Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH INDIVIDU

KEGIATAN PENDUKUNG DAN APLIKASI INSTRUMENTASI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kegiatan Pendukung BK
Dosen Pengampu: Rizki Ananda Syahfitri, M.Pd

Disusun Oleh :
NAMA : Helvi Serah Dalimunthe
NIM 0303192062

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan nikmatnya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul” Kegiatan Pendukung dan Aplikasi
Instrumentasi”. Sebagai bentuk pemenuhan tugas kelompok dalam mata kuliah
Bimbingan Konseling Pendidikan Islam.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pigak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini khususnya ibuk Rizki Ananda
Syahfitri, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah Bimbingan Konseling Pendidikan
Islam.
Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin. Namun penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
baik materi, penganalisaan, dan pembahasan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan dan pengalaman penulis mohon maaf dan harap dimaklumi.
Penulis berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami pembaca.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, khususnya dari
dosen pembimbing san para pembaca guna terciptanya kesempurnaan makalah
ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk
kepentingan dan kemajuan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan 14 April 2021

Helvi Serah Dalimunthe

i
MIND MAPPING

APLIKASI INSTRUMENTASI
Untuk pengumpulan data yang keterangan peserta
didik keterangan tentang lingkungan yang lebih luas
K baik tes maupun non tes.
E HIMPUNAN DATA
G
Menghimpun semua data dan keterangan yang
I
relevan dengan keperluan pengembangan.
A
T KUNJUNGAN RUMAH
A Yang diperolah berbagai data dan keterangan
N berbagai hal yang bersangkutan dengan siswa.
P
KONFERENSI KASUS
E
Mencari interprestasi yang tepat dan tindakan konkret
N
yang dapat diambil.
D
TAMPILAN KEPUSTAKAAN
U
Menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat
K
digunakan peserta didik.
U
N
ALIH TANGAN KASUS
G
Mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan
B
tuntas dan jalan memindahkan penanganan kasus
K
dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... i
MIDMAP......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................ 3
1. Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling...............................................3
2. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling..........................................................3
BAB II PENUTUP......................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pendukung pada umumnya
ditujukan secara langsung untuk memecahkan
masalah klien melainkan untuk memungkinkan
diperolehnya data dan keterangan lain serta
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang
akan membantu kelancaran dan keberhasilan
kegiatan layanan terhadap klien kegiatan
pendukung ini umumnya dilaksanakan tanpa
kontak langsung dengan sasaran.
Kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling meliputi kegiatan aplikasi
instrumentasi bimbingan konseling, himpunan
data, kinjungan rumah, konfrensi kasus tampilan
kepustakaan, dan alih tangan kasus. Semua jenis
kegiatan pendukung dilaksanakan secara
langsung, dikaitkan pada keempat bidang
bimbingan serta disesuaikan dengan
karakteristik dan kebutuhan klien. Hasil kegiatan
pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau
beberapa jenis layanan bimbingan dan
konseling.
Dalam bimbingan dan konseling terdapat enam
bidang bimbingan konseling sepuluh layanan dan
lima kegiatan pendukung yang akan membantu
konselor untuk memahami kepribadian dan
potensi yang dimiliki oleh kliennya.
Berbicara tentang kegiatan pendukung
salah satu kegiatan pendukung yang paling tepat
untuk membantu konselor dalam mengenal dan
memahami kepribadian dan potensi yang
dimiliki oleh kliennya adalah aplikasi
instrumentasi. Kegiatan ini memeliki beberapa
alat baik test ataupun non test yang apabila
dilak dalam mengenal dan memahami kepribadian dan
sana potensi klien serta menyelesaikan masalah
kan timbul dalam kehidupan klien.
deng
an B. Rumusan Masalah
baik 1. Apa pengertian kegiatan pendukung bimbingan dan
konseling?
dan
2. Apa saja macam-macam kegiatan pendukung bimbingan
diteli
dan konseling?
ti
deng
an
cerm 1

at
akan
men
dapa
tkan
hasil
yang
akur
at.
Hasil
terse
but
akan
mem
berik
an
sumb
anga
n
besar
untu
k
kons
elor
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian kegiatan pendukung dalam bimbingan
konseling
2. Untuk Mengetahui macam macam kegiatan pendukung bimbingan konseling

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling


Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan secara langsung
untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien melainkan untuk
memungkinkan di perolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-
kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan keberhasilan
kegiatan layanan terhadap klien. Kegiatan pendukung ini umumnya
dilaksanakan tanpa kontak langsung dengan sasaran layanan ( Hallen,2000:89).
Memang benar bahwa alat dan kelengkapan yang paling handal dimiliki
konselor untuk menjalankan tugas-tugas pelayanan ialah mulut dan berbagai
keterampilan berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal ( Prayitno dan
Erman Amti,2004:315), namun mengingat apa yang menjadi isi komunikasi itu
menjangkau wawasan yang sedemikian luas dan multidimensional serta harus
sesuai dengan data dan kenyataan yang berkenaan dengan objek-objek yang
dibicarakan maka konselor perlu diperlengkapi dengan berbagai data,
keterangan dan informasi, terutama tentang klien dan lingkungannya.
Kegiatan pendukung dan bimbingan konseling meliputi kegiatan pokok
aplikasi instrumentasi dan bimbingan konseling, himpunan data, konferensi
kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Semua jenis kegiatan pendukung
dilaksanakan secara langsung, dikaitkan pada keempat bidang bimbingan serta
disesuuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan klien hasil kegiatan
pendukung dipakai untuk memperkuat satu atau beberapa jenis layanan
bimbingan dan konseling ( Prayitno,1997:95).

B. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling


Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling yaitu kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan
tentang peserta didik (klien/konseli) keterangan tentang lingkungan peserta
didik (konseli) dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat
dilakukan dengan berbagai instrumentasi, baik tes maupun nontes.
Aplikasi instrumentasi adalah upaya pegungkapan melalui pengukuran
dengan memakai alat ukur atau instrumentasi tertentu. Hasil aplikasi ditafsirkan,
disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap klien dalam
bentuk layanan konseling.
Aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik/konseli (baik
individual maupun kelompok), keterangan tentang lingkungan peserta didik, dan
lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data dan keterangan ini dapat
dilakukan dengan berbagai instrument, baik tes maupun non tes.
Hasil pengumpulan data itu dipakai dalam kegiatan layanan dan
konseling sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya.
Fungsi utama bimbingan dan konseling yang di embankan oleh kegiatan
penunjang aplikasi instrumentasi ialah fungsi pemahaman.
Materi umum aplikasi instrumentasi yaitu berupa data dan keterangan
yang dikumpulkan melalui aplikasi instrumentasi pada umumnya, meliputi:
1. Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha
esa
2. Kemampuan dan kondisi mental dan fisik klien
3. Kemampuan dan pengenalan lingkungan dan hubungan social
4. Sikap, kebiasaan, keterampilan dan kemampuan belajar
5. Informasi karir dan pendidikan
6. Kondisi keluarga dan lingkungan (Prayitno, 1997:95)
Ada beberapa pertimbangan yang perlu mendapat perhatian para
konselor dalam penerapan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
antara lain adalah:
1. Instrumentasi yang dipakai harus sahih dan terandalkan
2. Pemakai instrumentasi (dalam hal ini konselor) bertanggung jawab atas
pemilihan instrument yang akan dipakai (misalnya tes) monitoring
pengaminidtrasiannya dan scoring penginterprestasian keputusan tertentu
3. Pemakaian instrument harus disiapkan secara matang bukan hanya persiapan
instrument saja, tetapi persiapan instrument yang akan mengambil tes
4. Tes atau instrument apa pun hanya merupakan salah satu sumber dalam rangka
memahami individu secara lebih luas dan mendalam
5. Ada dan dipergunakan nya berbagai instrumentasinya bukanlah syarat mutlak
bagi pelaksana pelayanan bimbingan konseling.
6. Pemahaman tentang diri klien, tentang masalah klien, dan tentang lingkungan
yang lebih luas dapat dicapai dengan berbagai cara. Wawancara dan dialog yang
mendalam biasanya merupakan cara yang efektif untuk mengembangkan
pemahaman tentang diri klien dan masalahnya itu. Dalam kaitan itu konselor
perlu memeliki wawasan dan keterampilan yang memadai dalam penggunaan
berbagai instrument tersebut.
Instrumentasi bimbingan dan konseling memang merupakan salah satu
sasaran yang perlu dikembangkan agar pelayanan bimbingan dan konseling
terlaksana secara lebih cermat dan berdasarkan data empiric.
Penyelenggaraan aplikasi instrumentasi bimbingan dan konseling
meliputi digunakan dan dikembangkan nya berbagai instrument baik tes
maupun non tes.
1. Instrument Tes
Tes merupakan prosedur untuk mengungkapkan tingkah laku seseorang
dan menggambarkan dalam bentuk skala angka atau klasifikasi tertentu. Dalam
bentuk nyata tes berbentuk serangkaian pertanyaan yang harus dijawab atau
dikerjakan oleh orang yang di tes.
Secara umum kegunaan berbagai tes itu ialah membantu konselor dalam:
a. Memperoleh dasar-dasar pertimbangan berkenaan dengan berbagai masalah
pada individu yang di tes, seperti masalah penyesuaian dengan lingkungan,
masalah prestasi atau hasil belajar, masalah penempatan atau penyaluran.
b. Memahami sebab-sebab terjadinya masalah diri individu
c. Mengenai individu misalnya disekolah yang memeliki kemampuan yang
sangat tinggi atau sangat rendah yang memerlukan bantuan khusus
d. Memperoleh gambaran tentang kecakapan kemampuan atau keterampilan
seorang individu dalam bidang tertentu.
Berbagai hal yang diperoleh konselor dari hasil tes dapat digunakan
untuk menetapkan jenis layanan yanfg perlu diberikan kepada individu yang
dimaksudkan.
2. Instrument Non Tes
Instrument non tes meliputi berbagai prosedur, seperti pengamatan, wawancara,
catatan anecdote, angket, sosiometri, dan inventori yang dibekukan ( Prayitno
dan Erman Amti,2004:319).
Agar diperoleh hasil yang diandalkan pengamatan dan wawancara
dilakukan dengan mempergunakan pedoman pengamatan dan pedoman
wawancara catatan anekdot merupakan hasil pengamatan, khususnya tentang
tingkah laku yang tak biasa atau khusus yang perlu mendapatkan perhatian
tersendiri. Angket dan daftar isian dipergunakan untuk mengungkapkan
berbagai hal biasanya tentang diri individu oleh individu sendiri. Sosiometri
untuk melihat dan memberikan gambaran tentang pola hubungan social diantara
individu-individu dan kelompok sedangkan melalui inventori yang dibakukan
akan dapat diuangkapkan berbagai hal yang biasanya merupakan pokok
pembahasan dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling secara lebih luas.

 Himpunan Data
Penyelenggaraan himpunan data, yaitu kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan
dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien/konseli). Himpunan data
perlu diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu
dan sifatnya tertutup. Penyelenggaraan himpunan data bermaksud menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan terhimpun merupakan hasil
upaya aplikasi instrumentasi dan apa yang menjadi hasil himpunan data
dimanfaatkan sebesar-besarnya dalam kegiatan layanan bimbingan.
Materi umum himpunan data diantaranya sebagai berikut:
1. Identitas siswa klien dan keluarga
2. Hasil aplikasi instrumentasi
3. Hasil belajar karya tulis dan rekaman kemampuan siswa
4. Catatan anekdot
5. Informasi pendidikan dan jabatan
6. Laporan dan catatan khusus
Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh penyelenggaraan himpunan
data ialah fungsi pemahaman hasil aplikasi instrumentasi pada umumnya
menjadi yang dianggap penting dalam himpunan data. Himpunan data juga dapat
meliputi hasil wawancara, konfrensi kasus, kunjungan rumah, analisis hasil
belajar, pengamatan dan hasil upaya pengumpulan bahan lainnya yang dianggap
relevan dengan pelayanan bantuan terhadap siswa. Keseluruhan data yang
dikumpulkan itu dapat dikelompokkan menjadi:
1. Data pribadi. Adalah menyangkut diri masing-masing siswa secara perorangan.
Himpunan data pribadi dilakukan terpisah untuk setiap siswa karena himpunan
data pribadi bersifat berkelanjutan maka harus ada kerja sama antar guru kelas.
Himpunan data pribadi siswa memang perlu lengkap dan menyeluruh tetapi
harus tetap sederhana, ringkas, dan bersifat sepenuhnya himpunan data pribadi
sering juga disebut Cumulative Record.
2. Data kelompok, adalah menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa,
sperti gambaran menyeluruh hasil belajar siswa satu kelas,hasil sosiometri,
laporan penyelenggaraan dan hasil diskusi atau belajat kelompok,
penyelenggaraan dan isi bimbingan dan konseling kelompok.
3. Data umum, adalah tidak menyangkut aspek tertentu dari sekelompok siswa,
baik secara pribadi perorangan maupun kelompok . data ini berasal dari luar diri
siswa, seperti informasi pendidikan dan jabatan serta informasi lingkungan fisik
social dan budaya. Data ini biasanya dihimpun dalam bentuk tersendiri,
contohnya bentuk buku, kumpulan tentang informasi pendidikan, informasi
jabatan, informasi sisial budaya (prayitno, 1997:99-100).
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka
penyelenggaraan himpunan data dan pemanfaatannya secara optimal:
1. Materi himpunan data yang baik akurat dan lengkap sangat berguna untuk
memberikan gambaran yang tepat untuk individu
2. Data tentang individu selalu bertambah berubah berkembang dan dinamis oleh
karena itu data tentang siswa perlu diperbarui
3. Data yang terkumpul disusun dalam format yang teratur rapi menurut system
tertentu
4. Data dalam himpunan data itu pada dasarnya bersifat rahasia
5. Mengingat bahwa data yang dikumpulkan cukup banyak harus pula ditambah
dan dikurangi sesuai dengan perkembangan lagi pula pengeluaran data dan
pemasukannya kembali memakan waktu yang cukup banyak, konselor sering
terjebak oleh pekerjaan rutin penyelenggaraan himpunan data itu.
Berbagai hal yang termuat didalam himpunan data meliputi pokok-pokok
data/keterangan tentang berbagai hasil hal sebagaimana yang menjadi isi dari
aplikasi instrumentasi tersebut diatas. Selain itu himpunan data juga memuat
karya tulis atau rekaman kemampuan siswa, catatan anekdot, laporan khusus
dan informasi pendidikan dan jabatan.

 Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan peserta didik melalui kunjungan kerumahnya.
Kegiatan ini memerlukan kerja sama yang penuh dari orang tua dan anggota
keluarga lainnya.
Penanganan permasalahan siswa sering kali memerlukan pemahaman
yang lebih jauh tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu
dilakukan untuk seluruh siswa: hanya untuk siswa yang permasalahannya
menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan ruah dan orang tua sajalah
yang memerlukan kunjungan rumah. Lebih jauh, data atau keterangan tentang
rumah orang tua boleh jadi juga tdak perlu diperoleh melalui kunjungan rumah
oleh konselor cara yang lebih praktis untuk memperoleh data yang dikehendaki
itu, selain melalui wawancara secara langsung dengan siswa yang bersangkutan,
ialah melalui wawancara dengan orang tua yang dipanggil datang kesekolah.
Kegiatan kunjungan rumah, dan juga pemanggilan orang tua ke sekolah
setidak-tidaknya memeliki tiga tujuan yaitu:
1. Memperoleh data tambahan tentang permasalahan klien khususnya yang
bersangkut paut dengan keadaan rumah atau orang tua
2. Menyampaikan kepada orang tua tentang permasalahan anaknya
3. Membangun komitmen terhadap orang tua terhadap penanganan masalah
anaknya.
Materi umum kunjungan rumah akan diperoleh berbagai data dan
keterangan tentang berbagai hal yang besar, kemungkinan ada sangkut pautnya
dengan permasalahan siswa atau klien:
1. Kondisi rumah tangga atau orang tua
2. Fasilitas belajar yang ada dirumah
3. Hubungan antara keluarga
4. Sikap atau kebiasaan siswa dirumah
5. Berbagai pendapat orang tua dan anggota keluarga inti lainnya terhadap siswa
atau klien
6. Komitmen orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam perkembangan dan
pengentasan masalah siswa atau klien.
Pelaksanaan kunjungan rumah memerlukan perencanaan dan persiapan
yang matang dari guru pembimbing dan memerlukan kerja sama yang baik dari
pihak orang tua serta persetujuan kepala sekolah fungsi utama yang ditopang
oleh kegiatan kunjungan rumah ialah fungsi pemahaman (Dewa ketut sukardi
2002:237).

 Konferensi Kasus
Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik dalam suatu
forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan bahan keterangan kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutp dalam konferensi kausu secara spesifik dibahas
permasalahan yang dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang
dihindari oleh pihak-pihak terkait (seperti guru pembimbing, konselor, guru
kelas, guru mata pelajaran, praktikum, kepala sekolah, orang tua dan tenaga ahli
lainnya.) yang diharapkan dengan memberikan data dan keterangan lebih lanjut
serta kemudahan bagi teretasnya permasalahan tersebut.
Pembahasan masalah dalam konferensi kasus juga menyangkut upaya
pengentasan masalah dan peranan masing-masing pihak dalam upaya yang
dimaksud itu dengan demikian, fungsi utama yang diemban oleh konferensi
kasus ialah fungsi pemahaman dan pengentasan.
 Tujuan konferensi kasus diantaranya sebagai berikut:
Secara umum tujuan dari konferensi kasus ialah mencari interprestasi
yang tepat dan tindakan-tindakan yang konkret yang dapat diambil atau dengan
kata lain konferensi kasus bertujuan untuk mendapat gambaran yang lebih tepat
mengenai diri kasus dengan maksud untuk memberikan pertolongan kepada
kasus tersebut dalam memecahkan masalahnya.
1. Diperolehnya gambaran yang lebih jelas mendalam dan menyeluruh tentang
permasalahan klien gambaran yang diperoleh lengkap dan saling sangkut paut
data atau keterangan yang satu dengan yang lainnya.
2. Terkomunikasinya sejumlah aspek permasalahan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang bersangkutan sehingga penanganan masalah itu
menjadi lebih mudah dan tuntas.
3. Terkoordinasinya penanganan masalah yang dimaksud sehingga upaya
menanganan itu lebih efektif dan efisien.
Peserta konferensi kasus, konferensi kasus dipimpin oleh ahli bimbingan
yang secara langsung mengenai kasus tersebut. Peserta lain yang ikut terlibat
didalamnya adalah personel yang ada sangkut pautnya dengan permasalahan
yang dihadapi seperti kepala sekolah guru-guru bidang studi, wali kelas, petugas
kesehatan dan lain-lainnya.
Klasifikasi masalah konferensi kasus masalah yang akan menjadi titik
pusat pembahasan dalam konferensi kasus adalah kasus yang telah dipersiapkan
dan diajukan dalam pembahasan konferensi kasus salah satu atau beberapa
masalah yang dihadapi siswa dibawah ini:
1. Masalah belajar yang antara lain berkenan dengan:
a. Kebiasaan belajar yang kurang efektif
b. Kemampuan belajar yang kurang memadai
c. Kesiapsiagaan belajar yang kurang memadai
d. Kondisi lingkungan belajar yang kurang menguntungkan
2. Masalah social pribadi diantaranya:
a. Kekurang harmonisan hubungan antar teman
b. Kekurang serasian hubungan dengan orang tua
c. Kekurang serasian hubungan dengan guru
d. Gambaran diri yang kurang tepat
e. Kebiasaan hidup yang kurang tepat
f. Kenakalan remaja
g. Gangguan psikis
3. Masalah kelanjutan studi dan pemilihan pekerjaan
a. Pemilihan jurusan yang tepat
b. Pengenalan bakat tertentu yang kurang tepat
c. Pengenalan jenis pekerjaan yang kurang memadai
d. Pengenalan sekolah sambungan dan perguruan tinggi yang kurang memadai
e. Penyaluran bakat dan minat yang kurang memadai
Konferensi kasus dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Kepala sekolah atau coordinator BK/Konselor mengundang para peserta
konferensi kasus baik atas inisiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri.
2. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus kepala sekolah atau konselor
membuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan tujuan
dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para peserta
untuk membantu mengentaskan masalah yang duhadapi siswa.
3. Guru atau konelor menampilkan dan mendeskripsikan permasalahan yang
dihadapi siswa.
4. Setelah pemaparan masalah siswa selanjutnya para peserta lain mendiskusikan
dan dimintai tranggapan masukan dan konstribusi persetujuan atau penerimaan
tugas dan peran masing-masing.
5. Setelah berdiskusi atau mungkin berdebat maka selanjutnya konferensi
menyimpulkan beberapa rekomendas/keputusan berupa alternative-alternatif
untuk dipertimbangkan oleh konselor.
Penyelenggaraan konferensi kasus tak semua masalah mahasiswa perlu
dikonferensikan guru kelas sebagai penyelenggaraan pertama menjelaskan
tujuan konferensi kasus dan menguraikan secara garis besar kasus yang hendak
dibicarakan itu isi pembicaraan konferensi kasus sama sekali tidak boleh
dibicorkan atau dibicarakan ditempat lain. Hasil yang diharapkan dari konferensi
kasus yang sukses ialah apabila konselor memperoleh data atau keterangan
tambahan yang amat berarti bagi pemecahan masalah siswa dan terbangun
komitmen seluruh peserta pertemuan untuk menyokong upaya pengentasan
masalah klien (siswa) (prayitno 1997:101-102).
 Tampilan Kepustakaan
Tampilan kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan
pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan social kegiatan belajar dan karir atau jabatan.
Kegiatan pendukung tampilan kepustakaan membantu klien dalam
memperkaya dan memperkuat diri berkenaan dengan permasalahan yang
dialami dan dibahas bersama konselor pada khususnya dan dalam
pengembangan diri pada umumnya pemanfaatan tampilan kepustakaan
diarahkan oleh konselor dalam rangka pelaksanaan pelayanan dan atau klien
secara mandiri mengunjungi perpustakaan untuk mencari dan memanfaatkan
sendiri bahan-bahan yang ada diperpustakaan sesuai dengan keperluan.
Tampilan kepustakaan merupakan kondisi sangat memungkinkan klien
memperkuat dan memperkaya diri atau tanpa bantuan konselor.
 Alih Tangan Kasus
Alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling
untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak
kepihak lainnya kegiatan ini memerlukan kerja sama yang erat dan mantap
antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan atas penanganan
masalah tersebut. Disekolah alih tangan kasus dapat diartikan bahwa guru mata
pelajaran ,wali kelas, atau sekolah lainnya atau orang tua pembimbing.
Sebaliknya bila guru pembimbing menemukan siswa bermasalah dalam bidang
pemahaman penguasaan materi pelajaran secara khusus dapat menglihtangkan
siswa tersebut kepada guru mata pelajaran untuk dapat mendapat pengajaran
atau latihan perbaikan dan program pengayaan guru pembimbing atau guru
kelas juga dapat mengalihtangkan permasalahan siswa kepada ahli ahli yang
relevan seperti dokter, psikiater, ahli agama, dan lain-lain.
Materi pokok kasus yang diahlitangankan pada dasarnya sama dengan
keseluruhan kasus yang dialami oleh siswa yang bersangkutan secara khusus
materi yang diahlitangankan ialah bagian dari permasalahan yang belum tuntas
ditangani oleh guru pembimbing tidak secara khusus membidangi materi itu
atau dengan kata lain materi tersebut diluar bidang keahlian ataupun wewenang
guru prmbimbing (konselor).
Lembaga-lembaga alih tangan kasus antara lain yaitu:
1. Rumah sakit, puskesmas, atau dokter praktek umum
2. Lembaga pelayanan psikologis
3. Lembaga kepolisian
4. Lembaga-lembaga penyelenggara tes
5. Lembaga penempatan tenaga
Untuk melakukan pelayanan alih tangan kasus berikut ini adalah: syarat
syarat pelayanan alih tangan kasus antara lain yaitu:
1. Alih tangan kasus harus disertai dengan data yang lengkap berkaitan dengan
masalah yang dihadapi siswa konseli bersangkutan
2. Alih tangan kasus rujukan harus diberikan surat pengantar atau rekomendasi
yang menjelaskan tujuan alih tangan kasus itu
3. Alih tangan kasus rujukan harus disetujui oleh individu siswa yang bersangkutan
4. Pelayanan alih tangan kasus rujukan itu harus tetap menjadi tanggung jawab
sekolah
5. Pihak yang dialih tangan atau dirujuk harus diminta menyampaikan laporan
terinci mengenai hasil upaya alih tangan atau rujukan itu kepada sekolah
Proses pelayanan alih tangan kasus rujukan bisa dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Alih tangan kasus dapat dimulai dengan inisiatif pihak tertentu yang menemukan
siswa yang memeliki kesulitan dan tidak dapat dipecahkan oleh petugas itu
sendiri
2. Wali kelas ini memperkirakan kesulitan macam apa yang dihadapi siswa dalam
hal ini misalnya kesulitan psikologis
3. Wali kelas mengajukan alih tangan atau rujukan ini kepada kepala sekolah
sebagai penanggung jawab puncak dalam program bimbingan dan konseling
4. Kepala sekolah menunjuk terlebih dahulu diadakan pemeriksaan kesehatan fisik
dalam hal ini misalnya perawat sekolah
5. Siswa tersebut bersama dengan hasil pemeriksaan ditujukan atau dirujuk
kepada konselor
6. Apabila konselor tidak bisa manangani sendiri siswa tersebut dirujuk kepada
ahli psikologi untuk diperiksa apalah siswa tersebut memerlukan penanganan
dalam suatu pembahasan kasus atau pelayanan testing dan dalam hal apa
7. Apabila hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan bahwa sebenarnya siswa
tersebut tidak memerlukan pembahasan kasus dan tidak memerlukan layanan
testing maka psikolog tersebut memberikan rekomendasi tentang status siswa
tersebut sebagai balikan kepada sekolah.
8. Apabila hasil pemeriksaan itu ternyata bahwa siswa tersebut tidak memerlukan
pembahasan kasus tetapi membutuhkan pelayanan testing maka siswa tersebut
dialih tangankan kepada lembaga penyelenggaraan tes untuk dilengkapi dengan
data dari wawancara dengan orang tua pihak lain yang dibutuhkan .
9. Apabila hasil pemeriksaan psikolog ternyata bahwa siswa itu memerlukan
pembahasan yang kleboh luas dengan berbagai pihak maka diselenggarakan
pembahasan kasus yang melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan
misalnya guru, kepala sekolah, psikologi, konselor dan pihak lain yang
diperlukan.
10. Dari hasil pembahasan kasus diberikan rekomendasi sesuai dengan status siswa
tersebut. Misalnya serangkaian pelayanan teting dan pembahasan berulang
ulang sampai masalahnya dapat diselesaikan.
Kriteria penilaian keberhasilan pelayanan alih tangan kasus antara lain
sebagai berikut:
1. Jika pelimpahan kasus kepada guru didalam sekolah sendiri atau kepada
lembaga pelayanan alih tangan kasus atau rujukan telah disertai dengan data
informasi kasus yang diperlukan
2. Jika alih tangan kasus dapat diakhiri dengan pemecahan masalah kasus dan
diberikan rekomendasi tentang masalah kasus pada sumber alih tangan kasus.
Kegiatan alih tangan kasus meliputi dua jalur yaitu jalur kepada konselor
dan jalur dari konselor jalur kepada konselor dalam arti konselor menerima
kiriman klien dari pihak pihak lain seperti: orang tua, kepala sekolah, guru, pihak
lain. Sedang jalur dari konselor dalam arti konselor mengirimkan klien yang
belum tuntas ditangani kepada ahli ahli lain, seperti: konselor yang lebih senior
konselor yang membidangi presialisasi ahli-ahli lain (guru bidang studi,
psikologi, psikiater dan dokter). Konselor menerima klien dari pihak lain dengan
harapan klien itu dapat ditangani sesuai dengan permasalahan yang ia hadapi
disisi lain konselor mangalih tangani klien kepada pihak lain apabila masalahnya
yang dihadapi klien memang diluar wewenang konselor untuk menanganinya
atau setelah konselor berusaha sekuat tenanga memberikan bantuan namun
permasalahan klien tersebut belum berhasil ditrangani secara tuntas.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ada enam: (1) Aplikasi


instrumentasi, gunanya untuk pengumpulan data yang keterangan peserta didik,
keterangan tentang lingkungan peserta didik (konseli) dan lingkungan yang
lebih luas baik tes maupun non tes. (2). Himpunan data, gunananya untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan siswa dalam berbagai aspek (3). Kunjungan rumah, gunanya
untuk memperoleh pemahaman dan pengentasan dengan kunjungan rumah
akan diperoleh berbagai data dan keterangan berbagai hal yang bersangkutan
dengan siswa. (4). Konferensi kasus gunanya mencari interprestasi yang tepat
dan tindakan-tindakan konkret yang dapat diambil. (5). Tampilan kepustakaan
yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan
peserta didik dalam pengembangan pribadi kemampuan social, kegiatan belajar
dan karir atau jabatan, (6). Alih tangan kasus bertujuan untukn mendapatkan
penangganan yang lebih tepat dan tuntas dengan jalan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak kepada pihak yang lebih ahli.

B. Saran
Dalam kegiatan pendukung bimbingan dan konseling ini adalah antara
konselor dank lien harus sungguh-sungguh dalam pemecahan masalah-masalah
yang dihadapi klien demi kepentingan pribadi klien dan konselor tersebut.
Setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan perencanaan yang disetujui.
Dan kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekeliruan dalam
penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas masukan
kritikan dan sasarannya penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Amti Erman. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta. PT Rineka
Cipta.
Prayitno.2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Bimbingan Konseling.
Padang.FIP UNP.

Anda mungkin juga menyukai