empiric.

Instrument Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah lakuseseorang


dan menggambarkan dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Dalam
bentuk nyata tes berbentuk serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang di tes.

Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam :

a. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah


pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan,
masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan atau penyaluran.

b. Memahami sebab - sebab terjadinya masalah diri individu.

c. Mengenali individu (misalnya di sekolah) yang memiliki kemampuan yang


sangat tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus.

d. Memperoleh gambaran tentang kecakapan kemampuan dan keterampilan


seorang individu dalam bidang tertentu.
2. Instrument non tes

Instrument non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara,


angket, catatan anekdot, sosiometri, dan inventori yang dibekukan (Prayitno dan
Erman Amti, 2004:319).

Agar diperoleh hasil yang terandalkan, pengamatan dan wawancara dilakukan dengan


mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman wawancara.Catatan anekdot
merupakan hasil pengamatan,khususnya tentang tingkah laku yang tak biasa atau
khusus yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri.Angket dan daftar isian
dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai hal, biasanya tentang diri individu,
oleh individusendiri. Sosiometri untuk melihat dan memberikan gambaran tentang
polahubungan sosial diantara individu-individu dan kelompok. Sedangkan melalui
inventori yang dilakukan akan dapat diungkapkan berbagai hal yang biasanya
merupakan pokok pembahasan dalam rangka layanan bimbingan dan konseling secara
lebih luas.

2.  Himpunan Data

Penyelenggaraan himpunan data yaitu, kegiatan pendukung bimbingan dan


konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan
keperluan pengembangan peserta didik (klien/ konseling). Himpunan fata perlu
diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya
tertutup.

Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun seluruh data dan


keterangan yang yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa dalam berbagai
aspeknya. Data yang terhimpun merupakan hasil dari upaya aplikasi instrumentasi,
dan apa yang menjadi hasil himpunan data dimanfaatkan sebesar – besarnya dalam
kegiatan layanan bimbingan.

Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:

1. Identitas siswa (klien) dan keluarga.

2. Hasil aplikasi instrumentasi.

3. Hasil belajar, karya tulis, dan rekaman kemampuan siswa.

4. Catatan anekdot.
5. Informasi pendidikan dan jabatan.

6. Laporan dan catatan khusus.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan data


ialah fungsi pemahaman.

Hasil aplikasi instrumentasi pada umunya menjadi yang dianggap penting dalam
himounan data. Himpunan data juga dapat meliputi hasil wawancara, konferensi
kasus, kunjungan rumah, analisis hasil belajar, pengamatan dan hasilupaya
pengumpulan bahan lainnya yang dianggap relevan dengan pelayanan bantuan
terhadap siswa. Keseluruhan data yang dikumpulkan itu dapat dikelompokkan
menjadi :

1. Data pribadi, adalah menyangkut diri masing – masing siswa perorangan.


Himpunan data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa karena himpunan
data pribadi bersifat berkelanjutan, maka harus ada kerjasama antar guru kelas.
Himpunan data pribadi siswa memang perlu lengkap dan menyeluruh, tetapi harus
tetap sederhana, ringkas, dan bersifat sepenuhnya. Himpunan data pribadisering
juga disebut Cumulative Record.

2. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa,
seperti gambaran menyeluruh hasil beljar siswa stu kelas, hasil sosiometri,
laporan penyelenggaraan dan hasil diskusi atau belajar kelompok, penyelenggaraan 
dan isi bimbingan, dan konseling kelompok.

3. Data umum, adalah tidak secara langsung menyangkut diri siswa baik
secara pribadi (perorangan)ataupun kelompok. Data ini berasal dari luardiri siswa, 
seperti informasi pendidikan dan jabatan serta informasilingkungan fisik sosial dan 
budaya. Data ini biasanya dihimpun dalam bentuk tersendiri, contohnya bentuk bu
ku, kumpulan tentang informasi pendidikan, informasi jabatan, informasi sisial bud
aya ( Prayitno, 1997:99-100).

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka penyelenggaraan himpuna
n data dan pemanfaatannya secara optimal:

1. Materi himpunan data yang baik (akurat dan lengkap) sangat berguna
untuk memberikan gambaran yang tepat untuk individu.
2. Data tentang individu selalu bertambah, berubah, berkembang, dan
dinamis. Oleh karena itu data tentang siswa perlu di perbarui.

3. Data yang terkumpul disusun dalam format - format yang teratur rapi
menurut system tertentu.

4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia.

5. meningkat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak, harus pula ditambah dan
dikurangi sesuai dengan perkembangan, lagi pula pengeluaran data dan
pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering
terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu.

Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok
data/keterangan tentang berbagai hal sebagaimana yang menjadi isi dari
aplikasi instrumentasi tersebut diatas.Selain itu, himpunan data juga memuat
karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus,dan infor
masi pendidikan dan jabatan.

3. Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik (klien/konseling) melalui kunjungan kerumahnya.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tuadan anggota keluarga
lainnya.

Permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman yang lebih jauh tentang
suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah tidak perlu dilakukan untuk seluruh siswa; hanya untuk siswa yang
permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan ruah atau orang
tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan
tentang rumah orang tua boleh jadi juga tidak perlu diperoleh melalui kunjungan
rumah olehkonselor. Cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikehendak
itu, selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan, ialah
melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil datang kesekolah. Kegiatan
kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah,setidak-tidaknya
memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1) Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien (siswa)
khususnyayang bersangkut-paut dengan keadaan rumah, atau orang tua.

2) Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya.

3) Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penangan


masalah anaknya.Materi umum kunjungan rumah, akan diperoleh berbagai
data dan keterangan tentang berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut
pautnya dengan permasalahan siswa atau klien.

Data atau keterangan ini meliputi:

1. Kondisi rumah tangga dan orang tua.

2. Fasilitas belajar yang ada dirumah.

3. Hubungan antara keluarga.

4. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah.

5. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya


terhadapsiswa atau klien.

6. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangandan


pengentasan masalah siswa atau klien (Prayitno, 1997:103)

Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan yang


matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari pihak orang
tua serta atas persetujuan kepala sekolah. Fungsi utama yang ditopang oleh kegiatan
kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman (Dewa Ketut Sukardi, 2002:237).

4.  Konferensi Kasus

Konferensi kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk


membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum
pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat memberikan
bahan, keterangan kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang dialami oleh
siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang dihadiri oleh pihak-pihak terkait
(seperti guru pembimbing/konselor, wali kelas, guru mata pelajaran/praktik, kepala
sekolah,orang tua, dan tenaga ahli lainya) yang diharapkan dapat memberikan data
dan keterangan lebih lanjut serta kemudahan-kemudahan bagi teretasnya
permasalahan tersebut.

Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya


pengentasan masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang dimaksud
itu. Dengan demikian, fungsi utama yang diemban oleh konferensi kasus ialah fungsi
pemahaman dan pengentasan.

Tujuan konferensi kasus diantaranya sebagai berikut: Secara umum tujuan dari


konferensi kasus ialah mencari interpretasi yangtepat dan tindakan-tindakan yang
konkret yang dapat diambil. Atau dengan kata lain konferensi kasus bertujuan untuk
mendapat gambaran yang lebihtepat mengenai diri kasus dengan maksud untuk
memberikan pertolongan kepada kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.

a. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang


permasalahan klien. Gambaran yang diperoleh lengkap dan saling sangkut paut
data atau keterangan yang satu dengan yang lainya.

b. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang


berkepentingan dan yang bersangkutan, sehingga penanganan masalah
itu menjadi lebih mudah dan tuntas.

c. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga


upaya menanganan itu lebih efektif dan efisien.

Peserta konferensi kasus, konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan yang


secara langsung mengenai kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat didalamnya
adalah personel yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan yang di hadapi
seperti kepala sekolah, guru-guru bidang studi, wali kelas, petugas kesehatan (tim
medis) dan lain-lainnya.

Kasifikasi masalah konferensi kasus, masalah yang akan menjadi titik pusat
pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah dipersiapkan dan
diajukan oleh peserta konferensi kasus. Klasifikasi masalah siswa yang dapat diajukan
dalam pembahasan konferensi kasus salah satu atau beberapa masalah yang dihadapi
siswa di bawah ini:
1. Masalah belajar, yang antara lain berkenan dengan:

a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif

b. Kemampuan belajar yang kurang memadai

c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai

d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan

2. Masalah social pribadi diantaranya:

a. Kekurangharmonisan hubungan antar teman

b. Kekurangserasian hubungan dengan orang tua

c. Kekurangserasian hubungan dengan guru

d. Gambaran diri yang kurang tepat

e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat

f. Kenakalan remaja

g. Gangguan psikis

3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan

a. Pemilihan jurusan yang tepat

b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat

c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memadai

d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang memadai

e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai

Materi pokok yang dibicarakan dalam konferensi kasus ialah segenap hal yang
menyangkut permasalahan (kasus) yang dialami oleh siswa yang bersangkutan.
Permasalahan itu didalami dan dianalisis berbagai seginya, baik perincian
masalahnya, sebab-sebab, dan sangkut paut antara berbagai hal yangada didalamnya,
maupun berbagai kemungkinan pemecahannya serta fakto- faktor penunjangnya.
Dikehendaki melalui, koferensi kasus itu akan dapat terbina kerjasama yang harmonis
diantara para peserta pertemuan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh siswa.
5. Alih Tangan Kasus

Alih tangan kasus, yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami
peserta didik (klien/konseling) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu
pihak kepihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap
antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan masalah
tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu di alih tangankan).

Di sekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata pelajaran/praktik,
wali kelas, dan/atau sekolah lainya, atau orang tua mengalih tangankan siswa yang
bermasalah kepada guru pembimbing. Sebaliknya bila guru pembimbing menemukan
siswa bermasalah dalam bidag pemahaman/penguasaan materi pelajaran/latihan
secara khusus dapat menglihtangankan siswa tersebut kepada guru mata
pelajaran/praktikuntuk dapat mendapat pengajaran atau latihan perbaikan dan
program pengayaan. Guru pembimbing atau guru kelas juga dapat mengalihtangankan
permasalahan siswa kepada ahli-ahli yang relevan, seperti dokter, psikiater,ahli
agama, dan lain- lain.

Alih tangan kasus bertujuan untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik, tepat,
dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan jalan memindahkan penanganan
kaasus dari satu pihak kepada pihak yang lebihahli. Atau dengan kata lain tujuan dari
alih tangan kasus ialah layanan alih tangan bertujuan untuk membantu melimpahkan
siswa yang menghadapi masalah tertentu kepada petugas didalam sekolah sendiri atau
lembaga pelayanan alih tangan kasus (rujukan) di luar sekolah disebabkan
karena keterbatasan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya maupun
karena keterbatasan sumber manusiawi dan alat.

Materi pokok kasus yang dialih tangankan pada dasarnya sama dengan keseluruhan


kasus yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Secara khusus,materi yang
dialih tangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum tuntas ditangani oleh
guru pembimbing (konselor). Materi khusus itu perlu dialihtangankan karena guru
pembimbing (konselor) tidak secara khusus membidangi materi itu atau dengan kata
lain, materi tersebut diluar bidang keahlian ataupun wewenang guru pembimbing
(konselor).

Lembaga - lembaga alih tangan kasus (rujukan), antara lain yaitu:


1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum.

2. Lembaga pelayanan psikologis.

3. Lembaga kepolisian.

4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes.

5. Lembaga penempatan tenaga.

Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus (rujukan), berikut ini adalahsyarat-
syarat pelayanan alih tangan kasus antara lain, yaitu:

1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan dengan
masalah yang hadapi siswa (konseling) bersangkutan.

2. Alih tangan kasus (rujukan) harus diberikan surat pengantar atau rekomendasiyang


menjelaskan tujuan alih tangan kasus (rujukan) itu.

3. Alih tangan kasus (rujukan) harus disetujui oleh individu siswa (klien/konseling)


yang bersangkuan.

4. Pelayanan alih tangan kasus (rujukan) itu harus tetap menjadi tanggung jawab
sekolah.

5. Pihak yang dialihtangan atau dirujuk harus diminta untuk menyampaikan laporan
terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada sekolah.

Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain sebagai berikut
:

1. Jika pelimpahan kasus kepada guru di dalam sekolah sendiri atau kepada lembaga
pelayanan alih tangan kasus atau rujukkan telah disertai dengan data/informasi
kasus yang diperlukan.

2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan
diberikan rekomondasi entah masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.

Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur, yaitu jalur kepada konselor dan
jalur dari konselor. Jalur kepada konselor, dalam arti konselor menerima kiriman
klien dari pihak -pihak lain, seperti: orang tua, kepala sekolah, guru, pihak lain
(dokter, psikiater, dan psikolog). Sedang jalur dari konselor, dalam arti konselor
mengirimkan klien yang belum tuntas ditangani kepada ahli - ahli lain seperti:
konselor yang lebih senior, konselor yang memmbidangi ahli lain (guru bidang studi,
psikologi, psikiater dandokter). Konselor menerima klien dari pihak lain daengan
harapan klien itudapat ditangani sesuai dengan permasalahan yang ia hadapi. Disisi
lainkonselor mengalih tangani klien kepada pihak lain apabila masalahan yang
dihadapi klien memang diluar wewenang konselor untuk menanganinya atau setelah
konselor berusaha sekuat tenaga memberikan bantuan, namun permasalahan klien
tersebut belom berhasil ditangani secara tuntas.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada lima: (1). Aplikasi


intrumentasi, gunanya untuk pengumpulan data dan keterangan pesesrta didik,
keterangan tentang lingkungan pesesrta didik (konseli), dan lingkungan yang lebih
luas baik tes maupun nontes. (2). Himpunan data, gunannya untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan siswa
dalam berbagai aspek (3). Kunjungan rumah, gunanya untuk memperolah pemahaman
dan pengentasan dengan kunjungan ruamh akan diperoleh berbagaidata dan
keterangan berbagai hal yang bersangkutan dengan siswa. (4). Konferensi
kasus, gunanya mencari interpretasi yang tepat dan tindakan-tindakankonkret yang
dapat di ambil. (5). Alih tangan kasus, bertujuan untuk mendapatkan penangganan
yang lebih tepat dan tuntas dengan jalan memindahkan penangganankasus dari satu
pihak kepada pihak yang lebih ahli.

B. Saran
Dari materi diatas, sebagai calon guru pastinya harus mempersiapkan
bagaimana BK yang akan dilakukan untuk menghadiapi setiap siswa yang beragam
yang nantinya mungkin akan membutuhkan layanan pendukung BK.
DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan Konseling. Jakarta : Depdikbud.

Darmiyanti. 2005. Diktat Bimbingan dan Konseling Sekolah.


Banjarmasin :Depdiknas.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling.


Padang. FIP          UNP.

Prayitno, Amti Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta.


PTRineka Cipta.

Tohirin. 2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah, Jakarta :


RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai